Makalah Tri Pusat Pendidikan PDF

Title Makalah Tri Pusat Pendidikan
Author Amer Syarifuddin
Pages 51
File Size 319.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 328
Total Views 411

Summary

1 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Tri Pusat Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam Pendidikan Di dalam bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai Bapak Pendidikan. Beliau adalah orang yang paling banyak mencetuskan ide- ide cemerlangnya ke dalam dunia pendidikan. Di antara idenya yang dikenal ...


Description

1

BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Tri Pusat Pendidikan Ki Hajar Dewantara Dalam Pendidikan Di dalam bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai Bapak Pendidikan. Beliau adalah orang yang paling banyak mencetuskan ideide cemerlangnya ke dalam dunia pendidikan. Di antara idenya yang dikenal oleh insan pendidikan adalah tentang Konsep Tri Pusat Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Istilah Tri Pusat Pendidikan adalah istilah yang digunakan olehnya untuk menggambarkan lembaga atau lingkungan pendidikan yang ada di sekitar manusia dan yang mempengaruhi perilaku peserta didik. Ki Hajar Dewantara yang nama aslinya R. M. Soewardi Soerjaningrat, putra bangsawan Paku Alaman, pendiri Taman Indriya, mengemukakan sistem Tricentra dengan menyatakan: “Di dalam hidupnya anak-anak adalah tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya yaitu: alam-keluarga, alam-perguruan dan alam pergerakan-pemuda”.1 Pendidikan merupakan hal paling utama dalam kehidupan, karena dengan pendidikan manusia akan mulia dan bahagia dunia dan akhirat. Hak dan tanggung jawab pendidikan ini dibebankan kepada semua individu manusia. Terdapat tiga lingkungan utama yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan pendidikan manusia yaitu Keluarga, Sekolah dan Masyarakat. Setiap lingkungan tersebut mempunyai peran yang penting dalam pendidikan. 1

Majlis Luhur Taman Siswa, Karya Ki Hajar Dewantara, (Yogyakarta, Percetakan Taman Siswa, 1962) 70.

Bagian Pertama: Pendidikan,

2

Oleh karenanya, tiga lingkungan tersebut harus dikembangkan dengan baik dan secara terpadu. Pemikiran ini, menurut penulis adalah suatu pemikiran yang sangat baik karena setiap peserta didik dapat dipastikan akan bersangkutan dengannya. Disadari atau tidak, tiga lingkungan tersebut sangatlah mempengaruhi karakter dan intelektual peserta didik. Di bawah ini, akan dijelaskan secara masing-masing peran dari Tri Pusat Pendidikan tersebut: 1. Keluarga Pendidikan keluarga atau pendidikan informal adalah jalur pendidikan melalui keluarga. Pendidikan informal adalah suatu proses pembelajaran yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di dalam keluarga terdekat. Sebagai orang tua atau orang dekat lainnya di dalam keluarga itu, secara otomatis dan natural akan mengenalkan pada anak tentang nama benda-benda dan cara mengucapkannya yang benar, cara makan minum yang benar, cara menghormati yang benar, cara menulis, cara menggambar dan cara beribadah dan sebagainya, sebagai dasar bagi anak dalam memasuki dunia formal (sekolah dan masyarakat) nantinya. Pada prinsipnya pendidikan dalam keluarga adalah untuk membantu anak bagaimana bisa belajar dengan baik. Di dalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Dalam hubungan ini Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa:

