Survei Lahan PDF

Title Survei Lahan
Author Eka Kusuma
Pages 13
File Size 457.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 284
Total Views 380

Summary

SURVEI (SIGI) LAHAN UNTUK PERTANIAN Dalam perencanaan tataguna lahan, faktor tanah merupakan salah satu sumberdaya fisik yang sangat penting. Oleh karena itu, sifat-sifat tanah yang menentukan potensial penggunaan lahan perlu diungkapkan dengan teliti dengan melakukan survei tanah di laangan, dibant...


Description

SURVEI (SIGI) LAHAN UNTUK PERTANIAN

Dalam perencanaan tataguna lahan, faktor tanah merupakan salah satu sumberdaya fisik yang sangat penting. Oleh karena itu, sifat-sifat tanah yang menentukan potensial penggunaan lahan perlu diungkapkan dengan teliti dengan melakukan survei tanah di laangan, dibantu dengan analisa tanah di labratorium (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama atau hampir sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah yang sama serta melakukan nterpretasi kesesuaian lahan dari masing-masing satuan peta tanah tersebut untuk penggunaan-penggunaan lahan tertentu. Sifat-sifat dari masingmasing satuan peta secara singkat dicantumkan dalam legenda, sedangkan uraian lebih detail dicantumkan dalam laporan survei tanah yang selalu menyertai peta tanah tersebut (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Penelitian tanah pada umumnya dimulai dengan pengamatan profi tanah di lapangan. Profiltanah terdiri dari beberapa horizon tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah satu sama lain atas dasar warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia, susunan mineral dan lain-lain (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011).

A. PETA TANAH

Peta tanah adalah peta yang menggambarkan penyebaran jenis-jenis tanah di suatu daerah. Pada peta ini terdapat legenda yang secara singkat menerangkan satuan tanah dan faktor-faktor lingkungannya dari masing-masing satuan peta

tanah, serta dilengkapi

dengan buku laporan yang memuat uraian-uraian yang lebih lengkap. Pada dasarnya peta tanah dibuat untuk tujuan pertanian maupun non pertanian seperti dalam bidang perekayasaan

dan

pengembangan

daerah rekreasi (Sukarman dan Ritung dalam

Hardjowigeno, 1995). Peta

tanah

dibuat

untuk

tujuan

tertentu, sehingga peta yang dihasilkan dibuat

pada skala peta tertentu. Semakin detil skala peta, maka data/informasi yang disajikan semakin rinci. Secara spasial penyebaran dari masing-masing satuan peta tanah yang digambarkan juga semakin rinci menurut ukuran luasnya. Kerincian dari data/informasi yang dihasilkan sangat ditentukan oleh intensitas pengamatan di lapangan dan skala peta. Atas

Survei (Sigi) Lahan untuk Pertanian – Eka Widiawati Wijaya Kusuma (134130064)

dasar tersebut, Soekardi et al. (1989) telah membagi jenis peta tanah di Indonesia yang dilaksanakan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (nama pada waktu itu) atau Balai Besar Penelitian

dan

Pengembangan

Sumberdaya

Lahan Pertanian (nama

sekarang) ke dalam tujuh jenis peta tanah (Sukarman dan Ritung, 2013). Jenis peta-peta tersebut ditentukan oleh peta dasar yang digunakan pada saat operasional lapangan, dan didasarkan pada berapa kerapatan pengamatan tanah per satuan luas atau intensitas pengamatannya. Cara penempatan pengamatan tanah dapat dilakukan secara grid sistematis maupun grid fleksibel dengan ketentuan harus memenuhi syarat kerapatan minimum untuk setiap jenis peta yang direncanakan. Dasar pembeda utama yang digunakan dalam delineasi satuan peta tanah adalah unsur satuan tanah yang terdiri atas klasifikasi tanahnya dan sifat-sifat tanah lainnya. Delineasi satuan peta tanah dilakukan secara manual dari peta topografi atau interpretasi dari potret udara dengan bantuan peta geologi dan peta iklim (Sukarman dan Ritung, 2013). Delineasi merupakan suatu bagian dari proses pembuatan peta, yaitu kegiatan yang berhubungan dengan

penarikan

batas

satuan-satuan

peta.

