MAKALAH TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH PDF

Title MAKALAH TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH
Pages 22
File Size 716.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 324
Total Views 958

Summary

MAKALAH TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah : Praktek Ibadah Dosen Pengampu : Dr. H. Zaenal Arifin. AR.S.Ag., M.Pd.I Disusun oleh : PIAUD B FAI PIAUD B / KARYAWAN FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2018 KATA PENGANTAR Assalamu’alaiku...


Description

MAKALAH TATA CARA PENGURUSAN JENAZAH Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah : Praktek Ibadah Dosen Pengampu : Dr. H. Zaenal Arifin. AR.S.Ag., M.Pd.I

Disusun oleh :

PIAUD B

FAI PIAUD B / KARYAWAN

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2018

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita haturkan kepada Allah SWT. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang sungguh tiada terkira besarnya, Tak lupa shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang terang benderang, dari alam jahiliyah menuju ke alam yang penuh berkah ini. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak. Dr. H. Zaenal Arifin. AR.S.Ag., M.Pd.I. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah PRAKTEK IBADAH Dan kami

juga

mengucapkan

terima

kasih

kepada

seluruh

pihak

yang

telah

memberikan bantuannya berupa materiil maupun non materiil, karena tanpa bantuan pihak-pihak tersebut kami semua tidak mungkin dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, kami pun mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang kami kutip tulisannya sebagai bahan rujukan penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Tata Cara Pengurusan Jenazah” Mata Kuliah “Praktek Ibadah” Berkat dukungan mereka semua kesuksesan ini dimulai, dan semoga semua ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi bahan tuntunan kearah yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca khususnya buat kami tim penyusun. Amin ya Robbal alamin Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Karawang, 19 Maret 2018 Penyusun

i

DAFTAR ISI

Halaman Cover ............................................................................................................. Kata Pengantar .............................................................................................. i Daftar Is ......................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1 1.3 Tujuan Masalah ....................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2 2.1. Pengertian Jenazah ................................................................................. 2 2.2. Memandikan Jenazah ............................................................................. 3 1. Orang yang utama memandikan jenazah .......................................... 3 2. Syarat bagi orang yang memandikan jenazah ................................... 4 3. Mayat yang wajib untuk dimandikan ................................................ 5 4. Tatacara memandikan jenazah .......................................................... 5 2.3. Mengkafani Jenazah ............................................................................... 6 1. Hal-hal yang disunnahkan dalam mengkafani jenazah ..................... 7 2. Tata cara mengkafani jenazah ........................................................... 7 2.4 Menshalatkan Jenazah ............................................................................. 9 1. Orang yang paling utama untuk melaksanakan Shalat Jenazah ........ 9 2. Rukun shalat jenazah ......................................................................... 10 3. Tata Cara Melakukan Shalat Jenazah ................................................ 10 2.5 Menguburkan Jenazah ............................................................................. 12 BAB III PENUTUP ..................................................................................... 17 3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 17 3.2 Saran ....................................................................................................... 18 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 19

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya yang masih hidup. Dalam ketentuan hukum Islam jika seorang muslim meninggal dunia maka hukumnya fardhu kifayah atas orang-orang muslim yang masih hidup untuk menyelenggarakan 4 perkara, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan dan menguburkan orang yang telah meninggal tersebut. Untuk lebih jelasnya 4 persoalan tersebut, pemakalah akan mencoba menguraikan dalam penjelasan berikut ini.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian jenazah? 2. Bagaimana tata cara memandikan jenazah? 3. Bagaimana tata cara mengkafani jenazah? 4. Bagaimana tata cara menshalatkan jenazah? 5. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?

1.3 Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui apa pengertian jenazah 2. Untuk mengetahui bagaimana tata cara memandikan jenazah 3. Untuk mengetahui bagaimana tata cara mengkafani jenazah 4. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menshalatkan jenazah 5. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menguburkan jenazah

1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Jenazah Kata jenazah diambil dari bahasa Arab (‫ )جن ذح‬yang berarti tubuh mayat dan kata ‫ جن ذ‬yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang tertutup Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin, khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah. Namun, sebelum penyelenggaraan jenazah itu dimulai, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan terhadap jenazah tersebut, yaitu : 1. Dipejamkan matanya, mendo’akan dan meminta ampunkan atas dosanya. 2. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan di dada dan kakinya diluruskan. 3. Mengatupkan rahangnya atau mengikatnya dari puncak kepala sampai ke dagu supaya mulutnya tidak menganga/terbuka. 4. Jika memungkinkan jenazah diletakkan membujur ke arah utaradan badannya diselubungi dengan kain. 5. Menyebarluaskan berita kematiannya kepada kerabat- kerabatnya dan handai tolannya. 6. Lunasilah hutang-hutangnya dengan segera jika ia punya hutang. 7. Segerakanlah fardu kifayahnya. Menurut syari’at Islam, fardu kifayah dalam menyelenggarakan jenazah ada empat macam, yaitu : 1. Memandikan jenazah 2. Mengkafani jenazah 3. Mensalatkan jenazah 4. Menguburkan jenazah

