MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DI PESISIR PAPUA 1 PDF

Title MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DI PESISIR PAPUA 1
Author wsbm F K M unhas
Pages 14
File Size 516.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 67
Total Views 621

Summary

MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DI PESISIR PAPUA1 Tri Junianti Rimba Marampa A. Latar Belakang Penyakit tertentu di masyarakat pesisir Papua yang belum tertangani secara baik akibat adanya pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan serta minimnya alat-alat kesehatan. Mulai dari Puskesmas hingga ke tingk...


Description

Accelerat ing t he world's research.

MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DI PESISIR PAPUA 1 wsbm F K M unhas

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

JURNAL 2013 maul dwi ut ari

Perubahan Global Terkait MDGs candra dewi PERUBAHAN GLOBAL DALAM PELAYANAN KESEHATAN T ERKAIT MGD's Kusnadi Jaya

MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT DI PESISIR PAPUA1 Tri Junianti Rimba Marampa A. Latar Belakang Penyakit tertentu di masyarakat pesisir Papua yang belum tertangani secara baik akibat adanya pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan serta minimnya alat-alat kesehatan. Mulai dari Puskesmas hingga ke tingkat Rumah Sakit. Minimnya bantuan dana pemerintah daerah untuk kesehatan sering disertai dengan berbagai alasan dan kebijakan yang katanya untuk pengehematan dan singkronisasi oleh biro keuangan Provinsi Papua. Daerah dengan kasus malaria klinis tinggi dilaporkan dari Kawasan Timur Indonesia antara lain Provinsi Papua, Papua Barat. Kecamatan Fakfak merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Fakfak yang mempunyai masalah malaria tertinggi. Angka malaria positif (annual parasite incidence/API) di Kecamatan Fakfak selama tiga tahun berturut-turut adalah 147,5‰ (2007), 221,6‰ (2008) dan 174,6‰ (2009). (Saputro 2010:25). Penyakit tertentu lainnya yaitu Penyakit Tuberculosis (TB) paru disebabkan oleh bakteri patogen Mycobacterium tuberculosis. Provinsi Papua pada tahun 2007 tercatat jumlah penderita baru dengan Basil Tahan Asam (BTA) (+) sebanyak 1.535 penderita, dimana lebih dari separunya adalah mereka yang berusia antara 15 – 45 tahun yaitu sebesar 933 kasus, jika kondisi ini terus berlanjut maka Provinsi Papua akan kehilangan sumber daya manusia yang produktif.(Ayomi 2012:2). Provinsi Papua Barat dan Papua memiliki banyak wilayah pesisir yang belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Untuk melayani masyarakat yang berada didaerah pesisir, salah satunya dapat dicapai lewat laut. Kapal rumah sakit sebagai kapal yang memiliki fasilitas kesehatan layaknya pada rumah sakit pada umumnya. Memiliki fasilitas rumah sakit kelas C dengan lambung tipe katamaran. (Rizaldy 2015:346). Alasan saya mengangkat judul tersebut karena pertama saya berasal dari fakultas kesehatan masyarakat jadi mungkin lebih bagus jika saya mengankat topik mengenai kesehatan. 1

Alasan saya mengambil judul ini adalah karena masih banyak penyakit-

Artikel ini merupakan tugas akhir mata kuliah WSBM kelas Kesmas C FKM Universitas Hasanuddin 2018

penyakit yang sampai saat ini belum tertangani karena pelayanan kesehatan di sana yang masih sangat kurang dan juga alat-alat kesehatan yang masih sangat minim. Sehingga penyakit-penyakit tersebut masih ada sampai sekarang ini. Saya sangat prihatin terhadap sesama kita yang ada di papua yang masalah kesehatannya sampai saat ini belum teratasi. Untuk itu sangat diperlukan upaya pemerintah untuk mencegah dan mengatasi masalahmasalah tersebut. Adapun beberapa pertanyaan yang muncul dari artikel di atas yaitu : 1. Apa yang meneyebabkan kesehatan masyarakat di pesisir papua masih sangat minim?; 2. Mengapa penyakit Malaria dan TB Paru masih ada sampai saat ini di pesisir Papua?; 3. Bagaimana cara/ upaya kita dan pemerintah mengatasi masalah-masalah kesehatan tersebut?. B. Tinjauan Pustaka a. Penyakit Malaria Malaria adalah penyakit parasitic disebabkan oleh parasit yang dipindahkan dari seorang penderita ke orang lain melalui gigitan nyamuk Anopheles yang telah terinfeksi oleh plasmodium. Penularan penyakit malaria sama dengan penularan penyakit menular pada umumnya, yaitu ditentukan oleh faktor yang disebut host (manusia dan nyamuk Anopheles), agent (parasite plasmodium) dan environment (lingkungan fisik, kimia, biologi dan sosial). Sejak dahulu penyakit malaria menjadi masalah kesehatan dunia khususnya bagi Negara beriklim tropis dan sub stropis,

