Pemanfaatan Geowisata dan Sumber Geologinya PDF

Title Pemanfaatan Geowisata dan Sumber Geologinya
Author T. Kobandaha
Pages 14
File Size 213.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 617
Total Views 862

Summary

Pemanfaatan Geowisata Dan Sumber Geologisnya Tessy Choirunnisa Kobandaha Teknik Geologi, Universitas Negeri Gorontalo [email protected] A. Pendahuluan Beberapa tahun terakhir ini kita telah menyaksikan jumlah kedatangan wisatawan internasional mencapai rekor baru dari tahun ke ...


Description

Pemanfaatan Geowisata Dan Sumber Geologisnya Tessy Choirunnisa Kobandaha Teknik Geologi, Universitas Negeri Gorontalo [email protected] A. Pendahuluan Beberapa tahun terakhir ini kita telah menyaksikan jumlah kedatangan wisatawan internasional mencapai rekor baru dari tahun ke tahun, sebuah tren yang kemungkinan akan berlanjut dalam waktu dekat. Menjamurnya maskapai penerbangan, dan mengakibatkan meningkatnya persaingan, telah mengurangi biaya perjalanan dan membuat tujuan yang sebelumnya sulit diakses menjadi lebih mudah diakses. Hasilnya, jadi begitu banyak situs yang menampilkan warisan dan juga berbagai sejarah geologi yang unik, saat ini juga telah lebih mudah diakses dari sebelumnya, dan menariknya begitu banyak pengunjung yang mencari pengalaman baru dan yang juga begitu eksotis. Fokus utama dari publikasi ini adalah geowisata, ekowisata dan sumber daya geologisnya,. Secara umum Ekowisata diartikan sebagai konsep wisata alam yang tetap memperhatikan kelestarian ekosistem termasuk flora dan fauna (Sharpley, 2006). Di sisi lain,ada juga geowisata yang merupakan konsep pariwisata dengan menitik beratkan pada fitur geomorfologi dari suatu kawasan dan proses geologi yang berperan di penting dalam kawasan tersebut (Strba et al, 2020). Dan dari Perpaduan kedua konsep pariwisata tersebut dapat menghasilkan konsep eko-geowisata, yaitu konsep pariwisata baru yang menitikberatkan pada flora dan fauna dari suatu ekosistem, serta juga proses geologi yang membentuk morfologi. Geowisata / geotourism juga merupakan istilah yang belum lama terdengar dalam bidang kepariwisataan nasional.

Geowisata1

Istilah dari geotourism ini telah muncul pada sekitaran pertengahan 1990-an. Seorang ahli Geologi yang berasal dari Buckinghamshire Chilterns University di Inggris bernama Tom Hose telah diperkirakan menjadi orang yang pertama kali aktif memperkenalkan duia istilah itu. Perkembangan dari sebuah teknologi, informasi, komunikasi serta kondisi dari sosio – ekonomi dunia yang sampai sekarang ini semakin meningkat drastis, menyebabkan melonjak naiknya tingkat mobilitas manusia, Khususnya terjadi pada sector geowisata. Pertumbuhan jumlah kunjungan untuk melihat geowisata dari suatu negara ke negara lain terus meningkat. Berdasarkan data UNWTO (sumber:UNWTO Tourism Highlights 2016 Edition), pada tahun 1950 jumlah kunjungan terhitung sebanyak 25 juta orang, pada tahun 1980 mencapai 278 juta orang, selanjutnya tahun 2000 meningkat menjadi 674 juta, dan tahun 2015 kembali meningkat menjadi 1,186 juta orang. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa industri pariwisata saat ini merupakan salah satu sektor ekonomi dengan pertumbuhan yang besar dan cepat di dunia. Melihat pesatnya pertumbuhan industri periwisata membuat banyak negara-negara di dunia untuk berinvestasi pada peningkatan infrastruktur pariwisata dengan tujuan untuk menarik lebih banyak kedatangan wisatawan. B. Pembahasan Dengan begitu banyaknya potensi adanya daerah geowisata yang dimiliki Indonesia, maka sudah seharusnya situs geologi pada tiap daerah mulai diperkenalkan kepada dunia luar dengan tetap dilatar belakangi oleh pengetahuan geologi agar nantinya Indonesiapun bisa menjadi negara yang sangat mandiri dalam bidang geowisata, karena keadaan pariwisata yang ada di Indonesia sangat baik bila dikelolah dan dikembangkan dengan pengetahuan geologi yang ada. 2Geowisata: Sebuah Ulasan