3

“Rasa cinta, rasa bersatu dan lain-lain perasaan dan keadaan jiwa yang pada umumnya sangat berfaedah untuk berlangsungnya pendidikan teristimewa pendidikan budi pekerti, terdapatlah di dalam hidup keluarga dalam sifat yang kuat dan murni, sehingga tak dapat pusat-pusat pendidikan lainnya menyamai”.2 Anak lahir dalam pemeliharaan orang tua dan dibesarkan di dalam keluarga. Orang tua tanpa ada yang memerintah langsung memikul tugas sebagai pendidik, baik bersifat sebagai pemelihara, sebagai pengasuh, sebagai pembina maupun sebagai guru dan pemimpin terhadap anak-anaknya. Ini adalah tugas kodrati dari tiap-tiap manusia. Anak juga mengisap norma-norma yang ada pada anggota keluarga, baik pada ayah dan ibu maupun kakak-kakaknya . Maka orang tua di dalam keluarga harus dan merupakan kewajiban kodrati untuk memperhatikan anakanaknya serta juga mendidiknya, sejak anak-anak itu kecil bahkan sejak anak itu masih dalam kandungan. Jadi, tugas orang tua mendidik anak-anaknya itu terlepas sama sekali dari kedudukan, keahlian atau pengalaman dalam bidang pendidikan yang legal. Bahkan menurut Imam Ghozali, “Anak adalah suatu amanat tuhan kepada Ibu Bapaknya”.3 Anak adalah anggota keluarga, dimana orang tua adalah pimpinan keluarga, sebagai penanggung jawab atas keselamatan warganya di dunia dan khususnya di akhirat. Maka dari itu orang tualah yang wajib mendidik anakanaknya. Allah berfirman dalam surat at-Tah}rili, Ih}ya> ‘Ulu>muddi>n, Tentang Keajaiban Hati, Alih bahasa dan susunan Nur Hikmah (Jakarta: Yayasan Kesejahteraan Keluarga, 1995), 257. 3

4

⌧ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.4 Di dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 10 ayat 4 dinyatakan bahwa: Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan. Sementara itu, dalam GBHN 1993 dinyatakan: “Pendidikan nasional dikembangkan secara terpadu dan serasi baik antara berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan, maupun antara sektor pendidikan dengan sektor pembangunan lainnya serta antar daerah. masyarakat sebagi mitra pemerintah berkesempatan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan pendidikan nasional”.5 Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga. Peralihan bentuk pendidikan jalur luar sekolah ke jalur

4

Depag RI, Al-Qur’a>n Dan Terjemahannya Al-Juma>natul ‘Ali>, 66 (Surat at-Tah{ri>m): Ayat 06(Bandung: CV PENERBIT J-ART, 2004), 561. 5 TAP MPR Nomor II/ MPR tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), (Surabaya: Bina Pustaka Tama, 1993), 90.

5

pendidikan sekolah (formal) memerlukan “kerja sama yang sangat erat” antara orang tua dan sekolah (pendidikan). Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang tuanya. Begitu juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua terhadap sekolah (pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di ruangan sekolah. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, mengingat akhir-akhir ini sering terjadi tindakan-tindakan kurang terpuji yang dilakukan oleh peserta didik, sementara orang tua tidak mau tahu, bahkan cenderung menimpahkan kesalahan kepada sekolah. Orang tua harus memperhatikan sekolah anaknya, yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai segala usahanya. Begitu juga orang tua, harus menunjukkan kerja samanya dalam mengarahkan cara anak belajar di rumah, membantu membimbing pekerjaan rumahnya, tidak terlalu menyita waktu anaknya untuk pekerjaan rumah tangga dan juga orang tua harus berusaha memotivasi dan membimbing anak dalam belajar. Berdasarkan hasil riset, bahwa pekerjaan guru di sekolah akan lebih efektif apabila mengetahui latar belakang dan pengalaman peserta didik di rumah tangganya. Peserta didik yang kurang maju dalam pelajaran, kemudian atas berkat kerja sama orang tua dengan pendidik, maka banyak kekurangan anak didik dapat diatasi. Diharapkan lambat laun orang tua menyadari bahwa pendidikan atau keadaan lingkungan rumah tangga menghalangi kesukaran anak di sekolah.

dapat membantu atau

6

Segala yang dibawa peserta didik dari keluarganya, tidak mudah untuk mengubahnya, hal ini dikarenakan sudah menjadi karakter yang terbentuk dengan pembiasaan sehari-harinya didalam keluarga. Kenyataan ini harus benar-benar disadari dan diketahui oleh pendidik. Pada dasarnya cukup banyak cara yang dapat ditempuh untuk menjalin kerja sama antara keluarga dengan sekolah6. Berikut ini beberapa contohnya: a. Adanya kunjungan ke rumah peserta didik. b. Diundangnya orang tua ke Sekolah. c. Case Conference, biasanya dalam bentuk bimbimgan konseling. d. Badan Pembantu Sekolah (Komite Sekolah). e. Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga. f. Adanya daftar nilai atau Raport. g. Adanya Buku Pribadi Peserta Didik yang merupakan Buku aktivitas peserta didik yang disertai Penghubung antara Guru dengan Orang tua. Menurut penulis, peranan keluarga dalam pendidikan adalah sangat penting dalam perkembangan keilmuan dan sikap dari seorang peserta didik. Hal itu dapat dilihat dari faktor fisik yang menunjukkan bahwa di dalam tubuh seorang anak dapat dipastikan ada kemiripan-kemiripan bentuk tubuh meskipun hanya sedikit. Kemudian jika dilihat dari faktor psikis, banyak perbuatan-perbuatan dan sikap orang tua dengan disadari ataupun tanpa disadari akan ditiru oleh anak, hal ini disebabkan karena orang tua bagi anak

