METODE PENENTUAN NILAI KONSENTRASI HAMBAT MINIMUM PDF

Title METODE PENENTUAN NILAI KONSENTRASI HAMBAT MINIMUM
Pages 12
File Size 149.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 426
Total Views 905

Summary

METODE PENENTUAN NILAI KONSENTRASI HAMBAT MINIMUM (KHM) DAN KONSENTRASI BUNUH MINIMUM (KBM) OLEH : ANITA RACHMATIA AUDINA (P07134213204) POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANJARMASIN JURUSAN ANALIS KESEHATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KOTA BANJARBARU TAHUN 2017 ABSTRAK Aktivitas antibakteri at...


Description

METODE PENENTUAN NILAI KONSENTRASI HAMBAT MINIMUM (KHM) DAN KONSENTRASI BUNUH MINIMUM (KBM)

OLEH : ANITA RACHMATIA AUDINA (P07134213204)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANJARMASIN JURUSAN ANALIS KESEHATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KOTA BANJARBARU TAHUN 2017

ABSTRAK Aktivitas antibakteri atau antijamur dan sensitivitas bakteri atau jamur dapat diukur dengan metode in vitro yaitu metode difusi dan dilusi. Metode dilusi digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu senyawa terhadap aktifitas bakteri atau jamur. Metode dilusi yang biasa digunakan ada 2 yaitu metode pengenceran serial tabung dan metode lempeng agar. Daya hambatan pertumbuhan bakteri atau jamur oleh senyawa antibakteri atau jamur dapat dinyatakan berupa Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Cara kerja untuk metode pengenceran serial tabung yaitu dengan membuat variasi konsentrasi larutan ekstrak dengan media penumbuh cair (sesuai jenis bakteri atau jamur) lalu ditambahkan suspensi bakteri, dibuat kontrol positif dan negatif, diinkubasi suhu antara 250-370 C selama 18-48 jam (sesuai spesies bakteri atau jamur). Sedangkan pada metode lempeng agar yaitu dengan menyiapkan media agar sesuai spesies bakteri atau jamur kemudian bakteri atau jamur diinokulasi dengan cara penggoresan dipermukaan agar, diinkubasi suhu antara 350-370C selama 24-48 jam (sesuai spesies bakteri atau jamur). Hasil dapat dilihat berupa konsentrasi larutan yang menunjukkan adanya kejernihan dan jumlah koloni yang tumbuh diatas agar dengan campuran ekstrak/zat antibakteri. Metode ini mudah dan efisien dalam pengerjaannya namun harus diperhatikan beberapa hal agar hasil pengerjaan lebih maksimal. Kata kunci: metode dilusi; Konsentrasi Hambat Minimum; Konsentrasi Bunuh Minimum

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat limpahan rahmat dan anugerah-Nya jualah, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Metode Penentuan Nilai Konsentrasi Hambat Minimum (Khm) Dan Konsentrasi Bunuh Minimum (Kbm) tepat pada waktunya. Makalah ilmiah ini dibuat untuk memenuhi Tugas Semester Pendek mata kuliah Bakteriologi II (Teori), Jurusan Analis Kesehatan Prodi Diploma IV Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Banjarmasin. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Leka Lutpiatina, SKM., M.Si, selaku Dosen mata kuliah Bakteriologi II Jurusan Analis Kesehatan Prodi Diploma IV yang telah memberikan bimbingan dan arahannya dalam penyelesaian makalah ini. 2. Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan semangat serta motivasi hingga selesainya makalah ini. Semoga bantuan dan kerjasama yang telah diberikan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan selanjutnya. Akhirnya kami sebagai penyusun berharap semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Banjarmasin, 13 Februari 2017

Penyusun

iii

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................................

i

ABSTRAK ...........................................................................................................

ii

KATA PENGANTAR .......................................................................................

iii

DAFTAR ISI .......................................................................................................

iv

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang ............................................................................

1

1.2

Tujuan Penulisan ........................................................................

2

2.1 Metode dan Cara Kerja ..................................................................

3

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Dilusi ...................................

