"HIKMATOLOGI DAN FILSAFAT PANCASILA" DISUSUN OLEH PDF

Title "HIKMATOLOGI DAN FILSAFAT PANCASILA" DISUSUN OLEH
Author Muhammad Alhabsyie
Pages 14
File Size 454.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 334
Total Views 524

Summary

“HIKMATOLOGI DAN FILSAFAT PANCASILA” DISUSUN OLEH: Muhammad Hadi Alhabsyie (205050101111026) DOSEN PENGAMPU: Bapak Drs. Indarwanto SH,M.Si KELAS H FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA KATA PENGANTAR Assamu’aikum wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Esa yang telah menganugerahkan segala...


Description

“HIKMATOLOGI DAN FILSAFAT PANCASILA”

DISUSUN OLEH: Muhammad Hadi Alhabsyie (205050101111026)

DOSEN PENGAMPU: Bapak Drs. Indarwanto SH,M.Si

KELAS H FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

KATA PENGANTAR Assamu’aikum wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah yang Maha Esa yang telah menganugerahkan segala bidang ilmu, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang Hikmatologi dan Filsafat Pancasila. Penyusunan makalah ini merupakan latihan atau kegiatan untuk mengaplikasikan suatu konsep yang harus di kerjakan menurut pengetahuan dan dari berbagai referensi yang di ambil. Penulis menyadari sebagai manusia biasa yang memiliki keterbatasan kemampuan, tentu hasil makalah ini takluput dari kekurangan. Dengan usaha, upaya dan semangat membuat makalah ini, penyusun mengharapkan konstribusi pemikiran anda, baik berupa kritik maupun saran dalam penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin… Wassalamu’alaikum wr.wb.

Malang, 15 Oktober 2020

Muhammad Hadi Alhabsyie

DAFTAR ISI  Halaman Judul  Kata Pengantar ..................................................................................................... 2  Daftar Isi ................................................................................................................ 3  BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 4 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 4  BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 5 2.1 Pengertian Filsafat dan Hikmatologi .................................................................... 5-7 2.2 Filasafat Pancasila .......................................................................................... 7-8 2.3 Hakekat Sila Pancasila .................................................................................... 8-10  BAB III KESIMPULAN DAN PENUTUP ......................................................... 11 1.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 11 1.2 Penutup .................................................................................................................. 11 1.3 Daftar Pustaka ........................................................................................................ 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa semua negara harus mempunyai yang namanya dasar negara untuk menyokong negara itu sendiri untuk agar tetap berdiri kokoh,teguh,serta agar tidak terombang-ambing oleh semua persoalan-persoalan yang muncul dan dapat menghancurkan suatu negara.Seperti halnya Indonesia memiliki pancasila sebagai dasar dan idiologi negara. Pancasila sendiri berasal dari bahasa sanskerta,yaitu panca yang berarti lim dan sila yang berarti prnsip atau asas.Sehingga pancasila dapat diartikan lima asas atau lima prinsip dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Lantas kemudian muncullah cara berpikir secara Hikmatologi dan Filsafat yang dapat membantu cara berpikir masyarakat dalam memaknai pancasila. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud Hikmatologi dan Filsafat?

2.Apakah yang dimaksud dengan Filsafat Pancasila? 3.Apakah yang dimaksud dengan Hikmatologi Pancasila? 4.Apakakah yang dimaksud dengan Hakekat Sila Pancasila? 1.3 Tujuan 1. Dapat Mengerti mengenai apa itu hikmatologi dan filsafat 2.Dapat Mengetahui mengenai Filsafat Pancasila 3. Dapat Mengetahui mengenai Hikmatologi Pancasila 4. Dapat Mengetahui mengenai Hakekat Sila Pancasila