6

Hasbullah, Dasar-dasar ILmu Pendidikan (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 1999), 91-94

7

adalah tauladan pertama yang dilihat oleh anak dan akan menjadi pegangan di dalam menempuh kehidupannya nanti. Terutama dalam masalah cara beribadah dan berakhlak, misalnya cara berwudlu, sholat, bersuci ataupun bemuamalah dengan lingkungannya. Semakin baik kualitas dari keluarga tersebut, maka kemungkinan semakin besar pula akan menumbuhkan anak-anak yang berkualitas. Akan tetapi sebaliknya, jika kualitas dari keluarga itu buruk, maka kemungkinan semakin besar akan menumbuhkan anak-anak yang kurang berkualitas. Rasulullah menjelaskan dalam sabdanya:

‫ﻦ‬ ْ ‫ ﻣَﺎ ِﻣ‬:‫ﺳﱠﻠ َﻢ ﻗَﺎ َل‬ َ ‫ﻋ َﻠ ْﻴ ِﻪ َو‬ َ ‫ﷲ‬ ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ ا‬ َ ‫ﻲ‬ ‫ﻦ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ‬ ِ‫ﻋ‬ َ ‫ﻲ ُه َﺮ ْﻳ َﺮ َة‬ ْ ‫ﻦ َأ ِﺑ‬ ْ‫ﻋ‬ َ ‫ﺼﺮَا ِﻥ ِﻪ َأ ْو‬ ‫ﻄ َﺮ ِة َﻓَﺄ َﺑﻮَا ُﻩ ُﻳ َﻬ ﱢﻮدَا ِﻥ ِﻪ َأ ْو ُﻳ َﻨ ﱢ‬ ْ ‫ﻋﻠَﻰ ا ْﻟ ِﻔ‬ َ ‫َﻣ ْﻮُﻟ ْﻮ ٍد ِإﻟﱠﺎ ُﻳ ْﻮ َﻟ ُﺪ‬ . ‫ﻪ‬ ِ ‫ﺠﺴَﺎ ِﻥ‬ ‫ُﻳ َﻤ ﱢ‬ 7

Artinya: Dari Abu Hurairoh berkata: Tak seorang anakpun lahir kecuali dilahirkan atas fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nas}rani atau majusi”. 2. Sekolah/ Alam Perguruan Sekolah

memegang

peranan

penting

dalam

pendidikan,

karena

pengaruhnya besar sekali pada jiwa peserta didik. Maka di samping keluarga sebagai pusat pendidikan, sekolahpun mempunyai fungsi sebagi pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi peserta didik. Dengan sekolah, pemerintah mendidik bangsanya untuk menjadi ahli yang sesuai dengan bidang dan bakat peserta didik, yang berguna bagi dirinya dan berguna bagi nusa dan bangsanya.

7

Bukhari, Maktabah Sha>milah, Bab 79, juz 5, 281

8

Sekolah dengan sengaja disediakan atau dibangun khusus untuk tempat pendidikan, maka dapatlah digolongkan sebagai tempat atau lembaga pendidikan kedua sesudah keluarga, lebih-lebih sekolah juga mempunyai fungsi untuk melanjutkan pendidikan keluarga, dengan guru sebagai ganti orang tua yang harus ditaati. Sebagai akibat dari perkembangan ilmu teknologi dan terbatasnya orang tua akan mengenai kedua hal tersebut, orang tua tidak mampu lagi mendidik anaknya. Untuk menjalankan tugas-tugas tersebut diperlukan orang lain yang lebih ahli dalam bidang tersebut, dalam hal ini adalah seorang pendidik atau guru. Di dalan dunia pendidikan istilah sekolah sudah sangat lazim. Sekolah merupakan salah satu pusat pendidikan yang diharapkan bisa mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantab dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU No. 2 tahun 1989, tentang sistem pendidikan nasional). Sekolah dalam bahasa Inggris disebut “School” atau didalam pendidikan Islam disebut Madrasah adalah sebuah lembaga pendidikan formal yaitu pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah dan sistematis.

