"PENGERTIAN PENDIDIKAN" PDF

Title "PENGERTIAN PENDIDIKAN"
Author Nurdin Mulyadi
Pages 12
File Size 841.6 KB
File Type PDF
Total Downloads 153
Total Views 844

Summary

TUGAS MATA KULIAH LANDASAN PENDIDIKAN “PENGERTIAN PENDIDIKAN” Disusun Oleh : Nurdin Mulyadi – English Education Non-Reg Niara Haura – English Education Non-Reg Dosen Pengampu ; Aip Syaepul Uyun, M.Pd. MA’SOEM UNIVERSITY BANDUNG 2019 I. Pendahuluan Dalam ilmu Mantiq (logika) disebutkan bahwa manusia ...


Description

Accelerat ing t he world's research.

"PENGERTIAN PENDIDIKAN" Nurdin Mulyadi FKIP Ma'soem University

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND Ist ian Nurfaizah

HAND OUT Delist ina 28 MODUL 1 MANUSIA DAN PENDIDIKAN LINDRA EL ARYA

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

TUGAS MATA KULIAH LANDASAN PENDIDIKAN

“PENGERTIAN PENDIDIKAN”

Disusun Oleh : Nurdin Mulyadi – English Education Non-Reg Niara Haura – English Education Non-Reg Dosen Pengampu ; Aip Syaepul Uyun, M.Pd.

MA’SOEM UNIVERSITY BANDUNG 2019

I. Pendahuluan Dalam ilmu Mantiq (logika) disebutkan bahwa manusia sebagai Al-Insanu hayawanun nathiq (manusia adalah binatang yang berpikir). Terminologi “Nathiq” secara bebas diterjemahkan dengan berkata-kata dan berperilaku berdasarkan pikirannya, sehingga yang membedakan manusia dan hewan adalah penggunaan pikiran.

Karena

manusia

dianugerahkan

pikiran

sebagai

alat

untuk

mempertimbangkan pendapat atau sikap yang akan dilakukan, sedangkan hewan tidak dianugerahkan pikiran dan hanya naluri. Dalam hal ini dengan cukup mudahnya dapat kita perbandingkan posisi atau keunggulan antara manusia dan hewan. Kemudian, secara sederhana keunggulan antara seseorang satu dengan lainnya dapat dilihat dari kualitas kecerdasan. Seseorang yang cerdas dianggap lebih unggul dibanding seseorang yang kecerdasannya di bawah rata-rata. Dengan demikian, kecerdasan seringkali digunakan sebagai standar penilaian terhadap kualitas kepribadian seseorang. Manusia di dalam memperoleh kecerdasan tiada lain melalui pendidikan. Sebagai jembatan menuju keunggulan personal, pendidikan adalah sarana dan proses seseorang untuk mencapai kecerdasan intelegensi ataupun kecerdasan intelektualitas. Maka dapat dikatakan bahwa pendidikan mempunyai kedudukan penting dalam meningkatkan kualitas kepribadian manusia. Pendidikan sebagai sarana meningkatkan kualitas kepribadian memiliki peran strategis baik dalam aspek intelektualitas maupun moralitas. Untuk itu, pendidikan menjadi salah satu kebutuhan primer yang dianggap penting bagi manusia. Namun demikian, tidak semua orang memahami dan mengejawantahkan pentingnya pendidikan bagi eksistensi hidupnya. Kemudian, dalam konteks kehidupan sosial, pendidikan juga berperan penting dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hal ini karena pendidikan merupakan sarana mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan pendidikan, kualitas sumber daya manusia yang cerdas secara intelektual dan emosional dapat berpartisipasi terhadap berbagai aspek pembangunan bangsa dan negara. Hal ini relevan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

