"AKAD SALAM" PDF

Title "AKAD SALAM"
Author Dimi Awalia Dhuha
Pages 17
File Size 169.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 22
Total Views 610

Summary

“AKAD SALAM” TUGAS AKUNTANSI SYARIAH DOSEN PENGAMPU : WIRMIE EKA PUTRA, S.E., M.SI. DI SUSUN OLEH : DIMI AWALIA DHUHA (C1F018054) PRODI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2021 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan pada ...


Description

“AKAD SALAM” TUGAS AKUNTANSI SYARIAH

DOSEN PENGAMPU : WIRMIE EKA PUTRA, S.E., M.SI.

DI SUSUN OLEH : DIMI AWALIA DHUHA (C1F018054)

PRODI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS JAMBI 2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Akad Salam dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Syariah yang diampu oleh Bapak Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si. Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu saya ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini. Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca. Demikianlah, inilah yang dapat penulis sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk penulis sendiri khususnya.

Selasa, 20 April 2021

Dimi Awalia Dhuha

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................................. i DAFTAR ISI.............................................................................................................. .ii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... .1 A. Latar Belakang ............................................................................................... .1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... .2 C. Tujuan ........................................................................................................... .2 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... .3 A. Akad Salam .................................................................................................... .3 B. Jenis Akad Salam ........................................................................................... .4 C. Dasar Syariah ................................................................................................. .4 D. Perlakuan Akuntansi (PSAK 103) ................................................................. .5 E. Ilustrasi Kasus Akad Salam ........................................................................... 10 BAB III PENUTUP ................................................................................................... 13 A. Kesimpulan .................................................................................................... 13 B. Saran .............................................................................................................. 13 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 14

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam telah mengatur segala aspek kehidupan manusia secara lengkap dan menyeluruh, tidak hanya terbatas pada urusan hamba dengan tuhannya melainkan antara manusia dengan manusia. Dalam Islam suatu kegiatan atau urusan antara manusia dengan manusia disebut Muamalah. Muamalah merupakan aturan-aturan (hukum) Allah untuk mengatur manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dan pergaulan soaial, muamalah yang diperbolehkan adalah muamalah yang sesuai dengan syari’at. Islam menganjurkan untuk memproduksi barang yang bermanfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Barang baik merupakan penamaan umum untuk segala sesuatu yang baik,berupa jasa ataupun barang konsumsi. Barang itu secara umumdapat berupa makanan pokok, tempat tinggal, pakaian, dan produksi barang jadi yang jelas kehalalannya. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang jual beli yang berprinsip syariatsangat diperlukan. Salah satu contoh real dari konsep ini adalah dibolehkannya beberapa akad yang banyak terjadi dikehidupan masyarakat sebagai sebuah bentuk hukum atau syariat oleh Allah SWT. Ketetapan hukum diambil, dengan tujuan memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mengaplikasikan kepentingan mereka dan menjawab kebutuhan yang dibolehkan syari’at. Diantara bukti kesempurnaan agama Islam ialah dibolehkannya jual beli dengan cara salam, yaitu akad pemesanan suatu barang dengan kriteria yang telah disepakati dan dengan pembayaran tunai pada saat akad dilaksanakan. Yang demikian itu, dikarenakan dengan akad ini kedua belah pihak mendapatkan keuntungan tanpa ada unsur tipu-menipu atau ghoror (untung-untungan). Pembeli (biasanya) mendapatkan keuntungan berupa jaminan untuk mendapatkan barang sesuai dengan yang ia butuhkan dan pada waktu yang ia inginkan.Sebagaimana ia juga mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah bila dibandingkan dengan pembelian pada saat ia membutuhkan kepada barang tersebut. Sedangkan penjual juga mendapatkan keuntungan yang tidak kalah besar dibanding pembeli, diantaranya penjual mendapatkan modal untuk menjalankan usahanya dengan cara-cara yang halal, sehingga ia dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya tanpa harus membayar bunga. Dengan demikian selama belum jatuh tempo, penjual dapat menggunakan uang pembayaran tersebut untuk menjalankan usahanya dan mencari 1

keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa ada kewajiban apapun.Penjual memiliki keleluasaan dalam memenuhi permintaan pembeli, karena biasanya tenggang waktu antara transaksi dan penyerahan barang pesanan berjarak cukup lama. Jual-beli dengan cara salam merupakan solusi tepat yang ditawarkan oleh Islam guna menghindari riba. Dan mungkin ini merupakan salah satu hikmah disebutkannya syari'at jual-beli salam seusai larangan memakan riba.