World Health Organization (WHO)

menyatakan bahwa 40% atau lebih dari 2.400 juta penduduk dunia tinggal di daerah endemis malaria dan perkiraan prevalensi antara 300-500 juta kasus klinis setiap tahunnya, dengan angka kematian yang dilaporkan mencapai 1-1,5 juta penduduk pertahun. Malaria adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan dunia, dengan prevalensi antara 300-500 juta kasus klinis dan kematian mencapai 1-1,5 juta penduduk pertahun, penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi oleh plasmodium. Wanita hamil selain mudah terinfeksi malaria juga mudah terinfeksi berulang hingga komplikasi berat yang dapat berisiko pada kematian ibu dan janin.

Kabupaten Merauke merupakan kabupaten paling timur di Indonesia dan masih memiliki masalah malaria, kabupaten ini berbatasan langsung dengan negara Papua New Guinea. Annual parasite insidence (API) di Kabupaten Merauke tahun 2010 sebesar 19/1000 penduduk. Dari data malaria Kabupaten tahun 2010, empat wilayah puskesmas dengan API tertinggi berturutturut adalah Kuprik (129,71), Tanah Miring (45,3), Naukenjerai (29,65) dan Kurik (26,69)1. Kejadian malaria tidak hanya berpengaruh terhadap angka kesakitan maupun angka kematian, tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat, terutama besarnya biaya pengobatan yang menjadi beban ekonomi masyarakat dan pemerintah serta hilangnya pendapatan masyarakat akibat tidak dapat bekerja karena sakit.

b. Penyakit Tuberculosis (TB) Penyakit Tuberculosis (TB) paru disebabkan oleh bakteri patogen Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, sehingga merupakan salah satu masalah kesehatan yang penting. Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB di seluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB di dunia, terjadi pada negaranegara berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan nifas. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Penyakit TB-Paru di Indonesia merupakan masalah kesehatan yang serius, data Program Penanggulangan TB Paru (P2TBParu) menunjukan adanya peningkatan kasus TB Paru dari tahun ke tahun. Diperkirakan ada sekitar 450.000 orang penderita TB-Paru baru setiap tahun dan sebanyak itu pula yang tidak terdiagnosis di masyarakat, sedangkan yang meninggal akibat TB-Paru diperkirakan 175.000 orang setiap tahun. Penyakit TBC yang diperkenalkan dengan sebutan TB-paru merupakan penyakit yang mengganggu sumber daya manusia dan umumnya menyerang kelompok masyarakat dengan sosio ekonomi rendah. Papua pada tahun 2007 tercatat jumlah penderita baru dengan Basil Tahan Asam (BTA) (+) sebanyak 1.535 penderita, dimana lebih dari separunya adalah mereka yang

berusia antara 15 – 45 tahun yaitu sebesar 933 kasus, jika kondisi ini terus berlanjut maka Provinsi Papua akan kehilangan sumber daya manusia yang produktif.(6) Provinsi Papua kasus baru TB-Paru BTA Positif tahun 2008 yaitu 1.523 kasus dimana lebih dari separuhnya adalah mereka yang berusia produktif yaitu usia 15 – 45 tahun yakni sebesar 1.031 kasus. Pada tahun 2008, di Kabupaten Jayapura puskesmas pelaksana program TBParu berjumlah 14 puskesmas dari 22 puskesmas yang ada, belum semua puskesmas melaksanakan program ini disebabkan karena keterbatasan tenaga laboratorium yang dimana program ini menggunakan sistem DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yang mengharuskan adanya pemeriksaan sputum di laboratorium pada penemuan penderita dan evaluasi pengobatan 2 bulan dan 6 bulan setelah minum obat. Dari jumlah penderita pada tahun 2008 yang diduga menderita TB-Paru yaitu 509 orang (TBC Suspect) ditemukan penderita dengan BTA Positif (+) sebanyak 110 kasus. Yang lebih mengkhawatirkan, permasalahan penyebaran penyakit TB ini pun sesungguhnya memiliki hubungan dengan infeksi HIV-Aids (Kantipong, Murakami, Moolphate, Aung, & Yamada, 2012). Rendahnya daya tahan tubuh para penderita HIVAids menyebabkannya sangat rentan terserang TB sehingga meningkatkan resiko kematian (Green, 2006). Berdasarkan keterangan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Papua merupakan daerah yang sangat rawan penyebaran HIV-Aids, dengan nilai prevalensi sebesar 2,4%, yang berarti bahwa terjadi peningkatan jumlah penderita yang cukup tinggi setiap tahunnya. Laporan dari Kementrian Kesehatan menunjukkan bahwa terdapat 13.942 kasus HIV-Aids di Provinsi Papua, dan memiliki kecenderungan yang terus meningkat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (Dagur, 2012). Untuk kasus sektoral HIV-Aids sendiri, pada contoh lokasi di Kabupaten Jayawijaya, Dinas Kesehatan dan Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Kabupaten Jayawijaya memaparkan bahwa per September 2013, kasus HIV-Aids di daerah tersebut mencapai angka 3.655 kasus. Rinciannya, yakni bermula dari 920 kasus HIV dan 2.735, mengalami penambahan sebanyak 209 kasus di Bulan Juli, 2013, 76 kasus di Bulan Agustus, 2013, dan 97 kasus di Bulan September, 2013 (Adisubrata, 2013).