4

2.3 Kendala Penelitian .........................................................................

5

ISI

BAB III PENUTUP 3.1

Simpulan .....................................................................................

6

3.2

Saran ...........................................................................................

6

DAFTAR PUSTAKA

iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pengukuran aktivitas antibakteri atau jamur dapat dilakukan dengan metode in vitro. Hal ini dilakukan untuk menentukan kemampuan suatu zat antibakteri atau jamur dalam larutan, konsentrasi suatu zat antibakteri atau jamur terhadap cairan badan dan jaringan, dan kepekaan suatu bakteri atau jamur terhadap konsentrasi yang dipaparkan. Penentuan sensitivitas bakteri atau jamur terhadap antibakteri atau jamur dapat dilakukan dengan metode difusi dan dilusi (Choi dkk, 2006 ; Jenie, 2003 dalam Harti dkk, 2012). Metode difusi merupakan salah satu uji aktivitas antibakteri atau jamur menggunakan suatu cakram kertas saring. Cakram kertas saring merupakan suatu cawan berliang renik dan suatu silinder tidak beralas mengelilingi obat dalam jumlah tertentu, ditempatkan pada pembenihan padat yang telah ditanami dengan biakan tebal bakteri atau jamur kemudian, diperiksa setelah proses inkubasi. Garis tengah dari daerah hambatan jernih disekelilingi obat dirtikan sebagai ukuran kekuatan hambatan terhadap bakteri atau jamur yang diperiksa (Bonang dan Koeswardono, 1982 ; Kried dan Hoet, 1984 dalam Harti dkk, 2012). Metode dilusi merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu senyawa terhadap aktifitas bakteri atau jamur. Uji aktivitas antibakteri atau jamur metode dilusi ini dilakukan dengan memasukkan sejumlah zat antimikroba ke dalam medium bakteri atau jamurologi padat atau cair dan biasanya digunakan pengenceran dua kali lipat. Metode ini berguna untuk mengetahui seberapa besar jumlah zat antimikroba yang diperlukan dalam menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri atau jamur uji. (Harti dkk, 2012 ; Lennette dkk., 1991 dalam Fatisa, 2013). Daya hambatan pertumbuhan bakteri atau jamur oleh senyawa antibakteri atau jamur dapat dinyatakan berupa Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Nilai

1

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ditentukan menggunakan metode dilusi (Lennette dkk., 1991 dalam Fatisa, 2013). Penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dapat dilakukan dengan metode dilusi Kirby and Bauer yang dimodifikasi menggunakan media cair Nutrien Broth (NB), TSB atau BHI (metode pengenceran serial tabung) maupun media agar selektif (metode lempeng agar) berupa MH, TSA, NA, Mac Conkey, agar darah, dan lainnya sesuai spesies bakteri atau jamur. (Lennete, dkk., 1991 dalam Fatisa, 2013). Hasil uji berupa nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) dari senyawa antibakteri atau jamur pada setiap ekstrak berbeda. Hal ini tergantung dari jenis bakteri atau jamur dan senyawa antibakteri atau jamur yang terkandung didalamnya (Azrifitria dkk, 2010)

1.2

Tujuan Penulisan 1. Mengetahui metode penentuan sensitivitas antibakteri atau jamur bakteri atau jamur terhadap suatu bakteri atau jamur. 2. Mengetahui cara kerja metode dilusi guna menentukan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM).