1. Potensi Geowisata Tambang Batu Bara Konsep geowisata cukup baru, dan akademisi masih bereksperimen dengan metodologi untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Oleh karena itu, berbagai aliran metode telah muncul seperti metode Swiss, metode Spanyol, metode Portugis, dll. (Erhartiĉ, 2010) untuk memilih kriteria penilaian potensi geowisata. Makalah terpisah juga ditulis untuk membahas dan membandingkan metode berbeda yang berfokus untuk mengidentifikasi kriteria terbaik untuk penilaian geowisata misalnya,Erhartiĉ (2010), Kubalíková (2013), Doktor, Miśkiewicz, Welc, dan Mayer (2015), Parkes dan Gatley (2017) dll. Untuk pembahasan khusus tentang potensi geowisata pertambangan Sonepur-Bazari OCP, kami akan fokus pada pekerjaanKubalíková (2017), dimana penulis memberikan pedoman rinci untuk penilaian potensi geowisata pertambangan, yang dirancang khusus untuk geosites pertambangan yang dapat digunakan untuk keperluan geowisata di masa depan. Metode yang ia usulkan bersifat interdisipliner sehingga dapat bersesuaian “dengan konsep geowisata yang holistik dan multidisiplin” (Kubalíková, 2017; hal.138). seperti Kubalíková, yang berfokus pada geowisata dan geoedukasi, dikatakan penulis jurnal bahwa studi mereka hanya berkonsentrasi pada potensi geowisata pertambangan. Jadi, untuk penilaian, hanya nilai-nilai wisata yang akan ditekankan pada penelitian geowisata dari pertambangan yang mereka rencanakan. Banyak negara termasuk India telah maju untuk membuka situs pertambangan mereka untuk pariwisata. India memiliki banyak situs penambangan yang mampu berfungsi sebagai atraksi geowisata pertambangan. Sonepur-Bazari OCP adalah salah satu tambang batu bara yang signifikan di India baik dari

Geowisata3

produksi maupun cakupan area lahan. Ini adalah tambang aktif dengan topografi yang terus berubah dan demonstrasi langsung teknologi pertambangan. Fitur geoantropogenik utama adalah tambang batu bara, timbunan timbunan sampah, jalan pertambangan, profil batuan yang terbuka, fosil, potongan mesin yang digunakan dalam ekstraksi batu bara, dll., Yang mampu menarik pengunjung. Tambang ini juga terhubung dengan baik ke dunia luar melalui kereta api, jalan raya, dan saluran udara, yang akan memudahkan arus turis ke situs tersebut. Penilaian tambang berdasarkan kriteria yang ditentukan sebelumnya menyoroti prospek masa depannya sebagai situs geowisata pertambangan. Infrastruktur pariwisata dasar seperti, kamar kecil, pojok penyegaran, parkir perlu digabungkan. Museum in-situ dapat dibangun untuk menampilkan dan interpretasi proses penambangan, peralatan, fosil dan aspek kemasyarakatan. Tur berpemandu dapat dilakukan, di mana pensiunan berpengalaman atau penambang yang bekerja akan membantu pengunjung untuk memahami proses dan fitur penambangan yang berbeda. Untuk itu perlu dibangun jalur wisata terpisah yang menghubungkan titik-titik kunjungan utama, sehingga pengunjung dapat menikmati dan memahami seluruh lanskap pertambangan serta struktur dan proses tertentu. 2. Asesmen Geosite dan Geomorphosite sebagai alat bantu untukl Geokonservasi dan Geowisata (Eastern bagian dari Republik Ceko) Di Taman Nasional, Kawasan Lindung Lanskap atau geopark, promosi geosites dan geomorphosites berkembang dengan baik. Akan tetapi, di luar kawasan ini, promosi dan penggunaan situs untuk tujuan geowisata relatif buruk, meskipun terlihat jelas bahwa 4Geowisata: Sebuah Ulasan

