NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA : SEBUAH KAJIAN EKRANISASI PDF

Title NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA : SEBUAH KAJIAN EKRANISASI
Author Diah Ayu Agustina
Pages 19
File Size 1.8 MB
File Type PDF
Total Downloads 537
Total Views 618

Summary

NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA : SEBUAH KAJIAN EKRANASI Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah al-Adab al-Muqaran Dosen Pembimbing: Dr. Siti Amsariah, M.Ag Oleh: Diah Ayu Agustina (11150210000096) BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ...


Description

Accelerat ing t he world's research.

NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA : SEBUAH KAJIAN EKRANISASI Diah Ayu Agustina Ekranisasi Novel Sepatu Dahlan

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Perjuangan seorang Anak Yang Meraih M impinya 1. IDENT ITAS BUKU dinda widyast ut i

EKRANISASI NOVEL KE FILM SURGA YANG TAK DIRINDUKAN (Ecranisat ion of Surga yang Tak Dirinduka… Hasina Fajrin R Kt it ik Sosial Novel Surat jefrin rege jefrin

NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA : SEBUAH KAJIAN EKRANASI Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah al-Adab al-Muqaran

Dosen Pembimbing: Dr. Siti Amsariah, M.Ag

Oleh: Diah Ayu Agustina

(11150210000096)

BAHASA DAN SASTRA ARAB FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA : SEBUAH KAJIAN EKRANASI PENDAHULUAN Pengalih wahanaan sebuah novel menjadi sebuah film bukanlah hal yang tabu lagi. Banyak cerita-cerita yang dilayar lebarkan merupakan adaptasi cerita dari sebuah novel, seperti Ayat-Ayat Cinta, 99 Cahaya di Langit Eropa, Laskar Pelangi dan Sepatu Dahlan merupakan novel-novel yang disadur ke layar lebar. Damono menyebutkan bahwa alih wahana adalah perubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain.1 Dalam hal ini karya sastra tulis seperti novel, cerpen dan puisi bisa dialih wahanakan ke dalam bentuk drama pertunjukan (opera), film, lagu ataupun tarian. Pun sebaliknya, film sebagai salah satu bentuk seni juga dapat diubah ke bentuk seni lain, seperti ke dalam bentuk novel, cerpen atau komik. Film yang masuk dalam dunia sinema ini bisa dibilang masih menjajaki usia muda. Mengutip Deny Tri Ardianto yang menyatakan bahwa dibandingkan dengan sejarah tradisi cetak lima ratus tahun lalu, dan sejarah sastra seribu tahun lalu, sejarah film di usianya yang ke seratus, tampak sangat belia. Meskipun teknologi sinema ini relatif baru, fenomena „gambar bergerak‟ dengan cepat mampu menjadi ujung tombak budaya naratif. Perkembangannya yang begitu pesat tidak terlepas dari konstribusi bidang seni yang lain, terutama sastra. Sehingga, memahami film berarti memahami bahasa ekspresi dari sastra. Begitupun sebaliknya, bahasa ekspresi sastra pun banyak dipengaruhi oleh film. Dengan demikian tidak mengherankan jika keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Hal ini tampak dari banyaknya karya film yang lahir dari adaptasi sebuah karya sastra.2 Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini semakin banyak novel, yang biasanya dikategorikan sebagai sastra polpuler, diangkat ke layar perak setelah sebelumnya diubah bentuknya menjadi skenario film. Jika diteliti dengan cermat, akan tampak

1

Sapardi Djoko Damono, Sastra Bandingan, (Ciputat: Editum, 2009), h. 114. Deny Tri Ardianto, Dari Novel ke Film: Kajian Teori Adaptasi sebagai Pendekatan dalam Penciptaan Film, artikel diunduh melalui laman: https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/panggung/article/view/101/0, pada tanggal 3 Januari 2019, h.16. 2

