Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile PDF

Title Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Author Angga Nugraha
Pages 11
File Size 1.5 MB
File Type PDF
Total Downloads 62
Total Views 110

Summary

Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile Oleh : Angga Nugraha, ST Alumni Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB Email : [email protected] Website : angganugraha.com Hai Salam Semangat !. Kali ini saya akan membahas mengenai cara menghitung kebutuhan besi dal...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile Angga Nugraha

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

LAPORAN KERJA PRAKT IK PEKERJAAN KOLOM BALOK PELAT RENI ZAHKIANI RENI ZAH

LAPORAN KERJA PRAKT IK KOLOM BALOK PELAT RENI ZAHKIANI T EKNIK SIPIL POLIT EKNIK NEGERI BA… reni zahkiani Met ode Konst ruksi proyek Trans Park Cibubur lat iva delimar

Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile Oleh : Angga Nugraha, ST Alumni Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan IPB Email : [email protected] Website : angganugraha.com

Hai Salam Semangat !. Kali ini saya akan membahas mengenai cara menghitung kebutuhan besi dalam pekerjaan bore pile. Apa itu bore pile dan Strauss Pile?, Bore pile adalah salah satu jenis pekerjaan pondasi dalam, yang dimana pelaksanaan pekerjaannya dilakukan langsung di site/lapangan, baik dari mulai tahap pengeboran tanah - tahap bekisting tahap pembesian, sampai tahap pengecorannya. Sedangkan Strauss Pile adalah jenis pondasi dangkal, untuk cara pembuatannya pun hampir sama dengan bore pile akan tetapi alat yang digunakan lebih sederhana. Umumnya bore pile dan strauss pile ini berbentuk tabung yaitu alasnya berupa lingkaran dan memiliki tinggi tertentu. Lalu mengapa saya membahas mengenai cara pembesian untuk bore pile dan strauss pile ini, yaitu karena umumnya jenis pembesian pada bore pile atau strauss pile ini, khususnya untuk tulangan sengkang/begel berbentuk seperti spiral / melilit secara melingkar. Sebetulanya bentuk sengkang seperti ini tidak hanya pada bore pile atau strauss pile, namun terkadang juga bisa terdapat pada jenis kolom bulat ataupun jenis pekerjaan lainnya yang bentuknya bulat. Contoh pembesian sengkang yang seperti spiral / melilit secara melingkar adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Bentuk Strauss Pile Sumber gambar : http://strausspileborpile.blogspot.com/2016/09/borpile-murah.html

Pada gambar tersebut, jenis tulangan pembesian pada strauss pile terdiri dari tulangan utama (yang memanjang), dan tulangan sengkang/begel (yang melingkar).

Adapun pengertian secara sederhana mengenai tulangan utama yaitu tulangan yang berfungsi menahan gaya tarik yang terjadi pada beton, sedangkan sengkang/begel sebagai pengikat tulangan utama serta berfungsi untuk menahan gaya geser yang terjadi pada beton. Umumnya besi tulangan utama memiliki diameter lebih besar dibanding besi tulangan sengkang/begel. Sebelum ke materi perhitungan, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai hal-hal dasar berdasarkan SNI 07-2052-2002 tentang Baja Tulangan Beton. Berdasarkan SNI tersebut, baja tulangan dibagi menjadi 2 jenis yaitu Baja tulangan beton polos (BjTP) dan Baja tulangan beton sirip (BjTS). 1. BjTP Baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip.

Gambar 2. BjTP atau Besi Polos Sumber gambar : http://www.karya-logam.com/51/product-details-of/besi-beton-polos.html

2. BjTS Baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan bersirip yang berfungsi untuk meningkatkan daya lekat agar dapat menahan gerakan membujur secara relatif terhadap beton. BjTS ini umumnya dilapangan sering juga disebut sebagai besi ulir.

Gambar 3. BjTS atau Besi Ulir Sumber gambar : https://www.indotrading.com/product/besi-ulir-p308966.aspx

Berdasarkan standar berat jenis besi yang didapat dari penelitian dengan sistem rata-rata yaitu mengambil beberapa sampel besi untuk dicari berapa beratnya dalam satuan meter kubik, berat standar jenis besi adalah 7850 kg/m3. Sedangkan berdasarkan tabel SNI, berat besi per meter untuk besi polos dan ulir adalah sebagai berikut : Tabel 1. Berat Besi Polos per Meter untuk Beberapa Ukuran