mereka dapat menjadi sumber kegiatan geowisata yang dapat mendorong pembangunan ekonomi lokal. Untuk mengetahui situs mana yang cocok untuk pengembangan geowisata, metode sederhana diusulkan dan situs terpilih dari Dataran Tinggi Vizovická vrchovina (Republik Ceko) dinilai. Berdasarkan ini, kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman diidentifikasi. Penilaian dan analisis area berikut dapat berfungsi sebagai dasar untuk proposal masa depan untuk penggunaan situs geotourist diberbagai dunia. Proyek geokonservasi luar biasa yang dapat digunakan untuk tujuan geowisata adalah Basis Data Geologi Lokalitas (lebih dari 2800 situs di bulan Juli 2014) yang dipelihara dan diperbarui oleh Survei Geologi Ceko. Karakteristik geosains, tingkat perlindungan dan konflik kepentingan diberikan untuk setiap lokasi. Namun demikian, pengunjung biasanya tidak hanya tertarik oleh geo- aspek logis dan geomorfologi situs — infrastruktur yang sesuai (misalnya jalur yang ditandai, transportasi, akomodasi), fasilitas informasi (mis. selebaran, panel informasi, promosi situs melalui internet) dan aspek budaya dan sejarah situs juga berperan peran penting. Untuk mengetahui situs mana yang cocok untuk keperluan geowisata, metode penilaian sederhana sangat diusulkan dalam jurnal ini. Dalam jurnal ini dikatakan juga bahwa aspek kunci dari geowisata diwakili oleh integritas tempat, kode internasional, selektivitas dan keragaman pasar, kepuasan wisatawan, keterlibatan dan manfaat masyarakat, perlindungan dan peningkatan daya tarik destinasi, tata guna dan perencanaan lahan, - pelayanan sumber daya, interpretasi dan evaluasi interaktif; menurut Dowling dan Newsome (2010): geologisberbasis, mendidik lingkungan, kepuasan wisatawan, berkelanjutan, menguntungkan secara lokal. Pendekatan

Geowisata5

geomorfosit juga menekankan pada nilai tambah(misalnya aspek budaya, sejarah, ekologi situs). 3. Geowisata Dalam Cerita Gorontalo Cerita rakyat dalam perspektif geowisata telah banyak diteliti, seperti di Republik Ceko (Kirschner dan Kubalikova, 2015) dan Yahudi Batu Eropa (Duffin, 2006). Gorontalo memiliki cerita rakyat yaitu cerita rakyat tentang jejak kaki Lahilote. Situs jejak kaki cerita rakyat Lahilote terletak di pesisir selatan Gorontalo dan termasuk dalam wilayah administrasi Kota Gorontalo. Dalam geologi regional (Bachry, 1997), tapak tapak Lahilote terletak di unit Bone Diorite. Penelitian geowisata di pantai selatan telah dilakukan oleh Septian et.al., (2019) namun litologi folklore tapak kaki Lahilote belum dilakukan penilaian. Satu-satunya penelitian yang pernah dilakukan di tapak tapak Lahilote adalah penelitian budaya (Yanti dan Zabadi, 2016; Baruadi dan Eraku, 2018; Hakim, 2018; Harini dan Permadi, 2019). Penelitian yang dilakukan dalam jurnal ini bertujuan untuk menilai tapak tapak Lahilote berdasarkan karakteristik geologisnya. Penelitian ini penting dilakukan untuk dapat memberikan informasi ilmiah tentang tapak tapak Lahilote sehingga menjadi bagian dari perlindungan situs dan mengembangkannya menjadi geowisata. Perlindungan dan pembangunan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat. Metodologi dalam penelitian ini adalah observasi lapangan, analisis dan penilaian laboratorium. Pengamatan lapangan diawali dengan studi literatur. Pengamatan lapangan meliputi survei geologi dan geomorfologi. Survei geologi berupa investigasi sistematis terhadap karakteristik batuan di wilayah studi. Survei geomorfologi berupa investigasi bentang alam dan proses yang membentuknya. Pembagian bentuk 6Geowisata: Sebuah Ulasan

