MANAJEMEN PERMODALAN BANK SYARIAH PDF

Title MANAJEMEN PERMODALAN BANK SYARIAH
Author Bahrum Siregar
Pages 11
File Size 101.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 759
Total Views 918

Summary

PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank adalah lembaga kepercayaan. Oleh karena itu manjemen bank harus menggunakan semua perangkat operasionalnya untuk mampu menjaga kepercayaan masyarakat itu. Salah satu perangkat yang strategis dalam menopang kepercayaan itu adalah permodalan yang cukup memadai. Modal...


Description

PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank adalah lembaga kepercayaan. Oleh karena itu manjemen bank harus menggunakan semua perangkat operasionalnya untuk mampu menjaga kepercayaan masyarakat itu. Salah satu perangkat yang strategis dalam menopang kepercayaan itu adalah permodalan yang cukup memadai. Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank sekaligus menjaga kepecayaan masyarakat. Setiap penciptaan aktiva, disamping berpotensi menghasilkan keuntungan juga berpotensi menimbulkan terjadinya resiko. Oleh karena itu modal juga harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana-dana pihak ketiga atau masyarakat. Peningkatan peran aktiva sebagai penghasil keuntungan harus secara simultan bersamaan dengan pertimbangan resiko yang mungkin timbul guna melindungi kepentingan para pemilik dana.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Manajemen Permodalan Bank Syariah Dan Fungsi Modal Bank ? 2. Apa Saja Sumber-Sumber Permodalan Bank Dan Sumber Permodalan Bank Syariah ? 3. Bagaimanakah Kecukupan Modal Bank ?

C. Tujuan Masalah 1. Untuk Mengetahui Manajemen Permodalan Bank Syariah Dan Fungsi Modal Bank. 2. Untuk Mengetahui Sumber-Sumber Permodalan Bank Dan Sumber Permodalan Bank Syariah. 3. Untuk Mengetahui Kecukupan Modal Bank.

1

PEMBAHASAN

A. Manajemen Permodalan Bank Syariah Modal bank adalah jumlah dana yang ditanamkan dalam suatu perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu badan usaha dan dalam perkembangannya modal tersebut dapat susut karena kerugian ataupun berkembang karena keuntungan-keuntungan yang diperoleh. Sedangkan menajemen permodalan bank syariah adalah bagaimana mengatur modal sedemikian rupa sehingga masyarakat mau memberikan dananya untuk menambah modal bagi suatu bank. Jika demikian berarti semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat kemungkinan masih besar pula modal yang bisa diserap oleh perbankan.1 Modal menjadi faktor penting bagi perkembangan dan kemajuan bank. Terutama dalam upaya menjaga tingkat kepercayaan kepada masyarakat. Semakin baik tingkat pengelolaan modal dari suatu perbankan maka kemungkinan, baik pula tingkat kepercayaan masyarakat. Demikian juga sebaliknya, semakin buruk suatu perbankan dalam pengelolaan modal maka memungkinkan buruk pula tingkat kepercayaan masyarakat. Walaupun prediksi ini bisa juga salah, karena modal sebenarnya bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank. Dalam pemanfaatan dana untuk aktifitas pengembangan modalnya (investasi), bank memiliki dua kemungkinan; kemungkinan untung dan kemungkinan

rugi.

Adanya

modal

sangat

penting

artinya

bagi

perkembangan investasi, guna mendapatkan hasil yang besar.

1

Sinungan Muchdarsyah, Strategi Manajemen Bank, (Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, 1994), hlm. 83.

2

B. Fungsi Permodalan Bank Bank sebagai unit bisnis membutuhkan darah bisnis, yaitu berbentuk modal. Dengan kata lain, modal bank adalah aspek penting bagi suatu unit bisnis bank. Sebab beroprasi tidaknya atau dipercaya tidaknya suatu bank, salah satunya sangat dipengaruhi oleh kondisi kecukupan modalnya. Menurut johnson and johnson modal bank mempunyai tiga fungsi. Lebih lanjut mereka menjelaskan sebagai berikut:2 1.

Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional dan kerugian lainya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan para deposan.

