MAKALAH PRASARANA TRANSPORTASI DARAT 1 PDF

Title MAKALAH PRASARANA TRANSPORTASI DARAT 1
Author Ma'rifatul Muniroh
Pages 32
File Size 2.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 25
Total Views 457

Summary

PRASARANA TRANSPORTASI DARAT DOSEN : Fuad Hasan Ohorella, ST , MT DISUSUN OLEH 1. Ma’rifatul Muniroh 2. Shendiwati Wattimury 3. Rivandi Molle PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PATTIMURA 2018 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahamat dan hidayah...


Description

Accelerat ing t he world's research.

MAKALAH PRASARANA TRANSPORTASI DARAT 1 Ma'rifatul Muniroh

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Bab 5 Ngawi Melisa Ayu Set ianingsih

SIST EM-T RANSPORTASI Gabriella Paramit ha Pengant ar Transport asi_ 2 Karakt erist ik Ut ama Berbagai Komponen Sist em Transport asi 2.1 Transpo… Khoirul Fafa

PRASARANA TRANSPORTASI DARAT

DOSEN : Fuad Hasan Ohorella, ST , MT

DISUSUN OLEH 1. Ma’rifatul Muniroh 2. Shendiwati Wattimury 3. Rivandi Molle

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PATTIMURA 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahamat dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Prasarana Transportasi Darat ini dengan baik. Makalah ini merupakan suatu tugas khusus untuk kami Mahasiswa Fakultas Teknik Program Studi Teknik Sipil pada mata kuliah Prasarana Transportasi. Adapun penulisan makalah ini dapat terampung dengan baik melalui bimbingan, bantuan dan dorongan dari Dosen mata kuliah, dan berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan Anugerah dan limpahan Rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu kelompok kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari rekan-rekan pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Akhir kata kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat.

Ambon, September 2018

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 4 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 4 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5 1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................... 5 BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................................... 6 2.1 Jalur Gerak .................................................................................................. 6 2.2 Terminal .................................................................................................... 18 BAB 3 KESIMPULAN ................................................................................... 29 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30

iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Prasarana (infrastruktur) sistem transportasi merupakan komponen berbentuk fasilitas fisik yang bersifat tetap yang menjadi media untuk menjalani, memulai atau mengakhiri pergerakan pindah seperti jalan raya, rel, air (sungai, danau dan laut), udara, terminal bus, stasiun kereta api, pelabuhan, bandar udara dan sebagainya. Ruang lingkup pengangkutan darat itu sepanjang dan selebar negara, maksudnya adalah ruang lingkupnya sama dengan ruang lingkup negara, sedangkan angkutan itu sendiri dapat dilakukan dengan jenis-jenis angkutan. Untuk dapat berjalannya dengan baik proses pengangkutan sangatlah dibutuhkan dukungan infrastruktur yang baik dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Beberapa sarana prasarana hal yang harus dipenuhi untuk memberikan pelayanan yang baik dalam pengangkutan yaitu; 1. Jalan; 2. Terminal atau stasiun; 3. Kendaraan; 4. Unsur tenaga penggerak atau unsur non fisik yaitu pengemudi. Berarti di sini terdapat dua sub-komponen prasarana transponasi sesuai dengan manfaat media yang diembannya yang sudah diutarakan di atas yaitu: 1. Jalur gerak untuk melakukan pergerakan pindah 2. Terminal untuk memulai dan mengakhiri pergerakan pindah

4

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengelompokkan sub-komponen prasarana transportasi darat ?