1

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri,

kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU RI No. 20 Tahun 2003). Dalam kaitannya dengan tatanan kehidupan negara, pendidikan idealnya dapat memberi kotribusi. Sebagaimana dinyatakan Callahan dan Clark (1983) bahwa pendidikan harus membantu siswa menjadi warga negara yang unggul dalam demokrasi atau menjadi warga negara yang demokratis. Di dalam pendekatan ilmiah, pendidikan didefinisikan dalam berbagai sudut pandang yang bermuara pada tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan dan memanusiakan manusia. Sedangkan dalam pendekatan sistem, pendidikan merupakan kesatuan terpadu dari berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Untuk memanifestasikan konseptual pendidikan secara teoretis dan praksis, maupun dalam berbagai pendekatan definisi, maka dipandang perlu mengetahui dan memahami pengertian pendidikan dalam berbagai pendekatan tersebut. Pengetahuan dan pemahaman mengenai esensi serta substansi dari pendidikan dapat dijadikan landasan untuk mengejawantahkan konseptual pendidikan ke dalam pemahaman dan praktik pendidikan. Dengan memahami pengertian pendidikan, maka diharapkan akan lebih terarah dalam mengaplikasikan pendidikan sejalan dengan konseptualnya. Karena, arti pendidikan itu sendiri juga menimbulkan berbagai

macam

pandangan,

termasuk

bagaimana

pendidikan

harus

diselenggarakan dan metode seperti apa yang harus dipakai (Soyomukti, 2015: 2122).

II. Pembahasan 2.1. Pengertian Pendidikan Dalam Arti Luas dan Sempit 2.1.1. Pengertian pendidikan dalam arti luas Kata “pendidikan” dalam Bahasa Inggris sepadan dengan kata “Education” yang secara etimologi diserap dari Bahasa Latin “Eductum”. Kata Eductum sendiri terdiri dari dua kata yaitu E yang bermakna perkembangan dari dalam keluar atau dari sedikit ke banyak, dan Duco yang bermakna sedang berkembang. Sehingga

2

secara etimologis pendidikan adalah proses pengembangan dalam diri individu. Hal ini sejalan dengan pendapat Priatna (2004:27) bahwa pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala aspek. Kemudian pendidikan secara luas diartikan juga sebagai proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (Poerwadarminta, 1985:702). Dalam pengertian luas, Soyomukti (2015:22) mengatakan bahwa : “Pendidikan adalah hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Pendidikan seumur hidup bermakna bahwa pendidikan adalah bagian dari kehidupan sendiri. Pengalaman belajar dapat berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hayat” Maka Dalam arti luas tersebut, pendidikan dianggap sebagai suatu proses yang berkelanjutan di dalam kehidupan. Dengan kata lain pendidikan juga dapat bermakna segala aktivitas pengembangan seseorang di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hidupnya dan berhubungan dengan dimensi-dimensi lain. Untuk itulah pendidikan tidak dapat mengabaikan hubungan interaksi manusia dengan aspek lain, seperti relasi manusia dengan manusia, manusia dengan alam dan budayanya, bahkan manusia dengan Tuhannya. Berkaitan dengan relasi bersifat multidimensi tersebut, pendidikan secara umum berlangsung dalam berbagai bentuk aktivitas, kegiatan, praktik-praktik baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Hal ini sebagaimana dikemukakan Rupert S. Lodge yang menyatakan: "In the wider sense, all experience is said to be educative . …. Everything we say, think, or do, educates us, no less than what is said or done to us by other beings, animate or inanimate. In this wider sense, life is education, and education is life" (Mohammad Noor Syam, 1984). Sehingga dalam arti yang luas, pendidikan tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu, artinya tidak terbatas di lingkungan sekolah atau penyekolahan (schooling) saja, akan tetapi berlangsung sejak lahir hingga meninggal dunia. Sebagaimana nasehat ulama “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat” (Mustofa bin Abdullah, 1/52). Pengertian pendidikan secara luas ini dapat berarti bahwa aktivitas pendidikan dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja, baik di lingkungan

3

sekolah, universitas, lingkungan keluarga, maupun di lingkungan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Mortimer J. Adler (1982) menyatakan bahwa: "education is lifelong process of which schooling is only a small but necessary part". Disadari maupun tidak disadari pendidikan selalu diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti luas, tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman belajar dan tidak ditentukan oleh pihak luar individu. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan, jumlah tujuan pendidikan tidak terbatas. Tujuan pendidikan sama dengan tujuan hidup (Redja Mudyahardjo, 2001).

