PEDOMAN PELAYANAN MEDIS IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA PDF

Title PEDOMAN PELAYANAN MEDIS IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
Author Novi Safitri Nurdin
Pages 344
File Size 5.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 119
Total Views 586

Summary

PEDOMAN PELAYANAN MEDIS IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA Tim Editor Antonius H. Pudjiadi Badriul Hegar Setyo Handryastuti Nikmah Salamia Idris Ellen P. Gandaputra Eva Devita Harmoniati IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2009 Disclaimer Pedoman ini hanya untuk tata laksana praktis,tidak mutlak mengikat, dapat ...


Description

PEDOMAN PELAYANAN MEDIS IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA

Tim Editor Antonius H. Pudjiadi Badriul Hegar Setyo Handryastuti Nikmah Salamia Idris Ellen P. Gandaputra Eva Devita Harmoniati

IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA 2009

Disclaimer Pedoman ini hanya untuk tata laksana praktis,tidak mutlak mengikat, dapat disesuaikan dengan situasi, kondisi dan sarana setempat. Informasi detil tentang obat dapat dilihat dalam farmakope IDAI.

Kata Pengantar Tim Editor

Setelah melalui perjalanan panjang, Pedoman Pelayanan Medis (PPM) buku pertama terbit juga. Kata PPM, menggantikan standar pelayanan medis (SPM) yang telah terbit sebelumnya, disepakati pada rapat kerja IDAI 29 November - 1 Desember 2008,di Palembang. Pada hakikatnya pedoman merupakan suatu panduan umum yang dapat disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia pada tempat pelayanan kesehatan.Buku pertama ini terdiri dari PPM hasil karya 14 Unit Kerja Koordinasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (UKK-IDAI) secara original. Proses penyusunan dimulai dengan usulan topik yang dianggap penting oleh masing-masing UKK, kemudian dilakukan pemilihan berdasar prioritas. Topik-topik yang telah disepakati diinformasikan kepada UKK untuk segera disusun sesuai format yang disepakati dan dikembalikan ke editor. Pada mulanya bidang ilmiah IDAI mengharapkan penyusunan PPM disesuaikan dengan berbagai tingkat pelayanan, namun pada akhirnya disepakati penyusunan dilakukan secara umum dengan tingkat pelayanan yang paling mungkin dilakukan dipusat pelayanan kesehatan anak pada umumnya. Ditingkat editor, kami membahas isi maupun sturktur penulisan sambil memfasilitasi pertemuan antar UKK, terutama pada hal-hal yang bersinggungan. Dengan semangat kekeluargaan dan berorientasi pada kemudahan bagi sejawat pengguna, kami berhasil memberikan jalan yang bijak agar penggunaan PPM dapat dilaksanakan dengan mudah tanpa mengurangi mutu pelayanan yang akan diberikan. Pada tahap pertama ini akan diterbitkan 65 PPM. Secara periodik PPM jilid ke 2 dan ke 3 kami harapkan dapat terbit setiap 3 bulan.Atas nama para editor kami ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh UKK dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi luar biasa hingga buku PPM jilid pertama ini dapat diterbitkan. Kepada sejawat anggota IDAI diseluruh Indonesia, kami berharap agar buku ini dapat menjadi salah satu acuan bagi pelayanan kesehatan agar peningkatan mutu pelayanan, yang menjadi tujuan kita bersama dapat kita wujudkan.

Antonius H. Pudjiadi Ketua

iii

iv

Kata Pengantar

Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia

Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerbitkan Pedoman Pelayanan Medis (PPM) IDAI yang merupakan penyempurnaan Standar Pelayanan Medis (SPM) IDAI 2005 Digunakannya istilah Pedoman menggantikan Standar bertujuan agar penggunaan buku ini menjadi lebih fleksibel disesuaikan dengan kemampuan masing-masing tempat pelayanan kesehatan, baik pada praktik pribadi maupun di rumah sakit. Undang Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, pada salah satu pasalnya menyatakan bahwa dokter dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran. Standar Pelayanan Kedokteran dianalogikan dengan Standar atau Pedoman Pelayanan Medis. Standard atau Pedoman Pelayanan Medis dibuat oleh perhimpunan profesi yang disesuaikan dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran yang ada. Pedoman Pelayanan Medis akan menjadi acuan bagi setiap dokter yang memberikan pelayanan kesehatan perorangan yang mencakup lingkup pelayanan promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif agar substansi pelayanan kesehatan yang diberikan dapat memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat. Dalam penerapannya, PPM perlu dikaji dan dijabarkan oleh pihak Rumah Sakit menjadi suatu standar operasional prosedur (SOP) setelah menyesuaikan dengan sarana, prasarana, dan peralatan yang dimilikinya sehingga PPM tersebut dapat diimplementasi. Dokter dalam menjalankan tugas dan memberikan pelayanan medis harus sesuai dengan standar profesi dan SOP. Pada kesempatan ini, Pengurus Pusat IDAI mengucapkan terima kasih kepada semua UKK IDAI yang telah berkontribusi dalam penyusunan PPM IDAI ini, semoga upaya teman-teman tersebut dapat membantu para dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik untuk pasiennya. Badriul Hegar Ketua Umum