1.3 Tujuan Malasah 1. Menjelaskan sub-komponen prasarana transportasi darat.

5

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Jalur Gerak Dalam teknologi ada dua jalur gerak yaitu diatas tanah (jalan raya), diatas baja (rel). 2.1.1

Jalan Raya

Jalan raya merupakan salah satu sub-komponen prasarana sistem transportasi yang paling dominan dan sering digunakan setiap hari oleh masyarakat yang melakukan perjalanan. jalan raya dapat dimanfaatkan dengan memakai kendaraan bermotor (mobil alau sepeda motor) dan kendaraan tak bermotor (tenaga manusia, tenaga hewan atau jalan kaki). Fungsi utama jalan raya adalah untuk mengalirkan arus pergerakan semua alat transportasi yang memakainya. Untuk mengatur pengadaan dan tata cara pemakaian jalan raya ini telah ditetapkan sebuah peraturan berupa Undang-undang No.13 Tahun 1980 tentang jalan dan Peraturan Pemerintah (PP) No.26 Tahun 1985. Undang-undang No.13 Tahun 1980 tentang jalan ini mengatur tentang pengertian, klasifikasi, tipe, karakteristik fisik rancangan geometrik (penampang melintang), pemeliharaan dan lain-lain. 1. Pengertian Jalan raya, menurut Undang-undang No.13 Tahun 1980 tentang jalan, adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apa pun yang melipuli segala bagian jalan temasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu limas. Dalarn pengertian ini yang dimaksud dengan: •

Bangunan pelengkap aalah bangunan yalng melekat dan tidak dapat dipisahkan dari badan jalan itu sendiri, misalnya Jembatan, ponton, lintas atas, lintas bawah, tempat parkir, gorong-gorong tembok Penahan tanah (lebing), saluran air.



Perlengkapan adalah bangunan yang dapat dibongkar-pasang dan dipindahkan dari jalan. Tanpa bangunan ini jalan masih dapat digunakan,

6

misalnya rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, pagar pengaman lalu lintas, patok daerah milik jalan (DMJ), serta lampu lalu lintas.

2. Klasifikasi Undang-undang N0. 13 Tahun 1980 tentang jalan membagi struktur jalan transportasi jalan raya berdasarkan: 1. Sistem (pelayanan penghubung). Sebagai sistem pelayanan penghubung, jaringan jalan dibagi lagi menjadi: •

Sistem jaringan jalan primer adalah system jaringan jalan yang menghubungkan kota (wilayah) ditingkat nasional atau, alam pengertian lain, ruas yang menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi yang kemudian berwujud kota ditingkat nasional, dan



Sistem jaringan jalan sekunder adalah system jaringan jalan yang menghubungkan zona-zona (Kawasan-kawasan), titik-titik simpul didalam kota.

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.1 Pembedaan sistem jaringan jalan, (a) primer, dan (b) sekunder

2. Peranan (Fungsi) Berdasarkan fungsinya, jaringan jalan dapat dibagi atas:

7



jalan arteri adalah Jalan yang melayani angkutan jarak jauh dengan kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk (persimpangan) sebidang dibatasi secara efisien atau ditiadakan



Jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan jarak sedang (angkutan pengumpul atau pembagi) dengan kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk (persimpangan sebidang) masih dibatasi.



jalan lokal adalah jalan yang melayani angkutan jarak dekat dengan kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk (persimpangan sebidang) tidak dibatasi.

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.2 Hirarki jalan berdasarkan peranan (fungsi) 3. Peruntukan Berdasarkan peruntukannya jaringan jalan hanya dibedakan atas dua jenis: •

Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.



Jalan khusus adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum atau jalan yang tidak diperuntukkan bagi lalu lintas umum seperti jalan yang

terdapat

dikompleks-kompleks

perumahan,

perkebunan,

kehutanan, pertambangan, kompleks hankam, jalan pipa, jalan inspeksi (irigasi an gas). 4. Klasifikasi Teknis Klasifikasi teknis jaringan jalan dapat juga dibedakan berdasarkan klasifikasi teknis atau kelas jalan terkait kemampuan teknis tiap-tiap kelas jalan dalam mendukung beban lalu lintas berat kendaraan) yang melewatinya. Berdasarkan pembagian ini, jalan dapat dikategorikan menjadi enam kelas yang biasanya terkait langsung dengan kelompok