lahan mengacu pada klasifikasi Brahmantyo dan Bandono (2006). Sampel batuan diambil di sekitar tapak tapak Lahilote dengan karakteristik litologi yang serupa. Pengambilan sampel dilakukan di dua stasiun. Analisis laboratorium meliputi Scanning Electron Microscopy (SEM) dan analisis spektrometri dispersif energi, penghitungan titik dan plot. Hasil dari pembahasan yang ada pada jurnal ini menguraikan bahwa Penelitian dilakukan di sekitar situs cerita rakyat Lahilote dan daerah sekitarnya. Situs legendaris Lahilote terletak di daerah Pohe, Kota Gorontalo di pesisir selatan Gorontalo. Lokasi situs berada di seberang Teluk Tomini. Secara geomorfologi, wilayah situs legendaris Lahilote dan sekitarnya terdiri dari perbukitan intrusi, dataran pantai dan dataran banjir. Perbukitan intrusi tersusun dari batuan granodiorit. Penggunaan lahan di perbukitan intrusi adalah permukiman dan infrastruktur transportasi. Situs legenda Lahilote adalah sebuah batu besar yang terletak di perbukitan vulkanik. 4. Pemanfaatan Satelit Untuk Eko Geowisata Dalam jurnal ini Daerah penelitiannya meliputi Desa Olele dan sekitarnya, Kabupaten Kabila Bone, Bone Bolango, Gorontalo. Daerah penelitian berjarak sekitar 20 km dari kota Gorontalo dengan waktu tempuh 1 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Topografi Olele pada umumnya didominasi oleh perbukitan yang terjal dan di suatu tempat terdiri dari dataran juga. Penelitian ini memanfaatkan teknologi citra satelit yang dipadukan dengan kajian literatur geologi dan kelautan di kawasan Olele. Citra satelit menggunakan DEMNAS dan BATNAS yang dirilis Badan Informasi Geospasial (BIG) tahun 2018. Tinjauan pustaka mengacu pada buku, jurnal, dan peta yang berkaitan dengan topik penelitian.

Geowisata7

Citra satelit telah menjadi terobosan dalam sains. Citra satelit membantu menangkap citra permukaan bumi dengan memanfaatkan panjang gelombang dan spektrum elektromagnetik (EMS) (Gupta, 2003). Citra satelit telah banyak digunakan sebagai observasi awal survei lapangan. Contoh citra satelit adalah Digital Elevation Model (DEM). Data citra satelit diunduh dari resmisitus Badan Informasi Geospasial (BIG) dan kemudian diolah menggunakan GIS. Citra DEMNAS merupakan dasar pembuatan peta kelas lereng, peta kelurusan, dan model 3D topografi kawasan Olele. Citra BATNAS menjadi dasar pembuatan model batimetri 3D kawasan Olele. Data keanekaragaman hayati dan keanekaragaman hayati diperoleh dari tinjauan pustaka. Referensi yang dimaksud berupa peta, buku, dan jurnal yang membahas tentang geologi dan ekosistem laut di kawasan Olele. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi singkat potensi geodiversity dan biodiversity terumbu karang Olele. Hasil kajian potensi geodiversity dan biodiversity terumbu karang Olele kemudian dibandingkan dengan potensi di wilayah lain, baik lokal, nasional, maupun internasional. Teknologi data citra satelit BATNAS (National Bathymetry) diekstraksi dan diolah menggunakan aplikasi GIS untuk menghasilkan model 3D batimetri Olele. Model 3D batimetri Olele diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi Rak Karbonat (McNeill et al., 2010). Model batimetri Olele 3D berkolaborasi dengan hasil studi literatur kelautan untuk mengidentifikasi ekosit di kawasan Olele. Tinjauan pustaka kelautan (Allen, 2006; Jones, 2014; Wilson, 1925; Putchakarn, 2014; Thacker et al., 2013; Leal et al, 2017) meliputi identifikasi ekosit dan perbandingan ekosit Petrosia Lignosa di Olele dibandingkan dengan daerah lain di skala lokal, nasional, dan internasional. 8Geowisata: Sebuah Ulasan