v

vi

Daftar Kontributor Alergi Imunologi EM. Dadi Suyoko Sjawitri P. Siregar Sumadino Ketut Dewi Kumara Wati Endokrinologi Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP. Aman B.Pulungan Aditiawati Erwin P.Soenggoro Muhammad Faizi Harjoedi Adji Tjahjono Andi Nanis Sacharina Marzuki Vivekenanda Pateda M.Connie Untario R.M.Ryadi Fadil Frida Soesanti Madarina Julia Niken Prita Yati Rudy Susanto Gastrohepatologi M. Juffrie Muzal Kadim Nenny Sri Mulyani Wahyu Damayanti Titis Widowati Hematologi-Onkologi Bidasari Lubis Endang Windiastuti Pustika Amalia Novie Amelia Infeksi & Penyakit Tropis Sumarmo S. Poorwo Soedarmo TH. Rampengan

Sri Rezeki S. Hadinegoro Ismoedijanto Widodo Darmowandoyo Syahril Pasaribu Soegeng Soegijanto Abdul Azis Syoeib Alan R.Tumbelaka Djatnika Setiabudi Hindra Irawan Satari Kardiologi Sukman Tulus Putra Najib Advani Sri Endah Rahayuningsih Agus Priyatno Mahrus A. Rahman Sasmito Nugroho Renny Suwarniaty Nefrologi Partini Pudjiastuti Trihono Sudung O Pardede Husein Alatas Nanan Sekarwana Rusdidjas Syaifullah M. Noer Syarifuddin Rauf Taralan Tambunan Dedi Rachmadi Dany Hilmanto Neurologi Darto Saharso Hardiono D. Pusponegoro Irawan Mangunatmadja Setyo Handyastuti Dwi Putro Widodo Erny vii

Nutrisi & Penyakit Metabolik Damayanti R. Syarif, Sri Sudaryati Nasar Pediatri Gawat Darurat Antonius H. Pudjiadi Abdul latief Pencitraan Widhodho P. Karyomanggolo Hariati S. Pramulyo L.A. Tamaela Kemas Firman Evita Bermanshah Ifran H.E. Wulandari Waldy Nurhamzah Perinatologi Rinawati Rohsiswatmo Naomi Esthernita F. Dewanto Rizalya Dewi

viii

Respirologi Darmawan Budi Setyanto Adi Utomo Suardi Landia Setiawati Rina Triasih Finny Fitry Yani Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Kusnandi Rusmil Eddy Fadlyana Soetjiningsih Moersintowarti B. Narendra Soedjatmiko Mei Neni Sitaresmi Rini Sekartini Hartono Gunardi Meita Dhamayanti Bernie Endyarni IGA. Trisna Windiani

Daftar Isi

Kata Pengantar Tim Editor........................................................................................................... iii Kata Pengantar Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.......................................... iv Daftar Kontributor......................................................................................................................... v Alergi Obat....................................................................................................................................... 1 Alergi Susu Sapi............................................................................................................................... 5 Anemia Defisiensi Besi.................................................................................................................10 Asuhan Nutrisi Pediatri...............................................................................................................14 Bayi Berat Lahir Rendah..............................................................................................................23 Bronkiolitis.....................................................................................................................................30 Campak...........................................................................................................................................33 Defek Septum Atrium..................................................................................................................36 Defek Septum Ventrikel...............................................................................................................38 Defisiensi Kompleks Protrombin Didapat dengan Perdarahan Intrakranial.....................41 Demam Tanpa Penyebab yang Jelas...........................................................................................43 Demam Tifoid.................................................................................................................................47 Diabetes Melitus Tipe-1...............................................................................................................51 Diare Akut......................................................................................................................................58 Duktus Arteriosus Persisten.......................................................................................................63 Ensefalitis.........................................................................................................................................67 Ensefalitis Herpes Simpleks.........................................................................................................70 Enuresis...........................................................................................................................................72 Failure to Thrive............................................................................................................................75 Gagal Jantung..................................................................................................................................79 Gagal Napas....................................................................................................................................84 Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus...........................................................................89 ix