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat dan Hikmatologi A. Pengertian Filsafat Secara etimologis istilah ”filsafat“ atau dalam bahasa Inggrisnya “philosophi” adalah berasal dari bahsa Yunani “philosophia” yang secara lazim diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” kata philosophia tersebut berakar pada kata “philos” (pilia, cinta) dan “sophia” (kearifan). Berdasarkan pengertian bahasa tersebut filsafat berarti cinta kearifan. Kata kearifan bisa juga berarti “wisdom” atau kebijaksanaan sehingga filsafat bisa juga berarti cinta kebijaksanaan. Berdasarkan makna kata tersebut maka mempelajari filsafat berarti merupakan upaya manusia untuk mencari kebijaksanaan hidup yang nantinya bisa menjadi konsep kebijakan hidup yang bermanfaat bagi peradaban manusia. Seorang ahli pikir disebut filosof, kata ini mula-mula dipakai oleh Herakleitos.Pengetahuan bijaksana memberikan kebenaran, orang, yang mencintai pengetahuan bijaksana, karena itu yang mencarinya adalah oreang yang mencintai kebenaran.Tentang mencintai kebenaran adalah karakteristik dari setiap filosof dari dahulu sampai sekarang. Di dalam mencari kebijaksanaan itu, filosof mempergunakan cara dengan berpikir sedalam-dalamnya (merenung). Hasil filsafat (berpikir sedalam-dalamnya) disebut filsafat atau falsafah.Filsafat sebagai hasil berpikir sedalam-dalamnya diharapkan merupakan suatu yang paling bijaksana atau setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.Beberapa tokoh-tokoh filsafat menjelaskan pengertian filsafat adalah sebagai berikut:  Socrates (469-399 s.M.) Filsafat adalah suatu bentuk peninjauan diri yang bersifat reflektif atau berupa perenungan terhadap azas-azas dari kehidupan yang adil dan bahgia. Berdasarkan pemikiran tersebut dapat dikembangkan bahwa manusia akan menemukan kebahagiaan dan keadilan jika mereka mampu dan mau melakukan peninajauan diri atau refleksi diri sehingga muncul koreksi terhadap diri secara obyektif.  Plato (472 – 347 s. M.) Dalam karya tulisnya “Republik” Plato menegaskan bahwa para filsuf adalah pencinta pandangan tentang kebenaran (vision of truth). Dalam pencarian dan menangkap pengetahuan mengenai ide yang abadi dan tak berubah. Dalam konsepsi Plato filsafat merupakan pencarian yang bersifat spekulatif atau perekaan terhadap pandangan tentang seluruh kebenaran. Filsafat Plato ini kemudan digolongkan sebagai filsafat spekulatif.

B. Pengertian Hikmatologi Hikmatologi adalah proses berpikir yang mendalam, sistematis, terstruktur, logis, menggunakan metode lintas disiplin ilmu pengetahuan berdasarkan makna hakiki Kitab Suci Agama Samawi. Hikmatologi merupakan proses berpikir sebagai tindak lanjut dari Filsafat yang dianggap belum selesai dalam memberikan dasar atau payung keilmuan. Hikmatologi dianggap sebagai dasar ilmu pengetahuan ketika wahyu difungsikan – khususnya hikmah – dipakai untuk mendasari cara berpikir. Hikmatologi sebagai payung atau mahkota ilmu pengetahuan disaat memakai wahyu (hikmah) untuk menghiasi ilmu pengetahuan agar selalu tampil cantik sebagai piranti manusia untuk memperoleh dan menerapkan kebenaran serta kebajikan.

1. 2. 3. 4.