2.1.2. Pengertian Pendidikan dalam Arti Sempit Menurut Rupert S. Lodge: "In the narrower sense, education becomes, in practice identical with schooling, i.e. formal instruction under controlled conditions" (Mohammad Noor Syam, 1984). Pendapat Lodge tersebut dapat diartikan bahwa dalam arti sempit, pendidikan identik dengan penyekolahan (schooling), yaitu kegiatan pembelajaran maupun pengajaran secara formal di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol dengan ciri-ciri tertentu. Maka dalam hal ini pengertian pendidikan terbatas pada kegiatan-kegiatan secara formal di lingkungan tertentu saja (sekolah/universitas). Dalam pengertian sempit tersebut, pendidikan dibatasi hanya bagi mereka yang berpredikat sebagai siswa atau mahasiswa di suatu sekolah, yang secara legitimasi atau berarti telah terdaftar di suatu institusi pendidikan. Selain itu, pengertian sempit tersebut mengantarkan pendidikan pada lingkungan terbatas, yakni Lembaga pendidikan formal, sekolah atau universitas. Aktivitas pendidikan dilakukan dalam melalui kegiatan pembelajaran (studying), serta pengajaran (instruction) yang terstruktur dan bersifat formal, yang dikondisikan secara sengaja dengan berbagai sarana dan sistem-sistem. Mekanisme proses berkegiatan pendidikan juga dibatasi dalam lingkup kurikulum, pelajaran dan materi apa yang akan diberikan dalam kegiatan pendidikan tersebut. Dalam pengertian sempit, selain dibatasi predikat dan lingkungan, pendidikan juga terbatas pada dimensi waktu. Dimana terdapat variasi lamanya pendidikan setiap individu dapat bergantung pada kemampuan personal, ekonomi,

4

dan faktor lain. Dengan demikian pendidikan dapat diukur dan ditentukan dalam jangka waktu tertentu. Kemudian, Mudyahardjo (2001) mengatakan bahwa dalam pengertian sempit, tujuan pendidikan terbatas pada pengembangan kemampuankemampuan tertentu dan mempersiapkan peserta didik untuk dapat hidup di masyarakat (Redja Mudyahardjo, 2001). Tabel 1. Perbandingan Pengertian Pendidikan dalam Arti Luas dan Sempit Dimensi Definisi

Tujuan

Peserta Didik Waktu

Tempat

Pendidik

Bentuk Kegiatan Pendidikan

Pengertian Luas Pengertian Sempit Pendidikan adalah Pendidikan adalah pengembangan hidup pengajaran formal yang terkontrol dan terstruktur. Melekat dalam Terbatas pada tujuan hidup pengembangan individu, tidak kemampuan-kemampuan ditentukan dari luar tertentu; mempersiapkan peserta didik untuk dapat individu hidup di masyarakat; ditentukan oleh pihak luar individu Siapapun siswa/mahasiswa Kapanpun; Waktu tertentu, terjadwal, memiliki batas akhir sepanjang hayat /terminal Lembaga pendidikan formal Di mana pun dalam berbagai bentuknya (sekolah/universitas) Tidak terbatas pada Pendidik profesional (guru, pendidik profesional dosen, dsb). (guru/dosen). Berbagai kegiatan, Pengajaran di bawah peristiwa dan kondisi-kondisi yang tindakan, baik yang terkontrol pada awalnya dimaksudkan untuk pendidikan maupun tidak.

Diolah dari berbagai sumber

2.2. Pengertian Pendidikan dalam Pendekatan Ilmiah Pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah adalah pengertian pendidikan yang dipandang berdasarkan satu disiplin ilmu tertentu, misalnya menurut psikologi, sosiologi, politik, ekonomi, antropologi, dan sebagainya. Berdasarkan