1

perbedaan antara karya sastra dan film (yang disadur darinya) dalam hal yang menyangkut sejumlah strukturnya. Tokoh, latar, alur, dialog dan lain-lain harus diubah sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keperluan jenis kesenian lain.3 Proses penggarapan karya sastra tulis menjadi bentuk film disebut ekranasi. Sebagaimana dikutip Herman .R dari Pamusuk Eneste dalam bukunya yang berjudul Novel dan Film yang menyebutkan bahwa ekranasi dapat diartikan sebagai sebuah proses transformasi suatu karya sastra dari novel menjadi bentuk film. Secara etimologi, kata ekranasi berasal dari bahasa Perancis “écran”, yang memiliki arti layar. Dengan demikian, Eneste mengartikan bahwa ekranasi merupakan pelayarputihan atau pemindahan/pengangkatan sebuah novel ke dalam film/layar lebar. Setidaknya dalam ekranasi terdapat tiga perubahan yang terjadi akibat ekranasi atau pelayarputihan novel, yaitu penciutan, penambahan dan perubahan bervariasi. Hal ini tak lain karena ada maksud penyesuaian berdasarkan hasil interpretasi sang sutradara. Novel merupakan salah satu jenis karya sastra tulis sedangkan film merupakan jenis karya sastra audio visual.4 Banyak hal yang menyebabkan perubahan harus dilakukan jika sebuah karya sastra seperti novel diubah menjadi media lain, seperti film. Novel adalah cerita yang disusun dengan kata yang tercetak di atas lembaran kertas, yang bisa dibawa ke mana-mana sembarang waktu. Ia bisa dibaca kapan saja dan di mana saja, sementara pemanggungan film dibatasi waktunya. Dalam film, proses ekranasi itu mempertimbangkan banyak hal yang antara lain menyangkut latar dan penokohan.5 Ekranasi tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi industri perfilman. Pasalnya, cerita yang diangkat biasanya berasal dari karya sastra yang populer, bahkan merupakan best seller atau mungkin mega best seller, yang tentunya sudah dibaca oleh ribuan penikmat atau pun penggiat sastra. Tentunya ini akan menjadi nilai jual tersendiri untuk menggaet penonton film hasil ekranasi tersebut. Di lain sisi, film ekranasi dapat menjadi agen transformasi ideologi, maksudnya yaitu transformasi karya sastra ke ideologi dalam film. Karena tidak bisa

3

Sapardi Djoko Damono, Sastra Bandingan, h. 115. Herman R, Ekrananasi Sebuah Model Pengembangan Karya Sastra, artikel diunduh di http://jurnalbba.kemdikbud.go.id/index.php/ceudah/article/download/51/33, pada tanggal 3 Januari 2019, h. 13. 5 Sapardi Djoko Damono, Sastra Bandingan, h. 116. 4

2

dipatok jika sebuah film ekranasi „harus‟ sama persis „berbicara‟ dengan apa yang ada dalam karya sastra tersebut. Walaupun tak jarang penulis sastra atau bahkan penonton kerap kecewa dengan cerita yang kemudian difilmkan. Dalam kasus ekranasi, tidak ada kewajiban yang mengharuskan penggarap film untuk berbicara sama dengan apa yang dibicarakan oleh penulis dalam karya sastranya. Karena film yang dalam hal ini hadir sebagai sebuah karya kreatif baru, memiliki kebebasan bicara yang kuat dipengaruhi oleh ideologi penggarapnya.6 Membanding-bandingkan benda budaya yang beralih wahana merupakan kegiatan yang sah dan bermanfaat bagi pemahaman yang lebih dalam mengenai hakikat sastra. Di mana nantinya dapat disadari bahwa sastra dapat bergerak ke sana ke mari, berubah unsur-unsurnya agar bisa sesuai dengan wahana barunya. Sepatu Dahlan merupakan salah satu novel mega best seller yang kemudian diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar. Berikut ini akan dibahas proses ekranasinya.