9

Di dalam UU No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sekolah didefinisikan sebagai “Satuan pendidikan yang berjenjang dan berkesinambungan untuk menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar”. Sekolah melakukan pembinaan pendidikan untuk peserta didiknya didasarkan atas kepercayaan dan tuntutan zaman. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab atas tiga faktor:8 a. Tanggung Jawab Normal Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan sesuai fungsi tugas dan tujuan pendidikan harus melaksanakan pembinaan menurut ketentuan yang berlaku. b. Tanggung Jawab Keilmuan Sekolah atau madrasah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. c. Tanggung Jawab Fungsional Sekolah atau madrasah selain harus melakukan pembinaan sesuai ketentuan yang berlaku, sekolah juga harus bertanggung jawab melalui pendidik (guru) untuk melaksanakan program yang terstuktur di dalam kurikulum.

3. Masyarakat/ Alam pemuda

8

Herry Noor, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1999), 223-226.

10

Ki Hajar Dewantara mengemukakan alam pemuda, karena pada masa itu gerakan pemudalah yang berperanan dan mempunyai pengaruh besar sekali. Dikatakannya: “Di mana pergerakan pemuda itu penyokong besar untuk pendidikan, baik yang menuju kecerdasan jiwa atau budi pekerti, maupun yang menuju laku sosial, maka perlulah pergerakan pemuda itu diakui sebagai pusat pendidikan dan dimasukkan di dalam rencana pendidikan”.9 Masyarakat turut serta memikul tanggung jawab pendidikan. Secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan Negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan dan sistem kekuasaan tertentu. Masyarakat, besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada di dalamnya. Pemimpin masyarakat muslim tentu saja menghendaki agar setiap anak dididik menjadi anggota yang taat dan patuh menjalankan agamanya, baik dalam lingkungan keluarganya, anggota sepermainannya, kelompok kelasnya dan sekolahnya. Bila anak telah besar diharapkan menjadi anggota yang baik pula sebagai warga desa, warga kota dan warga Negara. Dengan demikian, di pundak mereka terpikul keikutsertaan membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak. Ini berarti bahwa pemimpin dan penguasa dari masyarakat ikut bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan pendidikan. Sebab tanggung jawab pendidikan pada hakikatnya merupakan tanggung jawab moral dari setiap orang dewasa baik sebagai perseorangan

9

Majlis Luhur Taman Siswa, Karya Ki Hajar Dewantara……….. 81.

11

maupun sebagai kelompok social. Tanggung jawab ini ditinjau dari sebagai ajaran Islam, secara implisit mengandung pula tanggung jawab pendidikan. Prof Dr. Oemar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany10, mengemukakan sebagai berikut: Di antara ulama-ulama muttakhir yang telah menyentuh persoalan tanggung jawab adalah Abbas Mahmud Al-Akkad yang menganggap rasa tanggung jawab sebagai salah satu ciri pokok bagi manusia pada pengertian alQur’ar ayat 21:

☺ ☺

☺ ☺ ⌧ ⌧ ⌧

Artinya: Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka11, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiaptiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.12 Sekalipun Islam menekankan tanggung jawab perseorangan dan pribadi bagi manusia dan menganggapnya sebagi asas, akan tetap dalam Islam juga tidak mengabaikan tanggung jawab sosial yang menjadikan masyarakat solidaritas, 10

Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Alih Bahasa Dr. Hasan Langgulung (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), 381-390. 11 Maksudnya: anak cucu mereka yang beriman itu ditinggikan Allah derajatnya sebagai derajat bapak- bapak mereka, dan dikumpulkan dengan bapak-bapak mereka dalam surga. 12 Depag RI, Al-Qur’a>n Dan Terjemahannya Al-Juma>natul ‘Ali>, 66 (Surat at-Tah}ri>m): Ayat 06(Bandung: CV PENERBIT J-ART, 2004), 525.