Oleh karena itu, masalah

yang dibicarakan meliputi aspek pembentukan satuan peta tanah yang dihubungkan dengan sistem klasifikasi tanah. Delineasi satuan peta tanah merupakan hal yang cukup sulit, karena perbedaan tanah di lapangan jarang dijumpai dalam batas-batas yang tegas dan jelas tetapi berangsur melalui suatu peralihan yang lebar (Sukarman dan Ritung, 2013). Metode

delineasi

yang

digunakan

dalam pemetaan tergantung dari metode

pemetaan yang digunakan dan jenis peta tanah (skala peta) yang dibuat. Dalam pemetaan tanah detail sampai semi detail metode delineasi satuan peta tanah umumnya dilakukan atas dasar perbedaan hasil klasifikasi setiap pengamatan atau kelompok hasil pengamatan. Garis batas antar satuan peta dibuat diantara dua titik pengamatan yang mempunyai klasifikasi berbeda (Sukarman dan Ritung, 2013). Dalam pemetaan tanah detail, delineasi satuan peta tanah yang benar dilakukan di lapangan berdasarkan sifat-sifat tanah pada tingkat klasifikasi yang digunakan, dan juga faktor lingkungannya. Garis batas antar satuan peta tanah ditarik dengan memperhatikan berbagai faktor yang terlihat di lapangan yang diperkirakan berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah selain sifat-sifat tanahnya itu sendiri, misalnya perubahan kelerengan, penggunaan lahan, atau vegetasi. Oleh karena itu, garis batas yang ditarik di antara dua titik pengamatan yang berbeda klasifikasinya tidak mesti harus ditengah-tengah. Sementara itu, dalam pemetaan semi detail delineasi dilakukan dari peta topografi atau potret udara yang

Survei (Sigi) Lahan untuk Pertanian – Eka Widiawati Wijaya Kusuma (134130064)

didukung oleh peta geologi atau peta litologi dan peta iklim (Sukarman dan Ritung, 2013).

Jenis peta tanah dan satuan peta tanah di Indonesia Jenis peta Skala Super Detail 1: 5.000 Detil 1: 5.000 - 10.000 Semi detil 1: 25.000 - 50.000 Tinjau Mendalam 1: 50.000 - 100.000 Tinjau 1: 100.000 - 500.000 Eksplorasi 1: 1.000.000 Bagan ≤ 1: 2.500.000 2.500.000 Sumber: Soekardi et al. (1989)

Satuan peta Seri dan fase (lereng,tekstur lapisan atas) Seri dan fase (lereng, tekstur lapisan atas) Family/seri, bentuk wilayah (fase), bahan Subgroup, bentuk wilayah, fisiografi, bahan induk Great group, bentuk wilayah, fisiografi, induk Ordo, bentuk wilayah, bahan induk bahan Ordo induk

Peta Tanah Eksplorasi Indonesia

Sumber : Peta Tanah Eksplorasi Indonesia, skala 1:2.500.000 (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 2000)

Survei (Sigi) Lahan untuk Pertanian – Eka Widiawati Wijaya Kusuma (134130064)

Peta Tanah Tinjau Provinsi Jawa Timur

Peta Tanah Semi Detail Kecamatan Trienggading, Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh

Survei (Sigi) Lahan untuk Pertanian – Eka Widiawati Wijaya Kusuma (134130064)

