MAKALAH SEAGRASS ATAU LAMUN PDF

Title MAKALAH SEAGRASS ATAU LAMUN
Pages 21
File Size 547.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 54
Total Views 230

Summary

MAKALAH PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN OCEANOGRAFI “SEAGRASS ATAU LAMUN” OLEH : VITRAIL GLORIA NANCY MAIRI 17101106020 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2019 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha E...


Description

MAKALAH PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN OCEANOGRAFI

“SEAGRASS ATAU LAMUN”

OLEH : VITRAIL GLORIA NANCY MAIRI 17101106020

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “SEAGRASS ATAU LAMUN” tepat pada waktunya. Makalah ini mengandung ulasan mengenai pengertian seagrass atau lamun, morfologi lamun, habit lamun, karakteristik lamun, peranan lamun, hingga parameter kualitas air untuk pertumbuhan lamun. Makalah ini juga membahas tentang pentingnnya komunitas lamun yang memegang peranan penting baik secara ekologis, maupun biologis di daerah pantai dan estuaria. Saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini, masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah yang saya buat ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan pembaca mengenai perkembangan hal-hal yang berhubugan dengan laut, secara khusus seagrass atau lamun.

Manado, 26 Oktober 2019 Penyusun,

Vitrail Gloria N. Mairi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang mampu beradaptasi secara penuh di perairan yang salinitasnya cukup tinggi atau hidup terbenam di dalam air adalah lamun. Lamun memiliki rizhoma, daun, dan akar sejati (Nontji, 1987; Nasmia, 2012) seperti halnya tumbuhan di darat. Lamun adalah tumbuhan laut yang hidup pada ekosistem padang lamun (Seagrass Bed) terutama di daerah tropis dan subtropis. Komunitas lamun memegang peranan penting baik secara ekologis, maupun biologis di daerah pantai dan estuaria. Disamping itu juga mendukung aktifitas perikanan, komunitas kerang-kerangan dan biota avertebrata lainnya (Bastyan and Cambridge, 2008). Lamun yang terdapat di dunia berkisar antara 50 –60 (Hemminga, 2002; Waycott, 2004) atau 66 jenis (den Hartog dan Kuo, 2006), sedangkan di Indonesia terdapat 7 marga, yaitu Enhalus, Thalassia, Halophila, Halodule, Cymodocea, Syrongidium, dan Thalssodendrom(Nontji, 1987), dan terdiri dari 12 jenis, yaitu Halodule uninervis, H. pinifolia, Cymodocea rotundata, C. serrulata, Syringodium isoetifolium, Thalassodendron ciliatum, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, H. minor, H. decipiens, dan H. spiulosa(Hutomo,1985). Selanjutnya Hutomo (1985) menyatakan bahwa terdapat 10jenis lamun di Sulawesi, yaitu Halodule uninervis, H. pinifolia, Cymodocea rotundata, C. serrulata, Syringodium isoetifolium, Thalassodendron ciliatum, Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Halophila ovalis, dan H. minor. Pertumbuhan lamun dibatasi oleh suplai nutrien antara lain partikulat nitrogen dan fosfor yang berfungsi sebagai energi untuk melangsungkan fotosintesis (Short, 1987). Kedalaman air dan pengaruh pasang surut, serta struktur substrat mempengaruhi zonasi sebaran jenis-jenislamun dan bentuk

pertumbuhannya. Jenislamun yang sama dapat tumbuh pada habitat yang berbeda dengan menunjukkan bentuk pertumbuhan yang berbeda dan kelompok- kelompok jenislamun membentuk zonasi tegakan yang jelas, baik murni ataupun asosiasi dari beberapa jenis(Kiswara, 1997). Selain itu faktor lingkungan lainnya juga ikut mempengaruhi pertumbuhan dan sebaran lamun.

B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini yakni : 1. Apa pengertian Lamun atau Seagrass? 2. Bagaimana Morfologi Lamun? 3. Bagaimana Habitat Lamun? 4. Bagaimana Karakteristik Vegetatif Lamun? 5. Bagaimana Peranan Lamun? 6. Bagaimana Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun? 7. Bagaimana Parameter Kualitas Air untuk Pertumbuhan Lamun?

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Lamun

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang seluruh proses kehidupan berlangsung di lingkungan perairan laut dangkal (Susetiono,

2004).