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu antara lain: 1. Apakah yang dimaksud dengan akad salam? 2. Berapakah jenis akad salam? 3. Bagaimana landasan-landasan Syariah akad salam? 4. Bagaimana perlakuan akuntansi (PSAK 103) dari akad salam? 5. Bagaimana bentuk ilustrasi kasus akad salam?

C. Tujuan Dari rumusan masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan, diantaranya: 1. Untuk mengetahui tentang pengertian akad salam 2. Untuk mengetahui jenis-jenis akad salam 3. Untuk mengetahui dasar Syariah dari akad salam 4. Untuk mengetahui mengenai perlakuan akuntansi (PSAK 103) akad salam 5. Untuk mengetahui ilustrasi kasus akad salam

2

BAB II PEMBAHASAN A. Akad Salam Secara bahasa, transaksi (akad) digunakan banyak arti, yang hanya secara keseluruhan kembali pada bentuk ikatan atau hubungan terhadap dua hal yaitu as-Salam atau disebut juga as-Salaf. Kedua istilah tersebut merupakan istilah dalam bahasa arab yang mengandung makna penyerahan. Sedangkan para fuqaha’ menyebutnya dengan alMahawij (barang- barang mendesak) karena ia sejenis jual beli barang yang tidak ada di tempat, sementara dua pokok yang melakukan transaksi jual beli mendesak. Jual beli pesanan dalam fiqh Islam disebut as-Salam menurut bahasa penduduk hijaz, sedangkan bahasa penduduk Iraq disebut as-Salaf. Kedua kata ini mempunyai makna yang sama, sebagaimana dua kata tersebut digunakan oleh nabi, sebagaimana diriwayatkan bahwa rasulullah ketika membicarakan akad bai’ salam, beliau menggunakan kata as-salaf disamping as-salam, sehingga dua kata tersebut merupakan kata yang sinonim. Secara terminologi ulama’ fiqh mendefinisikannya adalah menjual suat barang yang penyerahannya ditunda,atau menjual suatu barang yang ciri- cirinya jelas dengan pembayaran modal di awal, sedangkan barangnya diserahkan kemudian hari. Sedangkan ulama’ Syafi’iyah dan Hambaliyah mendefinisikan as-salam sebagai “Akad yang disepakati dengan menentukan ciri- ciri tertentu dengan membayar harganya terlebih dahulu, sedangkan barangnya diserahkan kepada pembeli”. Muhammad syafi’i Antonio dalam bukunya Bank Syariah dari teori ke praktik memaparkan secara sederhana pengertian bai’ as-salam adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, salam adalah jasa pembiayaan yang berkaitan dengan jual beli yang pembiayaannya dilakukan bersamaan dengan pemesanan barang. Salam sinonim dengan kata salaf . Dikatakan aslama ats- tsauba lil khiyath, artinya ia memberikan/menyerahkan pakaian untuk dijahit. Dikatakan salam karena orang yang memesan menyerahkan harta pokoknya dalam majlis. Dikatakan salam juga karena ia menyerahkan uangnya terlebih dahulu sebelum menerima barang yang dibelinya. Salam termasuk jual beli yang sah jika memenuhi persyaratan keabsahan jual beli pada umumnya. Secara terminologi, salam adalah transaksi terhadap sesuatu yang dijelaskan sifatnya dalam tanggungan dalam suatu tempo dengan harga yang diberikan kontan di tempat transaksi. 3

Dengan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dinamakan salam adalah jual beli yang pembayarannya di muka dan penyerahan barang di kemudian hari dengan harga, spesifikasi, jumlah, kualitas, tanggal dan tempat penyerahan yang jelas, serta di sepakati sebelumnya dalam perjanjian. Dengan adanya pendapat diatas sudah cukup untuk memberikan perwakilan penjelasan dari akad tersebut, dimana inti dari pendapat tersebut adalah bahwa akad assalam merupakan akad pesanan dengan memebayar terlebih dahulu dan barangnya diserahkan kemudian, tapi ciri- ciri barang tersebut haruslah jelas penyifatannya. Masih banyak lagi pendapat yang diungkapkan para pemikir dalam masalah ini, sebagaimana alQuthuby, an-Nawawi dan ulama’ Malikiyah serta yang lain, mereka ikut andil memeberikan sumbangsih pemikiran dalam masalah ini, akan tetapi karena pendapatnya hampir sama dengan pendapat yang diungkapkan diatas.

