Paper Geologi Pulau Kalimantan PDF

Title Paper Geologi Pulau Kalimantan
Author Oriza Fadlilah Putra
Pages 14
File Size 669.9 KB
File Type PDF
Total Downloads 89
Total Views 175

Summary

GEOLOGI INDONESIA PULAU KALIMANTAN PAPER UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Geologi Indonesia yang dibina oleh Ibu Ika Meviana, M.Pd Oleh Kelompok 2 Ambrosius A. Pawe 140401050087 Jesila 140401050089 Muhammad Oriza Fadlilah Putra 140401050198 Vermus Peco 140401050089 UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG FAKUL...


Description

GEOLOGI INDONESIA PULAU KALIMANTAN PAPER UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Geologi Indonesia yang dibina oleh Ibu Ika Meviana, M.Pd

Oleh Kelompok 2 Ambrosius A. Pawe

140401050087

Jesila

140401050089

Muhammad Oriza Fadlilah Putra

140401050198

Vermus Peco

140401050089

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI Oktober 2015

GEOLOGI PULAU KALIMANTAN

A. Bentang Lahan Pulau Kalimantan Kalimantan merupakan nama daerah Indonesia di Pulau Boeneo (wilayah Negara Malaysia dan Burnei juga ada yang berada di pulau Borneo). Berdasarkan luas Kalimantan merupakan pulau terbesar ketiga di dunia, setelah Irian dan Greenland. Bagian utara pulau Kalimantan, Serawak, dan Sabah merupakan wilayah Malaysia yang berbatasan langsung dengan Kalimantan Wilayah Indonesia dan wilayah Brunei Darussalam. Di bagian selatan di batasi oleh laut Cina selatan dan Selat karimata. Bagian timur dipisahkan dengan pulau Sulawesi dan Selat makasar. Di bagian tengah pulau merupakan wilayah bergunung-gunung dan berbukit. Pegunungan di Kalimantan tidak aktif dan ketinggiannya di bawah 2000 m di atas permukaan laut. Sedangkan wilayah daratan rendah adalah pantai, berpaya-paya dan tertutup lapisan tanah gambut yang tebal. Pulau Kalimantan di lalui garis katulistiwa sehingga membagi pulau ini menjadi dua bagian yaitu Kalimantan belahan bumi utara dan Kalimantan belahan bumi selatan. Kesuburan tanah di pulau Kalimantan kurang bila dibandingakan dengan kesuburan tanah di Pulau Jawa dan pulau Sumatera. Pulau Kalimantan diliputi oleh hutan tropic yang lebat (primer dan sekunder). Secara geologis pulau Kalimantan stabil, relatife aman dari gempa baik vulkanik maupun tektonik, karena tidak dilintasi oleh patahan kerak bumi dan tidak mempunyai rangkaian gunung api aktif seperti halnya pulau Sumatra, jawa dan Sulawesi. Pulau Kalimantan terbagi menjadi 4 zone yang masing-masing mempunyai karakteristik yang brbeda-beda. 1. Zone I : Kalimantan Selatan Terdiri dari dataran alluvial, dataran banjir, tanggul alam dan back swamp. Karakteristiknya pada waktu pasang, air sungai tertekan sehingga terjadi genangan. Dataran yang semula berupa basin diendapi material endapan dari pegunungan di sebelah utaranya. Kalimantan Selatan banyak terdapat lapisan gambut yang sangat tebal sehingga daerahnya sulit dikembangkan, paling cocok hanya persawahan pasang surut. 2. Zone II : Kalimantan Barat Berupa pegunungan geantiklinal yang batuannya terdiri dari granit dan batuan berumur Termocarbon. Menurut Van Bemmelen, batuan ini adalah batuan yang berumur tua di Indonesia. Batuan ini meluas hingga kepulauan Andalas dan sebagian dari zone ini pada jaman es mengalami genangan oleh air laut. Di lembah-lembah sungai, zone ini sebagian besar terdiri dari hasil pelapukan granit yang berupa feldspar dan kuarsa. Beberapa pulug cm di bawah permukaan, materialnya pasir kuarsa. Zone ini disebut sebagi pegunungan massif karena terdapat di daerah tertutup ataupun tertentu saja (local).