8

jaringan jalan lain seperti kelompok berdasarkan peranan (fungsi) jalannya. Jalan kelas I biasanya jalan itu adalah jalan arteri primer an arteri sekunder. Jalan kelas II biasanya jalannya berupa jalan kolektor primer dan sekunder begitu eterusnya kebawah sampai Jalan Kelas IV. 5. Status (wewenang pembinaan) Dalam hal status dan wewenang pembinaannya, jalan dibedakan atas jalan nasional (negara), jalan provinsi, jalan kabupaten (kota), dan jalan desa. Pembagian jalan berdasarkan status ini juga dapat dikaitkan langsung kepada kelompok jaringan jalan berdasarkan system, peranan (fungsi), dan berdasarkan klasifikasi teknisnya: − Jalan nasional (negara) adalah janngan jalan primer, aarteri, dan kelas I yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah pusat (Kementerian PU cq. Direktorat Jenderal Bina Marga) − Jalan provinsi biasanya merupakan jalan kolektor primer dan kelas l yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah provinsi (Dinas Prasarana Jalan). − Jalari kabupaten (kota) biasanya berupa jalan kolektor dan lokal primer, kelas jalannya kebanyakan jalan kelas II, III dan IV yang pembinaannya dilakukan oleh pemerintah kabupaten (Dinas PU kabupaten). Sementara itu, jalan kota mutlak merupakan jaringan jalan sekunder yang bisa merupakan jalan arteri sekunder, kolektor sekunder atau Iokal sekunder yang kelas jalannya bisa dari jalan kelas I sampai dengan VI. Pembinaan jalan kabupaten ini dilakukan oleh pemerintah kota (Dinas PU kota). − Jalan desa umumnya merupakan jalan lokal dan jalan akses untuk mencapai pekarangan rumah. Jalan desa ini bisa berupa jalan lokal primer dan jalan akses yang pembinaanya dilakukan oleh pemerintahan desa setempat melalui swadaya masyarakat dan bantuan dana dari pemerintahan yang lebih tinggi. 6. Kualitas/bentuk permukaan Kualitas permukaan membedakan jalan atas jalan aspal dan jalan campuran aspal—beton, jalan kerikil_ dan jalan tanah. Pembedaan jalan menurut jenis permukaan ini dapat dikaitkan langsung dengan kelompok jalan yang

9

didasarkan pada system peranan. Klasifikasi teknis, peruntukan, dan status serta wewenang pembinaannya. Umumnya jalan aspal (dan campuran aspalbeton) adalah jalan negara, provinsi_ kabupaten (kota) yang bisa berupa jalan kelas I hingga VI dan bisa Juga merupakan jalan arteri primer dan sekunder, jala tol, jalan kolektor primer, jalan sekunder, atau jalan lokal primer dan sekunder. Sementara itu, jalan kerikil biasanya jalan kabupaten dan desa, jalan lokal primer. Jalan tanah biasanya berada di desa-desa dan merupakan jalan local, namun pada zaman pembangunan sekarang ini, untuk menjaga perekonomian masyarakat, sudah jarang ditemui jalan tanah kecuali, salah satunya, di areal perkebunan. 3. Tipe Di Indonesia, menurui Standar MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia), tipe jalan raya dibedakan atas: − Jalan perkotaan (dalam kota) ditandai derigan kegiatan yang padat (intensitas tinggi) di kiri-kanan jalan dan ukuran jalan lebih lebar. − Jalan antar kota (Iuar kota) ditandai oleh kondisi di kiri-kanan jalan dengan kegiatan yang sedikit (intensitas rendah) dan ukuran Jalan yang relatif lebih sempit. 4. Karakteristik Fisik Ada dua aspek karakteristik fisik jalan yaitu: 1. Geometrik jalan. Geometrik jalan mencakup: − Lengkung (alignment) horizontal (belokan/tikungan) − Lengkung (alignment) vertikal (tanjakan) − Penampang melintang 2. Konstruksi perkerasan jalan terbagi atas: − Perkerasan model lama (Telford) yang terdiri dan bahan batu pecah (kerikil), batu blondos, pasir, tanah dasar. Perkerasan ini banyak dijumpai pada jalan-jalan di lingkungan desa. − Perkerasan modern yang terbagi atas perkerasan lentur dan perkerasan kaku.