2.

Sebagai dasar untuk menetapkan batas maksimum pemberian pembiayaan. Hal ini adalah merupakan pertimbangan operasional bagi bank sentral, sebagai regulator, untuk membatasi jumlah pemberian pembiayaan kepada setiap individu nasabah bank.

3.

Modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relative untuk menghasilkan keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para investor diperkirakan dengan membandingkankeuntungan bersih dengan ekuitas. Para partisipan pasar membandingkan Return On Investement diantara bank-bank yang ada.

Sementara itu, Brenton C. Leavitt, staf Dewan Gubernur Bank sentral amerika, dalam kaitannya dalam kaitannya dalam fungsi dari modal bank, menekankan ada empat hal yaitu: 1.

Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada saat bank dalam keadaan Insolvable dan likuidasi.

2.

Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna menjaga kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beroperasi.

2

Arifin Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Grafindo, 2002), hlm.

138.

3

3.

Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainnya yang diperlukan untuk menerapkan pelayanan bank.

4.

Sebagai alat pelaksana peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak tepat. Melihat fungsi modal pada suatu bank yang disampaikan diatas

menunjukkan bahwa kedudukan modal merupakan hal penting yang harus dipenuhi terutama pendiri bank dan para menajemen bank selama beroprasinya bank tersebut.

C. Sumber-Sumber Permodalan Bank Untuk mendapatkan modal bank dapat diperoleh melalui berbagai sumber. Modal bank menurut George H Hempel membagi modal bank dalam tiga bentuk yaitu: pinjaman subordinasi, saham preferen, dan saham biasa. Beberapa jenis pinjaman subordinasi dan saham preferen dapat dikonversikan

menjadi

saham

biasa,dan

saham

biasa

dapat

dikembangkan baik secara eksternal maupun internal.3 Pinjaman

subordinasi

terdiri

dari

semua

bentuk

kewajiban

berbunga yang dibayar kembali dalam jumlah yang pasti (fixed) dalam jangka tertentu. Bentuk pinjaman subordinasi bervariasi dari Capital Notes. Surat utang dalam jumlah kecil dapat diterbitkan dan dijual langsung kepada nasabah bank. Penentuan sumber sumber permodalan bank yang dapat didasarkan atas beberapa fungsi penting yang dapat dipengaruhi oleh modal bank, misalnya bila bank harus menyediakan proteksi terhadap kegagalan bank . maka sumber yang paling tepat adalah modal ekuitas (Equity Capital). Modal ekuitas merupakan penyangga untuk menyerap kerugian dan kecukupan penyangga itu adalah kritikal bagi solvabilitas bank. Oleh karena itu bila kerugian bank melebihi Net Worth maka likuidasi harus terjadi. Bila modal itu disediakan untuk memberikan proteksi terhadap kepentingan para deposan, maka pinjaman subordinasi dan debentures 3

Ibid., hlm.138-140.

4

juga berfungsi seperti Equity Capital. Bila kerugian melebihi modal ekuitas maka bank harus dilikuidasi, tetapi dana yang dipasok oleh pemberi modal pinjaman dan pemilik debentures harus menjadi penyangga untuk melindungi kepentingan para deposan. Jadi modal pinjaman tidak secara langsung melindungi kegagalan atau kerugian bank.

D. Sumber-Sember Permodalan Bank Syariah Pengkategorian modal pinjaman sebagai salah satu sumber permodalan bank seperti diuraikan di atas adalah konsensus yang dianut oleh perbankan kovensional.4 Dalam pandangan syariah, modal pinjaman (subordinated loan) itu termasuk dalam kategori Qard, yaitu pinjaman harta yang dapat diminta kembali. Dalam literatur fiqh Salaf Ash Shalih, qard dikategorikan dalam Aqad Tathawwu’ atau akad saling membantu dan bukan transaksi komersial. Pemberi pinjaman tidak boleh meminta imbalan atas pemberian pinjaman tersebut, karena setiap pemberian pinjaman yang disertai dengan permintaan imbalan termasuk kategori riba. Penerima pinjaman wajib menjamin pengembalian pinjaman tersebut pada saat jatuh tempo. Oleh karena itu Qard mempunyai derajat preferensi yang tinggi, setara dengan kewajiban atau hutang lainnya. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka tidak beralasan bagi Qard untuk ikut menanggung resiko atau memberikan proteksi terhadap kegagalan atau kerugian bank ataupun memberikan proteksi terhadap kepentingan deposan. Dengan demikian pinjaman subordinasi tidak dapat dipertimbangkan untuk diperhitungkan sebagai modal bagi bank syariah. Sebagaimana sumber utama modal bank syariah adalah modal inti (Core Capital) dan kuasi ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan. Sedangkan kuasi ekuitas adalah dana-dana yang tercatat dalam rekening-rekening bagi hasil 4

Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta : UPP AMP YKPN),hlm. 32.

5

(Mudharabah). Modal inti inilah yang berfungsi sebagai penyangga dan penyerap kegagalan atau kerugian bank dan melindungi kepentingan para pemegang rekening titipan (Wadi’ah) atau pinjaman (Qard), terutama atas aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan dana-dana Wadi’ah atau Qard.5 Sebenarnya dana-dana rekening bagi hasil (Mudharabah) dapat juga dikategorikan sebagai modal, yang oleh karenanya disebut kuasi ekuitas. Namun demikian rekening ini hanya dapat menanggung resiko atas aktiva yang dibiayai oleh dana dari rekening bagi hasil itu sendiri. Selain itu, pemilik rekening bagi hasil dapat menolak untuk menanggung resiko atas aktiva yang dibiayainya, apabila terbukti bahwa resiko tersebut timbul akibat salah urus (Mis Management), kalalaian atau kecurangan yang dilakukan oleh manajemen bank selaku mudharib.

E. Kecukupan Modal Bank Syariah Tingkat kecukupan modal sangat tergantung dari portofoli asetnya. Sehingga semakin besar penempatan dana pada aset beresiko tinggi, maka semakin rendah rasio kecukupan modal yaitu dengan asumsi bahwa tidak ada tambahan modal yang proporsional. Sebaliknya, penempatan dana pada aset beresiko rendah, maka dapat menaikkan tingkat kecukupan modal. Tingkat kecukupan modal bank dinyatakan dengan suatu ratio tertentu yang disebut ratio kecukupan modal atau Capital Edequasy Ratio (CAR). Tingkat cara

kecukupan

modal

ini

dapat

diukur

dengan

membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga dan

membandingkan modal dengan aktiva beresiko. a. Membandingkan Modal Dengan Dana-Dana Pihak Ketiga Dilihat

dari

sudut

perlindungan

kepentingan

para

deposan,

perbandingan antara modal dengan pos-pos pasiva merupakan petunjuk tentang tingkat keamanan simpanan masyarakat pada bank. 5

Ibid.,hlm. 32-33.

6

Perhitungannya merupakan rasio modal dikaitkan dengan simpanan pihak ketiga (giro, deposito dan tabungan) sebagai berikut :6

Modal dan cadangan —————————

= 10 %

Giro + Deposito + tabungan Dari perhitungan tersebut diketahui bahwa rasio modal atas simpanan cukup dengan 10 % dan dengan rasio itu permodalan bank dianggap sehat. Rasio antara modal dan simpanan masyarakat harus dipadukan dengan memperhitungkan aktiva yang mengandung resiko. Oleh karena itu modal harus dilengkapi oleh berbagai cadangan sebagai penyangga modal, sehingga secara umum modal bank terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. b. Membandingkan Modal Dengan Aktiva Beresiko Ukuran kedua inilah yang dewasa ini menjadi kesepakatan BIS (Bank For International Settlements) yaitu organisasi bank sentral dari negaramegara maju yang disponsori oleh Amerika Serikat, Kanada, negara-negara Eropah Barat dan Jepang. Kesepakatan tentang ketentuan permodalan itu dicapai pada tahun 1988, dengan menetapkan CAR, yaitu ratio minimum yang mendasarkan kepada perbandingan antara modal dengan aktiva beresiko. BIS menetapkan ketentuan perhitungan Capital Edequacy Ratio (CAR) yang harus diikuti oleh bank-bank di seluruh dunia sebagai aturan main dalam kompetisi yang fair di pasar keuangan global, yaitu ratio minimum 8% permodalan terhadap aktiva berisiko. Dan di indonesia hal ini diatur dalam surat keputusan Direksi BI No. 26/20/kep/DIR dan SE BI No. 26/2/BPPP masing-masing tanggal 29 Mei 1993 tentang kewajiban penyediaan modal minimum bank yang harus diukur dari presentae tertentu terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) sebesar 8% seperti yang telah ditetapkan oleh BIS. 6