2

2.2. Memandikan Jenazah

Setiap orang muslim yang meninggal dunia harus dimandikan, dikafani dan dishalatkan terlebih dahulu sebelum dikuburkan terkecuali bagi orang-orang yang mati syahid. Hukum memandikan jenazah orang muslim menurut jumhur ulama adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf. Adapun dalil yang menjelaskan kewajiban memandikan jenazah ini terdapat dalam sebuah hadist Rasulullah SAW, yakninya:

‫ فى ا لذ ي سقط عن ر ا حلته فما‬:‫عن ا بن عبا س ا ن ا لنبي صلى ا هلل عليه و سلم قا ل‬ )‫ت ا غسلو ه بما ء و سد ر (رواه ا لبخرو مسلم‬ Artinya : “Dari Ibnu Abbas, bahwasanya Nabi SAW telah bersabda tentang orang yang jatuh dari kendaraannya lalu mati, “mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.” (H.R Bukhari dan Muslim) Adapun beberapa hal penting yang berkaitan dengan memandikan jenazah yang perlu diperhatikan yaitu :

5. Orang Yang Utama Memandikan Jenazah a. Untuk mayat laki-laki Orang yang utama memandikan dan mengkafani mayat laki-laki adalah orang yang diwasiatkannya, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, muhrimnya dan istrinya.

3

b. Untuk mayat perempuan Orang yang utama memandikan mayat perempuan adalah ibunya, neneknya, keluarga terdekat dari pihak wanita serta suaminya. c. Untuk mayat anak laki-laki dan anak perempuan Untuk mayat anak laki-laki boleh perempuan yang memandikannya dan sebaliknya untuk mayat anak perempuan boleh laki-laki yang memandikannya. d. Jika seorang perempuan meninggal sedangkan yang masih hidup semuanya hanya laki-laki dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya seorang laki-laki meninggal sementara yang masih hidup hanya perempuan saja dan dia tidak mempunyai istri, maka mayat tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh salah seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan.[3] Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yakninya :

‫اذ ما تت ا لمر أ ة مع ا لر جا ل ليس معحم ا مر أ ة غير ها و ا لر جل مع النسا ء ليس‬ ‫معهن ر جل غيره فأ نهما ييممان و يد فنا ن و هما بمنز لة من لم يجد ا لما ء (رواه ه بو‬ )‫داود و ا لبيحقى‬ Artinya : “Jika seorang perempuan meninggal di tempat laki-laki dan tidak ada perempuan lain atau laki-laki meninggal di tempat perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki selainnya maka kedua mayat itu ditayamumkan, lalu dikuburkan, karena kedudukannya sama seperti tidak mendapat air.” (H.R Abu Daud dan Baihaqi) 6. Syarat Bagi Orang Yang Memandikan Jenazah a. Muslim, berakal, dan baligh b. Berniat memandikan jenazah c. Jujur dan sholeh d. Terpercaya,

amanah,

mengetahui

hukum

memandikan

mayat

dan

memandikannya sebagaimana yang diajarkan sunnah serta mampu menutupi aib si mayat.

4

7. Mayat Yang Wajib Untuk Dimandikan a. Mayat seorang muslim dan bukan kafir b. Bukan bayi yang keguguran dan jika lahir dalam keadaan sudah meninggal tidak dimandikan c. Ada sebahagian tubuh mayat yang dapat dimandikan d. Bukan mayat yang mati syahid

8. Tatacara Memandikan Jenazah Berikut beberapa cara memandiakan jenazah orang muslim, yaitu :

a. Perlu diingat, sebelum mayat dimandikan siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti: 1. Tempat memandikan pada ruangan yang tertutup. 2. Air secukupnya. 3. Sabun, air kapur barus dan wangi-wangian. 4. Sarung tangan untuk memandikan. 5. Potongan atau gulungan kain kecil-kecil. 6. Kain basahan, handuk, dll. b. Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak kelihatan. c. Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup. d. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran. e. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya perlahan-lahan. f. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala. g. Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok giginya dan bersihkan hidungnya, kemudiankan wudhukan. h. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah i. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan wangi-wangian. j. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota tubuhnya.

5

k. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya itulah yang wajib. Disunnahkan mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil. l. Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajid dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja. m. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepaskan dan dibiarkan menyulur kebelakang, setelah disirim dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang. n. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak membasahi kain kafannya. o. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung alkohol.