10

− Lapis permukaan seperti campuran aspal—beton atau konstruksi makadam

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.3 Skema struktur jaringan jalan dan keterkaitannya 5. Penampang Melintang Penampang melintang jalan merupakan konstruksi ruas jalan secara melintang mulai dari sisi pertama ke sisi seberang jalan tersebut. Penampang melintang jaian terbagi atas: − Jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai tempat kendaraan meluncur. Jaur ini diberi kemiringan dari pusat ke setiap sisi agar air dapat mengalir ke selokan pinggir jalan; disebut juga badan jalan. − Bahu jalan yang berfungsi sebagai konstruksi uniuk memperkuat jalur lalu lintas, memberi tempat (ruang) kendaraan berhenti (parkir), dan memberikan keleluasan pandangan. − Selokan pinggir yang berfungsi untuk menurunkan muka air tanah dalam badan jaian, mengalirkan limpasan air permukaan, dan mengantisipasi genangan air (banjir).

11

− Daerah manfaat jalan (DAMAJA) yang merupakan suatu daerah yang dimanfaatkan untuk konstruksi jalan yang terdiri dari jalur lalu lintas (Perkerasan), bahu jalan, drainase (trotoar), ambang pengaman dan jalur pemisah. − Daerah milik jalan (DAMIJA = DMJ) yang meliputi daerah manfaaat jalan ditambah dengan sejalur tanah tertentu di luar daerah manfaat jalan yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan keleluasaan dan keamanan pengguna jalan. Untuk jangka panjang, daerah ini akan digunakan untuk pelebaran daerah manfaat jalan di kemudian hari. DMJ ini diberi tanda patok DMJ sebagai penjelasan batasnya. − Daerah pengawasan jalan (DAWASJA) yang berupa sejalur tanah tertentu yang terletak di luar daerah milik jalan (DMJ), yang penggunaannya diawasi oleh Pembina jalan (PU atau Dinas Prasarana Jalan), yang disediakan agar tidak mengganggu pandangan pengemui dan konstruksi bangunan jalan. Jalur pemisah tengah atau yang disebut juga median jalan yang berfungsi untuk pemisah arus lalu lintas pada jalur-jalur yang berlawanan arahnya dan berfungsi untuk menjaga keamanan baik yang fisiknya dikonstruksikan (beton atau jalur hijau) ataupun dicat (marka jalan).

12

Tabel 2.1 Keterkaitan Kelompok Jaringan Jalan

Sumber: Miro (2011)

Tabel 2.2 Tipe Jalan Raya di Indonesia Menurut MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia)

Sumber: Miro (2011)

13

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.4 Penampang melintang jalan raya

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.5 Patok DMJ

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.6 Persimpangan sebidang

14

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.7 Persimpangan tidak sebidang

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.8 Simpang susun Cawang, Jakarta

15

Sumber: Miro (2011)

Gambar 2.9 Beberapa bentuk simpang-susun dan semanggi

6. Pemeliharaan Pemeliharaan jalan dilakukan secara teratur oleh badan pembinaan jalan yaitu Direktorat Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum atau dinas di daerah yang meliputi pengawasan, perbaikan, dan pelebaran.

7. Lain-lain Hal utama terkait jalan raya adalah pertemuan dua ruas jalan raya (persimpangan). Terdapat dua jenis persimpangan dalam system jaringan jalan raya secara fisik, yaitu: •

Persimpangan sebidang. Persimpangan seperti ini merupakan persimpangan satu permukaan jalan seperti yang biasa ditemui. Persimpangan ini ada berupa simpang 3, 4, atau 5.



Persempangan tidak sebidang atau simpang susun. Persimpangan ini berupa persimpangan yang berlapis secara vertical ke atas atau ke bawah. Pada

16

persimpangan ini lalu lintas yang akan berbelok ke kanan harus berbelok ke kiri terlebih dahulu baru melintasi jalur asalnya. Sebagai contoh antara lain adalah Jembatan Semanggi, Simpang-susun Cawang (Jakarta), Simpangsusun Waru, Surabaya.