B. Jenis Akad Salam Ada dua jenis dari akad salam: 1. Salam Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari. 2. Salam Paralel Salam paralel artinya melaksanakan dua transaksi salam yaitu antara pemesanan pembeli dan penjual serta antara penjual dengan pemasok (supplier) atau pihak ketiga lainnya (melaksanakan transaksi Bai’ As-Salam antara bank dan nasabah dan antara bank dan suplier atau pihak ketiga lainnya secara simultan). Hal ini terjadi ketika penjual tidak memiliki barang pesanan dan memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan tersebut. Salam paralel dibolehkan asalkan akad salam kedua tidak tergantung pada akad yang pertama yaitu akad antara penjual dan pemasok tidak tergantung pada akad antar pembeli dan penjual, jika saling tergantung atau menjadi syarat tidak diperbolehkan. Beberapa ulama kontemporer tidak membolehkan transasksi salam paralel, terutama jika perdagangan dan transaksi semacam itu dilakukan secara terus-menerus, karena dapat menjurus kepada riba.

C. Dasar Syariah Landasan syari’ah transaksi ba’i as-salam terdapat dalam Al-Qur’an, hadits dan ijma’. 4

a. Alqur’an Landasan Syariah mengenai akad salam terdapat dalam surah al-baqarah yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya...” (QS. Al-Baqarah: 282). Dalam kaitan ayat tersebut, Ibnu Abbas menjelaskan keterkaitan ayar tersebut dengan transaksi ba’i as-salam. Hali ini tampak jelas dari ungkapan beliau, “Saya bersaksi bahwa salaf (salam) yang dijamin untuk jangka waktu tertentu telah dihalalakan oleh Allah pada kitab-Nya dan diizinkan-Nya.”Ia lalu membaca ayat tersebut diatas. b. Hadits Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rassulullaah saw. Datang ke madinah dimana penduduknya melakukan salaf (salam) dalam buah-buahan (untuk jangka waktu) satu, dua, dan tiga tahun. Beliau berkata: “Barang ssiapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” c. Ijma’ Kesepakatan ulama’ (ijma’) akan bolehnya jual beli salam dikutip dari pernyataan Ibnu Mundzir yang mengatakan bahwa semua ahli ilmu telah sepakat bahwa jual beli salam diperbolehkan, karena terdapat kebutuhan dan keperluan untuk memudahkan urusan manusia. Pemilik lahan pertanian, perkebunan ataupun perniagaan terkadang membutuhkan modal untuk mengelola usaha mereka hingga siap dipasarkan, maka jual beli salam diperbolehkan untuk mengakomodir kebutuhan mereka. Ketentuan ijma’ ini secara jelas memberikan legalisasi praktik pembiayaan/jual beli salam. D. Perlakuan Akuntansi (PSAK 103) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 103 Akuntansi Salam Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf Standar. Paragraf Standar harus dibaca dalam kaitannya dengan paragraf penjelasan yang dicetak dengan huruf tegak (biasa). Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material (immaterial items). PENDAHULUAN Tujuan 1. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi salam.

5

Ruang Lingkup 2. Pernyataan ini diterapkan untuk entitas yang melakukan transaksi salam, baik sebagai penjual atau pembeli. 3. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang menggunakan akad salam.

Definisi 4. Berikut ini adalah pengertian istilah yang digunakan dalam Pernyataan ini: Nilai tercatat adalah nilai yang diakui dalam neraca. Nilai wajar adalah suatu jumlah yang dapat digunakan untuk mengukur aset yang dapat dipertukarkan melalui suatu transaksi yang wajar yang melibatkan pihakpihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai. Salam adalah akad jual beli barang pesanan (muslam fiih) dengan pengiriman di kemudian hari oleh penjual (muslam illaihi) dan pelunasannya dilakukan oleh pembeli pada saat akad disepakati sesuai dengan syarat-syarat tertentu.

Karakteristik 5. Entitas dapat bertindak sebagai pembeli dan atau penjual dalam suatu transaksi salam. Jika entitas bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam, maka hal ini disebut salam paralel. 6. Salam paralel dapat dilakukan dengan syarat: (a) Akad antara entitas (sebagai pembeli) dan produsen (penjual) terpisah dari akad antara entitas (sebagai penjual) dan pembeli akhir; dan (b) Kedua akad tidak saling bergantung (ta’alluq). 7. Spesifikasi dan harga barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual di awal akad. Ketentuan harga barang pesanan tidak dapat berubah selama jangka waktu akad. Dalam hal bertindak sebagai pembeli, entitas dapat meminta jaminan kepada penjual untuk menghindari risiko yang merugikan. 8. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya. Barang pesanan harus sesuai dengan karakteristik yang telah disepakati antara pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah atau cacat, maka penjual harus bertanggungjawab atas kelalaiannya.