PEMBAHASAN Novel Sepatu Dahlan adalah salah satu trilogi novel inspirasi Dahlan Iskan7 yang merupakan buah karya dari Khrisna Pabichara. Novel ini menceritakan jalan hidup, suka duka serta optimisme dan rasa syukur Dahlan saat pertama kali memiliki sepatu. Singkatnya novel ini membuat pembaca memahami arti perjuangan seorang Dahlan Iskan, seorang anak dusun yang gigih berjuang mulai dari menjadi seorang jurnalis hingga menjadi menteri. Novel ini diterbitkan oleh Penerbit Noura Books (PT Mizan Publika) pada tahun 2012. Novel setebal 369 halaman ini kemudian diangkat ke dalam layar lebar dan dirilis pada tanggal 10 April 2014. Film ini diproduksi oleh Semesta Pro Expose Pictures Mizan Productions dan disutradai oleh Benni Setiawan dan yang berperan

6

Suseno WS, Ekranasi: Antara Tantangan Industri dan Transformasi Ideologi, PIBSI XXXIX Semarang 7-8 November 2017, diunduh melalui laman http://eprints.undip.ac.id/59011, pada tanggal 3 Januari 2019, h. 1065. 7 Prof. Dr. (H.C.) Dahlan Iskan lahir di Magetan, 17 Agustus 1951. Sebelum menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ia pernah menjabat sebagai CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group yang bermarkas di Surabaya. Pada tahun 2003, ia menjadi Direktur Utama PLN, dan pada tahun 2011 ia diangkat sebagai Menteri BUMN menggantikan Mustafa Abubakar setelah diadakannya reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu II.

3

sebagai produser yaitu Rizaludin, Kurniawan dan Deden Ridwan dengan durasi sepanjang 1:37:48. Sebagaimana

disebutkan

sebelumnya

bahwa

dalam

ekranasi

akan

menyebabkan perubahan dalam pelayarputihan novel di mana akan terjadi penciutan, penambahan dan perubahan bervariasi. Penciutan diartikan sebagai sesuatu dalam novel yang disajikan dengan keindahan kata-kata jika difilmkan akan mengalami penciutan karena tidak mungkin segala sesuatu yang terdapat dalam novel ditemukan dalam film. dengan kata lain penciutan terjadi saat dialog yang terdapat dalam novel tidak ditampilkan dalam film. Sedangkan yang dimaksud dengan penambahan yaitu terjadinya penambahan cerita, tokoh, alur, latar dan sebagainya dengan alasan dan berbagai pertimbangan dari penulis skenario atau pun sutradara, misalnya karena penting adanya penambahan ditinjau dari segi filmis atau karena masih relevan dengan cerita secara keseluruhan. 8 Dan perubahan bervariasi yaitu munculnya dialog yang sama sekali berbeda dari dialog novel sebagai wujud kebebasan berkarya seorang seniman dalam proses adaptasi.9

1. Proses Ekranasi Alur dalam Novel dan Film Sepatu Dahlan Plot (alur) adalah keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita, atau konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan dan diakibatkan atau dialami oleh pelaku. Plot cerita harus terdiri dari tahap awal (perkenalan), tahap tengah (konflik atau klimaks) dan tahap akhir (pelarian dari klimaks/penyelesaian).10 Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan terhadap novel dan film Sepatu Dahlan, urutan alur yang digunakan baik dalam novel Sepatu Dahlan maupun film 8

Devita Wulansari, Ekranasi Novel Bidadari-Bidadari Surga Karya Tere-Liye dan Film “Bidadari-Bidadari Surga”: Kajian Humaniora, Skripsi diajukan kepada Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Jember, 2015, diunduh melalui laman http://repository.unej.ac.id/handle/123456789/73421, pada tanggal 3 Januari 2019, h. 14-15. 9 Vita Anggraini Pasaribu, Toba Dreams: Perbandingan Dialog Novel dan Film, Jurnal Skripsi Pengkajian Seni diajukan kepada Program Studi Televisi Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2017, diunduh melalui laman http://digilib.isi.ac.id/3010/, pada tanggal 3 Januari 2019, h. 15. 10 Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 45-46.

