Resume-Praktikum-Resusitasi Jantung Paru PDF

Title Resume-Praktikum-Resusitasi Jantung Paru
Author maisya semester4
Course Manajemen Penanggulangan Bencana 
Institution Universitas Indonesia
Pages 7
File Size 260.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 109
Total Views 604

Summary

RESUME PRAKTIKUM 3Bantuan Hidup Dasar: Resusitasi Jantung Paru Oleh Maisya Putri Nibenia, 1906292042, PB – 6 Mahasiswa Ilmu KeperawatanBantuan hidup dasar dilakukan pada korban yang tidak sadarkan diri dan henti nafas pada posisi recorvey. Dalam bantuan hidup dasar ini meliputi; pemeriksaan korban, ...


Description

RESUME PRAKTIKUM 3 Bantuan Hidup Dasar: Resusitasi Jantung Paru Oleh Maisya Putri Nibenia, 1906292042, PB – 6 Mahasiswa Ilmu Keperawatan

Bantuan hidup dasar dilakukan pada korban yang tidak sadarkan diri dan henti nafas pada posisi recorvey. Dalam bantuan hidup dasar ini meliputi; pemeriksaan korban, melakukan kompresi dada dan bantuan pernafasan, serta memberi bantuan dengan menggunakan AED (automated external defibrillator). Resusitasi jantung merupakan tindakan kegawatdaruratan yang harus dilakukan sebelum korban tiba di rumah sakit. Menurut Nissa, M. (2020), Resusitasi Jantung Paru merupakan tindakan yang dilakukan kepada korban yang mengalami henti nafas dan henti jantung dengan sebab apapun. Dilakukannya resusitasi seawal mungkin dan dfibrilasi adekuat dapat meningkatkan angka bertahan hidup lebih dari 60%. RJP bertujuan untuk mempertahankan sirkulasi darah ke organ tubuh, terutama ke otak. Prinsip dasar dalam teknik RJP ialah melakukan tindakan penyelamatan segera dengan seminimal mungkin interupsi. RJP dapat dilakukan oleh siapa saya, baik tenaga medis, maupun penolong yang tidak terlatih (cukup memberikan bantuan kompresi tanpa bantuan nafas) (Nissa, M., 2020). Berikut ini adalah langkah-langkah dalam tindakan RJP (RIK UI, 2020): 1. Memerhatikan kondisi sekitar (Danger) Tahap pertama yang dilakukan sebelum memberikan bantuan adalah memeriksan kondisi sekitar dari bahaya berupa mengamankan situasi, mengammankan diri sendiri, mengamankan korban, serta bystanders yang ada disekitar lokasi korban (RIK UI, 2020). Selain itu, penyelamat juga harus mencari tahu apa yang menyebabkan korban tidak sadarkan diri agar terhindar dari risiko lainnya saat melakukan bantuan hidup dasar. Riwayat tersebut bisa ditanyakan secara cepat, singkat, dan jelas pada saksi mata. 2. Memeriksa respons korban

Memeriksa respons ini bertujuan untuk mengetahui apakah korban sadar atau tidak. Tindakan ini dapat dilakukan dengan menepuk atau menggerakan sedikit pundak korban dan menanyakan apakah korban dapat mendengar suara anda. Jika korban sadar, maka bantuan RJP tidak perlu dilakukan dan memeriksa korban lebih lanjut. Apabila korban tidak merespon maka berikan rangsangan lebih seperti gunjangan dan rangsangan nyeri (cubit). 3. Meminta pertolongan (Panggil bantuan)

Prosedur memanggil bantuan sedari awal sangat penting dilakukan untuk tindakan penolongan lebih lanjut. Penyelamat dapat meminta tolong kepada salah satu orang disekitar kejadian untuk menghubungi ambulans atau rumah sakit terdekat agar bantuan hidup lanjut segera dating. 4. Membuka jalan nafas

Penelamat dapat membuka mulut korban dengan teknik posisi kepala headlit, chin lift, atau jaw thrust (RIK UI, 2020). Hal ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan pada jalan nafas 5. Memeriksa pernafasan