3. Zone III : Kalimantan Tengah Merupakan geantiklinal yang dibeberapa tempat menunjukkan aktivitas vulkanis yang tidak aktif lagi, misalnya : pegunungan Iran. Dahulu sungai Kapuas pada zone ini terdapat endapan yang cukup tua dan disebut Formasi Danau. 4. Zone IV : Kalimantan Timur Terdiri dari pegunungan antiklinal Sumamuda dan geantiklinal Meratus. Di depresi Mahakam merupakan delta yang cukup cepat perkembangannya sebab material dan daerahnya merupakan dangkalan terusan dari selat Sunda dimana basementnya stabil dan muatan sedimen yang diendapkan di beberapa tempat, menyebabkan delta berkembang dengan baik serta alirannya lambat. B. Kondisi Tektonik di Pulau Kalimantan Pulau Kalimantan berada dibagian tenggara dari lempeng Eurasia. Pada bagian utara dibatasi oleh cekungan marginal Laut China Selatan, di bagian timur oleh selat Makassar dan di bagian selatan oleh Laut Jawa.

Gambar 1.1: Kerangka Tektonik Pulau Kalimantan (Bachtiar, 2006)

Bagian utara Kalimantan didominasi oleh komplek akresi Crocker-Rajang-Embaluh berumur Kapur dan Eosen-Miosen. Di bagian selatan komplek ini terbentuk Cekungan Melawi-Ketungai dan Cekungan Kutai selama Eosen Akhir, dan dipisahkan oleh zona ofiolitmelange Lupar-Lubok Antu dan Boyan. Di bagian selatan pulau Kalimantan terdapat Schwanner Mountain berumur Kapur Awal-Akhir berupa batolit granit dan granodiorit yang menerobos batuan metamorf regional derajat rendah. Tinggian Meratus di bagian tenggara Kalimantan yang membatasi Cekungan Barito dengan Cekungan Asem-asem. Tinggian Meratus merupakan sekuens ofiolit dan busur volkanik Kapur Awal. Cekungan Barito dan Cekungan Kutai dibatasi oleh Adang flexure.

C. Sejarah Tektonik di Pulau Kalimantan Pada pulau Kalimantan memiliki 4 fase perubahan tatan tektonik, yakni: Basement pre-Eosen, Cekungan Eosen, Tektonisme Oligosen dan Tektonik Meosen. 1. Basement pre-Eosen Bagian baratdaya Kalimantan tersusun atas kerak yang stabil (Kapur Awal) sebagai bagian dari Lempeng Asia Tenggara meliputi baratdaya Kalimantan, Laut Jawa bagian barat, Sumatra, dan semenanjung Malaysia. Wilayah ini dikenal sebagai Sundaland. Ofiolit dan sediment dari busur kepulauan dan fasies laut dalam ditemukan di Pegunungan Meratus, yang diperkirakan berasal dari subduksi Mesozoikum. Di wilayah antara Sarawak dan Kalimantan terdapat sediment laut dalam berumur Kapur-Oligosen (Kelompok Rajang), ofiolit dan unit lainnya yang menunjukkan adanya kompleks subduksi. Terdapat intrusive besar bersifat granitik berumur Trias diantara Cekungan Mandai dan Cekungan Kutai atas, memiliki kontak tektonik dengan formasi berumur Jura-Kapur.

Gambar 1.2: Skema rekrontuksi NW - SE Palang bagian ( A ) Kapur Akhir , dan ( B ) Eosen (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006).

2. Permulaan Cekungan Eosen Banyak penulis memperkirakan bahwa keberadaan zona subduksi ke arah tenggara di bawah baratlaut Kalimantan (Gambar 2 dan 3) pada periode Kapur dan Tersier awal dapat menjelaskan kehadiran ofiolit, mélanges, broken formations, dan struktur tektonik Kelompok Rajang di Serawak (Gambar 4), Formasi Crocker di bagian barat Sabah, dan Kelompok Embaluh. Batas sebelah timur Sundaland selama Eosen yaitu wilayah Sulawesi, yang merupakan batas konvergensi pada Tersier dan kebanyakan sistem akresi terbentuk sejak Eosen.