4

Sepatu Dahlan adalah alur maju atau yang disebut juga sebagai plot lurus atau progresif yakni ketika peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis,11 dimana cerita dalam keduanya dimulai dengan tahap pengenalan, disusul dengan tahap klimaks dan berakhir pada tahap penyelesaian atau anti-klimaks. A. Aspek Penciutan Aspek penciutan alur ini ditinjau dari dialog dalam novel yang tidak ditampilkan dalam film. Adapun bagian alur yang mengalami penciutan yaitu : 1) Penggambaran wajah desa dan rumah Dahlan di awal cerita (B1). 2) Kebimbangan Dahlan setelah menerima rapor sembari duduk di pelataran sekolah memikirkan nilai ijazah dan keperluan sekolah yang akan dia butuhkan nanti (B2). 3) Kegiatan Dahlan yang suka menumpahkan kegelisahannya di dalam buku catatannya (B2, B5, B11, B16, B28, B31, B35, B51, B57, B59, B64, B69). 4) Ketakdziman bapak dan muslihat untuk membujuk bapak agar diizinkan sekolah di SMP Magetan dengan mengatasnamakan Kyai Mursyid (B6). 5) Silsilah keluarga yang masih berhubungan dengan keluarga Pesantren Takeran dan pertemuan Bapak dengan Kadir saat mendaftarkan Dahlan di MTs Takeran (B7). 6) Perkenalan dengan Arif (B9). 7) Misteri Laskar Merah (B10, B12 dan B14) 8) Dahlan menjatuhkan anglo dan mengenai kain yang sedang dibatik (B11). 9) Sekolah memakai baju baru hadiah dari bu mantri dan mencari nama di papan pengumuman pembagian kelas, serta saling berpandangan dengan Kadir yang sama-sama masih nyeker kemudian tertawa (B12). 10) Isak Tangis Kadir saat Ustadz Hamim menceritakan Laskar Merah dan penangkapan Kyai Mursyid (B12). 11) Pengenalan anggota tim voli lama oleh Adam, sang kapten (B13). 12) Ajakan Arif pergi mengunjungi sumur-sumur tua (B14) 13) Mandor Komar menyarikan dokar untuk membawa ibu ke rumah sakit (B16). 14) Dahlan mencuri sebatang tebu (B18 dan B19)

11

Sukron Kamil, Teori Kritik Sastra Arab Klasik dan Modern, h. 46.

5

15) Ingatan Dahlan tentang pamannya, Lik Amin, yang meninggal 3 hari setelah muntah darah dan perut membuncit. Orang menganggap kena santet (B20). 16) Mencari ikan, mangga di tepi sungai hingga rencana mencuri pisang pak Lurah (B21). 17) Dahlan ditunjuk menjadi kapten tim voli sehingga membuatnya dikagumi banyak gadis (B22). 18) Bertemu dan memperhatikan dengan Aisha (B23, B26, B43, B46, B50, B58, B61, B75, B79). 19) Berangkat lewat depan rumah Maryati, anak juragan buah membuah Dahlan menelan ludah dan di jalan saat berpapasan dengan Maryati, Dahlan memperhatikan sepatu Maryati (B26). 20) Dahlan pingsan saat mengetahui ibunya meninggal (B27). 21) Bapak menuliskan tanggal meninggal ibu di pintu lemari kayu bagian bawah (B28). 22) Dahlan menjalani hukuman membersihkan sekolah (B30). 23) Cerita bapak kepada anak-anak Kebon Dalem (B31 dan B66). 24) Dahlan kehilangan jejak kambing mereka (B32). 25) Pemilihan dan pengukuhan pengurus ikatan santri pesantren Takeran (B33, B34, B35). 26) Ajakan Bapak menyaksikan penggalian korban Laskar Merah di sumur tua Cigrok (B36). 27) Zain terjatuh saat memanjat pohon (B37). 28) Saat pelajaran Dahlan tidak fokus, malahan melukis wajah Aisha (B44). 29) Gabungnya Imran di tim voli sebagai pengganti Adam (B45). 30) Undangan kupatan di rumah Imran (B48). 31) Latihan uji tanding voli dengan tim Aliyah (B50). 32) Kepergian Mbak Atun ke Kalimantan (B51). 33) MTs Takeran langsung masuk semifinal melawan SMP Bendo (B53). 34) Permainan-permainan mengasah kemampuan daya saing anak-anak Kebon Dalem Bermain dengan kawan-kawan di sungai (B54). 35) Kadir dan Arif mengabarkan kewajiban pemain voli memakai sepatu saat bertanding final (B55).