Hemofilia.........................................................................................................................................92 Hepatitis Akut................................................................................................................................98 Hiperleukositosis........................................................................................................................ 101 Hipertensi.................................................................................................................................... 104 Hipoglikemia................................................................................................................................ 120 Hipotiroid Kongenital................................................................................................................ 125 Infant Feeding Practice.............................................................................................................. 129 Infeksi Saluran Kemih................................................................................................................ 136 Infeksi Virus Dengue.................................................................................................................. 141 Kejang Demam............................................................................................................................ 150 Kelainan Metabolik Bawaan (inborn errors of metabolism).................................................. 154 Kesulitan Makan.......................................................................................................................... 161 Ketoasidosis Diabetik................................................................................................................ 165 Kolestasis..................................................................................................................................... 170 Konstipasi..................................................................................................................................... 175 Malaria.......................................................................................................................................... 179 Malnutrisi Energi Protein.......................................................................................................... 183 Meningitis Bakterialis................................................................................................................. 189 Meningitis Tuberkulosis............................................................................................................. 193 Obesitas....................................................................................................................................... 197 Pemantauan Pertumbuhan....................................................................................................... 205 Penanganan Bayi Baru Lahir dari Ibu Terinfeksi HIV ......................................................... 221 Penilaian dan Tata Laksana Keseimbangan Asam-Basa Tubuh............................................ 224 Penyakit Membran Hialin.......................................................................................................... 238 Perawakan Pendek..................................................................................................................... 243 Pneumonia................................................................................................................................... 250 Praskrining Perkembangan Parents’ Evaluation of Developmental Status (PEDS).............. 256 Sepsis Neonatal.......................................................................................................................... 263 Serangan Asma Akut.................................................................................................................. 269 x

Sindrom Nefrotik....................................................................................................................... 274 Skrining Child Abuse dan Neglect.............................................................................................. 277 Skrining Gangguan Berbicara dan Kognitif dengan CLAMS (Clinical Linguistic & Auditory Milestone Scale) dan CAT (Cognitive Adaptive Test)........................................ 281 Skrining Perkembangan dengan Diagram Tata Laksana Anak dengan Gangguan Bicara.................................................................................................................................... 284 Skrining Perkembangan DENVER II....................................................................................... 291 Syok ............................................................................................................................................. 294 Talasemia...................................................................................................................................... 299 Tata Laksana Jangka Panjang Asma.......................................................................................... 303 Tata Laksana Kejang Akut dan Status Epileptikus................................................................ 310 Tetanus Neonatorum................................................................................................................ 315 Tetralogi Fallot............................................................................................................................ 319 Tuberkulosis ............................................................................................................................... 323 Urtikaria dan Angioedema....................................................................................................... 329

xi

xii

Alergi Obat

Alergi obat merupakan salah satu reaksi simpang obat yang diperantarai oleh mekanisme imunologi. Mekanisme yang mendasari alergi obat dapat berupa reaksi hipersensitivitas tipe 1, 2, 3, atau 4. Alergi obat memerlukan paparan sebelumnya dengan obat yang sama atau terjadi akibat reaksi silang. Pemberian label alergi obat pada anak sering menyebabkan penghindaran obat tertentu sepanjang hidup. Diagnosis alergi obat pada anak sulit karena kesulitan melakukan tes kulit pada anak. Hal ini sering menyebabkan overdiagnosis alergi obat pada anak. Beberapa survei yang cukup besar menunjukkan prevalens alergi obat pada anak berkisar antara 2,8% sampai 7,5%. Penelitian meta-analisis pada 17 studi prospektif menunjukkan proporsi penderita rawat inap karena alergi obat sekitar 2,1%, 39,3% merupakan reaksi yang mengancam jiwa. Insidens reaksi simpang obat pada anak yang dirawat di rumah sakit sekitar 9,5% dan pada penderita rawat jalan sekitar 1,5%. Faktor risiko Faktor risiko yang terpenting adalah riwayat alergi sebelumnya dengan obat yang sama. Pemberian parenteral dan topikal lebih sering menyebabkan sensitisasi. Dosis tunggal yang besar lebih jarang menimbulkan sensitisasi daripada pemberian yang sering dan lama. Usia dewasa muda lebih mudah bereaksi daripada bayi atau usia tua. Predisposisi atopi tidak meningkatkan kemungkinan terjadinya alergi obat, tetapi dapat menyebabkan reaksi alergi yang lebih berat. Infeksi virus tertentu seperti HIV, Herpes, EBV, dan CMV meningkatkan kemungkinan terjadinya alergi obat.