5

pandangan psikologi pendidikan adalah suatu proses pengembangan diri individu. Sosiologi memandang pendidikan sebagai suatu proses menyiapkan individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan. Menurut pandangan politik, pendidikan adalah suatu proses penyiapan warga Negara yang baik. Ekonomi memandang pendidikan adalah penanaman modal dalam bentuk tenaga kerja terdidik. Antropologi pendidikan mengartikan pendidikan sebagai suatu proses pengembangan manusia sebagai makhluk yang berbudaya (Setiasih, 2009:4). Berdasarkan pendekatan sosiologi, pendidikan dipandang identik dengan sosialisasi yaitu suatu proses membantu generasi muda agar mampu menjadi anggota masyarakat yang diharapkan. Hal ini sebagaimana didefinisikan oleh Emile Durkheim (Jeane H. Ballantine,1985) bahwa: “Education is the influence exercised by adult generations on those that are not yet ready for social life. It is object is to arouse and to develop in the child a certain number of physical, intellectual and moral states which are demanded of him by both the political society as a whole and the special milieu for which he is specifically destined. (Pendidikan adalah pengaruh yang dilakukan oleh generasi orang dewasa kepada mereka yang belum siap untuk melakukan kehidupan sosial. Sasarannya adalah membangun dan mengembangkan sejumlah kondisi fisik, intelek, dan moral pada diri anak sesuai dengan tuntutan masyarakat politis secara keseluruhan dan oleh lingkungan khusus tempat ia akan hidup dan berada). Berdasarkan pendekatan antropologi, pendidikan dipandang identik dengan enkulturasi atau pembudayaan, yaitu suatu proses dengan jalan mana seseorang menyesuaikan diri kepada suatu kultur masyarakat dan mengasimilasikan nilainilainya. Menurut Hansen enkulturasi mencakup "proses perolehan keterampilan bertingkah laku, pengetahuan tentang standar-standar budaya, dan kode-kode perlambangan seperti bahasa dan seni, motivasi yang didukung oleh kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan menanggapi, ideologi dan sikap-sikap" (Imran Manan. 1989). Berdasarkan pendekatan ekonomi, pendidikan dipandang sebagai human investment atau usaha penanaman modal pada diri manusia untuk mempertinggi mutu tenaga kerja sehingga mempertinggi produksi barang dan/atau jasa. Sedangkan berdasarkan tinjauan politik, pendidikan didefinisikan sebagai proses

6

civilisasi, yaitu "suatu upaya menyiapkan warga negara yang sesuai dengan aspirasi bangsa dan negaranya" (Odang Muchtar, 1976). Berdasarkan pendekatan biologi, pendidikan berarti proses adaptasi. Hal ini sebagaimana didefinisikan oleh Horne bahwa pendidikan merupakan proses "penyesuaian diri yang terbaik dari seseorang manusia yang sadar terhadap lingkungannya" (Redja Mudyahardjo, 1995). Sedangkan menurut pendekatan psikologi, pendidikan identik dengan personalisasi, yaitu upaya membantu perubahan tingkah laku individu untuk mencapai perkembangan optimal menjadi diri sendiri (Redja Mudyahardjo, 1995). Langeveld (dalam Simajuntak, 1980) juga menyatakan: "mendidik berarti melakukan tindakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan". Unsurunsur dalam pendidikan meliputi beberapa hal yang saling terkait. Unsur-unsur tersebut antara lain tujuan pendidikan, kurikulum, peserta didik, pendidik, interaksi edukatif, isi pendidikan, dan lingkungan pendidikan (Triwijayanto, 2014: 24).

2.3. Pengertian Pendidikan dalam Pendekatan Sistem Dalam pendekatan sistem, pendidikan adalah suatu keseluruhan karya manusia yang terbentuk atas komponen-komponen yang saling berhubungan secara fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Pendidikan adalah suatu proses transformasi input menjadi output (Setiasih, 2009:4). Dalam pendekatan sistem, pendidikan yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berkorelasi secara fungsional dalam mencapai tujuan pendidikan sebagaimana Menurut P.H. Coombs (Odang Muchtar, 1976), terdiri dari tiga jenis sumber input dari masyarakat bagi sistem pendidikan, yaitu : 1) ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang berlaku di dalam masyarakat; 2) penduduk serta tenaga kerja yang berkualitas; 3) ekonomi atau penghasilan masyarakat. Adapun komponen-komponen sistem pendidikan meliputi (Odang Muchtar, 1976): 1) Tujuan dan prioritas. Komponen ini berfungsi untuk mengarahkan semua kegiatan sistem. 2) Siswa atau peserta didik.