Hasil dari pembahasan jurnal nya adalah Model 3D topografi diperoleh dari ekstraksi data Model Elevasi Digital Nasional (DEMNAS) yang diplot sesuai dengan luas areal Olele dengan menggunakan software SIG. Ekstraksi dan pemodelan menghasilkan topografi 3D kawasan Olele yang sebagian besar tersusun dari morfologi perbukitan dan dataran. Model 3D topografi diperoleh dari ekstraksi data Model Elevasi Digital Nasional (DEMNAS) yang diplot sesuai dengan luas areal Olele dengan menggunakan software SIG. Ekstraksi dan pemodelan menghasilkan topografi 3D kawasan Olele yang sebagian besar tersusun dari morfologi perbukitan dan dataran. 5. Geotourism Penulisnya membahas tentang literature ilmiah dari geowisata di seluruh dunia dan penulis jurnal juga memberikan beberapa sudut pandangnya tentang cara pengolahan dari geowisata dan telah dituangkan dalam jurnalnya. Tinjauan komprehensif literatur ilmiah tentang geowisata yang diterbitkan dalam dua dekade terakhir disediakan oleh Ólafsdóttir & Tverijonaite. Hasil mereka menunjukkan popularitas geowisata sebagai topik penelitian baru dan menyoroti peningkatan eksponensial dalam penelitian geowisata selama dua dekade terakhir. Hasil mereka selanjutnya menunjukkan bahwa sebagian besar literatur ini (98,8%) didasarkan pada pendekatan empiris untuk menilai geoheritage dan potensinya untuk pengembangan pariwisata, dan dengan demikian menekankan pentingnya memperluas cakupan penelitian tentang geowisata. Sebaliknya, peneliti tidak terlalu memperhatikan pemangku kepentingan geowisata seperti wisatawan dan masyarakat lokal, dan hanya sejumlah kecil penelitian yang meneliti geowisata dalam konteks pembangunan berkelanjutan.

Geowisata9

Gordon meneliti bagaimana hubungan antara geoheritage dan warisan budaya dapat dikembangkan dengan cara yang meningkatkan pengalaman pengunjung dan mempromosikan geoedukasi dan geokonservasi. Dia menunjukkan bahwa hubungan antara geowisata dan lanskap budaya memberikan peluang untuk mempromosikan nilai-nilai geoheritage kepada publik yang lebih luas. Dia lebih lanjut menekankan bahwa penilaian aset geoheritage, nilai dan manfaat dalam kerangka jasa ekosistem budaya dapat memungkinkan pendekatan yang lebih holistik untuk geowisata yang mengakui hubungan antara manusia, geoheritage dan lanskap. Dengan demikian, mengikuti praktik geoetika yang baik merupakan elemen penting dari geowisata baik untuk penyedia maupun bagi peserta. Zona Vulkanik, yang saat ini menjadi salah satu geosite yang paling banyak dikunjungi di Catalonia, Spanyol, telah berkontribusi geowisata berkelanjutan. Hasil mereka menunjukkan bahwa penelitian ilmiah yang memberikan pengetahuan yang baik tentang nilai-nilai alam daerah, dikombinasikan dengan pembentukan program pelatihan dan pendidikan yang baik yang ditujukan untuk penduduk dan pengunjung lokal untuk meningkatkan kesadaran mereka, memberikan kontribusi terbesar bagi sosial dan ekonomi yang positif. dampak. Pengembangan pariwisata yang didasarkan pada kunjungan singkat dan berkualitas rendah, terkonsentrasi pada ruang dan waktu, di sisi lain telah menyebabkan masalah kepadatan berlebih yang serius di Zona Vulkanik La Garrotxa, mengakibatkan jatuhnya layanan dan secara signifikan menurunkan kualitas pengalaman pengunjung. . Penulis menyimpulkan bahwa, jika dikelola dengan baik, penggunaan geo-konservasi sebagai alat untuk pariwisata berkelanjutan menghasilkan peningkatan ekonomi dan sosial di kawasan tersebut. 10Geowisata: Sebuah Ulasan