Hikmatologi kami dasarkan pada Kitab-Kitab Suci yang kami fahami yaitu: Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’aan. Dicukupkan empat Kitab Suci tidak berarti yang lain dianggap tidak ada atau tidak penting namun kami sementara belum mendapatkan kata yang tepat untuk mewakili atau yang sejajar pengertiannya dengan hikmah di dalam keempat Kitab Suci tersebut. Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’aan kata hikmah memiliki kesamaan atau bahkan tidak salah kalau disebutkan artinya sama. Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur’aan banyak menyebutkan tentang hikmah atau hikmat antara lain: Pengajar 1: 13 “Aku telah menetapkan hati untuk memeriksa dan menyelidiki dengan hikmat segala sesuatu yang dilakukan di kolong langit”. 2 Tawarikh 1:11: “Firman Allah kepada Sulaiman; Karena engkau menghendaki hal itu, dan engkau tidak meminta kekayaan, harta benda, kemuliaan, nyawa orang yang membencimu, atau umur panjang, melainkan meminta hikmat dan pengetahuan supaya dapat memerintah umat Ku yang atasnya engkau telah Kuangkat menjadi raja”. Pengajar 1: 16: “Aku berkata dalam hati; Sesungguhnya, aku telah memperbanyak dan menambah hikmat lebih daripada semua orang yang memerintah Yerusalem sebelum aku. Hatiku telah melihat limpahnya hikmat dan pengetahuan”. Pepatah 15: 33: “Ketakwaan kepada Allah adalah didikan yang mendatangkan hikmat”. Pepatah 17: 24: “Hikmat ada di hadapan orang berpengertian”. Pepatah 18: 4: “Tetapi sumber hikmat seperti aliran air yang mengalir” 1 Raja-Raja 4: “Allah mengaruniakan kepada Sulaiman hikmat dan pengetahuan yang luar biasa serta wawasan yang luas seperti hamparan pasir di tepi laut” (29). “Hikmat Sulaiman melebihi hikmat bani Timur dan segala hikmat orang Mesir” (30). “Lebih bijak daripada semua orang…” (31). Lukas 11:31: “Karena ratu dari ujung bumi itu dengan sengaja datang untuk mendengarkan hikmah Nabi Sulaiman”.

Rum 16: 27: “Dialah Allah, satu-satunya Tuhan yang penuh hikmah”. QS.2. Al-Baqarah (Sapi Betina):129. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS.2. Al-Baqarah (Sapi Betina):151. Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan ni`mat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah (As Sunnah), serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. QS.2. Al-Baqarah (Sapi Betina):269. Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). QS.3 Ali-Imran (Keluarga Imraan):048. Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Rasulullah Muhammad saw bersabda: “Sesungguhnya syari’atku datang dengan membawa 313 thariqah (metode pendekatan pada Allah), tiap hamba yang menemui (mendekatkan diri pada) Tuhan dengan salah satunya pasti masuk surga” (Hadis Riwayat/HR Thabrani) Rasulullah Muhammad saw bersabda: “Sesungguhnya syari’atku datang dengan membawa 360 thariqah (metode pendekatan pada Allah), siapapun yang menempuh salah satunya pasti selamat”. (Hadis Riwayat/ HR. Asy-Syaukani, Mizan Al-Qubra 1/30) Jalan-jalan yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad saw sebanyak tersebut menunjukkan bahwa meski Islam keimanannya tunggal namun dipastikan banyak metode yang dipakai umat manusia untuk menuju ridha Allah Tuhan Yang Maha Esa.

2.2 Filsafat Pancasila

Pengertian Filsafat Pancasila Sebagai Filosofi Menurut Para Ahli Pengertian filsafah pancasila secara umum adalah hasil dari pemikiran yang paling dalam yang dianggap, dipercaya dan sangat diyakini sebagai sesuatu ( norma-norma dan nilai-nilai ) yang paling dianggap benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai untuk bangsa Indonesia. A. Filsafat pancasila versi Abdulgani Menurut Abdulgani pancasila merupakan filsafat Negara yang lahir sebagai collective ideologie ( cita-cita bersama ) dari seluruh bangsa Indonesia. B. Filsafat pancasila versi Soekarno Filsafat pancasila oleh Soekarno dikembangkan lagi sejak tahun 1955 hingga berakhirnya kekuasaannya tahun 1965. Pada saat itu Soekarno selalu manyatakan bahwa pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia dan akulturasi budaya india ( hindu-budha ), Barat ( Kristen ) dan Arab ( Islam ).Menurut

Soekarno ( ketuhanan ) ialah asli berasal dari Indonesia ( keadilan sosial ) terinpirasi dari konsep ratu adil, Soekarno tidak pernah menyinggung atau memprogandakan ( persatuan ).