c. Definisi Kapal Rumah Sakit

Kapal rumah sakit merupakan sebuah kapal yang memiliki fasilitas layaknya rumah sakit di darat. Kapal yang berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan diwilayah yang berupa kepulauan dan terpencil yang sulit untuk mendapat akses kesehatan.. Dan juga bisa sebagai kendaraan pemasok bantuan dan pelayanan kesehatan pada saat penanggulangan bencana dari jalur laut.

d. Rumah Sakit Kelas C Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas, yaitu pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kebidanan dan kandungan. Rumah sakit kelas C didirikan di ibukota kabupaten (regency hospital).

e. Katamaran Kapal Jenis Katamaran dirancang dengan lambung ganda (Twin Hull) Katamaran memiliki kelebihan dari kapal monohull, yakni Luas geladak dari katamaran lebih luas dibandingkan dengan monohull, Stabilitas yang lebih baik karena memiliki dua lambung, Volum benaman dan luasan permukaan basah kecil, dan Image yang terkesan adalah keamanan yang terjamin dari faktor kapal terbalik sehingga penumpang merasa lebih aman.

C. Pembahasan

a). Penyebab Kesehatan Masyarakat di Pesisir Papua Masih Sangat Minim Masalah kesehatan di Papua masih saja menjadi buah bibir. Penyakit tertentu yang belum tertangani secara baik akibat adanya pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan serta minimnya alat-alat kesehatan. Meningkatnya berbagai persoalan kesehatan adalah tanggungjawab bersama terlebih pemerintah daerah dalam menyelesaikan setiap kasus-kasus penyakit yang terus menjadi momok dan ketakutan dalam masyarakat seperti TB Paru, Malaria, dan penyakit tertentu lainnya. Tahun berganti tahun tetap saja dunia kesehatan Papua menjadi perhatian serius yang belum tersentuh hingga munculnya keluhan-keluhan masyarakat bahkan petugas kesehatan pun merasakan mimnya dana yang

diberikan untuk meningkatkan kesejahteraan dan drajat kesehatan masyarakat. Minimnya bantuan dana pemerintah daerah untuk kesehatan sering disertai dengan berbagai alas an dan kebijakan yang katanya untuk penghematan dan singkronisasi oleh biro keuangan Provinsi Papua. Akibat adanya singkronisasi dalam keuangan daerah oleh Biro Keuangan Provinsi Papua, mengakibatkan dana-dana yang menjad kebutuhan di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Papua menjadi berkurang, sehingga dilakukan penghematan sesuai kebutuhan yang terpenting. Penyebab lain dari minimnya kesehatan masyarakat di pesisir Papua yaitu faktor geografis. Anggota Komisi V DPR Papua, Natan Pahabol mengatakan, penyebaran penduduk Papua yang sebagian besar berada di wilayah aksesnya sulit seperti gunungan, lembah, dan pesisir menyulitkan pihak terkait mensosialisasikan pentingnya kesehatn dalam kehidupan keluarga, serta masyarakat. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Aloysius Giyai, menyadari daerahnya memang cukup tertinggal di bidang pelayanan kesehatan. Tak perlu berbicara pengobatan canggih untuk kanker atau penyakit kardiovaskuler lainnya, masalah sanitasi pun Papua masih jauh tertinggal. ―Untuk Papua memang tidak mudah. Masih ada keterkaitan budaya yang masih kuat. Hal ini yang menyebabkan masyarakat Papua mengesampingkan pelayanan kesehatan oleh medis profesioanal. Ada juga yang hanya berdoa. Mereka merasa kalau lebih baik berdoa kepada Tuhan, Tuhan bisa membantu mereka, karena Tuhan yang menyembuhkan,‖ ujar Aloy. Dia juga menyatakan sebagian besar masyarakat Papua, apalagi yang tinggal di pedalaman, juga masih percaya dengan obat tradisional. Tidak adanya sarana kesehatan di pedalaman dan kampung-kampung yang terisolasi juga menjadi tantangan tersendiri. Jarak puskesmas seringkali sangat jauh dari tempat tinggal masyarakat pedalaman, juga akses transportasi yang amat mahal atau bahkan tidak tersedia sama sekali, akibatnya mereka sulit menjangkau petugas kesehatan dan petugas kesehatan pun sulit menjangkau mereka.