6

36) Membongkar kotak kayu tempat simpanan tabungan bapak untuk membeli sepatu (B55 dan B56). 37) Kadir membawakan minum dari Kyai Irsjad yang bisa menghilangkan rasa perih di kaki Dahlan (B58). 38) Sepatu pemberian teman-teman untuk Dahlan sobek saat dipakai karena kekecilan serta permintaan pak camat agar Dahlan mengenakan sepatunya saat penyerahan hadiah sebagai bentuk apresiasi atas jiwa juangnya (B58). 39) Dahlan menjadi pelatih tim bola voli anak-anak pegawai pabrik gula Gorang Gareng (B62, B68). 40) Ibu Kadir dibawa segerombolan orang misterius (B60). 41) Pengakuan dan kesaksian Kadir perihal keluarganya dan Imran sakit hati dan tak mau menjadi kawan Kadir (B63). 42) Dahlan punya sepeda baru (B62). 43) Ibu Kadir pulang (B71). 44) Dahlan mengeluarkan Fauzan dari tim voli dan Tim voli Gorang Gareng memenangkan pertandingan (B77). 45) Rantai sepeda Dahlan rusak dan pulang bersama Aisha dengan meminjam sepeda Arif (B78 dan B79). 46) Dahlan membeli sepatu baru (B81). 47) Hari kelulusan Dahlan di SMA (B84). 48) Dahlan mendapat sepucuk surat dari Aisha (B86). 49) Keinginan Dahlan untuk kuliah (B87) Bagian alur di atas merupakan bagian alur yang mengalami penciutan, di mana cerita tersebut terdapat dalam novel namun tidak ditemukan dalam novel. Salah satu contoh dari penciutan yang terjadi pada proses ekranasi novel Sepatu Dahlan yaitu saat Dahlan menulis di buku catatannya usai menerima rapor (B2): “Pada halaman buku catatan harian yang kubawa, aku menulis :

Maaf, Pak, Dahlan sudah mengecewakan Bapak dengan dua angka merah. Dahlan sudah berusaha ...”.12 B. Aspek Penambahan 12

Khrisna Pabichara, Sepatu Dahlan, (Jakarta Selatan: Noura Books, 2012), h. 16.