Diagnosis Anamnesis Anamnesis yang terperinci merupakan tahap awal terpenting untuk membuat diagnosis alergi obat. Anamnesis meliputi formulasi obat, dosis, rute, dan waktu pemberian (Tabel 1). Selain itu harus ditanyakan perjalanan, awitan, dan hilangnya gejala. Catatan medik dan keperawatan harus diperiksa untuk mengkonfirmasi hubungan antara obat dan gejala yang timbul. Riwayat alergi terhadap obat yang sama atau satu golongan harus ditanyakan.

Pedoman Pelayanan Medis

1

Pemeriksaan fisis Pemeriksaan fisis yang teliti dapat menentukan mekanisme yang mendasari reaksi obat. Reaksi obat dapat terjadi sistemik atau mengenai satu atau beberapa organ (Tabel 2). Kulit merupakan organ yang sering terkena. Pemeriksaan penunjang Tes kulit dapat memberikan bukti adanya sensitisasi obat, terutama yang didasari oleh reaksi tipe 1 (IgE mediated). Namun demikian sebagian besar obat tidak diketahui imunogen yang relevan sehingga nilai prediktif tes kulit tidak dapat ditentukan. Penisilin merupakan obat yang sudah dapat ditentukan metabolit imunogennya. Tes kulit dapat berupa skin prick test (SPT) atau tes intradermal. Tes intradermal lebih sensitif tapi kurang spesifik dibandingkan SPT. Pemeriksaan penunjang lainnya antara lain: IgE spesifik, serum tryptase, dan cellular allergen stimulation test (CAST). Tes Kulit Tes kulit untuk preparat penisilin diperlukan metabolit imunogennya, major antigenic determinant yaitu penicylloil. Preparat penicylloil untuk tes kulit dijual dengan nama dagang Pre-Pen, sayangnya preparat ini belum ada di Indonesia sehingga tes kulit terhadap penisilin tidak dapat dilakukan di Indonesia. Untuk obat dan antibiotika yang lain, belum ada preparat khusus untuk tes kulit. Untuk beberapa jenis antibiotika yang sering digunakan dan kita ragu apakah pasien alergi atau tidak, dapat dilakukan tes kulit dengan pengenceran yang tidak menimbulkan iritasi (nonirritating concentration). Meskipun demikian, tes kulit untuk diagnosis alergi obat terutama antibiotika tidak dianjurkan karena nilai prediksi rendah. Kalau hasil tes positif, masih mungkin alergi terhadap obat tersebut, tetapi kalau negatif belum tentu tidak alergi. Graded Challenge Graded challenge, tes provokasi dengan dosis yang ditingkatkan, dilakukan dengan hatihati pada pasien yang diragukan apakah alergi terhadap sesuatu obat atau tidak. Tes provokasi ini biasanya dilakukan secara oral. Anak yang jelas dan nyata menunjukkan reaksi yang berat setelah terpajan dengan obat, tidak dilakukan tes provokasi ini. Graded challenge biasanya aman untuk dikerjakan, tetapi tetap dengan persiapan untuk mengatasi bila terjadi reaksi anafilaksis. Biasanya dosis dimulai dengan 1/10 sampai 1/100 dari dosis penuh dan dinaikkan 2 sampai 5 kali lipat setiap setengah jam, sampai mencapai dosis penuh. Bila pada waktu peningkatan dosis terjadi reaksi alergi, maka tes dihentikan dan pasien ditata laksana seperti prosedur pengatasan reaksi alergi. Tes provokasi dilakukan bila pemeriksaan lain negatif dan diagnosis a...


Similar Free PDFs