PELECEHAN SEKSUAL.pdf PDF

Title PELECEHAN SEKSUAL.pdf
Author H. Nugraha
Pages 12
File Size 404.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 159
Total Views 914

Summary

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa anak telah dilewati dan orangtua bersyukur karena masa penuh bahaya penyakit anak-anak telah ditinggalkan tanpa akibat sampingan dari penyakit yang terlalu membebani hidup mereka. Perasaan lega yang baru saja timbul, tidak lama kemudian hilang dan diganti den...


Description

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa anak telah dilewati dan orangtua bersyukur karena masa penuh bahaya penyakit anak-anak telah ditinggalkan tanpa akibat sampingan dari penyakit yang terlalu membebani hidup mereka. Perasaan lega yang baru saja timbul, tidak lama kemudian hilang dan diganti dengan rasa cemas.1 Karena kurang adanya pengertian dan perhatian mengenai jiwa para remaja, maka sering timbul perselisihan paham antara remaja dan orangtua. Agar bisa memahami dan menciptakan kesesuaian demi terciptanya keserasian hidup bersama, maka perlu diusahakan pendekatan yang sebaikbaikya mengenai remaja. Banyak kalangan orangtua dan anak remaja sendiri tidak begitu mengenali apa itu remaja, sehingga yang terjadi adalah kekeliruan pendapat, perilaku, dan penanganannya terhadap remaja. Kekeliruan pendapat ini dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, pendidikan, dan kondisi jiwa seseorang itu sendiri yang acuh terhadap segala hal. Perilaku seperti ini akan memunculkan perilaku-perilaku remaja yang negatif. Remaja mengalami banyak sekali perkembangan. Perkembanganperkembangan tersebut memerlukan kesadaran dan pemahaman agar tidak terjadi hal yang buruk yang akan dialami oleh remaja. Kesadaran akan hal seperti itu haruslah diimbangi dengan penyesuaian diri dan pengendalian diri. Secara fisik, remaja telah mengalami kematangan pertumbuhan fungsi seksual sehingga perkembangan dorongan seksualnya pun semakin kuat. Artinya, remaja perlu menyesuaikan penyaluran kebutuhan seksualnya dalam batas-batas penerimaan lingkungan sosialnya sehingga terbebas dari 1

Singgih Gunarsa, Psikologi Remaja. 2009. (Jakarta: BPK Gunung Mulia) hlm. 1

1

kecemasan psikoseksual, tetapi juga tidak melanggar nilai-nilai moral masyarakat dan agama. Jadi, secara kha penyesuaian diri remaja dalam konteks ini adalah mereka ingin memahami kondisi seksual dirinya dan lawan jenisnya serta mampu bertindak untuk menyalurkan dorongan seksualnya yang dapat dimengerti dan dibenarkan oleh norma sosial dan agama. Orang yang sehat akan dapat mengendalikan dorongan-dorongan seksual pada dirinya sampai pada waktu dan suasana yang mengizinkan. Bagi orang yang tidak percaya Tuhan, pemenuhan akan dorongan seksual akan dilakukannya secepat mungkin tanpa memerhatikan waktu dan suasana yang mengizinkan dia untuk memuaskan dorongan-dorongan seksual tersebut. Orang-orang yang selalu memuaskan kebutuhan seksualnya dengan cepat biasanya akan memulai aksinya dengan melakukan tindakan-tindakan pelecehanseksual terhadap lawan jenisnya. Tindakan tersebut banyak dilakukan oleh kaum pria, terutama remaja. Karena remaja sedang mengalami gejolak seksual yang luar biasa, yang apabila tidak dapat mengendalikannya, maka remaja akan menghalalkan segala cara untuk memuaskan dorongannya tersebut. Hal semacam ini sebetulnya dialami oleh seluruh remaja baik putera maupun puteri. Namun yang membedakan adalah kemampuan remaja untuk mengendalikan dorongan seksualnya. Hal ini dikarenakan semua remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun psikis, yang juga mendorong para remaja untuk memenuhi kebutuhan seksualnya. Karena semua remaja mengalami hal ini, maka hal-hal yang ada pada dunia remaja yang menyangkut masalah seksualitas, itu hal yang normal. Tinggal bagaimana peran semua pihak untuk mengendalikan dorongan-dorongan seksual tersebut agar tidak menjerumuskan remaja pada lubang perzinaan. Pemahaman-pemahaman psikologis remaja secara agamis pun perlu untuk membekali orangtua khususnya dalam mendidik anak remajanya. Sehingga pendidikan terhadap anak tidak hanya bersifat duniawi, tetapi juga 2

bersifat

ukhrawi.