Lamun

merupakan

satu

satunya

tumbuhan

angiospermae atau tumbuhan berbunga yang memiliki daun, batang, dan akar sejati yang telah beradaptasi untuk hidup sepenuhnya di dalam air laut (Tuwo, 2011). Pola hidup lamun sering berupa hamparan, maka dikenal juga istilah padang lamun (Seagrass bed) yaitu hamparan vegetasi lamun yang menutup suatu area pesisir/laut dangkal, terbentuk dari satu jenis atau lebih dengan kerapatan padat atau jarang. Lamun umumnya membentuk padang lamun yang luas di dasar laut yang masih dapat dijangkau oleh cahaya matahari yang memadai bagi pertumbuhannya. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat- zat hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar daerah padang lamun (Den Hartog, 1970 dalam Hendra, 2011). Tumbuhan

lamun

mempunyai

beberapa

sifat

yang

memungkinkannya hidup dilingkungan laut, yaitu : 1) mampu hidup di media air asin; 2) mampu berfungsi normal dalam kondisi terbenam; 3) mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang baik; 4) mampu melakukan penyerbukan dan daun generafit dalam keadaan terbenam (Den Hartog, 1970 dalam Kordi, 2011).

B. Morfologi Lamun

Lamun memiliki bunga, berpolinasi, menghasilkan buah dan menyebarkan bibit seperti halnya tumbuhan darat. Klasifikasi lamun adalah berdasarkan karakter tumbuh-tumbuhan. Selain itu, genera di daerah tropis memiliki morfologi yang berbeda sehingga perbedaan spesies dapat dilakukan dengan dasar gambaran morfologi dan anatomi (Tengke, 2010). Secara morfologi jenis lamun Enhalus acoroides (Gambar 1) akan tumbuhan tropis yang mempunyai akar kuat dan diselimuti oleh benangbenang hitam yang kaku. Rhizomanya tertanam di dalam substrat. Pada akarnya terdapat rambut bisus. Daun-daunnya sebanyak 2 atau 4 helai yang ujungnya membulat. Panjang daun lebih dari 1 m dan lebar 1,5 cm. Buah berbentuk bulat telur berukuran 4-7 cm. Lamun tropis tumbuh di perairan dangkal dengan substrat pasir berlumpur. Lamun ini tumbuh subur di daerah yang terlindung di pinggir bawah dari mintakat pasang surut dan di batas atas mintakat bawah litoral.

Gambar 1. Enhalus acoroides

Spesies Halophila ovalis (Gambar 2) atau lamun sendok (spoon grass) adalah lamun yang mempunyai tangkai ramping, berdiameter 1 mm, hampir tidak berwarna dan merayap. Sepanjang tangkai yang merayap muncul daun-daun berpasangan ke atas di bawah permukaan air dan akarakarnya kecil ramping ke bawah, ke dalam tanah. Daun-daun bundar telur (oval) tipis berwarna hijau dengan warna kemeah-merahan berukuran panjang 10-15 mm dan lebar 5-10 mm. Masing-masing daun ditunjang oleh tangkai (petiole) berukuran panjang 8-15 mm dan diameter 0,5 mm. Di daerah yang terlindung, lamun sendok membentuk permadani tumbuhtumbuhan di antar air surut rata-rata pada pasang surut bulan- setengah dan air surut rata-rata pada pasang surut purnama, memberikan lingkungan yang cocok untuk pelekatan alga. Di lingkungan ini lamun sendok membentuk tajuk (canopy). Lamun sendok mempunyai bunga berkelamin tunggal dan soliter. Lamun sendok terdapat di pantai pasir, di paparan terumbu dan di dasar pasir lumpur dari pasang surut rata-rata sampai batas bawah dari daerah pasang surut (Romimohtarto dan Juwana, 2001 dalam Kordi, 2011).

Gambar 2. Halophila ovalis Susetiono (2007) menyatakan bahwa habitat lamun jenis Halophila minor (Gambar 3) serta helaian daunnya sangat mirip dengan Halophila ovalis tetapi lebih kecil (0,7-1,4 cm) dan jumlah urut daun juga lebih sedikit (3-8 pasang), rimpang tipis dan mudah patah, mampu hidup diperairan yang berlumpur.

Gambar 3. Halophila minor Spesies Cymodoceae rotundata (Gambar 4) atau dikenal sebagai lamun ujung bulat (round tipped seagrass) tumbuh di substrat pasir, kadang pecahan karang dan sedikit berlumpur. Lamun ini mempunyai daun berukuran panjang 720 cm dan lebar 2-4 mm, mempunyai 7-15 tulang daun dan 2-7 helai daun perpangkal. Ujung daun halus membulat dan tumpul (Kordi, 2011).