Gambar 1.3: Rekonstruksi tektonik Paleocene - Eosen Tengah SE Asia. SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Meratus Subduction, WSUL = West Sulawesi, I-AU = India Australia Plate, PA = Pacific plate (Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

Gambar 1.4: Rekonstruksi penampang Kalimantan Utara yang menunjukkan Lupar subduksi di Eosen. (Hutchison, 1989, op cit., Bachtiar 2006))

Mulainya collision antara India dan Asia pada Eosen tengah (50 Ma) dan mempengaruhi perkembangan dan penyesuaian lempeng Asia. Adanya subsidence pada Eosen dan sedimentasi di Kalimantan dan wilayah sekitarnya merupakan fenomena regional dan kemungkinan dihasilkan dari penyesuaian lempeng, sebagai akibat pembukaan bagian back-arc Laut Celebes.

3. Tektonisme Oligosen Tektonisme pada pertengahan Oligosen di sebagian Asia tenggara, termasuk Kalimantan dan bagian utara lempeng benua Australia, diperkirakan sebagai readjusement dari lempeng pada Oligosen. Di pulau New Guinea, pertengahan Oligosen ditandai oleh ketidakselarasan) yang dihubungkan dengan collision bagian utara lempeng Australia (New Guinea) dengan sejumlah komplek busur. New Guinea di ubah dari batas konvergen pasif menjadi oblique. Sistem sesar strike-slip berarah barat-timur yang menyebabkan perpindahan fragmen benua Australia (Banggai Sula) ke bagian timur Indonesia berpegaruh pada kondisi lempeng pada pertengahan Oligosen.

Gambar 1.5: Rekonstruksi tektonik Akhir Oligosen – Awal Miosen SE Asia . SCS = South China Sea, LS = Lupar Subduction, MS = Mersing Subduction, WSUL = West Sulawesi, E SUL = East Sulawesi I-AU = India Australia plate, PA = Pacific plate, INC = Indocina, RRF = Red River Fault, IND = India; AU = Australia, NG = New Guinea, NP = North Palawan, RB = Reed Bank, H = Hainan, SU = Sumba (Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar 2006)

Ketidakselarasan pada pertengahan Oligosen hadir di Laut China selatan (SCS) dan wilayah sekitarnya. Ketidakselarasan ini dihubungkan dengan pemekaran lantai samudera di SCS. Subduksi pada baratlaut Kalimantan terhenti secara progresif dari baratdaya sampai timurlaut. Di bagian baratdaya, berhenti pada pertengahan Oligosen; di bagian timurlaut, berhenti pada akhir Miosen awal.

Gambar 1.6: NW – SE cross section schematic reconstruction (A) Oligocene – Middle Miocene, and (B) Middle Miocene - Recent (Pertamina BPPKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006).

Gambar 1.7: Middle Miocene – Recent SE Asia tectonic reconstruction (Pertamina BPKKA, 1997, op cit., Bachtiar, 2006)

4. Tektonisme Miosen Di wilayah sekitar SCS pada Miosen awal-tengah terjadi perubahan yang Sangat penting. Pemekaran lantai samudera di SCS berhenti, sebagai subduksi di Sabah dan Palawan; mulai terjadinya pembukaan Laut Sulu. Membukanya cekungan marginal Laut Andaman terjadi pada sebagian awal Miosen tengah.

Gambar 1.8: Elemen Tektonik Pulau Kalimantan pada Miosen tengah. Nuay, 1985, op cit., Oh, 1987.)