7

Aspek penambahan ditinjau dari dialog yang merupakan hasil penambahan dalam film namun tidak terdapat dalam novel, yaitu: 1) Dahlan dan teman-temannya (Kadir, Arif dan Komariyah) tertangkap basah mencuri tebu (S1 pada menit ke 00:29). 2) Dahlan dipukul bapak karena mencuri dan ibu menasehati “biar miskin tapi harus bermartabat” (S2 pada menit ke 01:34). 3) Ibu mendendangkan tembang (S3, S32, dan S50) 4) Ibu bertanya kalau besok pengumuman dan untuk membeli sepatu Dahlan semoga ada rezeki dan nilai Dahlan harus bagus (S3 pada menit 03:35). 5) Percakapan ibu dan bapak tentang uang yang tidak cukup untuk membeli sepatu, Dahlan yang mendengar berbesar hati (S8 pada menit ke 11:23). 6) Berangkat sekolah melalui pematang sawah dan berpapasan dengan Komariyah (S9 pada menit ke 12:52). 7) Dahlan berpapasan dengan Maryati (S11 pada menit ke 15:52). 8) Dahlan tertidur di atas meja belajar (S15 pada menit ke 19:15). 9) Dahlan belajar Bahasa Arab (S16 pada menit ke 19:31). 10) Saat menyabit, Zain berkata mengapa bapak tidak menjual kambing untuk membeli sepatu (S19 pada menit ke 21:19) 11) Bapak menegur Dahlan yang telat pulang sehingga membuat ibu menyabit rumput (S26 pada menit ke 27:41). 12) Cerita ustadz tentang sahabat Bilal (S35 pada menit ke 42:55). 13) Dahlan mendatangi rumah Maryati untuk mencari pekerjaan namun dihardik dan diingatkan agar tidak mendekati Maryati (S1 menit ke 50:30). 14) Dahlan pingsan saat latihan voli (S43 pada menit ke 54:00). 15) Dahlan diingatkan agar sarapan sebelum latihan (S44 pada menit ke 54:51). 16) Dahlan pulang dibonceng Maryati (S45 pada menit ke 55:36). 17) Saat tim voli sepi, Dahlan izin pulang karena harus menjaga Zain tapi tidak diperbolehkan (S47 pada menit ke 57:50). 18) Dahlan mendendangan tembang agar Zain tidak menangis karena ditinggalkan ibu selamanya (S50 pada menit ke 1:03:59). 19) Dahlan menangis dan menggambar sketsa ibu (S51 pada menit ke 1:05:00)

8

20) Zainal menawarkan barter sepatu dengan menjadi pemain inti (S56 pada menit ke 1:11:13). 21) Rumah sepi saat Dahlan pulang, dan berseteru dengan Zain yang pergi menyabit (S59 dan S60 pada menit ke 1:18:49 dan 1:19:56). 22) Janji Dahlan akan memberikan sepatu kepada Zain jika ia memiliki sepatu yang baru (S61 pada menit ke 1:22:25).

C. Aspek Perubahan Bervariasi Aspek perubahan bervariasi ini merupakan gejala timbulnya dialog yang berbeda antara dialog yang ada di novel dan film. Perubahan bervariasi merupakan hal yang berbeda baik dengan penciutan maupun penambahan. Adapun perubahan bervariasi pada alur setelah divisualisasikan terdapat 18 bagian pada novel yaitu: Bag.

Scene

Cerita di Novel

Cerita di Film

B2

Ada 2 angka merah di ijazah

S5

Ada 3 nilai merah di ijazah

B7

Saat sampai di pesantren ada 3 tulisan

S6

Tulisan yang disebutkan bapak hanya

yang dibacakan bapak (ojo kepingin

tulisan yang pertama dan ketiga

sugih lan ojo wedi mlarat), (sumber bening ora bakal nggolek timbo), (pilih ngendi, sugih tanpa iman opo mlarat ananging iman)

B7

Saat mendaftar, Kadir menghampiri

S7

Saat mendaftar, Kadir bersama Imran

Dahlan dan memperlihatkan kitab yang

menghampiri Dahlan dan terkesan

dia dapat setelah mendaftar

genit karena menggoda cewe yang lewat

B8

Sambutan selamat datang kepada para

S10

santri dan penjelasan mengenai

Dalam sambutannya, ustadz bercerita tentang pejuang pengubah nasibnya

pengubahan nama Pesantren Sabilil Muttaqien dan makna 3 semboyan

B10

Makan ikan setelah bangun tidur usai

S26

sekolah yang melelahkan

Makan sekolah usai sekolah setelah sebelumnya ditegur bapak karena telat pulang

B13

Diajak untuk ikut seleksi voli saat

S13

Saat istirahat dan bercengkerama

bertemu dengan Adam di lapangan voli
...


Similar Free PDFs