Gambar 4. Cymodoceae rotundata

Sama halnya dengan Cymodocea rotundata, bentuk daunnya melengkung menyerupai selempang bagian pangkal menyempit dan ke arah ujung agak melebar. Panjang dan lebarnya juga hampir sama berkisar 5-15 m dan 2-4 mm. Yang membedakannya dengan ujung daun dari Cymodocea serrulata (Gambar 5) adalah ujung daunnya bergerigi dengan tulang daun berjumlah 13-17.

Gambar 5. Cymodocea serrulata

Susetiono, (2007) menyatakan bahwa lamun jenis Thalassia henprichii (Gambar 6) mempunyai rimpang agak membulat, daun tebal dan agak melengkung. Bunga jantan mempunyai tangkai pendukung pendek saja,yaitu sekitar 3 cm (atas inzet). Sedangkan bunga betina tangkai pendukungnya lebih pendek, yaitu berkisar antara 1-1,5 cm dan buahnya terbagi dalam 8-20 keping yang tidak beraturan. Umumnya hidup berdampingan dengan jenis lainnya seperti Enhalus acoroides. Bila mendominasi selalu membentuk kelompok vegetasi yang rapat (bawah). Spesies Thalassia henprichii tumbuh di substrat berpasir hingga pada pecahan karang mati dan sering menjadi spesies dominan pada padang lamun campuran dan melimpah (Kordi, 2011).

Gambar 6. Thalassia hemprichii

H. uninervis (Gambar 7) adalah lamun sublittoral ditemukan dari pertengahan pasang surut hingga kedalaman 20 m. Umumnya pada kedalaman antara 0-3 m di laguna sublittoral dan di dekat terumbu karang. H. uninervis dapat tumbuh di berbagai habitat yang berbeda. Lamun ini dapat membentuk padang rumput padat bercampur dengan spesies lamun lain (Carruthers et al, 2007 dalam Hendra, 2011). Jenis ini termasuk dalam famili Potamogetonaceae. Ciri khas dari famili ini memiliki bentuk daun Parvozosterids, dengan daun memanjang dan sempit. Ujung daunnya yang berbentuk trisula dengan satu vena sentral yang membujur dengan ukuran lebar daun 1-1,7 mm. Umur daun ±55 hari dengan produksi tegakan sebanyak 38 tegakan/tahun (Vermaat et al, 1995).

Gambar 7. Halodule uninervis

Syringodium isoetifolium (Gambar 8) termasuk dalam Family Potamogetonaceae dengan ciri-ciri utama yaitu tidak memiliki ligula seperti pada Family Hydrocaritaceae. Ditemukan di seluruh wilayah IndoBarat Pasifik Tropis. Tumbuh dengan kepadatan tinggi tanpa spesies lain. Namun bila tumbuh dengan spesies lain ukurannya akan lebih kecil. Jenis lamun ini jarang ditemukan di daerah intertidal dangkal (McKenzie, 2007 dalam Hendra, 2011).

Gambar 8. Syringodium isoetifolium

C. Habitat

Lamun hidup dan terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman 0,5-10 m, dan sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah spesies lebih banyak terdapat di daerah tropik dari pada di daerah ugahari (Barber, 1985 dalam Tangke, 2010). Habitat lamun dapat dilihat sebagai suatu komunitas, dalam hal ini suatu padang lamun merupakan kerangka struktur dengan tumbuhan dan hewan yang saling berhubungan. Habitat lamun dapat juga dilihat sebagai suatu ekosistem, dalam hal ini hubungan hewan dan tumbuhan tadi dilihat sebagai suatu proses yang dikendalikan oleh pengaruh-pengaruh interaktif dari faktor-faktor biologis, fisika, kimiawi. Ekosistem padang lamun pada daerah tropik dapat menempati berbagai habitat, dalam hal ini status nutrien yang diperlukan sangat berpengaruh. Lamun dapat hidup mulai dari rendah nutrien dan melimpah pada habitat yang tinggi nutrien. Tangke (2010) menyatakan bahwa lamun pada umumnya dianggap sebagai kelompok tumbuhan yang homogen. Lamun terlihat mempunyai kaitan dengan habitat dimana banyak lamun (Thalassia) adalah substrat dasar dengan pasir kasar. Dinyatakan pula bahwa Enhalus acoroides

dominan hidup pada substrat dasar berpasir dan pasir sedikit berlumpur dan kadang-kadang terdapat pada dasar yang terdiri atas campuran pecahan karang yang telah mati.