D. Tatanan Stratifigasi Pulau Kalimantan Dalam pembahasan stratigrafi, akan dibahas hubungan tektonik dan pengendapan cekungan dari 2 (dua) cekungan yaitu Cekungan Barito dan Cekungan Kutai. 1. Cekungan Barito Secara tektonik Cekungan Barito terletak pada batas bagian tenggara dari Schwanner Shield, Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian Meratus pada bagian Timur dan pada bagian Utara terpisah dengan Cekungan Kutai oleh pelenturan berupa Sesar Adang, ke Selatan masih membuka ke Laut Jawa, dan ke Barat dibatasi oleh Paparan Sunda. Cekungan Barito merupakan cekungan asimetrik, memiliki cekungan depan (foredeep) pada bagian paling Timur dan berupa platform pada bagian Barat. Cekungan Barito mulai terbentuk pada Kapur Akhir, setelah tumbukan (collision) antara Microcontinent Paternoster dan Baratdaya Kalimantan. Pada Tersier Awal terjadi deformasi ekstensional sebagai dampak dari tektonik konvergen, dan menghasilkan pola rifting Baratlaut – Tenggara. Rifting ini kemudian menjadi tempat pengendapan sedimen lacustrine dan kipas aluvial (alluvial fan) dari Formasi Tanjung bagian bawah yang berasal dari wilayah horst dan mengisi bagian graben, kemudian diikuti oleh pengendapan Formasi Tanjung bagian atas dalam hubungan transgresi. Pada Awal Oligosen terjadi proses pengangkatan yang diikuti oleh pengendapan Formasi Berai bagian Bawah yang menutupi Formasi Tanjung bagian atas secara selaras dalam hubungan regresi. Pada Miosen Awal dikuti oleh pengendapan satuan batugamping masif Formasi Berai.

Selama Miosen tengah terjadi proses pengangkatan kompleks Meratus yang mengakibatkan terjadinya siklus regresi bersamaan dengan diendapkannya Formasi Warukin bagian bawah, dan pada beberapa tempat menunjukkan adanya gejala ketidakselarasan lokal (hiatus) antara Formasi Warukin bagian atas dan Formasi Warukin bagian bawah. Pengangkatan ini berlanjut hingga Akhir Miosen Tengah yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya ketidakselarasan regional antara Formasi Warukin atas dengan Formasi Dahor yang berumur Miosen Atas – pliosen. Tektonik terakhir terjadi pada kala Plio-Pliestosen, seluruh wilayah terangkat, terlipat, dan terpatahkan. Sumbu struktur sejajar dengan Tinggian Meratus. Sesar-sesar naik terbentuk dengan kemiringan ke arah Timur, mematahkan batuan-batuan tersier, terutama daerahdaerah Tinggian Meratus. Secara urutan stratigrafi Cekungan Barito dari tua ke muda adalah : a. Formasi Tanjung (Eosen – Oligosen Awal) Formasi ini disusun oleh batupasir, konglomerat, batulempung, batubara, dan basalt. Formasi ini diendapkan pada lingkungan litoral neritik. b. Formasi Berai (Oligosen Akhir – Miosen Awal) Formasi Berai disusun oleh batugamping berselingan dengan batulempung / serpih di bagian bawah, di bagian tengah terdiri dari batugamping masif dan pada bagian atas kembali berulang menjadi perselingan batugamping, serpih, dan batupasir. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan lagoonneritik tengah dan menutupi secara selaras Formasi Tanjung yang terletak di bagian bawahnya. Kedua Formasi Berai, dan Tanjung memiliki ketebalan 1100 m pada dekat Tanjung. c. Formasi Warukin (Miosen Bawah – Miosen Tengah) Formasi Warukin diendapkan di atas Formasi Berai dan ditutupi secara tidak selaras oleh Formasi Dahor. Sebagian besar sudah tersingkap, terutama sepanjang bagian barat Tinggian Meratus, malahan di daerah Tanjung dan Kambitin telah tererosi. Hanya di sebelah selatan Tanjung yang masih dibawah permukaan. Formasi ini terbagi atas 2 anggota, yaitu Warukin bagian bawah (anggota klastik), dan Warukin bagian atas (anggota batubara). Kedua anggota tersebut dibedakan berdasarkan susunan litologinya. 1. Warukin bagian bawah (anggota klastik) berupa perselingan antara napal atau lempung gampingan dengan sisipan tipis batupasir, dan batugamping tipis di bagian bawah, sedangkan dibagian atas merupakan selang-seling batupasir, lempung, dan batubara. Batubaranya mempunyai ketebalan tidak lebih dari 5 m., sedangkan batupasir bias mencapai ketebalan lebih dari 30 m. 2. Warukin bagian atas (anggota batubara) dengan ketebalan maksimum ± 500 meter, berupa perselingan batupasir, dan batulempung dengan sisipan batubara. Tebal lapisan batubara mencapai lebih dari 40 m., sedangkan batupasir tidak begitu tebal, biasanya mengandung air tawar. Formasi Warukin diendapkan pada lingkungan neritik dalam (innerneritik) – deltaik dan menunjukkan fasa regresi. d. Formasi Dahor (Miosen Atas – Pliosen) Formasi ini terdiri atas perselingan antara batupasir, batubara, konglomerat, dan serpih yang diendapkan dalam lingkungan litoral – supra litoral.

