Makalah Tentang Aqidah Islamiyah PDF

Title Makalah Tentang Aqidah Islamiyah
Author Junita Retnosari
Pages 23
File Size 726.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 164
Total Views 236

Summary

1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 2 A. LATAR BELAKANG ...........................................


Description

1

DAFTAR ISI DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 2 A.

LATAR BELAKANG ...................................................................................................2

B.

RUMUSAN MASALAH .............................................................................................3

C.

1.

Apa pengertian Aqidah secara Etimologi dan Terminologi? ...............................3

2.

Apa saja sumber-sumber Aqidah? ......................................................................3

3.

Apa fungsi dari Aqidah?......................................................................................3 TUJUAN PEMBAHASAN ..........................................................................................3

BAB II POKOK PEMBAHASAN.......................................................................... 4 A.

Pengertian Aqidah secara Etimologi dan Terminologi ............................................4

B.

Macam-macam sumber Aqidah .............................................................................7

C.

Macam-macam fungsi Aqidah ..............................................................................14

BAB III ANALISIS DAN DISKUSI .................................................................... 20 BAB IV KESIMPULAN....................................................................................... 22 DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 23

2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Segala puji bagi Allah yang maha Esa karena rahmat dan karuniaNya telah memberikan petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat-Nya dengan suri tauladan-Nya yang baik. Dan segala Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah, kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Kami penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Banyaknya paham-paham asing di seluruh lapisan masyarakat umum, termasuk banyaknya jaringan teroris yang berkembang di sekitar kita terjadi karena kurangnya pemahaman para generasi penerus bangsa mengenai Aqidah. Maka dari itu, kami menyusun makalah ini dengan harapan agar para pembaca dapat lebih memahami tentang apa pengertian Aqidah baik secara bahasa maupun istilah, darimana saja sumber-sumber Aqidah tersebut diperoleh, dan apa saja fungsi dari Aqidah sesuai dengan ajaran Islam,

sehingga

tidak

terjadi

hal-hal

yang menyimpang

beratasnamakan Aqidah Islam. Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman (mu’min). Makalah ini merupakan pengetahuan tentang konsep aqidah dalam islam, semua ini di rangkup dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat. Makalah ini menampilkan

3

beberapa bahasan yang bisa membantu siapa saja yang ingin memahami aqidah. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian Aqidah secara Etimologi dan Terminologi? 2. Apa saja sumber-sumber Aqidah? 3. Apa fungsi dari Aqidah?

C. TUJUAN PEMBAHASAN 1. Ingin memahami pengertian dari Aqidah baik secara Etimologi (bahasa) ataupun Terminologi (istilah) dengan tepat dan benar. 2. Ingin memahami berbagai sumber-sumber Aqidah yang sudah pasti kebenarannya. 3. Ingin memahami apa saja fungsi dari Aqidah.

4

BAB II POKOK PEMBAHASAN

A. Pengertian Aqidah secara Etimologi dan Terminologi 1. Pengertian Aqidah secara Etimologi (Bahasa) a. Menurut KBBI, akidah/aki-dah berarti kepercayaan dasar atau keyakinan pokok.1 b. Aqidah berasal dari bahasa Arab.2 -

‫( ْال َعد‬al ‘aqdu) yang berarti ikatan.

-

‫( التَّوثِيْق‬at-tautsiiqu) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat/kokoh.

-

‫الربْط بِق َّوة‬ َّ (ar-rabthu biquw-wah) yang berarti mengikat dengan kuat.

-

‫اْ ِالحْ كَام‬

(al-ihkaamu)

yang

artinya

mengokohkan

atau

menetapkan. c. Dari pengertian Aqidah berdasarkan kata di atas, dapat ditarik benang

merah

bahwa,

aqidah

menurut

bahasa

adalah

kepercayaan/keyakinan yang kuat yang terdapat di dalam hati seseorang. Entah apakah yang ada dalam keyakinan orang tersebut benar atau justru salah.3 d. Dapat disimpulkan bahwa, aqidah merupakan keyakinan yang terdapat di dalam hati yang tidak dapat terlihat. Namun kebenarannya sudahlah pasti.

