Resume tentang Teori Geosinklin, Continental Drift, Sea Floor Spreading, dan Tektonik Lempeng PDF

Title Resume tentang Teori Geosinklin, Continental Drift, Sea Floor Spreading, dan Tektonik Lempeng
Author M. Ibrahim
Pages 8
File Size 1.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 254
Total Views 355

Summary

TUGAS GEOLOGI INDONESIA “Resume tentang Teori Geosinklin, Continental Drift, Sea Floor Spreading, dan Tektonik Lempeng” NAMA : Muhammad Dzaki Ibrahim NIM : 12014033 INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2017 Nama: Muhammad Dzaki Ibrahim NIM: 12014033 1. Teori Geosinklin Teori ini dikonsep oleh Hall pada tahun ...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Resume tentang Teori Geosinklin, Continental Dri , Sea Floor Spreading, dan Tektonik Lempeng Muhammad Dzaki Ibrahim

Related papers 1.docx Tengku Hafizh Vahryan Yahya RESUME GEOT EKT ONIK Happy Christ in Lit osfer Put u Fera Andriyani, S.Pd.

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

TUGAS GEOLOGI INDONESIA “Resume tentang Teori Geosinklin, Continental Drift, Sea Floor Spreading, dan Tektonik Lempeng”

NAMA : Muhammad Dzaki Ibrahim NIM

: 12014033

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2017

Nama: Muhammad Dzaki Ibrahim NIM: 12014033

1. Teori Geosinklin Teori ini dikonsep oleh Hall pada tahun 1859 yang kemudian dipublikasikan oleh Dana pada tahun 1873. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya endapan batuan sedimen yang sangat tebal, ribuan meter dan memanjang. Konsep tersebut menyatakan bahwa geosinklin terbentuk memanjang atau seperti cekungan dalam skala ribuan meter, yang terus menurun akibat dari akumulasi batuan sedimen dan volkanik. Sedangkan geosinklin adalah suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrim oleh sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidence (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa. Terdeformasinya batuan di dalamnya dapat dijelaskan sebagai akibat dari menyempitnya cekungan, sehingga batuan di dalamnya terlipat dan tersesarkan. Pergerakan ini terjadi akibat adanya gaya penyeimbang atau isostasi. Kelemahan dari teori yakni tidak bisa menjelaskan asal-usul vulkanik. Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan gaya vertikal. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi.

Gambar 1. Penampang melintang teori geosinklin 2. Teori Continental Drift Pada tahun 1912, Alfred Wegener mengemukakan konsep Apungan Benua (Continental Drift), hipotesa utamanya adalah adanya satu super continent yang dinamakan Pangea (semua daratan), yang dikelilingi Panthalassa (semua lautan). Pangea ini mulai berpisah menjadi dua kontinen yang relatif lebih kecil, yaitu Laurasia (belahan bumi utara) dan Gondwana (belahan bumi selatan), pada periode Jura, hingga pada akhir Kapur, dua kontinen ini memisahkan diri kembali menjadi daratan-daratan yang terlihat seperti kontinen pada saat sekarang. Di buku yang berjudul “The Origin of the Continent and Ocean” (1912), Wegener memberikan buktibukti untuk membenarkan teori apungan benua tersebut, beberapa diantaranya ditemukannya bentuk fosil tumbuhan dan hewan yang memiliki umur yang sama ditemukan di sekitar pantai kontinen yang berbeda, menandakan bahwa kontinen tersebut pernah bersatu. Misalnya, fosil

Nama: Muhammad Dzaki Ibrahim NIM: 12014033

buaya air tawar ditemukan di Brazil dan Afrika selatan dan fosil reptil air Lystrosaurus juga ditemukan pada batuan berumur sama dari berbagai lokasi di Amerika Selatan, Afrika, dan Antartika. Bukti lainnya adalah berupa Bukti strukur dan jenis batuan, yakni dengan adanya persamaan lapisan batuan di Antartika, Australia, Amerika Selatan, Afrika, dan India.

Gambar 2. Distribusi fosil fauna dan flora (USGS, 2001) Kelemahannya pada saat itu, Wegener tidak mampu menjelaskan mekanisme pergeseran benua-benua tersebut. Hal ini karena dalam teori tersebut benua diumpamakan sebagai bahan ringan dengan susunan Si-Al, yang mengapung diatas bahan yang mempunyai densitas yang lebih besar dan dianggap sebagai bahan yang bersifat plastis yang membentuk kerak samudra. Teori ini semakin banyak diyakini setelah data dari berbagai dunia dianalisis, yang meyakinkan bahwa telah terjadi pergerakan lempeng sejagat. Misalnya, pada saat batuan kuno di kepulauan Inggris diukur kemagnetannya, tercatat penyimpangan sejauh 300 dari kutub magnet sekarang. Hal ini menimbulkan suatu pertanyaan, apakah kutub magnet bumi yang telah berpindah sejauh itu, ataukah kepulauan Inggris yang telah bergeser dari waktu ke waktu hingga pada posisinya seperti sekarang.

Nama: Muhammad Dzaki Ibrahim NIM: 12014033

Gambar 3. Perubahan Kutub Magnet Sejalan Waktu Dengan bantuan komputer, peta topografi dasar samudra terus dianalisis. Paparan Benua Amerika Selatan dan Afrika, ternyata mendekati sempurna bila kedua garis paparan benua keduanya disatukan. Seperti terlihat pada gambar di bawah.