6

9. Alat pembayaran harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa kas, barang, atau manfaat. Pelunasan harus dilakukan pada saat akad disepakati dan tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang penjual atau penyerahan piutang pembeli dari pihak lain. 10. Transaksi salam dilakukan karena pembeli berniat memberikan modal kerja terlebih dahulu untuk memungkinkan penjual (produsen) memproduksi barangnya, barang yang dipesan memiliki spesifikasi khusus, atau pembeli ingin mendapatkan kepastian dari penjual. Transaksi salam diselesaikan pada saat penjual menyerahkan barang kepada pembeli. Pengakuan dan Pengukuran Akuntansi Untuk Pembeli 11. Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dialihkan kepada penjual. 12. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. Selisih antara nilai wajar dan nilai tercatat modal usaha nonkas yang diserahkan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan modal usaha tersebut. 13. Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagai berikut: (a) Jika barang pesanan sesuai dengan akad, maka dinilai sesuai nilai yang disepakati; (b) Jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka: •

Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan nilai akad, jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad;



Barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai wajar pada saat diterima dan selisihnya diakui sebagai kerugian, jika nilai wajar dari barang pesanan yang diterima lebih rendah dari nilai barang pesanan yang tercantum dalam akad;

c) Jika pembeli tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada tanggal jatuh tempo pengiriman, maka: •

Jika tanggal pengiriman diperpanjang, maka nilai tercatat piutang salam sebesar bagian yang belum dipenuhi sesuai dengan nilai yang tercantum dalam akad; 7



Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh penjual sebesar bagian yang tidak dapat dipenuhi; dan



Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan pembeli mempunyai jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih kecil dari nilai piutang salam, maka selisih antara nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan jaminan tersebut diakui sebagai piutang kepada penjual. Sebaliknya, jika hasil penjualan jaminan tersebut lebih besar dari nilai tercatat piutang salam maka selisihnya menjadi hak penjual.

14. Denda yang diterima oleh pembeli diakui sebagai bagian dana kebajikan. 15. Pembeli dapat mengenakan denda kepada pen-jual, denda hanya boleh dikenakan kepada penjual yang mampu menyelesaikan kewajibannya, tetapi sengaja tidak melakukannya. Hal ini tidak berlaku bagi penjual yang tidak mampu menunaikan kewajibannya karena force majeur. Denda dikenakan jika penjual lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan. 16. Barang pesanan yang telah diterima diakui sebagai persediaan. Pada akhir periode pelaporan keuangan, persediaan yang diperoleh melalui transaksi salam diukur sebesar nilai terendah biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi. Apabila nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. Akuntansi Untuk Penjual 17. Kewajiban salam diakui pada saat penjual menerima modal usaha salam sebesar modal usaha salam yang diterima. 18. Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan aset nonkas. Modal usaha salam dalam bentuk kas diukur sebesar jumlah yang diterima, sedangkan modal usaha salam dalam bentuk aset nonkas diukur sebesar nilai wajar. 19. Kewajiban salam dihentikan pengakuannya (derecognation) pada saat penyerahan barang kepada pembeli. Jika penjual melakukan transaksi salam paralel, selisih antara jumlah yang dibayar oleh pembeli akhir dan biaya perolehan barang pesanan diakui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan barang pesanan oleh penjual ke pembeli akhir. 8

Penyajian 20. Pembeli menyajikan modal usaha salam yang diberikan sebagai piutang salam. 21. Piutang yang harus dilunasi oleh penjual karena tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam transaksi salam disajikan secara terpisah dari piutang salam. 22. Penjual menyajikan modal usaha salam yang diterima sebagai kewajiban salam. PENGUNGKAPAN 23. Pembeli dalam transaksi salam mengungkapkan: (a) Besarnya modal usaha salam, baik yang dibiayai sendiri maupun yang dibiayai secara bersama-sama dengan pihak lain; (b) Jenis dan kuantitas barang pesanan; dan (c) Pengungkapan lain sesuai dengan PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah. 24. Penjual dalam transaksi salam mengungkapkan: (a) Piutang sala...


Similar Free PDFs