2.3. Mengkafani Jenazah

Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid adalah fardhu kifayah. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut :

‫ها جر نا سع ر سو ل ا هلل صلى ا هلل عليه و سلم كلتمس و جه ا هلل فو قع ا جرنا على‬ ‫هللا فمنا من ما ت لم يأ كل من ا جر ه شأ منهم مصعب ا بن عمير قتل يو م ا حد فلم نجد‬ ‫ و ا ذا غطينا بها ر جليه‬,‫ ا ذا غطينا بها ر أ سه خر جت ر جال ه‬,‫ما لكفنه ا ال بر د ة‬ ‫حر ج ر أ سه فأ مر نا ا لنبي صلى ا هلل عليه و سلم ا ن نغطي ر أ سه و ا ن نجعل على‬ )‫ر جليه من ا ال ذ خر (رواه ا لبخا ر ى‬ Artinya : “Kami hijrah bersama Rasulullah SAW dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang meninggal sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika kakinya tertutup, maka 6

tersembul kepalanya. Maka Nabi SAW menyuruh kami untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (H.R Bukhari) 1. Hal-hal Yang Disunnahkan dalam Mengkafani Jenazah adalah :

a. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih dan menutupi seluruh tubuh mayat. b. Kain kafan hendaknya berwarna putih. c. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi mayat perempuan 5 lapis. d. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu. e. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

2. Tata Cara Mengkafani Jenazah Adalah Sebagai Berikut :

A. Untuk Mayat Laki-Laki a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus. b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian. c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara yang lembut. e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga atau lima ikatan. f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada. 7

B. Untuk Mayat Perempuan Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri dari: a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan. b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala. c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung. d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki. e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Adapun tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu: a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus. b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas. c. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya. d. Pakaikan sarung. e. Pakaikan baju kurung. f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang. g. Pakaikan kerudung. h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam. i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

8

2.4 Menshalatkan Jenazah

Menurut ijma ulama hukum penyelenggaraan shalat jenazah adalah fardhu kifayah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi :

)‫صلو ا على مو تا كم (رواه ابن ما جه‬ Artinya : “Shalatilah orang yang meninggal dunia diantara kamu”

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan salat jenazah, yaitu : a. Jenazah diletakkan di arah kiblat( di depan imam apabila berjama’ah atau di depan orang yang mensalatkannya apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah kanan dan kaki sebelah kiri imam. b. Pada jenazah laki- laki imamnya berdiri sejajar dengan dada jenazah, sedangkan apabila jenazahnya perempuan, maka imam berdiri sejajar dengan pinggang jenazah. c. Setelah jama’ah salat jenazah siap untuk melaksanakan salat jenazah tersebut, kemudian berniatlah di dalam hati untuk melaksanakan salat jenazah.

1. Orang Paling Utama Untuk Melaksanakan Shalat Jenazah Yaitu: a. Orang yang diwasiatkan si mayat dengan syarat tidak fasik atau tidak ahli bid’ah. b. Ulama atau pemimpin terkemuka ditempat itu. c. Orang tua si mayat dan seterusnya ke atas. d. Anak-anak si mayat dan seterusnya ke bawah. e. Keluarga terdekat. f. Kaum muslimim seluruhnya. 9

2. Rukun Shalat Jenazah Ialah : a. Berniat menshalatkan jenazah. b. Takbir empat kali. c. Berdiri bagi yang kuasa.

3. Tata Cara Melakukan Shalat Jenazah adalah sebagai berikut :

1. Niat shalat jenazah Niat shalat jenazah dilakukan dalam hati serta ikhlas karena Allah SWT. Sebelum shalat jenazah dilakukan maka kepada imam dan seluruh makmum hendaknya berwudhu dan menutup aurat. Untuk menyalatkan mayat laki-laki imam berdiri sejajar dengan kepala si mayat, sedangkan untuk mayat perempuan, imam berdiri di tengah-tengah sejajar pusat si mayat.

Lafal niat shalat jenazah : a. Untuk mayat laki-laki

‫ ا ما ما هلل تعا لى‬/‫ا صلى على هذ اا لميت ار بع تكبير ا ت فر ض كفا ية مأ مو ما‬ “Sengaja aku berniat shalat atas mayat laki-laki empat takbir fardhu kifayah menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala” b. Untuk mayat perempuan

‫ ا ما ما هلل تعا لى‬/‫ا صلى على هذ اا لميتة ار بع تكبير ا ت فر ض كفا ية مأ مو ما‬ “Sengaja aku berniat shalat atas mayat perempuan empat takbir fardhu kifayah menjadi makmun/imam karena Allah ta’ala” 2. Takbir 4 kali a. Takbir pertama dimulai dengan mengangkat tangan dan membaca AlFatihah.

Artinya: 10

1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, 2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, 4. Yang menguasai di hari Pembalasan, 5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan, 6. Tunjukilah kami jalan yang lurus, 7. (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.

b. Takbir kedua dan membaca shalawat

‫ا للهم صل على محمد و على ا ل محمد كما صليت على ا بر ا هيم و على ا ل ا براهيم‬ ‫و با رك على محمد و على ا ل محمد كما با ر كت على ا بر ا هيم و على ا ل ا بر هيم‬ .‫فى ا لعا لمين ا نك حميد مجيد‬ Artinya : “Ya Allah berikanlah kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau telah memberikan kesejahteraan kepada Ibrahim dan keluarganya. Berkatilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana engkau telah memberkati Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya Engkau Maha terpuji lagi bijaksana” ...


Similar Free PDFs