Peta Satuan Lahan dan Tanah Daerah Takengon, Provinsi Aceh

Teknologi dan Peralatan Pemetaan Dalam metode identifikasi tanah di lapangan, teknologi dan penggunaan peralatan lapang yang digunakan sebagian tidak banyak mengalami perubahan yang mendasar, perkembangan peralatan survei terutama yang sifatnya untuk memperbaiki tingkat ketelitian dan ketepatan peralatan yang ada. Beberapa peralatan yang bersifat manual sudah beralih memanfaatkan teknologi digital. Penggunaan GPS (Global Positioning System) merupakan peralatan canggih yang sekarang sudah menjadi suatu keharusan untuk digunakan dalam pemetaan tanah. Tingkat ketelitian GPS juga semakin lama semakin baik dengan harga yang relatif murah. Delineasi/penarikan batas satuan peta tanah merupakan hal yang banyak dibahas dan dikaji. Pada pemetaan konvensional delineasi satuan peta tanah didasarkan kepada pengelompokkan satuan taksonomik tanah yang sama yang penarikkan batasnya

Survei (Sigi) Lahan untuk Pertanian – Eka Widiawati Wijaya Kusuma (134130064)

dibantu oleh peta topografi, peta geologi dan peta iklim. Pada survei ini biasanya didahului dengan identifikasi sifat- sifat eksternal, selanjutnya diikuti identifikasi internal dan kemudian didelineasi satuan peta tanahnya. Aspek- aspek eksternal meliputi: relief, bentuk wilayah/lereng, fisiografi dan bahan induk, sedangkan aspek-aspek internal meliputi karakteristik morfologi tanah (Sukarman dan Ritung, 2013). Penggunaan potret udara untuk membantu delineasi satuan secara nyata mulai digunakan sejak tahun 1975, meskipun sudah mulai diperkenalkan oleh Soepraptohardjo sejak tahun 1954 yang ditulis dalam Buletin Teknik Pertanian Tahun II, No. 4 (Soepraptohardjo 1954). Pemanfaatan potret udara dalam delineasi satuan peta tanah lebih berkembang lagi sejak diterbitkannya Catalogue of Landform for Indonesia

(Desaunettes

1977)

yang

memuat dasar tentang pembagian morfologi landskap atau landform untuk pemetaan tanah. Penggunaan potret udara dalam pemetaan tanah didasari oleh pemahaman bahwa pada pemetaan tanah berskala kecil, batas-batas penyebaran tanah sulit ditentukan. Sebaliknya batas-batas satuan lahan yang didasarkan pada morfologi permukaan bumi atau landform tampak lebih jelas. Batas-batas satuan lahan tersebut dapat dilakukan melalui interpretasi potret udara (Sukarman dan Ritung, 2013). Penggunaan data penginderaan jauh dari satelit baik berupa sensor optik maupun radar telah banyak digunakan untuk pemetaan tanah dan pemetaan bentang lahan untuk skala regional dan skala kecil. Penginderaan

jauh

lebih

bermanfaat

dalam

hal

meningkatkan kemampuan cakupan spasial. Sifat-sifat tanah telah dapat diidentifikasi dan disimpulkan dari data optik menggunakan metode fisik berbasis empiris. Selain itu penginderaan jauh optik maupun radar dapat mendukung interpolasi spasial data tanah pada wilayah yang masih jarang datanya (Sukarman dan Ritung dalam Mulder et al,. 2011).

Pemilihan Metode Pemetaan Berdasarkan tata cara dan penggunaan jenis teknologi, pemetaan tanah setidaknya dapat dibedakan menjadi tiga jenis cara, yaitu: (1) pemetaan konvensional, (2) pemetaan dengan interpretasi penginderaan jauh, dan (3) pemetaan tanah digital (Sukarman dan Ritung, 2013). Menurut Mangunsukardjo dan Yunianto (1992), pemetaan tanah konvensional dimulai dengan identifikasi sifat-sifat eksternal, selanjutnya diikuti dengan identifikasi sifat-sifat internal dan kemudian dilakukan delineasi (menarik batas) satuan peta tanah. Pemetaan tanah dengan interpretasi penginderaan jauh dimulai dengan identifikasi sifat-sifat tanah

Survei (Sigi) Lahan untuk Pertanian – Eka Widiawati Wijaya Kusuma (134130064)

eksternal, diikuti dengan delineasi satuan peta tanah, kemudian dilakukan identifikasi sifatsifat tanah internal. Malone et al. (2012) menyatakan bahwa pemetaan tanah digital adalah pembuatan dan

pengkayaan sistem

informasi tanah yang melibatkan kegiatan survei

lapangan, kegiatan laboratorium dan metode numerik untuk mendapatkan informasi tanah yang terus menerus, baik yang spasial maupun yang non spasial (Sukarman dan Ritung, 2013).