6. Asesmen Nilai – Nilai Pariwisata Terhadap Fitur Geologi Sebagai Dasar Pengembangan Geowisata di Pesisir Selatan Gorontalo Berdasarkan dari uraian jurnal ini, maka daerah selatan gorontalo sangat perlu dilakukan tinjauan geologi yang lebih mendalam lagi dalam rangka mengembangkan potensi wisata di Gorontalo itu sendiri. Unsur geologi yang akan dikaji yaitu litologi daerah khususnya pada batuan vulkanik mengingat Gorontalo merupakan sebuah kawasan gunung berapi purba yang pastinya banyak sekali menyimpan rekaman jejak sejarah yang akan menarik untuk dijadikan situs wisata. Selain itu, jenis litologi lain yang dapat dijadikan dari situs wisatanya adalah batu gamping coral yang begitu banyak menyimpan sejarah pembentukan yang sangat unik apabila diketahui . Tujuan dilakukanya penelitian pada jurnal ini adalah untuk melakukan asesmen nilai-nilai pariwisata terhadap fitur geologi di daerah Bongo gorontalo dan sekitarnya. Hasil penilaian diharapkan akan menjadi dasar pengembangan geowisata dipesisir selatan Gorontalo C. Penutup Geowisata, sektor industri pariwisata yang sebenarnya bisa dibilang sudah cukup lama muncul, adalah cara berkelanjutan untuk melestarikan dan memonetisasi keunikan geologis dan geo-grafis baik itu alam maupun buatan manusia. Di Indonesia sendiri terdapat begitu banyak kawasan yang sangat strategis dari lokasi yang terdapat banyak struktur geologinya yang unik seharusnya itu bisa untuk dijadikan tempat geowisata. Hanya saja di Indonesia masih sangat kurang minat orang – orang untuk mengembangkan sector pariwisata di Indonesia. Inilah

Geowisata11

kadang yang menjadi faktor penghambat berkembangnya geowisata di Indonesia. Saran dari saya sebagai pembaca dari jurnal – jurnal yang saya ranngkum adalah tingkatkan tenaga kerja dari sector pariwisata, daya tarik dan juga produk wisata seperti contohnya wahana atau batu yang menarik sehingga itu bisa menjadi icon yang paling dikenal dan menjadi ciri khas sendiri untuk tempat itu. Referensi

Abduh, A. G., Usman, F. C. A., Tampoy, W. M., & Manyoe, I. N. (2020). 3D Modeling of Olele Eco-Geotourism Area Based on Satellite Imaging, Geology, and Marine Analysis. Journal of Earth Sciences and Technology, 1(2), 90-101. Brocx, M., & Semeniuk, V. (2007). Geoheritage dan geokonservasi - sejarah, definisi, ruang lingkup dan skala. Jurnal Royal Society of Western Australia, 90, 53 – 87. Dowling,R.K.(2011)

Geotourism’s

Global

Growth.

Geoheritage,3,1-13. Ghazi, J.M.,Hamdollahi, M., Moazzen, M. (2021).Geotourism of mining sites in Iran- An opportunity for sustainable rural development. Jurnal Internasional Geoheritage dan Taman 9 (2021) 129 – 142.

12Geowisata: Sebuah Ulasan

Kubalíková L (2013) Geomorphosite assessment for geotourism pur- poses. Czech J Tour 2(2):80–104 Koh, Y.,K., Oh, ...


Similar Free PDFs