2

BAB II ISI

2.1

Metode dan Cara Kerja a. Dilusi Pengenceran Serial : Pengujian dilakukan dengan menggunakan sederetan tabung reaksi yang diisi dengan zat uji yang diencerkan sesuai serial dan dicampurkan inokulum larutan bakteri sesuai konsentrasi yang dikehendaki (Prayoga, 2013). 1. Larutan ekstrak atau suatu larutan (yang akan diuji sensitivitas antibakteri atau jamur) tertentu dibuat variasi konsentrasi dengan campuran ekstrak induk dengan media pembiakan cair atau aquadest steril. 2. Kemudian, sejumlah volume tertentu pada masing-masing variasi konsentrasi campuran (ekstrak dan media biakan cair atau aquadest steril) ditambahkan suspensi bakteri atau jamur dengan volume tertentu. 3. Dibuat kontrol positif berisi larutan ekstrak atau suatu larutan uji yang ditambahkan suspensi bakteri atau jamur dengan volume tertentu. 4. Dibuat kontrol negatif berisi larutan ekstrak atau suatu larutan uji tanpa penambahan suspensi bakteri atau jamur. 5. Diinkubasi suhu antara 250-370 C selama 18-48 jam (sesuai spesies bakteri atau jamur). 6. Hasil dilihat berdasarkan kekeruhan, nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ditentukan berdasarkan konsentrasi larutan yang jernih (Affandi dkk, 2008 ; Effendi dkk, 2014 ; Mulyani dkk, 2011 ; Rahmi, 2016 ; Sari, 2012 ; Sari dkk, 2006).

3

b. Dilusi Lempeng Agar : Pengenceran zat antibakteri dengan media agar sesuai konsentrasi dan dituangkan ke dalam cawan petri. Penginokulasian kuman dilakukan setelah agar membeku (Prayoga, 2013). 1. Disiapkan media pertumbuhan berupa media agar sesuai spesies bakteri atau jamur. 2. Bakteri atau jamur ditanam dengan cara digores pada permukaan agar atau dapat juga dilakukan cara cawan tuang. 3. Diinkubasi suhu antara 350-370C selama 24-48 jam (sesuai spesies bakteri atau jamur). 4. Hasil diamati berdasarkan jumlah koloni bakteri atau jamur yang tumbuh guna menentukan nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) (Affandi dkk, 2008 ; Effendi dkk, 2014 ; Mulyani dkk, 2011 ; Rahmi, 2016 ; Sari, 2012 ; Sari dkk, 2006).

2.2

Kelebihan dan Kekurangan Metode Dilusi a. Kelebihan 1. Mudah dilakukan 2. Tidak memerlukan peralatan khusus yang rumit 3. Relatif murah 4. Hasil Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) hanya dilihat berdasarkan konsentrasi terendah yang tidak ditumbuhi bakteri atau jamur tanpa adanya ukuran / acuan tertentu (Prayoga, 2013).

b. Kekurangan 1. Harus dipastikan pengenceran serial yang sesuai agar didapat hasil Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) yang maksimal. 2. Volume

antara

ekstrak/larutan

uji

dan

media

cair/aquadest steril serta suspensi bakteri harus tepat.

4

pertumbuhan

3. Suhu media agar saat di tuang ke suspensi kuman dalam cawan petri (metode cawan tuang) suhunya sudah harus rendah (di bawah 500C). 4. Pengenceran suspensi kuman untuk inokulasi di atas agar beku (metode goresan) harus sesuai agar tumbuhnya kuman tersebar dan dapat dihitung sehingga diketahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) (Prayoga, 2013).

2.3

Kendala Penelitian a. Cemaran bakteri terhadap ekstrak bisa sangat mudah terjadi sehingga pengerjaan pembuatan maupun proses uji harus benar-benar teliti dan dijaga selalu steril. b. Pemipetan sebaiknya menggunakan mikro pipet tidak pipet ukur agar volume larutan ekstrak/larutan uji dan suspensi bakteri tepat

5

BAB III PENUTUP 3.1

Simpulan 1.

Metode penentuan sensitifitas antibakteri atau jamur terhadap suatu bakteri atau jamur dapat dilakukan dengan metode difusi dan dilusi.

2.

Cara kerja metode dilusi untuk mengetahui nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) terbagi atas pengenceran serial tabung dan lempeng agar dengan media yang disesuaikan dengan spesies bakteri atau jamur.

3.2

Saran 1.

Menggunakan jenis metode dilusi sesuai keperluan penelitian secara tepat dan efisien agar hasil penelitian lebih akurat.

2.

Pengenceran serial harus diketahui secara tepat berdasarkan uji pendahuluan atau penelitian sebelumnya agar hasil juga akurat.