Pemahaman

tersebut

nantinya

akan

memberikan

pengetahuan yang lain bagaimana cara mencegah agar anaknya tidak melakukan tindakan-tindakan yang tidak seharusnya dilakukan oleh anak usia remaja. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pelecehan seksual? 2. Apa yang dimaksud dengan aktualisasi diri? 3. Bagaimana cara menanggulangi perbuatan pelecehan seksual pada anak remaja?

3

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pelecehan Seksual Seperti yang diketahui bersama bahwa masalah seksualitas di dunia remaja merupakan masalah yang memerlukan penanganan dan pencegahan serius dari diri sendiri dan lingkungan. Penanganan dan pencegahan yang terlambat akan merusak moralitas anak remaja, yang akan membawa dampak buruk bagi cara bergaulnya. Sebelum melakukan usaha penanganan dan pencegahan, maka harus memahami terlebih dahulu apa itu pelecehan seksual. Pelecehan seksual adalah tindakan pemenuhan dorongan seksual yang dilakukan tidak pada waktu, tempat, dan orang yang tepat. Misalnya dilakukan di dalam angkutan umum pada malam hari, dan pada orang yang tidak dikenal atau bahkan bisa saja terhadap orang yang dikenal. Pelecehan seksual biasanya mengarah pada sentuhan-sentuhan atau kontak fisik langsung dengan anggota tubuh yang sensitif seperti payudara dan bokong. Pelecehan seksual banyak dilakukan oleh remaja putera yang tidak mampu mengendalikan dorongan seksualnya karena kurang pendidikan seksual, pendidikan moral dan terutama pendidikan tentang agama. Remaja yang

tidak

memiliki

pendidikan

agama

cenderung

akan

lebih

seringmelakukan tindakan pelecehan seksual terhadap remaja putri lainnya. Oleh karena itu, pendidikan seksual, moral,dan agama memegang peran penting dalam pencegahan anak remaja putera melakukan tindakan pelecehan seksual. Remaja yang memiliki pendidikan yang baik akan lebih mampu mengendalikan

dorongannya

dengan

cara

memperbanyak

kesibukan

dengankegiatan-kegiatan yang positif. Sedangkan yang tidak memiliki

4

pendidikan akan selalu melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat karena tidak pernah ada motivasi yang kuat dari lingkungannya. Motivasi yang kuat didapat dari lingkungan tempat ia bergaul. Selain pendidikan diberikan kepada remaja putera, remaja puteri pun perlu mendapat pendidikan serupa. Pendidikan seksual dapat diberikan berupa pemahaman bagian-bagian tubuh mana yang tidak boleh tersentuh oleh orang lain, perbuatan-perbuatan apa yang tidak menimbulkan tindak pelecehan seksual, pakaian seperti apa yang mencegah tindakan pelecehan seksual, dan sebagainya. Disebut pelecehan seksual apabila korban merasa tidak senang dan merasa dirugikan akibat perbuatan orang lain terhadap bagian tubuh seksualnya. Berbeda dengan pelaku dan korban yang saling suka, sehingga tidak merasa dirugikan bahkan saling diuntungkan ketika terjadi tindakan pelecehan seksual. Hal semacam itu tidak dibilang sebagai pelecehan seksual. B. Pengertian Aktualisasi Diri Maslow menegaskan bahwa setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuan yang dimilikinya. Kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan kemampuannya secara penuh oleh Maslow disebut “aktualisasi diri”. Kebutuhan aktualisasi diri merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam teorinya tentang motivasi. Lebih lanjut dia melukiskan kebutuhan sebagai “hasrat makin menjadi diri sendiri dengan sepenuh kemampuan yang dimiliki sendiri menjadi apa saja menurut kemampuannya”.2 Kebutuhan aktualisasi diri berarti ingin menjadi dirinya sendiri dengan dorongan kuat dari dalam dirinya. Artinya, kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan hawa nafsu manusia. Manusia diciptakan sebagai makhluk paling sempurna dibanding dengan makhluk 2