2. Cekungan Kutai Secara teknik cekungan Kutai di sebelah utara berbatasan dengan Bengalon dan Zona Sesar Sangkulirang, di selatan berbatasan dengan Zona Sesar Adang, di barat dengan sedimen-sedimen Paleogen dan metasedimen Kapur yang terdeformasi kuat dan terangkat dan membentuk daerah Kalimantan Tengah, sedangkan di bagian timur terbuka dan terhubung denganlaut dalam dari Cekungan Makassar bagian Utara.

Gambar 1.9: Elemen Struktur bagian timur Cekungan Kutai. (Beicip, 1992, op.cit. Allen dan Chambers, 1998. )

Cekungan Kutai dapat dibagi menjadi fase pengendapan transgresif Paleogen dan pengendapan regresif Neogen. Fase Paleogen dimulai dengan ekstensi pada tektonik dan pengisian cekungan selama Eosen dan memuncak pada fase longsoran tarikan post-rift dengan diendapkannya serpih laut dangkal dan karbonat selama Oligosen akhir. Fase Neogen dimulai sejak Miosen Bawah sampai sekarang, menghasilkan progradasi delta dari Cekungan Kutai sampai lapisan Paleogen. Pada Miosen Tengah dan lapisan yang lebih muda di bagian pantai dan sekitarnya berupa sedimen klastik regresif yang mengalami progradasi ke bagian timur dari Delta Mahakam secara progresif lebih muda menjauhi timur. Sedimen-sedimen yang mengisi Cekungan Kutai banyak terdeformasi oleh lipatanlipatan yang subparalel dengan pantai. Intensitas perlipatan semakin berkurang ke arah timur, sedangkan lipatan di daerah dataran pantai dan lepas pantai terjal, antiklin yang sempit dipisahkan oleh sinklin yang datar. Kemiringan cenderung meningkat sesuai umur lapisan pada antiklin. Lipatan-lipatan terbentuk bersamaan dengan sedimentasi berumur Neogen. Banyak lipatan-lipatan yang asimetris terpotong oleh sesar-sesar naik yang kecil, secara umum berarah timur, tetapi secara lokal berarah barat.

Gambar 1.10: Cekungan Kutai dari Oligosen akhir – sekarang. (Beicip, 1992, op.cit. Allen dan Chambers, 1998.)

Pada Kala Oligosen (Tersier awal) Cekungan Kutai mulai turun dan terakumulasi sediment-sediment laut dangkal khususnya mudstone, batupasir sedang dari Formasi serpih Bogan dan Formasi Pamaluan. Pada awal Miosen, pengangkatan benua ( Dataran Tinggi Kucing) ke arah barat dari tunjaman menghasilkan banyak sedimen yang mengisi Cekungan Kutai pada formasi delta-delta sungai, salah satunya di kawasan Sangatta. Ciri khas sedimensedimen delta terakumulasi pada Formasi Pulau Balang, khususnya sedimen dataran delta bagian bawah dan sedimen batas laut, diikuti lapisan-lapisan dari Formasi Balikpapan yang terdiri atas mudstone, bataulanau, dan batupasir dari lingkungan pengendapan sungai yang banyak didominasi substansi gambut delta plain bagian atas yang kemudian membentuk lapisan-lapisan batubara pada endapan di bagian barat kawasan Pinang. Subsidence yang berlangsung terus pada waktu itu kemungkinan tidak seragam dan meyebabkan terbentuknya sesar-sesar pada sedimen-sedimen. Pengendapan pada Formasi Balikpapan dilanjutkan dengan akumulasi lapisan-lapisan Kampung Baru pada kala Pliosen. Selama Kala Pliosen, serpih dari serpih Bogan dan Formasi Pamaluan yang sekarang terendapkan sampai kedalaman 2000 meter, menjadi kelebihan tekanan dan tidak stabil, menghasilkan pergerakan diapir dari serpih ini melewati sedimen-sedimen diatasnya menghasilkan struktur antiklin-antiklin rapat yang dipisahkan oleh sinklin lebih datar melewati Cekugan Kutai dan pada kawasan Pinang terbentuk struktur Kerucut Pinang dan Sinklin Lembak.