Gambar 4. Rekonstruksi Paparan Garis Continent 3. Teori Sea Floor Spreading Hipotesa pemekaran lantai samudra (sea floor spreading) dikemukakan pertama kalinya oleh Harry Hess (1960) dalam tulisannya yang berjudul “Essay in geopoetry describing evidence for sea-floor spreading”. Dalam tulisannya diuraikan mengenai bukti-bukti adanya pemekaran lantai samudra yang terjadi di pematang tengah samudra (mid oceanic ridges), Guyots, serta umur kerak samudra yang lebih muda dari 180 juta tahun.

Nama: Muhammad Dzaki Ibrahim NIM: 12014033

Hipotesa pemekaran lantai samudra pada dasarnya adalah suatu hipotesa yang menganggap bahwa bagian kulit bumi yang ada didasar samudra Atlantik tepatnya di Pematang Tengah Samudra mengalami pemekaran yang diakibatkan oleh gaya tarikan (tensional force) yang digerakan oleh arus konveksi yang berada di bagian mantel bumi (astenosfir). Akibat dari pemekaran yang terjadi disepanjang sumbu Pematang Tengah Samudra, maka magma yang berasal dari astenosfir kemudian naik dan membeku. Arus konveksi yang menggerakan lantai samudra (litosfir), pembentukan material baru di Pematang Tengah Samudra (Midoceanic ridge) dan penyusupan lantai samudra kedalam interior bumi (astenosfir) pada zona subduksi.

Gambar 5. Arus Konveksi pada Lempeng Litosfer Bagian lempeng masuk ke zona subduksi, memiliki kemiringan sudut sekira 450. Lempeng ini terus tenggelam ke dalam astenosfer, yang karena proses waktu yang berjuta-juta tahun, disertai pemanasan yang kuat dari dalam, bagian yang menekuk ini lama kelamaan akan pecah, hancur-lebur, dan menjadi bagian dalam bumi kembali. Bagian-bagian litosfer yang bergerak, retak, runtuh inilah yang merupakan wilayah paling labil, yang menjadi salah satu penyebab terjadinya gempa, dan jalan yang lebih memungkinkan bagi magma untuk naik mencapai permukaan bumi, membangun tubuhnya menjadi gunung api. Teori Hess tentang pemekaran dasar samudra mendapat dukungan bukti dari mahasiswa tingkat sarjana di Inggris, Frederick J. Vine dan D. H. Matthews. Pendapat keduanya sebenarnya bukan hal yang baru. Vine dan Matthews berpendapat bahwa saat lava meluap dan memadat di retakan tengah samudra, lava basal mendapatkan perkutuban magnet sesuai dengan keadaan pada saat lava ini memadat. Penelitian tentang kemagnetan mendukung teori pemekaran dasar samudra. 4. Teori Tektonik Lempeng Menurut teori Tektonik Lempeng, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Tektonik Lempeng muncul sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra. Lempeng tektonik terbentuk oleh

Nama: Muhammad Dzaki Ibrahim NIM: 12014033

kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth’s mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak benua (felsik). Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid). Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya. Karena tiap lempeng bergerak sebagai unit tersendiri dipermukaan bumi yang bulat, maka interaksi antar lempeng terjadi pada batas-batas lempeng. Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu batas divergen, konvergen, dan transform.

Gambar 6. Tiga Tipe Batas Lempeng 1. Batas Divergen  Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah, membentuk batas divergen.  Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling menjauh tersebut. 2. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries)  Terjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain (one slip beneath another).  Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones).

Nama: Muhammad Dzaki Ibrahim NIM: 12014033 

Di zona tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.

Batas konvergen ada 3 macam, yaitu 1. antara lempeng benua dengan lempeng samudra, 2. antara dua lempeng samudra, dan 3. antara dua lempeng benua. Konvergen lempeng benua-samudra o Ketika suatu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng ini masuk ke lapisan astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian meleleh. o Pada lapisan litosfer tepat di atasnya, terbentuklah deretan gunung berapi (volcanic mountain range). Sementara di dasar laut tepat di bagian terjadi penunjaman, terbentuklah parit samudra (oceanic trench). Konvergen lempeng samudra-samudra o Salah satu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng samudra lainnya, menyebabkan terbentuknya parit di dasar laut, dan deretan gunung berapi yang pararel terhadap parit tersebut, juga di dasar laut. o Puncak sebagian gunung berapi ini ada yang timbul sampai ke permukaan, membentuk gugusan pulau vulkanik (volcanic island chain). Konvergensi lempeng benua – benua (Continental) o Salah satu lempeng benua tabrakan dengan lempeng benua lainnya, menyebabkan terbentuknya suatu deretan pegunungan yang sangat luas dan besar. 3. Batas transform (transform boundaries)  Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah.  Keduanya tidak saling memberai maupun saling menumpu.  Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk (transform fault).  Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga yang berada di daratan. Referensi: Sapiie, Benyamin. 2012. GL 2012 – TEKTONOFISIK. Bandung: Institut Teknologi Bandung. USGS, 2001, This Dynamic Earth: The Story of Plate Tectonics, online edition. Slide Kuliah Tektonofisik, 2014....


Similar Free PDFs