b). Penyebab Penyakit Malaria dan TB Paru Masih Ada Sampai Saat Ini di Pesisir Papua

Berbagai upaya penanggulangan telah dilakukan untuk menurunkan kasus malaria, namun sampai saat ini hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain masih kurangnya pemahaman tentang bioekologi vector penyebab malaria, strategi pengendalian vector serta perilaku masyarakat setempat Papua dinilai memiliki jumlah penderita kesakitan terbesar di Indonesia untuk TB dan malaria. Menurut Menteri Kesehatan dr. Nafsiah Mboi Sp.A, hal yang mempengaruhi kejadian tersebut yaitu faktor lingkungan hidup. "Mungkin karena tempat tinggalnya yang kurang bersih sehingga penyakit lebih cepat menular. Sanitasi di Papua masih kurang sehingga penularan juga cepat terjadi," kata Nafsiah saat jumpa pers usai penerimaan penghargaan di Leimena, Kemenkes, Jakarta, Kamis ( 18/4/2014). Jarak rumah warga yang berjauhan sehingga pengobatan juga tidak cukup mudah dan sulit terjangkau juga menjadi sala satu penyebabnya. Faktor risiko kejadian penyakit TB Paru adalah luas ventilasi kamar tidur, suhu udara kamar tidur, dan jenis lantai rumah, dengan OR > 1,0. Ada perbedaan suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan ketinggian wilayah di masing masing lokasi yaitu daerah pegunungan, dataran, rawa dan pesisir danau sentani, nilai p-value < 0,05. Analisis spasial menunjukan bahwa karakteristik suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan ketinggian wilayah mempengaruhi penyebaran kasus tuberculosis paru di wilayah kerja Puskesmas Sentani. Kepala Puskesmas Hamadi, dr Fitri Ria Dini mengungkapkan, sekitar 80 persen warga Argapura terserang penyakit paru-paru. Hal ini dikarenakan buruknya lingkungan tempat tinggal dan juga tidak ada pengawasan terhadap diri sendiri. Penyakit lain yang dideteksi benyak menyerang warga adalah TBC Franbusian dan malaria. "Penyakit ini merupakan penyakit yang umum bagi kebanyakan masyarakat di Papua," kata dia dalam bakti sosial di Kelurahan Argapura, Distrik Jayapura Selatan, Sabtu (10/12) pagi. Fitri mengakui, salah satu penyebab berjangkitnya penyakit-penyakit tersebut adalah sikap masyarakat pada umumnya yang tidak peduli terhadap kesehatan mereka. Dia berharap agar masyarakat segera memeriksakan diri di Puskesmas setempat jika sakit. "Kami akan memberikan pengobatan gratis," ujarnya. Sementara itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Biak