Mohammad Ali. Psikologi Remaja. 2015. (Jakarta: Bumi Aksara) hlm. 158

5

ciptaan Tuhan yang lainnya. Manusia diberi tubuh, akal, dan perasaan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Selain itu, manusia juga sudah ditakdirkan memiliki hawa nafsu yang mendorong manusia untuk memenuhi hawa nafsunya tersebut sebisa mungkin. Kajian tentang manusia kaitannya dengan kebutuhan aktualisasi diri akan dijelaskan pada pembahasan berikut. Kajian mengenai hawa nafsu berikut merupakan kajian dari sudut pandang islam. islam memberikan pandangan hawa nafsu yang mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri seseorang. Islam memberikan pandangan melalui kitab sucinya, yakni alquran. Alquran menyebutkan istilah nafsu dalam beberapa ayatnya, dengan maksud dan tujuan berbeda dari masing-masing ayatnya. Salah satu istilah yang berkaitan dengan hal ini adalah istilah al-nafs.3 Al-nafs adalah elemen dasar psikis manusia. Elemen yaitu bagian fundamental, atau bagian pokok dari sesuatu. Dalam hubungannya dengan stratifikasi jiwa, bahwa elemen jiwa berarti sisi jiwa yang menjadi dasar dalam “susunan” organisasi jiwa manusia. Salah satu karakteristik yang ditampilkan oleh al-nafs menurut M. Quraish Shihab adalah al-nafs mempunyai daya atau dorongan baik atau buruk. al-nafs sejak awal telah diberi potensi olrh Allah untuk melakukan atau memberikan dorongan baik atau buruk. Pada hakikatnya, dorongan baik lebih kuat dari pada dorongan yang buruk. Namun daya Tarik keburukan lebih kuat dari pada kebaikan. Sehingga al-nafs yang diartika sebagai nafsu ini cenderung mendorong manusia untuk melakukan hal-hal yang buruk. Seiring dengan tumbuh kembangnya manusia, khususnya remaja, dorongan yang diberikan oleh al-nafs pun mengalami perkembangan. Dari mulai usia bayi hingga dewasa, dorongan yang diberikan senantiasa bersifat lebih dewasa. Semakin dewasa seseorang, maka dorongan seksualnya 3

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami. 2007. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar) hlm. 91

6

semakin besar. Inilah yang dimaksud dorongan dari al-nafs yang berupa nafsu yang dimiliki manusia. Nafsu ini bertujuan untuk memenuhi hasrat seksualnya. Tanpa pengelolaan nafsu yang baik, dorongan ini akan membawa manusia untuk melakukan hal yang dapat memuaskan keinginan seksualnya pada orang, tempat, dan waktu yang tidak tepat. Perbuatan ini merupakan cerminan dari ketidakmampuan untuk mengelola dorongan nafsu yang baik. Dampak lebih buruknya adalah dapat merusak keturunan. Dorongan seksual yang berlebihan dan selalu dituruti berpotensi menyebabkan kehamilan perempuan di luar nikah. Ini berawal dari remaja yang tidak mampu mengendalikan dorongan seksualnya dan sering melakukan pelecehanpelecehan seksual. Dari pemaparan di atas, dapat diambil satu pemahaman bahwa tindakan pelecehan seksual merupakan perwujudan atau aktualisasi diri manusia. Karena perbuatan ini memiliki dorongan awal yaitu al-nafs yang dianugerahi oleh Allah. Hal ini harus kita pahami dari beberapa sudut pandang. Menurut psikologi, perbuatan ini tidak dapat disalahkan, karena prinsip psikologi adalah apapun yang dapat membuat jiwa senang itu benar. Namun juga tidak sepenuhnya benar, karena kita memiliki aturan agama yang mengatur hal-hal yang prinsip maupun yang teknis. Tindakan pelecehan seksual jelas merupakan tindakan yang dilarang dalam islam. islam mengatur tentang pemenuhan kebutuhan seksual hanya pada orang, waktu dan tempat yang benar. Kepada isteri yang sah, waktu yang tidak mengganggu pekerjaan satu sama lain, dan tempat yang tidak terlihat oleh orang lain selain dua orang pasangan suami-isteri. C. Upaya Pencegahan Tindakan Pelecehan Seksu Pelecehan seksual merupakan masalah yang banyak dihadapi oleh anak usia remaja. Karena banyak sekali remaja yang menjadi pelaku maupun