12

berpadu dan kerja sama membina dan mempertahankan kebaikan. Semua anggota masyarakat memikul tanggung jawab membina, memakmurkan, memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang mungkar dimana tanggung jawab manusia melebihi perbuatanperbuatannya

yang

khas,

perasaannya,

pikiran-pikirannya,

keputusan-

keputusannya dan maksud-maksudnya, sehingga mencakup masyarakat tempat ia hidup dan alam sekitar yang mengelilinginya. Islam tidak membebaskan manusia dari tanggung jawab tentang apa yang berlaku pada masyarakatnya dan apa yang terjadi di sekelilingnya atau terjadi dari orang lain. Terutama jika orang lain itu termasuk orang yang ada di bawah perintah dan pengawasannya seprti istri, anak dan lain-lain. Firman Allah SWT dalam surat Arat. f) Melakukan sholat janazah. g) Melakukan macam-macam sholat sunnah. h) Melakukan macam-macam sujud. i) Melakukan dhikir dan do'a. j) Membelanjakan harta di luar zakat. k) Memahami ibadah haji dan umrah. l) Memahami hukum Islam tentang makanan dan minuman. m) Memahami ketentuan aqiqah dan qurban. n) Melakukan shalat jenazah.

22

Fiqih Muamalah a) Memahami macam-macam muamalah. b) Memahami muamalah di luar jual beli. c) Melaksanakan kewajiban terhadap orang sakit, jenazah dan ziarah kubur. d) Melakukan pergaulan remaja sesuai shariat Islam. Fikih Jinayat Memahami jinayat, hudud dan sanksinya. Fikih Siyasah a) Mematuhi undang-undang negara dan shariat Islam. b) Memahami kepemimpinan dalam Islam. c) Memelihara, mengolah lingkungan dan kesejahteraan sosial. d. Karakteristik Materi Fiqih di MTs Kurikulum Fiqih Madrasah Tsanawiyah (MTs) secara nasional, yaitu kurikulum yang ditandai dengan ciri-ciri, antara lain: 1) Lebih menitikberatkan pencapaian target kompetensi (attainment targets) dari pada penguasaan materi; 2) Lebih

mengakomodasikan

keragaman

kebutuhan

dan

sumber

daya

pendidikan yang tersedia; 3) Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksanaan pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan melaksanakan program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

23

Meskipun Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan Standart Kompetensi Lulusan (SKL) sudah dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tsanawiyah sangat

memungkinkan

munculnya keragaman pemahaman terhadap standart nasional tersebut yang dampaknya akan mempengaruhi pencapaian standar nasional kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Untuk itu perlu adanya penjabaran tentang kurikulum yang berbasis pada kompetensi dasar yang diharapkan dapat lebih menjamin tercapainya kompetensi dasar nasional mata pelajaran Fiqih Madrasah Tsanawiyah (MTs). 2. Pendekatan Pembelajaran Fiqih Pengelolaan pembelajaran merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Untuk mewujudkan itu semua, diperlukan suatu pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan dan kondisi peserta didik oleh guru kepada peserta didik. Di samping itu, guru juga harus mempertimbangkan kondisi fisik dan psikis juga lingkungan dari setiap peserta didiknya sebelum memutuskan suatu pendekatan yang akan digunakan dalam menyampaikan suatu materi. Di antara jenis-jenis pendekatan yang dinilai sesuai dengan pembelajaran materi fiqih diantaranya sebagai berikut: a. Pendekatan Humanistik19 Fiqih sebagi ilmu yang mempelajari hukum-hukum shari’ah yang berkaitan dengan 19

perbuatan

mukallaf,

memerlukan

berbagai

pendekatan

dalam

Nurul Afifah, “Pengelolaan Pembelajaran Fiqih untuk Meningkatkan Interpersonal Siswa di MTs al-Isla>m Mlarak Ponorogo”, dalam Antalogi Kajian Islam, ed. Ahmad Zahro, et. Al. (Surabaya: PPs. Press, 2009), 147-148.

24

pem...


Similar Free PDFs