D. Karakteristik Vegetatif

Lamun menunjukkan adanya bentuk keseragaman yang tinggi pada reproduksi vegetatifnya. Hampir semua marga lamun memperlihatkan perkembangan yang baik dari rimpang (rhizome) dan bentuk daun yang pipih dan memanjang, kecuali pada marga Halophila. Jadi umumnya lamun akan menjadi kelompok homogen dengan tipe pertumbuhan "enhalid" (Azkab, 2000). Menurut Den

Hartog (1967) dalam Hendra (2011), karakteristik

pertumbuhan lamun dapat dibagi enam kategori yaitu; 1. Parvozosterids, dengan daun memanjang dan sempit: Halodule, Zostera sub-marga Zosterella. 2. Magnozosterids, dengan daun memanjang dan agak lebar: Zostera sub- marga Zostera, Cymodocea dan Thalassia. 3. Syringodiids, dengan daun bulat seperti lidi dengan ujung runcing: Syringodium 4. Enhalids, dengan daun panjang dan kaku seperti kulit atau berbentuk ikat pinggang yang kasar Enhalus, Posidonia, Phyllospadix. 5. Halophilids; dengan daun bulat telur, elips, berbentuk tombak atau panjang, rapuh dan tanpa saluran udara: Halophila 6. Amphibolids, daun tumbuh teratur pada kiri dan kanan: Amphibolis, Thalassodendron, dan Heterozostera.

E. Peranan Lamun

Padang lamun merupakan habitat bagi beberapa organisme laut. Hewan yang hidup pada padang lamun ada yang merupakan penghuni tetap ada pula yang bersifat sebagai pengunjung. Hewan yang datang sebagai pengunjung biasanya untuk memijah atau mengasuh anaknya seperti ikan. Selain itu, ada pula hewan yang datang mencari makan seperti sapi laut (Dugong dugon) dan penyu (turtle) yang makan lamun Syringodium isoetifolium dan Thalassia hemprichii (Soedharma, 2007). Soedharma (2007), menyatakan bahwa di daerah padang lamun, organisme melimpah karena lamun digunakan sebagai perlindungan dan persembunyian dari predator dan kecepatan arus yang tinggi dan juga sebagai sumber bahan makanan baik daunnya maupun epifit atau detritus. Jenis-jenis polichaeta dan hewan–hewan nekton juga banyak didapatkan pada padang lamun. Lamun juga merupakan komunitas yang sangat produktif sehingga jenis-jenis ikan dan fauna invertebrata melimpah di perairan ini. Lamun juga memproduksi sejumlah besar bahan bahan organik sebagai substrat untuk algae, epifit, mikroflora dan fauna. Padang lamun ini dihuni berbagai macam spesies hewan, yang berasosiasi dengan padang lamun. Di perairan Pabama dilaporkan 96 spesies hewan yang berasosiasi dengan beberapa jenis ikan. Di Teluk Ambon ditemukan 48 famili dan 108 jenis ikan adalah sebagai penghuni lamun, sedangkan di Kepulauan Seribu sebelah utara Jakarta di temukan 78 jenis ikan yang berasosiasi dengan padang lamun. Selain ikan, sapi laut dan penyu serta banyak hewan invertebrata yang berasosiasi dengan padang lamun, seperti: Pinna sp, beberapa Gastropoda, Lambis lambis, Strombus, teripang, bintang laut, beberapa jenis cacing laut dan udang (Peneus doratum) yang ditemukan di Florida Selatan (Susetiono, 2004). Apabila air sedang surut rendah sekali atau surut purnama, sebagian padang lamun akan tersembul keluar dari air terutama bila komponen utamanya adalah Enhalus acoroides, sehingga burung-burung berdatangan

mencari makan di padang lamun ini (Nontji, 1987 dalam Hendra, 2011). Menurut Azkab (1988) dalam Hendara (2011), peranan lamun di lingkungan perairan laut dangkal sebagai berikut: 1. Sebagai produsen primer Lamun mempunyai tingkat produktivitas primer tertinggi bila dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti ekosistem terumbu karang (Thayer, et al., 1975 dalam Hendra, 2011). 2. Sebagai habitat biota Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuh-tumbuhan (alga). Disamping itu, padang lamun (seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan dan makan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan–ikan karang (coral fishes) (Kikuchi & Peres, 1977 dalam Hendra, 2011). 3. Sebagai penangkap sedimen Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaaan. Jadi padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah erosi (Hutomo & Azkab, 1987 dalam Hendra, 2011). 4. Sebagai pendaur zat hara Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. Khususnya zatzat hara yang dibutuhkan oleh algae dan epifit. Philips & Menez (1988) dalam Hendra (2011), menyatakan bahwa, lamun juga sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat baik secara tradisional maupun secara modern. Secara tradisional lamun telah dimanfaatkan untuk : 1) Kompos dan pupuk, 2) Cerutu dan mainan anak-anak, 3) Dianyam menjadi keranjang, 4) Tumpukan untuk pematang, 5) Mengisi kasur, 6) Ada yang dimakan, dan 7) Dibuat jaring ikan. Pada zaman modern ini, lamun telah dimanfaatkan