Sumber : SNI 07-2052-2002

Tabel 2. Berat Besi Polos per Meter untuk Beberapa Ukuran

Sumber : SNI 07-2052-2002

Dari tabel-tabel tersebut, dapat dilihat bahwa ukuran besi yang tersedia di pabrikan untuk besi tulangan polos memiliki ukuran minimum diameter 6 mm dan maksimum diameter 50 mm. Sedangkan untuk besi tulangan sirip/ulir memiliki ukuran minimum diameter 6 mm dan maksimum diameter 57 mm. Pada tabel tersebut juga dituliskan untuk setiap masing-masing ukuran diameter besi memiliki berat nominal per meter berbeda-beda. Biasanya dalam pekerjaan konstruksi bangunan, pelaksana pekerjaan menghitung jumlah kebutuhan total besi dengan cara mengkalikan total panjang besi yang dibutuhkan dengan nilai berat nominalnya sehingga didapatlah nilai total akhir dalam satuan kg atau ton. Mengapa pemesanan besi di pabrikan harus dihitung dalam satuan berat seperti kg atau ton. Hal ini didasarkan oleh kapasitas alat transportasi yang akan mengangkut besi tulangan tersebut dari pabrik menuju site/lapangan. Karena dalam peraturan lalu lintas, setiap kendaraan terutama mobil-mobil angkut memiliki batas kapasitas maksimum berat barang yang diijinkan untuk dibawa. Lalu, darimana dasar angkaangka berat nominal tersebut didapat, dan mengapa setiap ukuran diameter besi memiliki berat nominal yang berbeda. Pada bahasan sebelumnya, sudah dijelaskan bahwa standar berat jenis besi adalah 7850 kg/m3. Lalu bentuk besi adalah serupa dengan tabung, sehingga dapat digunakan rumus matematika untuk menghitung volume tabung yaitu : …….………………….……….(Persamaan 1, Rumus Volume Tabung) …….………………..(Persamaan 2, Rumus Berat Jenis atau Densitas) Keterangan : V µ d t ρ m

= Volume = 22/7 atau 3.14 = Diameter Besi = Panjang Besi = Berat jenis besi = Berat besi

(satuan m3) (tanpa satuan) (satuan m’) (satuan m’) (satuan kg/m3) (satuan kg)

Contoh perhitungan : Diketahui = Sebuah proyek membutuhkan besi ulir berdiameter 10 mm sebanyak 20 batang dan 10 batang besi polos berukuran 6 mm (catatan 1 batang besi adalah 12 m’) untuk memasang kolom utama rumah. Ditanyakan = Berapa ton besi yang harus dipesan? Jawabannya = Cara 1 menggunakan tabel SNI: Berat besi polos diameter 6 mm Berat besi ulir diameter 10 mm

= 0.222 kg/m’ = 0.617 kg/m’

Panjang kebutuhan besi polos 6 mm Panjang kebutuhan besi ulir 10 mm

= 10 batang = 10 batang x 12 m’ = 120 m’ = 20 batang = 20 batang x 12 m’ = 240 m’

Sehingga berat besi polos 6 mm berat besi ulir 10 mm

= 0.222 kg/m’ x 120 m’ = 26.64 kg = 0.617 kg/m’ x 240 m’ = 148.08 kg

Cara 2 tanpa menggunakan tabel SNI (dengan cara berat jenis dan vol tabung): a. Berat besi polos diameter 6 mm Diameter besi 6 mm = 0.006 m’ Panjang kebutuhan besi polos 6 mm = 10 batang = 10 batang x 12 m’ = 120 m’ Berat jenis besi = 7850 kg/m3

m3

b. Berat besi polos diameter 10 mm Diameter besi 10 mm = 0.010 m’ Panjang kebutuhan besi polos 10 mm = 20 batang = 20 batang x 12 m’ = 240 m’ Berat jenis besi = 7850 kg/m3

m3

Dari kedua cara tersebut, didapatlah hasil akhir yang hampir sama, mungkin hanya ada sedikit perbedaan untuk nilai koma dibelakangnya saja. Apabila cara-cara tersebut sudah paham, maka dapat dilanjut untuk menghitung kebutuhan besi tulangan yang lebih komplek, salah satunya adalah menghitung kebutuhan besi pada pekerjaan bore pile/staruss pile. Dibawah ini terdapat gambar pembesian strauss pile dengan besi tulangan utama berdiameter ulir 16 mm dan tulangan sengkang/begel berdiameter ulir 13 mm dengan cara pemasangan begelnya yaitu dililit seperti spiral.

Gambar 3. Strauss Pile Sumber gambar : by me

Sebagai catatan, penamaan pada gambar diatas seperti pada tulangan utama 8D16 artinya : 8 = tulangan utama berjumlah 8 buah D = simbol dari jenis besi ulir 16 = besi yang digunakan berdiameter 16 mm Apabila tulangan utama bertuliskan 8Ø16 artinya : 8 = tulangan utama berjumlah 8 buah Ø = simbol dari jenis besi polos 16 = besi yang digunakan berdiameter 16 mm Lalu penamaan pada gambar diatas untuk tulangan begel/sengkang D13-150 artinya : D = simbol dari jenis besi ulir 13 = besi yang digunakan berdiameter 13 mm 150 = jarak pemasangan begel adalah per 150 mm Apabila begel/sengkang bertuliskan Ø13-150 artinya : Ø = simbol dari jenis besi polos 13 = besi yang digunakan berdiameter 13 mm 150 = jarak pemasangan begel adalah per 150 mm