C. Filsafat pancasila versi Soeharto Oleh Soeharto filsafat pancasila mengalami Indonesia, melalui filsuf-filsuf yang disponsori Depdikbud semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya dalam budaya Indonesia sehingga menghasilkan ( pancasila truly Indonesia ). Semua sila dalam pancasila ialah asli Indonesia dan pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci ( butir-butir pancasila ). Filsuf Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat pancasila ialah truly Indonesia antara lain : sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan, Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary, Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto Poespowardojo dan Moerdiono. Pancasila merupakan sebagai sistem filsafat yang memiliki dasar ontologis, dasar epistemologis dan dasar aksiologis tersendiri yang membedakannya dengan sistem filsafat lain. Secara ontologis, dari kajian pancasila merupakan sebagai filsafata yang dimaksudkan sebagai upaya untuk dapat mengetahui pada hakekat dasar dari sila-sila panacasila. Bahwa pada hakekatnya dasar ontologism pancasila ialah manusia, sebab pancasila merupakan subjek hukum pokok dari pancasila itu sendiri. Kemudian pada hakekatnya manusia itu ialah semua kompleksitas makhluk hidup baik sebagai makhluk indivindu sekaligus juga sebagaimakhluksosial. 2.3 Hakekat Sila Pancasila

a.

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan yang masih bersifat umum untuk semua agama di Indonesia. Jika dipandang dari Islam, Tuhan berarti Allah SWT pencipta alam semesta. Yang Maha Esa berarti Tuhan Yang Maha Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya. Esa dalam Dzat-Nya, sifat-Nya dan perbuatan-Nya. Jadi Ketuhanan Yang Maha Esa berarti meyakini bahwa Tuhan pencipta segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Dalam semua agama pasti meyakini akan hal tersebut. Kata Ketuhanan Yang Maha Esa sudah mencakup semua agama sehingga di dalamnya mengandung nilai toleransi beragama. Pancasila mengajarkan kepada setiap orang agar percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agamanya masing-masing dan tidak mencampuri urusan beragama mereka. Negara juga berkewajiban untuk mengawasi pelanggaran terhadap nilai-nila Ketuhanan. Hakikat sila pertama sesuai dengan pembukaan UUD 1945 dan pasal 29 UUD 1945.

b. Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab Kemanusiaan berasal dari kata manusia yang berarti makhluk yang berbudi, berakal, menduduki martabat yang tinggi dan mempunyai rasa, karsa dan cipta. Manusia tersusun atas kesatuan jiwa dan raga atau tubuh. Manusia juga bisa disebut kesatuan individu dan makhluk sosial juga sebagai makhluk Tuhan. Manusia dengan akal budinya menyadari akan nilai-nilai dan norm-norma. Adil berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya atau seimbang. Adil merupakan keputusan dan tindakan yang didasarkan atas norma-norma yang obyektif dan

tidak sewenang-wenang. Beradab berasal dari kata adab yang berarti budaya. Jadi beradab berarti berbudaya[2]. Ini berarti bahwa sikap, tindakan dan keputusan seseorang didasarkan pada nilai-nilai budaya terutama kesusilaan atau moral (tata kesopanan). Jadi Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab adalah kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang yang sesungguhnya sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang berbudi, sadar nilai dan berbudaya. Juga bisa didasarkan kepada budi murni manusia yang berhubungan dengan norma-norma dan kebudayaan umumnya baik terhadap diri sendiri, kepada Tuhan, sesama manusia maupun dengan hewan dan alam. Dengan kemanusiaan yang adil dan beradab semua warga negara mempunyai hak dan kewajiban, kedudukan atau derajat yang sama terhadap Undang-undang Negara. Hakikat sila kedua sesuai dengan pembukaan UUD alenia pertama dan pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 UUD 1945

c.

Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh, tidak dapat dipecah, sesuatu yang bulat, karena itu adalah suatu individu. Persatuan berarti bersatunya atau berkumpulnya sesuatu yang beraneka ragam corak atau jenisnya dan menjadi sesuatu yang satu kesatuan. Persatuan Indonesia pada hakikatnya berarti bahwa bangsa Indonesia yang berjumlah jutaan jiwa dan mempunyai adat-istiadat, agama, kepercayaan, kebudayaan yang berbeda-beda itu merupakan satu kesatuan. Jadi Persatuan Indonesia adalah persatuan yang mendiami berbagai wilayah di Indonesia karena didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam negara yang merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mencerdaskan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan menciptakan perdamaian yang abadi. Karena jika persatuan tidak terwujud maka akan terpecah-belah dan tidak tahu arah dan tujuan bangsa. Hakikat sila ini sesui dengan pembukaan UUD 1945 alinea keempat dan pasal 1, 32, 35 dan 36 UUD 1945. Sila ini juga mengandung pengakuan terhadap ke-Bhineka Tunggal Ika-an suku bangsa dan kebudayaan bangsa.

d. Sila Keempat: Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan / Perwakilan Kerakyatan berasal dari kata rakyat yang berarti sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah atau bertempat tinggal di suatu wilayah negara. Rakyat menjadi salah satu syarat atau unsur yang wajib berdirinya negara. Dalam hubungan sila keempat kerakyatan berarti kedaulatan rakyat atau kekuasaan tertinggi di pegang oleh rakyat. Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Hikmat kebijaksanaan berarti memutuskan suatu perkara dengan bijaksana melalui akal / ratio, demi kepentingan rakyat, jujur, adil, dan dilaksanakan dengan sadar penuh tanggungjawab. Permusyawaratan adalah suatu cara yang di pakai bangsa Indonesia untuk memecahkan suatu permasalahan atau memutuskan suatu perkara yang hasilnya mufakat. Perwakilan adalah sitem yang mengambil rakyat untuk dijadikan wakil rakyat atau keikutsertaan rakyat untuk mengatur rakyat. Jadi hakikat sila keempat adalah bahwa kekuasaan yang dijalankan oleh rakyat yang berpikir secara sehat melalui sistem perwakilan yang keputusannya diambil dari jalan musyawarah mufakat. Sila keempat ini mencakup sistem kekeluargaan dan gotong-royong. Hakikat sila ini sesuai dengan pembukan UUD 1945 alinea keempat dan pasal 1, 2, 3, 28 dan 37 UUD 1945. e. Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Keadilan berasal dari kata adil yang berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya atau sesuai kadarnya, bisa juga seimbang. Adil pada hakikatnya adalah berlaku adil (menyangkut hak dan kewajiban) tehadap diri sendiri dan diluar diri sendiri (adil terhadap Tuhan, sesama manusia, alam sekitar, dan lain-lain. Adil disini bearti keadilan yang berlaku untuk seluruh warga negara Indonesia di segala bidang kehidupan, baik berupa material atau spiritual. Jadi sila kelima berarti keadilan yang berhak di dapatkan oleh setiap warga negara Indonesia, baik yang berada di dalam negeri maupun di luar negeri yang berupa keadilan dalam bidang politik, hukum, ekonomi, kebudayaan pertahanan dan keamanan. Hakikat sila ini sesuai dengan pembukaan UUD 1945 dan pasal 23, 27, 28, 29, 31 dan 34 UUD 1945.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah memperhatikan isi dalam pembahasan di atas, maka dapat penulis tarik kesimpulan sebagai berikut: 1.

2.

3.

4. 5.

Filsafat Pancasila adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia. Hikmatologi adalah proses berpikir yang mendalam, sistematis, terstruktur, logis, menggunakan metode lintas disiplin ilmu pengetahuan berdasarkan makna hakiki Kitab Suci Agama Samawi. Hikmatologi merupakan proses berpikir sebagai tindak lanjut dari Filsafat yang dianggap belum selesai dalam memberikan dasar atau payung keilmuan. Fungsi utama filsafat Pancasila bagi bangsa dan negara Indonesia yaitu: a) Filasafat Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia b) Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia c) Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia Falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, hal tersebut dapat dibuktikan dengan ditemukannya dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara Indonesia seperti di bawah ini : a.Dalam Pidato Ir. Soekarno tanggal 1 Juni 1945. bDalam Naskah Politik yang bersejarah, tanggal 22 Juni 1945 alinea IV yang kemudian di...


Similar Free PDFs