Ibid., hlm. 34-35.

7

Berdasarkan indikasi-indikasi itu lalu lalu BIS menetapkan ketentuan perhitungan Capital Adequaci Ratio (CAR) yang harus diikuti oleh bankbank diseluruh dunia sebagai aturan main dalam kompetisi yang fair dipasar keuangan global, yaitu rasio minimum 8% permodalan terhadap aktiva beresiko.

F. Penerapan CAR untuk Perbankan Indonesia Modal dibagi ke dalam modal inti dan modal pelengkap. Modal inti (Tier 1) terdiri dari :7 a.

Modal Setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik. Bagi Bank milik koperasi modal setor terdiri dari simpanan pokok dan simpana wajib para anggotanya.

b.

Agio saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai nominal saham.

c.

Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan harga (apabila saham tersebut dijual).

d.

Cadangan Umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS.

e.

Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS.

f.

Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan

g.

Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS.8

7

Muhammad, Manajemen Perbankan Syari’ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), hlm.

86. 8

Ibid, hlm. 84.

8

Jumlah laba tahun lalu hanya diperhitungkan sebesar 50 % sebagai modal inti. Bila tahun lalu rugi harus dikurangkan terhadap modal inti

1.

Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan.

2. 3.

Laba ini diperhitungkan hanya 50% sebagai modal inti. Bila tahun berjalan rugi, harus dikurangkan terhadap modal inti. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya

dikonsolidasikan,

yaitu

modal

inti

anak

perusahaan

setelah

dikompensasikan dengan penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. Modal Pelengkap (Tier 2) Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk bukan dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara terinci modal pelengkap dapat berupa :

1. Cadangan revaluasi aktiva tetap. 2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifkaskan. Modal pinjaman yang mempunyai ciri-ciri : 1.

Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh.

2. 3.

Tidak dapat dilunasi atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan BI. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal memikul kerugian bank.

9

4. Pembayaran bunga dapat ditangguhkan bila bank dalam keadaan rugi.9 Pinjaman subordinasi yang memenuhi syarat-syarat yaitu : 1.

Ada perjanjian tertulis antara pemberi pinjaman dengan bank.

2.

Mendapat persetujuan dari BI.

3.

Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan.

4.

Minimal berjangka waktu 5 tahun.

5.

Pelunasan pinjaman harus dengan persetujuan BI.

6.

Hak tagih dalam hal terjadi terjadi likuidasi berlaku paling akhir (kedudukannya sama dengan modal). Modal pelengkap ini hanya dapat diperhitungkan sebagai modal setinggitingginya 100 % dari jumlah modal inti.

9

Dumairy, Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman,( Yogyakarta: Ekonisia), hlm. 123.

10

PENUTUP B. Kesimpulan Menajemen permodalan bank syariah adalah bagaimana mengatur modal sedemikian rupa sehingga masyarakat mau memberikan dananya untuk menambah modal bagi suatu bank.jika demikian berarti semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat kemungkinan masih besar pula modal yang bisa diserap oleh perbankan. George M Frankurter dan Bob G Wood Jr menyebutkan empat fungsi utama modal bank, yaitu: 1.Untuk menghapus kerugian tidak terduga. 2.Menyajikan dana yang diperlukan untuk kegiatan operasional. 3.Mengukur kepemilikan bank. 4.Sebagai sumber tekanan bagi pelaksana ank untuk bekerja efisien.

C. Saran Kami selaku pembuat makalah menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, maka dari itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.

11...


Similar Free PDFs