7

korban pelecehan seksual. Tindakan ini berkaitan dengan moralitas4 remaja. Perkataan “moral” berarti tindakan manusia yang baik atau buruk. Namun moral lebih cenderung pada perbuatan yang positif. Masa remaja adalah masa yang peka terhadap agama dan akhlak. Pada masa ini, mereka berkeinginan mendapatkan kesempatan, bertualangan, telah mulai datang orang yang benar dan masak inteligensinya. Pada masa ini, remaja dalam menghadapi problem-problemnya sering bimbang dan tak tentu arah, karena belum mempunyai pengangan yang kuat. Para pendidik dan orangtualah yang harus bijaksana membimbing mereka dengan cara persuasif, motivatif, konsultatif maupun edukatif. Pelecehan seksual maerupakan salah satu bentuk kenakalan remaja. Kenakalah remaja adalah kenakalan yang dilakukan oleh anak usia 13-21 tahun. Kenakalan-kenakalan ini dapat berupa perbuatan melanggar hukum maupun tidak. Pelecehan seksual dalam hal ini, merupakan tindakan yang melanggar hukum yang berlaku di Indonesia. Tindakan pelecehan seksual dapat diselesaikan melalui hukum apabila dikehendaki. Dalam menanggulangi kenakalan remaja dalam hal ini pelecehan seksual, perlu diusahakan upaya-upaya untuk menghindari terjadinya perbuatan-perbuatan pelecehan seksual pada remaja. Upaya yang dapat dilakukan di antaranya adalah uupaya preventif, represif, dan kuratif.5 Upaya preventif adalah segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan remaja. Tindakan represif adalah tindakan untuk menindas dan menahan kenakalah remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih besar. Tindakan kuratif dan rehabilitasi adalah memperbaiki akibat perbuatan nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut.

4 5

Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. 2013. (Jakarta: Rineka Cipta) hlm. 12 Panut Panuju, Psikologi Remaja. 2009. (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya). Hlm. 163

8

Salah satu bentuk upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan agama bagi anak agar pemahaman tentang konsekuensi dari apa yang tidak baik dimiliki oleh anak tersebut. Pendidikan agama mampu membangun jiwa dan karakter, serta kesibukan yang bermanfaat bagi anak. Semakin banyak anak mendapat pendidikan agama maka semakin baik dampak yang ditimbulkannya. Semakin banyak kesibukan yang dikerjakan oleh anak, maka semakin kecil kemungkinan dia melakukan hal-hal negartif. Upaya yang dapat dilakukan setelah terjadi tindakan pelecehan seksual dapat berupa hukuman, pengasingan, dan sebagainya, agar anak menjadi jera untuk melakukan tindakan serupa. Peran orangtua sangat penting bagi pengelolaan gairah seksual anak. Orangtua harus senantiasa mengontrol apa yang anak lakukan, bahkan cek sedetail mungkin apa yang anak lakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

9

BAB III PENUTUP A. Simpulan 1. Pelecehan seksual merupakan tindakan yang dilakukan untuk memenuhi dorongan seksual seseorang yang tidak dilampiaskan segera. Pelecehan seksual kerap kali terjadi di kalangan remaja. Ini merpakan kenakalan remaja yang serius, dan butuh penanganan dari semua pihak yang terkait dengan remaja. 2. Aktualisasi diri adalah salah satu kebutuhan manusia untuk mencapai kepuasan batin bagi seseorang. Aktualisasi diri biasanya berupa dorongan atau keinginan untuk melakukan atau menjadi sesuatu. Dorongan ini merupakan kebutuhan yang apabila tidak dikelola dengan baik dan bijak, akan menjadi malapetaka bagi pelakunya. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini contohnya kebebasan melakukan sesuatu, termasuk memenuhi kebutuhan biologisnya. 3. Cara penanggulangan tindak pelecehan seksual dengan tiga cara, yaitu preventif, represif, dan kuratif. Tindakan preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual, represif bertujuan untuk menghukum tindak pelecehan seksual, dan kuratif bertujuan untuk menghukum sekaligus membuat efek jera bagi pelaku tindak pelecehan seksual. B. Saran Bagi orang tua, penting sekali untuk mengetahui seluruh aktivitas anak dari mulai yang terkecil sampai yang besar. Tujuannya adalah agar orang tua dapat memberikan control terhadap apa yang dilakukan anak secara tepat dan sigap. Karena jika tidak diberikan control dengan cepat dan tepat, maka efek jauh ke depannya adalah tindakan-tindakan amoral yang dilakukan anak kepada lingkungannya. 10

Berikan pendidikan yang terbaik untuk anak, baik di rumah maupun di lembaga pendiikan semampu Anda. Terus awasi kegiatan anak Anda jangan sampai lengah, pahami kebutuhan dan keinginannya, serta pahami keadaan psikisnya sebagai seorang anak remaja. Pemahaman akan membantu dalam memberikan pendidikan yang tepat bagi anak.

11

DAFTAR PUSTAKA Ali & Muhammad Asrori. 2015. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara Baharuddin. 2007 Paradigma Psikologi Islami. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Gunarsa,Singgih D. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta: BPK. Gunung Mulia Panuju, Panut dan Ida Umami.2005. Psikologi Remaja. Yogyakarta: TaraWacana Yogya Prayitno dan Erman Amti. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan & Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Sobur, Alex. 2013. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia Yusuf,Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya

12...


Similar Free PDFs