PENUTUP

A. Kesimpulan Pulau Kalimantan berada dibagian tenggara dari lempeng Eurasia. Pada bagian utara dibatasi oleh cekungan marginal Laut China Selatan, di bagian timur oleh selat Makassar dan di bagian selatan oleh Laut Jawa. Pulau Kalimantan terbagi menjadi 4 zone yang masing-masing mempunyai karakteristik yang brbeda-beda: Zone I : Kalimantan Selatan Terdiri dari dataran alluvial, dataran banjir, tanggul alam dan back swamp. Zone II : Kalimantan Barat Berupa pegunungan geantiklinal yang batuannya terdiri dari granit dan batuan berumur Termocarbon. Zone III : Kalimantan Tengah Merupakan geantiklinal yang dibeberapa tempat menunjukkan aktivitas vulkanis yang tidak aktif lagi, misalnya : pegunungan Iran Zone IV : Kalimantan Timur Terdiri dari pegunungan antiklinal Sumamuda dan geantiklinal Meratus Kondisi tektonik di Pulau Kalimantan berada dibagian tenggara dari lempeng Eurasia. Pada bagian utara dibatasi oleh cekungan marginal Laut China Selatan, di bagian timur oleh selat Makassar dan di bagian selatan oleh Laut Jawa. Bagian utara Kalimantan didominasi oleh komplek akresi Crocker-Rajang-Embaluh berumur Kapur dan Eosen-Miosen. Di bagian selatan komplek ini terbentuk Cekungan Melawi-Ketungai dan Cekungan Kutai selama Eosen Akhir, dan dipisahkan oleh zona ofiolit-melange Lupar-Lubok Antu dan Boyan.

1. 2. 3. 4.

Pada pulau Kalimantan memiliki 4 fase perubahan tatan tektonik, yakni: Basement pre-Eosen Permulaan Cekungan Eosen Tektonisme Oligosen Tektonisme Miosen

Tatanan Stratifigasi Pulau Kalimantan Cekungan Barito Secara tektonik Cekungan Barito terletak pada batas bagian tenggara dari Schwanner Shield, Kalimantan Selatan. Cekungan ini dibatasi oleh Tinggian Meratus pada bagian Timur dan pada bagian Utara terpisah dengan Cekungan Kutai oleh pelenturan berupa Sesar Adang, ke Selatan masih membuka ke Laut Jawa, dan ke Barat dibatasi oleh Paparan Sunda. Cekungan Kutai Secara teknik cekungan Kutai di sebelah utara berbatasan dengan Bengalon dan Zona Sesar Sangkulirang, di selatan berbatasan dengan Zona Sesar Adang, di barat dengan sedimensedimen Paleogen dan metasedimen Kapur yang terdeformasi kuat dan terangkat dan membentuk daerah Kalimantan Tengah, sedangkan di bagian timur terbuka dan terhubung denganlaut dalam dari Cekungan Makassar bagian Utara.

B. Saran Dari kesimpulan diatas terdapat beberapa saran yang dapat diberikan oleh kelompok dua, yakni: 1. Bagi Murid hendaknya memperkaya dan memahami istilah geologi dan serta mempelajari kembali mengenai waktu/tarikh geologi agar mempermudah dalam pemahaman materi dikarenakan banyak penggunaan istilah geologi dan berkaitan pula mengenai waktu/tarikh geologi. 2. Bagi guru hendaknya dapat memberikan pengertian dan penjelasan mengenai istilah geologi agar dapat memban...


Similar Free PDFs