1

Ebta Setiawan, Akidah, Kamus Besar Bahasa Indonesia (versi online/daring), diakses dari https://kbbi.web.id/akidah, 18 September 2017, 11.35 WIB 2

Kontributor Wikipedia, Akidah Islam, Wikipedia, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam, 18 September 2017, 13.08 3

Admin, Pengertian dan Makna Aqidah Islamiyah, Info Makalah, diakses dari http://www.makalah.info/2016/11/pengertian-dan-makna-aqidah-islamiyah.html, 18 September 2017, 13.30 WIB.

5

2. Pengertian Aqidah secara Terminologi (Istilah) a. Menurut Hasan al-Banna,4 “Aqidah

adalah

beberapa

perkara

yang

wajib

diyakini

keberadaannya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan”

b. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, “Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (Kebenaran) itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”

c. Imam Ghazali, “Jika dalam diri seseorang telah tumbuh Aqidah pada hatinya, maka mereka akan menganggap hanya Allah Subhanahu Wata'ala sajalah yang memiliki kuasa atas segala sesuatu. Sementara segala yang ada hanyalah mahluk.”

d. Menurut Abdullah Azzam, “Aqidah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwasanya "beriman" berarti tidak mengingkari adanya enam rukun Iman. Diantaranya adalah Iman kepada; Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Kiamat serta Qada' dan Qadar”.

e. Menurut Ibnu Tarmiyah,

4

Manan Jumati, Makalah konsep Aqidah Dalam Islam, Mananjumati Wordpress, diakses dari https://mananjumati.wordpress.com/2014/09/13/makalah-konsep-aqidah-dalam-islam/, 19 September 2017, 13.13 WIB

6

“Aqidah adalah sesuatu yang tertanam dalam hati. Akan merasa tenang orang yang memilikinya, dan di dalam jiwanya tidak sedikitpun menaruh prasangka ataupun keraguan”.

f. Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy, “Adalah kebenaran logis yang mampu diterima manusia melalui akal, wahyu dan juga fitrahnya. Dan kebenaran tersebut terletak pada hati yang senantiasa akan menolak dengan tegas jika ada yang bertentangan dengannya.”

g. Aqidah adalah Sebuah perkara yang sifatnya wajib untuk dibenarkan oleh hati dan jiwa, sehingga orang yang memiliki kebenaran tersebut akan merasa damai karenanya. Kemudian menjadi suatu kenyataan yang teguh serta kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

h. Aqidah bisa dikatakan sebagai keimanan yang terdapat di dalam jiwa. Keberadaannya terikat dan sangat kokoh.

Dan apabila

terdapat keraguan atau prasangka, maka tidak dapat dikatakan sebagai aqidah. i. Implementasi dari keberadaannya (iman/aqidah) yang terdapat dalam hati atau jiwa, muncul dalam bentuk ucapan/lisan, dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan.

j. Singkatnya, aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.5

5

^ Lisaanul 'Arab (IX/311:‫ )عقد‬karya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu'jamul Wasiith(II/614:‫)عقد‬

7

B. Macam-macam sumber Aqidah6 1. Al-Qur’an sebagai sumber Aqidah Firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Rasulullah melalui

perantara

malaikat Jibril. Di dalamnya

Allah telah

menjelaskan segala sesuatu yang telah dibutuhkan oleh hamba-Nya sebagai bekal kehidupan di dunia dan di akhirat. Ia merupakan petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk, pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman, dan obat bagi jiwa-jiwa yang terluka.

Sebagaimana Firman Allah dalam QS.Al-An’am:115.

َ َ ُ َ َ َّ َ َ َّ ۡ‫ۡم َبد َِلۡل ََِك َِمَٰت ِ ۡهِ ۡۦۡ َو ُه َو‬ ُ ‫اۡو َعد ٗٗل َّۡٗل‬ َ ‫ۡصد ٗق‬ ۡ ۡ١١٥ۡ‫ِيم‬ ُۡ ‫يعۡٱل َعل‬ ُۡ ‫ٱلس ِم‬ ‫وتمتَۡۡك ِمت‬ ِ ‫ۡربِك‬ ۚ ۚ “dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah Firman-Nya. Dan Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui”. Al-Imam Asy-Syatibi mengatakan Bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan syariat ini kepada Rasul-Nya yang didalamnya terdapat penjelasan atas segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tentang kewajiban dan peribadatan yang dipikulkan diatas pundaknya, termasuk didalamnya perkara aqidah. Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai sumber hukum aqidah karena Allah mengetahui kebutuhan manusia sebagai seorang hamba yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Bahkan jika dicermati akan ditemui banyak ayat dalam Al-Qur’an yang dijelaskan tentang aqidah, baik secara tersurat maupun secara tersirat. Oleh karena itu, menjadi hal yang wajib jika kita mengetahui dan memahami aqidah yang bersumber

6

Andiyani Muhadi, Bahriani dan Rezky Nur Wahyuni, Aqidah Akhlak Sumber-sumber Aqidah Islam, “http://avbahriani.blogspot.co.id/2016/06/sumber-sumber-aqidah-islam.html”18 September 2017, 18:11.