7

Komponen ini berfungsi untuk belajar atau menjalani proses pendidikan. 3) Pengelolaan atau manajemen Komponen ini berfungsi mengkoordinasikan, mengarahkan dan menilai sistem pendidikan. 4) Struktur dan jadwal. Komponen ini berfungsi mengatur waktu dan pengelompokan siswa menurut tujuan-tujuan tertentu. 5) Isi atau kurikulum. Komponen ini berfungsi sebagai bahan atau apa yang harus dipelajari siswa. 6) Guru atau pendidik. Komponen ini berfungsi membantu menyediakan bahan dan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk siswa. 7) Alat bantu belajar. Komponen ini berfungsi agar KBM menjadi lebih menarik, bervariasi dan mudah. 8) Fasilitas. Komponen ini berfungsi menyediakan tempat untuk terjadinya kegiatan belajar mengajar (KBM). 9) Teknologi. Komponen ini berfungsi untuk memperlancar KBM. 10) Kontrol kualitas. Komponen ini berfungsi membina sistem peraturan dan kriteria pendidikan. 11) Penelitian. Komponen ini berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, penampilan sistem, dan hasil kerja sistem. 12) Biaya. Komponen ini berfungsi sebagai petunjuk tingkat efisiensi sistem pendidikan. Menurut Rakhmat, komponen siswa tergolong raw input (masukan mentah), sedangkan komponen lainnya seperti guru, kurikulum, dsb. tergolong instrumental input (Odang Muchtar, 1976). Input lain yang turut memberikan pengaruh terhadap sistem pendidikan adalah environmental input seperti faktor sosial-budaya, ekonomi, keamanan, dlsb. Komponen-komponen yang saling berinteraksi di dalam sistem pendidikan merupakan interaksi fungsional dalam rangka mencapai mentransformasikan raw input (siswa) menjadi out put pendidikan. Out put pendidikan yaitu tujuan pendidikan itu sendiri, yakni mencetak manusia terdidik, yang memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional, tidak hanya menguasai pengetahuan dan wawasan yang luas, tetapi memiliki moral dan etika yang baik.

8

III. Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa pendidikan dalam arti luas adalah suatu aktivitas yang berkelanjutan selama hidup dalam rangka mengembangkan kepribadian untuk memperoleh kecerdasan intelektualitas dan kecerdasan emosional, yang tidak dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu. Sedangkan dalam pengertian sempit, pendidikan merupakan suatu aktivitas pembelajaran dan pengajaran yang berlangsung secara formal, terkontrol dan terstruktur dengan ruang lingkup terbatas pada pelembagaan, terbatas pada ruang dan jangka waktu tertentu. Atau dengan kata lain dalam pengertian sempit, pendidikan identik dengan penyekolahan (schooling). Kedua pengertian tersebut memiliki karakteristik masing-masing yang menjelaskan perbedaan konseptual, dimensi ruang dan waktu, namun memiliki kesamaan tujuan.. Kemudian, pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah merupakan suatu kegiatan yang identik dengan proses sosialisasi, enkulturasi, civilisasi, adaptasi, personalisasi, human investmen, dan sebagainya. Sedangkan berdasarkan pendekatan sistem, pendidikan merupakan suatu kegiatan yang melibatkan komponen-komponen yang berinteraksi secara fungsional, dan terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan. Kesemua pengertian pendidikan dalam beragam pendekatan memiliki kesamaan yaitu adanya satu kesamaan tujuan, dimana tujuan pendidikan mengarah pada membentuk manusia terdidik yang secara substansi manusia terdidik adalah manusia yang memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional. Semua pengertian tersebut sejatinya dapat dipahami dan dimanifestasikan tanpa bergantung pada konteks secara parsial. Sehingga dalam tataran praktikal, usaha untuk memanusiakan manusia dan membentuk manusia terdidik tidak tercekat dalam batasan dimensi ruang dan waktu. Artinya, semua orang, semua lembaga, sejatinya saling melengkapi dalam upaya mencapai tujuan pendidikan.

Daftar Pustaka

9

Adler, M.J (1982). The Paideia Proposal: An Educational Manifesto. New York : MacMillan Publishing Co. Ballantine, J.H. (1985). Schools and Society, A Reader in Education and. Sociology. California. Mayfield Publishing Company. Callahan, F.J., dan H.I. Clark. (1983). Foundation of Education. New York : MacMillan Publishing. Manan, I. (1989). Dasar-Dasar Sosial Budaya Pendidikan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Muchtar, O. (1976). Pendidikan nasional Indonesia, Pengertian. dan Sejarah Perkembangannya. Bandung : IKIP Bandung. Mudyahardjo, R. (1995). Filsafat Pendidikan (Seb...


Similar Free PDFs