2.1.2 Jalan Rel 1. Pengertian Jalan rel merupakan kelompok jalan buatan yang terbuat dari baja yang dilewati oleh roda yang terbuat dari baja dan dapat dikonstruksikan dibawah tanah (kereta api bawah tanah, di permukaan tanah, dan melayang (ditinggikan). Jalan rel hanya dapat dipakai oleh kendaraan yang baroda besi saja (kereta api) secara eksklusif dalam arti tidak ada jenis kendaraan lain yang dapat melewatinya. Konstruksi jalan rel terdiri atas: ,. 1) Konstruksi bagian atas − Rel-rel yang setiap batang panjangnya 12 meter yang disambung dan diletakkan di atas bantalan secara sejajar − Bantalan (terbuat dari bahan kayu, baja, atau beton bertulang) yang memegang kedua rel dan meneruskan tekanan roda kereta api pada alas balas − Paku penjepit rel ke bantalan yang berbentuk baut atau pandrol agar rel dapat dibongkar pasang untuk pemeliharaan dan pengontrolan 2) Konstruksi bagian bawah − Pelat dasar di bawah rel dan di atas alas kerikil − Alas pasir dan kerikil (balas) − Tubuh tanah di bawah alas balas

2. Klasifikasi Jalan rel pun dapat dikelompokkan atas: •

Jalan rel umum lintas utama yang merupakan jalan rel yang dimanfaatkan untuk lalu lintas umum pada jalur dengan perjalanan jarak jauh jalur

17



Jalan rel umum lintas lokal yang dimanfaatkan umuk lalu lintas umum pada jalur dengan perjalanan jarak dekat seperti kereta api jabodetabek atau kereta api dalam kota lainnya



Jalan rel khusus yang merupakan jalan rel yang dimanfaatkan untuk lalu lintas keperluan-keperluan khusus oleh badan usaha tertentu dan kepentingan sendiri seperti kompleks perkebunan karet, kelapa sawit, semen, batu bara, pabrik, dan lain-lain.

2.2

Terminal Secara umum, Pengertian terminal untuk seluruh moda transponasi adalah

sama. Pengertiannya dapat dilihat melalui tiga segi yaitu: •

Kedudukan dan keberadaan terminal dalam sistem transportasi



Fungsinya



Kewilayahan (tata ruang wilayah) Dari segi kedudukan dan keberadaannya dalam system transportasi, terminal

merupakan salah satu komponen system transportasi yang berupa prasarana dan fasilitas tetap. Terminal ini merupakan titik (simpul) dalam jaringan transportasi dan menjadi tempat terhenti atau terputusnya arus pergerakan lalu lintas kendaraan. Sebagai contoh, pergerakan mobil terhenti di tempat parkir, di halte, di terminal, bus. Di pangkalan dan lain-lain; pergerakan kereta api terhenti di stasiun kereta api, dan sebagainya. Sementara itu, dari segi fungsinnya terminal merupakan tempat: •

Mengawali dan mengakhiri satu perjalanan



Perawatan sementara kendaraan



Pool kendaraan



Istirahat penumpang dan awak kendaraan



Pengaturan jadwal keberangkatan, kedatangan dan keas pelayanan



Penjualan tiket dan sebagainya. Dari segi tata ruang wilayah, terminal dapat diartikan sebagai unsur tata ruang yang mempunyai peran penting bagi efisiensi kehidupan wilayah, yang dapat 18

membangkitkan perjalanan serta berbentuk sebuah zona (Kawasan) dalam ruang wilayah (kota) seperti: •

Pelabuhan Tanjung Priok, zona Tanjung Priok di Jakarta



Terminal bus regional Bingkuang (TRB), Air Pacah, zona TRB Air Pacah di Padang



Bandar Udara Sukarno-Hatta, zona bandara Sukarno-Hatta I Jakarta dan lainlain

Tabel 2.3 Fungsi-fungsi Terminal Transportasi Secara Umum

Sumber: Miro (2011)

2.2.1 Terminal di Jalan Raya Istilah terminal di jalan raya ini dapat dikemukakan di antaranya ialah: 1. Garasi Merupakan fasilitas yang berfungsi sebagai terminal di jalan raya yang peruntukannya lebih dikhususkan bagi kendaraan pribadi. ...


Similar Free PDFs