8

dari Al-Qur’an. Kitab mulia ini merupakan penjelasan langsung dari Rabb manusia, yang hak dan tidak pernah sirna ditelan masa.

2. As-Sunnah sumber kedua Aqidah Seperti halnya Al-Qur’an, As-Sunnah adalah satu jenis wahyu yang datang dari Allah SWT walaupun Lafadznya bukan dari Allah tapi maknanya datang darinya. Hal ini diketahui dalam firman Allah QS. An-Najm: 3-4.

َّ

ُ َ ‫َو َماۡيَنط ُق‬ َ ‫ۡه َوۡإٗل‬ ٞ ‫ۡو‬ َٰ َ ُ‫ۡحۡي‬ ۡ ۡ٤ۡ‫وۡح‬ ‫ۡۡإِن‬٣ۡۡ‫ۡع ِنۡٱل َه َوى‬ ِ ِ

“dan tidaklah yang diucapkan-Nya itu (Al-Qur’an) menurut keinginan-Nya. Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.”

Rasulullah saw bersabda, ”tulislah demi dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidak keluar dari-Nya kecuali kebenaran sambil menunjuk lidahnya” (HR. Abu dawud). Yang menjadi persoalan adalah banyaknya hadits lemah yang beredar ditengah umat dianggap “mutiara” yang bukan berasal dari Rasulullah SAW dinisbahakan kepada beliau. Hal ini tidak lepas dari usaha penyimpangan yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit. Akan tetapi, maha suci Allah yang telah menjaga kemurnian As-Sunnah hingga akhir zaman melalui para ulama ahli ilmu. Selain melakukan penjagaan terhadap ahli sunnah, Allah telah menjadikan As-Sunnah sebagai sumber hukum dalam Agama. Kekuatan As-Sunnah dalam menetapkan syari’at termasuk perkara

9

aqidah ditegaskan dalam banyak ayat Al-Qur’an, diantaranya firman Allah dalam QS.An-nisa:59.

َ َ َ ُ َ ُ ْ ُ َ َ َ َّ ْ ُ َ ْ ُ َ َّ َ ُ َّ ۡ ‫طيعوا‬ ۡ‫ول ۡ َوأ ْو ِِل ۡٱۡلم ِۡر ۡمِنكمۖۡ ۡفإِن‬ ۡ ‫ٱلرس‬ ِۡ ‫ٱّلل ۡوأ‬ ۡ ۡ ‫ِين ۡ َءامن ٓوا ۡأطِيعوا‬ َۡ ‫يأ ُّي َها ۡٱَّل‬

َ ُ ُ ُ َ َ َّ َ َّ َ ُ ُّ ُ َ ُ َ ََ َّ ‫ٱّللِۡ َۡو‬ ۡ‫ٱّللِۡ َۡوٱۡلَو ِۡمۡٱٓأۡلخ ِِۡرۡذَٰل ِك‬ ۡ ِ ‫نتمۡتؤم ُِنونۡۡب‬ ‫ٱلر ُسو ِۡلۡإِنۡك‬ ۡ ۡ‫وهۡإَِل‬ ‫ِۡفَۡش ٖءۡفرد‬ ِ ‫تنَٰزعتم‬

‫ ََ َ ُ َ ا‬ٞ َ ۡ ۡ٥٩ۡ‫نۡتأ ِويًل‬ ۡ‫س‬ ۡ ‫خۡيۡوأح‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu.Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah pada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (AsSunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.Yang demikian itu, lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.”