untuk : 1) Penyaring limbah, 2) Stabilizator pantai, 3) Bahan untuk pabrik kertas, 4) Makanan, 5) Obat-obatan, dan 6) Sumber bahan kimia. Spesies yang terkenal adalah Enhalus acoroides yang dikenal sebagai samo-samo atau lamun tropis (tropical ellgrass). Spesies ini dimanfaatkan bijinya oleh penduduk Kepulauan Seribu sebagai bahan makanan. Bijinya dikumpulkan dan dimasak seperti halnya menanak nasi. Lamun tropis ini mempunyai bunga jantan yang putih dengan tangkai yang pendek, bunga betinanya bertangkai panjang dengan kelopak kemerahmerahan dan mahkota yang putih, sedangkan buah berambut (Nontji, 1987 dalam Kordi, 2011).

F. Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun (Seagrass)

Kerapatan

merupakan

hal

mendasar

untuk

mempelajari

pertumbuhan lamun maupun mengestimasi produksi. Dalam penelitian Takaendengan (2010) di Perairan Kema, Minahasa Utara menunjukkan bahwa kerapatan pada setiap jenis lamun mempunyai variasi yang secara kuantitatif terdapat perbedaan pada setiap lokasi. Kerapatan bervariasi dari masing-masing jenis lamun berkisar antara 17- 1601 tegakan/m2. Kerapatan tertinggi rata-rata adalah jenis Thalassia hemprichii 1601 tegakan/m2 yang dijumpai pada lokasi 2 (pantai Kaburukan) dan yang terendah Halophila ovalis (17 tegakan/m2 ) di lokasi 1 (pantai Tasikoki). Untuk Halodule pinifolia yang hanya ditemukan pada lokasi 3 (pantai Lilang) memiliki kerapatan rata-rata 324/tegakan/m2. Selain itu juga Thassodendron ciliatum hanya dijumpai di lokasi 4 (pantai Makalisung) dengan jumlah kerapatan rata-rata 143/tegakan/m2. Menurut Nur (2004), tingginya kerapatan jenis lamun sangat terkait dengan jumlah jenis yang ditemukan dan kemungkinan sangat terkait dengan karekteristik habitat seperti kedalaman, dan jenis substrat yang sangat mendukung untuk pertumbuhan dan keberadaan lamun karena sangat terkait dengan penetrasi cahaya yang dibutuhkan oleh lamun dalam

proses fotosintesis. Rendahnya kerapatan jenis pada stasiun disebabkan oleh sedikitnya jumlah jenis yang mampu beradaptasi terhadap faktor lingkungan dan memiliki kedalaman yang tinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya dan memiliki substrat pasir berlumpur sehingga jenis lamun yang ditemukan hanya terdiri dari Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides dan Cymodocea rotundata. Azkab (2006) melaporkan bahwa di dunia tercatat sekitar 58 jenis lamun yang dapat dijumpai dalam skala besar dan menutupi dasar perairan yang luas untuk membentuk suatu padang lamun (Seagrass bed). Di perairan Indonesia tercatat 12 jenis lamun yang tumbuh yaitu : Halodule pinifolia (miki) den Hartog, H. uninervis (forsskal) Asherson, Cymodoceae rotundata Ehrenberg & Hemprich ex Ascherson, C.serrulata (R. Brown) Ascherson & Magnus, Syringodium isoetifolium (Ascherson) Dandy, Thalassodendon ciliatum (Forsskal), Enhalus acoroides (Linnaeus f.) Royle, Thalassia hemprichii (Ehrenberg) Ascherson, H. decipiens Ostenfeld, H. minor (Zollinger) den hartog dan H. spinulosa (R. Brown) Ascherso. Keanekaragaman hayati lamun yang paling tinggi dapat dijumpai di perairan Teluk Flores dan Lombok, masing-mas...


Similar Free PDFs