Memeriksa

pernafasan

dapat

dilakukan

dengan

memperhatikan

ada

tidaknya

pengembangan dada, dengarkan suara nafas korban, dan menaruh lengan kita pada dada untuk merasakan pernafasan normal pada korban (RIK UI, 2020). Jika tidak ditemkan respon dan tampak seperti tidak bernafas (atau terasa tidak normal), ini dapat mengindikasikan adanya henti jantung 6. Kompresi dada (Compression)

Langkah dalam melakukan kompresi dada; letakan satu telapak tanan pada tengah dada dan letakan satu tangannya lagi diatas tangan yang lain dengan posisi jari saling mengunci (tangan dominan menjadi tumpuan). Lakukan kompresi dada dengan kedalaman 4 – 5 cm dengan kecepatan 100kali/ menit, dan perbandingan antara kompresi dan relaksasi harus sama. Ganti penolong yang melakukan RJP setiap 2 menit sekali apabila memungkinkan. 7. Membei bantuan nafas (buatan)

Langkah yang dilakukan dalam memberi bantuan nafas yaitu; jepit hidung agar lubang hidung tertutup, ambil nafas secara normal, letakan bibir meliputi mulut korban (atau gunakan alat bantu agar tidak bersentuhan), hembuskan udaha hingga dada korban terlihat naik, beri jeda waktu hingga dada kembali mengempis dan ulangi. \Kompresi dada ini dilakukan sebanyak 30 kali dan bantuan nafas sebanyak dua kali

Automated External Defibrillator (AED) Nyalakan AED dan ikui instruksi yang diberikan. Pasang pad pada bagian dada pasien yang sudah dibukakan bajunya. Mesin akan menganalisis irama jantung korban, apabila mesin menunjukan bahwa irama jantung dapat difibrillasi, ingatkan orang sekitar korban untuk tidak menyentuh korban dan melakukan shock defibrilasi a. AED: apabila diindikasi untuk pemberian kejut listrik pada dada dan jantung korban  jangan sentuh korban dan ingatkan orang sekitar korban untuk tidak menyentuh juga  AED akan melaukan analisa irama jantung  jangan sentuh korban  analisa irama jantung oleh AED  jika disarankan untuk shock, maka tekan tombol “shock” berikan penekanan (RJP) pada dada korban  berikan napas bantuan 2x  lanjutkan kompresi dada dan napas bantuan (30:2 selama 2 menit)  letakkan korban pada posisi recovery. b. AED: tidak ada indikasi pemberian terapi kejut listrik  jangan sentuh korban  AED akan melaukan analisa irama jantung  jangan sentuh korban dan ingatkan orang sekitar korban untuk tidak menyentuh juga  jika tidak disarankan untuk shock, maka jangan menekan tombol “shock”  lakukan RJP

c. Evaluasi cek kembali respon korban  berikan tepukkan pada bahu korban dan panggil korban, korban bergerak, bernapas, atau batuk merupakan tandatanda respon yang umumnya muncul apabila napas masih tidak ada (napas tidak normal), berikan bantuan napas 1x setiap 5 – 6 detik  jika ada napas normal, lakukan posisi pemulihan dengan memiringkan tubuh korban (posisi recovery).

d. Penghentian BHD  tindakan bantuan hidup dasar dapat atau harus dihentikan apabila terjadi beberapa hal berikut. 

Ada tim penolong yang lebih ahli



Semua penolong merasa kelelahan



Tampak tanda-tanda pasti kematian korban (lebam mayat, kaku mayat, pembusukkan, dekapitasi)



Telah dilakukan pertolngan dalam 30 menit tidak ada tanda respon

Daftar Pustaka Nissa, M. (2020). Resusitasi Jantung Paru di Rumah Sakit pada Masa Pandemi Covid-19. Diakses dari: https://www.pjnhk.go.id/artikel/resusitasi-jantung-paru-di-rumah-sakit-pada-masapandemi-covid-19 Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia. (2020). Buku Panduan Praktikum Modul Pengelolaan Bencana. Diakses dari: Course: Pengelolaan Bencana 2021 (Jum'at 08.0010.00) (ui.ac.id) Video Materi Praktikum 3 EMAS Mata Kuliah Pengelolaan Bencana. Diakses dari: UILS600013 - 653566: MATERI PRAKTIKUM 3...


Similar Free PDFs