Firman Allah di atas menunjukkan bahwa tidak ada pilihan lain bagi seorang muslim untuk mengambil sumber-sumber hukum aqidah dari As-Sunnah dengan pemahaman ulama. Ibnu Qayyim juga pernah berkata “Allah memerintahkan untuk mentaati-Nya dan mentaati Rasul-Nya”, dengan mengulangi kata kerja (taatilah) yang menandakan bahwa menaati Rasul wajib secara independen tanpa harus mencocokkan terlebih dahulu dengan Al-Qur’an, jika beliau memerintahkan sesuatu. Hal ini dikarenakan tidak akan pernah ada pertentangan antara Qur’an dan Sunnah. 3. Ijma’ Para Ulama Sumber aqidah yang berasal dari kesepakatan para mujtahid Umat Muhammad saw setelah beliau wafat, tentang urusan pada suatu masa. Mereka bukanlah orang yang sekedar tahu tentang ilmu tetap juga memahami dan mengamalkan ilmu. Berkaitan dengan ijma’, Allah swt berfirman dalam QS.An-Nisa:115.

10

َ َّ َ َ َٰ َ ُ ُ َ َ َّ َ َ َ َ ۢ َ ُ َّ َ ُ َ َ ‫ۡي‬ َ ‫ۡغ‬ ۡ‫َلِۦ‬ ِۡ ‫َِّيۡن َو‬ ۡ ‫يلۡٱل ُمؤ ِمن‬ ‫ب‬ ‫ۡس‬ ‫ىۡويتبِع‬ ۡ ‫ولۡمِنۡبعدِۡماۡتبَّيَۡلۡٱلهد‬ ۡ ‫َو َمنۡيُشاق ِِقۡٱلرس‬ ِ ِ

ٓ َ َ َّ َ َ ُ َ َٰ َّ َ َ َ َ ‫ص ا‬ ۡ ۡ١١٥ۡ‫ۡيا‬ ‫ماۡتوِل‬ ِ ‫ۡو َسا َءتۡم‬ ۡۖ‫ۡونصل ِ ۡهِۦۡجهنم‬

“dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan masukkan ia kedalam Neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.” Imam Syafi’I menyebutkan bahwa ayat ini merupakan dalil pembolehan disunnatkannya Ijma’, yaitu diambil dari kalimat “Jalannya orang-orang yang beriman” yang berarti Ijma’. Beliau juga menambahkan bahwa dalil ini adalah dalil Syar’I yang wajib untuk diikuti karena Allah menyebutkannya secara bersamaan dengan larangan menyelisihi Rasul. Di dalam pengambilan Ijma’ terdapat juga beberapa kaidahkaidah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Ijma’ dalam masalah akidah harus bersandarkan kepada dalil dari Al-Qur’an dan AsSunnah yang shahih karena perkara aqidah adalah perkara tauqifiyah yang tidak diketahui kecuali dengan jalan wahyu. Sedangkan fungsi Ijma’ adalah menguatkan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta menolak kemungkinan terjadinya kesalahan dalam dalil yang dzani sehingga menjadi qotha’i.

4. Akal Sehat Manusia Selain ketiga sumber diatas, akal juga menjadi sumber hukum aqidah dalam Islam. Hal ini merupakan bukti bahwa Islam sangat memuliakan

akal

serta

memberikan

haknya

sesuai

dengan

11

kedudukannya,

dengan

cara

memberikan

batasan

dan

petunjuk kepada akal agar tidak terjebak kedalam pemahamanpemahaman yang tidak benar. Hal ini sesuai dengan sifat akal yang memiliki keterbatasan dalam memahami suatu ilmu atau peristiwa. Apa yang akan Anda lakukan jika seseorang yang Anda percaya berkata kepada Anda bahwa ada korsleting listrik di rumah Anda yang dapat menyebabkan kebakaran? Apa yang akan Anda lakukan jika seseorang berkata kepada Anda bahwa di kantor tempat Anda bekerja ada bahan peledak? Walaupun kemungkinan benarnya berita itu kecil sekali, tentu Anda akan langsung mencari dan memeriksa rumah Anda sampai Anda yakin bahaya tersebut tidak ada. Begitu juga jika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa mati bukan akhir dari segalanya, bahwa Pencipta alam ini telah menetapkan aturan-aturan yang mengakibatkan kesengsaraan abadi (neraka) bagi orang yang tidak menaatinya. Anda, seperti manusia lain, dengan fitrah Anda akan memperhatikan hal-hal ini walaupun Anda sebenarnya berpikir bahwa kemungkinan benarnya kata-kata tersebut kecil sekali. Sebab, apa yang dikatakan orang tersebut sangat penting dan bernilai. Itulah yang mendorong manusia untuk terus mencari dan mengetahui hakikat mengenai hal tersebut sampai dia mendapatkan hasil yang meyakinkan, terlepas dari positif atau negatifnya hasil yang dia dapatkan. Agama Islam tidak membenarkan pengagungan terhadap akal dan tidak pula membenarkan pelecehan terhadap kemampuan akal manusia, seperti yang biasa dilakukan oleh beberapa golongan (firqoh)

yang menyimpang.