Pada gambar 3 tersebut, kedalaman strauss pile adalah 6000 mm atau 6 m’, dengan diameter strauss pile adalah 500 mm atau 0.5 m’ dan jarak tahu beton / beton decking 50 mm atau 0.05 m’. Beton decking adalah beton yang digunakan sebagai spesi/pemisah antara permukaan luar beton dengan besi, sehingga dapat menghindari interaksi langsung antara besi dengan udara luar sehingga dapat meminimalisir terjadinya karat / korosi pada besi tulangan. Jenis pembesian pada gambar tersebut terutama pada bagian sengkang/begel adalah spiral sehingga cara perhitungan panjangnya harus menggunakan rumus panjang lilitan spiral yaitu :

Gambar 4. Bentuk Spiral Sumber gambar : https://brilliantfantasy.wordpress.com/2016/09/26/rumus-panjang-lilitan-spiral/

√(

)

Keterangan : L µ D h h1

………..(Persamaan 3, Rumus Panjang Lilitan Spiral) = Panjang Lilitan = 22/7 atau 3.14 = Diameter Beton dikurangi beton decking = Kedalaman Cor = Jarak antar Begel

(satuan m’) (tanpa satuan) (satuan m’) (satuan m’) (satuan m’)

Contoh perhitungan untuk menghitung jumlah besi strauss pile pada gambar 3: Diketahui = a. Tulangan Utama (8D16)  Diameter besi = 16 mm atau 0.016 m’  Jenis Besi = ulir  Jumlah = 8 buah  Berat D16 per meter = 1.58 kg/m’

b. Tulangan Sengkang (D13-150)  Diameter besi = 13 mm atau 0.013 m’  Jenis Besi = ulir  Jarak antar begel = 150 mm atau 0.15 m’  Berat D13 per meter = 1.04 kg/m’  Jumlah = 1 bh c. Ukuran beton Strauss Pile  Kedalaman = 6 m’  Diameter Beton = 500 mm atau 0.5 m’  Ukuran Decking = 50 mm atau 0.05 m’  Jumlah beton strauss = 1 bh d. Persyaratan Pembesian  Overlap antar besi

= 40D atau (40 x ukuran diameter besi)  Panjang Lewatan Ujung Atas = 50D atau (50 x ukuran diameter besi)  Tekukan Ujung Atas 90° = 12D atau (12 x ukuran diameter besi)

Tekukan Ujung Atas 90° Panjang Lewatan Ujung Atas Overlap antar besi itu jika panjang besi Lebih dari 12 m’, maka perlu disambung dengan besi lainnya sehingga penyambungan tersebut diperlukan overlap sambungan agar kuat dan saling mengikat

Ditanyakan

= Berapa berat total besi yang dibutuhkan untuk strauss pile tersebut?

Jawabannya = a. Panjang Besi Tulangan Utama Panjang 1 buah besi = Kedalaman Beton + Panjang Lewatan Ujung Atas + Tekukan Ujung 90° = 6 m’ + 50D + 12D = 6 m’ + (50 x 0.016) m’ + (12 x 0.016) m’ = 6 m’ + 0.8 m’ + 0.192 m’ = 6.992 m’ Berat 1 buah besi

= 6.992 m’ x 1.58 kg/m’ = 11.05 kg

Berat 8 buah besi

= 8 buah x 11.05 kg/buah = 88.40 kg

b. Panjang Besi Begel / Sengkang Panjang 1 buah besi

= = = = = = =

√(

√(

)



)







Catatan karena panjang besi tersebut adalah 50.60 m’, maka besi tersebut perlu ditambahkan overlap sambungan, karena panjang maksimumbesi 1 batang adalah 12 m’. Sehingga jumlah overlapnya sebanyak : Banyaknya overlap

= (Panjang total besi awal /12 m’) – 1 bh = ((50.60 m’/12 m’) – 1 bh) = 3.2 bh = 4 bh

(dibulatkan ke atas untuk menghitung jumlah overlap) Panjang total overlap

= Banyaknya overlap x 40D = 4 bh x (40 x 0.013) = 4 x 0.52 = 4.52 m’

Sehingga panjang 1 buah besi begel

= panjang overlap + panjang besi awal = 4.52 m’ + 50.60 m’ = 55.12 m’

Berat 1 buah begel

= 55.12 m’ x 1.04 kg/m’ = 57.32 kg

Kesimpulan : Jumlah kebutuhan besi untuk strauss pile pada gambar 3 adalah : Besi Tulangan Utama (D16)

= 88.40 kg

Besi Begel / Sengkang (D13)

= 57.32 kg...


Similar Free PDFs