Numfor mengalami kendala dalam melakukan pemberantasan penyakit TB Paru. Sebab menurut Penanggungjawab Program TB Paru dan Kustu, Lukas Linggi, hingga saat ini pengetahuan masyarakat masih rendah terhadap penyakit tersebut dan si penderita umumnya tidak patuh untuk berobat hingga sembuh total. Sejak periode Januari hingga Juni 2005 diperkirakan 1.558 warga diduga terserang penyakit TB Paru, "Yang menjalani pemeriksaan baru 33,12 persen atau sekitar 516 orang," kata Lukas. Dia memperkirakan masih banyak warga masyarakat yang belum terdeteksi. Lita Oetomo c). Upaya-upaya dalam Mengatasi Masalah-Masalah Kesehatan di Pesisir Papua Provinsi Papua Barat dan Papua memiliki banyak wilayah pesisir yang belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Untuk melayani masyarakat yang berada didaerah pesisir, salah satunya dapat dicapai lewat laut. Kapal rumah sakit sebagai kapal yang memiliki fasilitas kesehatan layaknya pada rumah sakit pada umumnya. Memiliki fasilitas rumah sakit kelas C dengan lambung tipe katamaran. Chairul Rizaldi dari Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro mengadakan penelitihan yang bertujuan untuk merancang kapal rumah sakit yang dapat menjangkau wilayah pesisir dan yang sesuai dengan karakteristik perairan wilayah pesisir di Provinsi Papua Barat dan Papua. Perancangan kapal menggunakan metode perbandingan untuk mendapatkan ukuran utama kapal, software Rhinoceros untuk pemodelan, dan software Maxsurf untuk analisa karakteristik kapal. Ukuran utama kapal didapatkan yaitu Lwl = 56,32 m, B = 18,0 m, H = 6,4 m, T = 2,4 m, Vs = 15 knot, dengan displacement 845,4 ton dan Cb = 0,512. Nilai GZ tertinggi 21,8 m pada kondisi I. Nilai GZ terkecil yaitu 14,5 m pada kondisi VIII pada criteria Angle max GZ Multihull. Perancangan kapal rumah sakit dilengkapi ruang kamar inap, ruang bedah, ruang UGD, dan memiliki pelayanan kedokteran spesialis, yaitu pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kebidanan dan kandungan. Adapun upaya pemerintah dalam pengendalian malaria yaitu meliputi : a. Pemakaian Kelambu

Pemakaian kelambu adalah salah satu dari upaya pencegahan penularan penyakit malaria b. Pengendalian Vektor Untuk meminimalkan Penularan Malaria maka dilakukan upaya pengendalian terhadap Anopheles sp sebagai nyamuk penular malaria. Beberapa upaya pengendalian vektor yang dilakukan misalnya terhadap jentik dilakukan laviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles sp secara kimiawi, menggunakan insektisida), manajemen lingkungan, dan lain-lain. Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan dinding rumah dengan insektisida (IRS indoors residual spraying) atau menggunakan kelambu berisektisida. Namun perlu ditekankan bahwa pengendalian vektor harus dilakukan secara REESAA (rational, effective,efisien, suntairable, affective dan affordable) mengingat kondisi geografis yang luas dan bionamik vektor yang beraneka ragam sehingga pemetaan breeding places dan perilaku nyamuk menjadi sangat penting. Untuk itu diperlukan peran pemerintah daerah, seluruh stakeholders dan masyarakat dalam pengendalian vektor malaria. c. Diagnosis dan Pengobatan Untuk diagnosis malaria salah satu yang perlu diperhatikan adalah pemeriksaan sediaan darah. Adapun juga cara mencegah penularan TBC ke orang yang ada di sekitar yaitu : 1. Tutup mulut saat batuk dan bersin TBC menular lewat dahak dan air liur yang keluar dari mulut. Maka, pengidap TBC harus menutup mulutnya saat bersin atau batuk. Namun, jangan tutup mulut dengan menangkup kedua tangan. Kuman bisa berpindah ke tangan Anda dan kemudian berpindah lagi ke orang lain saat Anda berjabat tangan atau memegang mereka.

Sebaiknya gunakan tisu (jangan lupa untuk segera buang di tempat sampah, ya! Jangan dibuang sembarangan) atau sapu tangan pribadi untuk menutup mulut. Jika tidak ada, tutup mulut dengan memalingkan wajah ke sisi lengan dalam atau siku dalam Anda. Kenakan masker saat berada di tempat umum untuk mencegah penularan TBC pada orang yang sehat. 2. Jangan meludah atau buang dahak sembarangan! Sama halnya dengan batuk atau bersin di tempat umum, buang dahak dan meludah pun tidak boleh sembarangan di tempat umum. Bakteri yang ada di dalam ludah Anda bisa berterbangan di udara dan kemudian terhirup oleh orang-orang sekitar. Jika ingin membuang dahak atau meludah, lakukanlah di kamar mandi. Siram ludah Anda sampai terbilas bersih. Apabila situasi dan kondisi tidak memungkinkan Anda untuk pergi ke kamar mandi terdekat, meludahlah di selokan atau kali yang airnya mengalir. 3. Hindari kontak langsung dengan anak-anak Sebisa mungkin, hindari berdekatan atau kontak langsung dengan bayi, balita, atau anakanak, karena sistem imun mereka masih belum kuat dan cenderung lemah. 4. Biarkan sinar matahari masuk ke dalam ruangan Kuman penyebab TB umumnya dapat berta...


Similar Free PDFs