6

DAFTAR PUSTAKA

Affandi A, Andrini F, dan Lesmana SD. 2008. Penentuan Konsentrasi Hambat Minimal dan Konsentrasi Bunuh Minimal Larutan Povidon lodium 10% Terhadap Staphylococcus aureus Resisten Metisilin (MRSA) dan Staphylococcus aureus Sensitif Metisilin (MSSA). Universitas Riau. Jurnal. Riau. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=32241&val=2288, diakses tanggal 13 Februari 2017 Azrifitria, Aziz S, dan Chairul. 2010. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanolik Daun dan Umbi Crinum asiaticum L. Terhadap Bakteri Penyebab Jerawat. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jurnal Majalah Farmasi Indonesia. Jakarta. http://www.google.com/url?q=http://indonesianjpharm.farmasi.ugm.ac.id/i ndex.php/3/article/download/473/352&sa=U&ved=0ahUKEwjjpYiMwZP SAhVGtY8KHWqLCxsQFggRMAA&usg=AFQjCNGHXbiJtNtWttc9jkW9VZpaPtQWA/, diakses tanggal 13 Februari 2017 Effendi F, Roswiem AP, dan Stefani E. 2014. Uji Aktivitas Antibakteri Teh Kombucha Probiotik Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi Bogor. Jurmal. Bogor. http://www.unpak.ac.id/uploads/dosen_7293_jurnal_4-2a.pdf, diakses tanggal 13 Februari 2017 Fatisa Y. 2013. Daya Antibakteri Estrak Kulit Dan Biji Buah Pulasan (Nephelium mutabile) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Secara in Vitro. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Jurnal Peternakan. Riau http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/peternakan/article/view/156, diakses tanggal 13 Februari 2017 Harti AS, Kusumawati HN, Estuningsih. 2012. Perbandingan Uji Aktivitas Anti Bakteri Chitooligosakarida Terhadap Escherichia coli ATCC 25922, Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Salmonella typhi Secara in vitro. Politeknik Kesehatan Surakarta. Jurnal. Surakarta http://biomedika.setiabudi.ac.id/index.php?option=com_content&view=art icle&id=191:perbandingan-uji-aktivitas-anti-bakteri-chitooligosakaridaterhadap-escherichia-coli-atcc-25922-staphylococcus-aureus-atcc-25923dan-salmonella-typhi-secara-in-vitro&catid=77:nomor-02-september2012, diakses tanggal 13 Februari 2017 Mulyani Y, Sukandar EY, dan Adnyana IK. 2011. Kajian Aktivitas Anti Bakteri Ekstrak Etanol Dan Fraksi Daun Singawalang (Petiveria alliaceae) 7

Terhadap Bakteri Resisten. Institut Teknologi Bandung. Jurnal Majalah Farmasi Indonesia. Bandung. http://www.google.com/url?q=http://indonesianjpharm.farmasi.ugm.ac.id/i ndex.php/3/article/view/645/516&sa=U&ved=0ahUKEwiP3YSyxZPSAh XLtI8KHXZ8AbAQFggRMAA&usg=AFQjCNFDUhIlxExSQ7NzBW1rKDTU9hWEA/, diakses tanggal 13 Februari 2017 Rahmi A. 2016. Potensi Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) Menghambat Pertumbuhan Candida albicans. Politeknik Kesehatan Kemenkes Banjarmasin. Jurnal. Banjarmasin. http://ejurnal-analiskesehatan.web.id/index.php/JAK/article/view/94, diakses tanggal 13 Februari 2017 Sari N. 2012. Daya Antibakteri Ekstrak Tumbuhan Majapahit (Crescentia cujete L.)Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13708-Presentation1557868.pdf/, diakses tanggal 13 Februari 2017 Sari YD, Djannah SN, dan Nurani LH. 2006. Uji Aktivitas Antibakteri Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.) secara in Vitro terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 35218 Serta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Universitas Ahmas Dahlan. Jurnal Kesmas UAD. Yogyakarta. http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/view/1093, diakses tanggal 13 Februari 2017 Prayoga E. 2013. Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) dengan Metode Difusi Disk dan Sumuran terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Skripsi. Jakarta. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26368/1/EKO% 20PRAYOGA-fkik.pdf/, diakses tanggal 13 Februari 2017

8...


Similar Free PDFs