Syaikhul

Islam

Ibnu

Taimiyah

mengatakan : “akal merupakan syarat untuk memahami ilmu dan kesempurnaan beramal dengan keduanyalah ilmu dan dan amal

12

menjadi sempurna, hanya saja ia tidak dapat berdiri sendiri. Di dalam jiwa ia berfungsi sebagai sumber kekuatan, sama seperti kekuatan penglihatan pada mata yang jika mendapatkannya cahaya Iman dan Al-Qur’an seperti mendapat cahaya matahari dan api. Tetapi jika berdiri sendiri, ia tidak akan mampu melihat (hakikat) sesuatu dan jika sama sekali dihilangkan ia akan menjadi sesuatu yang berunsur kebinatangan”. Eksistensi akal memiliki keterbatasan pada apa yang bisa dicerna tentang perkara-perkara nyata yang memungkinkan panca indra untuk menangkapanya. Adapun masalah-masalah gaib yang tidak dapat disentuh oleh panca indra maka tertutup jalan bagi akal untuk sampai pada hakikatnya. Sesuatu yang abstrak/gaib, seperti akidah tidak dapat diketahui oleh akal kecuali mendapatkan cahaya dan petunjuk wahyu baik dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih. Al-Qur’an dan As-Sunnah menjelaskan bagaimana cara memahami dan melakukan masalah tersebut. Salah satu contohnya adalah akal mungkin tidak bisa menerima surga dan neraka karena tidak bisa diketahui melalui indera. Akan tetapi melalui penjelasan yang berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah maka akan dapat diketahui bahwasanya setiap manusia harus meyakininya. Mengenai hal ini Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa apa yang tidak terdapat dalam AlQur’an, As-Sunnah, dan ijma’ yang menyelisih akal sehat karena sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat adalah batil. Sedangkan tidak ada kebatilan dalam Al-Qur’an, Sunnah, dan ijma’. Tetapi padanya terdapat kata-kata yang mungkin sebagian orang tidak memahaminya atau mereka memahaminya dengan makna yang batil.

5. Fitrah Kehidupan Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :

13

“setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang membuat ia menjadi yahudi, nasrani, atau majusi.”( H. R. Muslim ) Dari hadits dapat diketahui bahwa sebenarnya manusia memiliki kecenderungan untuk menghamba kepada Allah. Akan tetapi bukan berarti bahwa bayi yang lahir telah mengetahui rincian agama islam. Setiap bayi yang lahir tidak mengetahui apaapa. Tetapi setiap mamiliki fitrah untuk sejalan dengan Islam sebelum dinodai oleh penyimpangan-penyimpangan. Bukti mengenai hal ini adalah fitrah manusia untuk mengakui bahwa mustahil ada dua pencipta alam yang memiliki sifat dan kemampuan yang sama. Bahkan ketika ditimpa musibah pun banyak manusia yang menyeruh kepada Allah seperti dijelaskan dalam firmannya: Q. S Al- Israa’:67.

َ ُ َّ َ َّ َ َ ُ َّ ٓ َّ َ ُ َ َ َّ َ َ ُّ ُ ۡ‫ب‬ ِۡ َ ‫َۡنىَٰكم ۡإَِل ۡٱل‬ ‫ٱلّض ۡ ِِف ۡٱۡلَح ِۡر ۡضل ۡمن ۡتدعون ۡإِٗل ۡإِياهۖۡ ۡفلما‬ ُّۡ ۡ ‫ِإَوذا ۡ َم َّسك ُم‬ َ ََ ُ َ َ ‫نۡ َك ُف ا‬ َٰ َ ‫ٱۡل‬ ۡ ۡ٦٧ۡ‫ورا‬ ُۡ ‫نس‬ ِ ۡ‫أعرضت ۚمۡوَكن‬ “dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang

semua yang biasa kamu seru, kecuali Dia. Tapi ketika Dia menyelamatkan kamu kedaratan, kamu berpaling dari-Nya. Dan manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur).”

14

C. Macam-macam fungsi Aqidah Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendir...


Similar Free PDFs