Strategi Percepatan Pemetaan Berdasarkan uraian di atas, maka strategi yang dapat digunakan untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas pemetaan tanah di Indonesia adalah sebagai berikut (Sukarman dan Ritung, 2013): 1. Peralatan survei tanah (hardware dan software) baik untuk penelitian lapangan maupun metode analisisnya agar menggunakan peralatan yang mutakhir, baik untuk tujuan identifikasi dan karakterisasi tanah maupun delineasi satuan peta tanah. 2. Untuk

percepatan

pemetaan

mempunyai data tanah

tanah

warisannya

semi cukup

detail sistematis, pada daerah yang banyak,

agar menggunakan metode

pemetaan tanah digital (digital soil mapping). Penggunaan metode ini dapat dibantu dengan teknik penginderaan jauh yang dipadukan dengan DEM yang diturunkan dari peta topografi atau SRTM resolusi 30 m. 3. Pemetaan tanah detail yang dilakukan pada daerah yang tidak mempunyai data sebelumnya dapat menggunakan teknik grid sistem dengan grid sistem fleksibel. 4. Memanfaatkan data base tanah sebagai data warisan (legacy data) sehingga dapat mengurangi jumlah pengamatan tanah dan jumlah contoh yang harus diambil. Dengan menggunakan strategi tersebut di atas, maka komponen (Sukarman dan Ritung, 2013): 1. Jumlah sumberdaya manusia yang dilibatkan dalam kegiatan dapat dikurangi. 2. Jumlah orang hari (OH) di lapangan dapat dikurangi. 3. Jumlah contoh yang diambil dapat dikurangi. 4. Areal yang diliput lebih luas. 5. Analisis

satuan

lahan

lebih

cepat,

karena menggunakan komputer.

6. Kualitas peta tanah yang dihasilkan tetap tinggi.

Survei (Sigi) Lahan untuk Pertanian – Eka Widiawati Wijaya Kusuma (134130064)

B. INTERPRETASI SURVEI TANAH

Survei dan pemetaan tanah dilakukan untuk mengetahui penyebaran jenis-jenis tanah dan menentukan potensinya untuk bermacam-macam penggunaannya. Potensi tanah ditentukan denga melakukan interpretasi kemampuan (kesesuaian) lahan dari masing-masing satuan peta tanah berdasarkan atas sifat-sifat tanah yang dimiliki dan keadaan linkungannya. Satuan peta tanah merupakan satuan wilayah yang mempunyai jenis tanah dan faktor lingkunganyang sama. Walaupun demikian, satuan peta tanah yang benar-benar homogen sulit ditemukan, berhubung kompleksnya penyebaran tanah di alam. Oleh karena itu dibedakan tiga jenis satuan peta tanah yaitu: (1) konsosiasi, (2) asosiasi, (3) kompleks (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Konsosiasi adlaha satuan peta tanah dimana ditemukan satu jenis tanah utama yang luasnya lebih dari 75% luas satuan peta tanah tersebut. Asosiasi adalah satuan peta tanah dimanadalam satuan peta tanah tersebut ditemukan 2 atau 3 jenis tanah utama, tetapi tidak satupun dari jenis tanah itu yang luasnya lebih dari 75% luas satuan peta tanah tersebut. Pada peta dengan skala 1:25.000, masing-masing jenis tanah utama tersebut dapat dipisahkan satu sama lain menjadi satuan peta tanah tersendiri. Kompleks adalah satuan peta tanah seperti assiasi, tetapi pada skala 1:25.000, masingmasing jenis tanah utamanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain menjadi satuan peta tersendiri. Interpretasi survei tanah ditujukan untuk (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011): 1. Mengubah keterangan yang disajikan dalam peta tanah ke dala istilah-istilah yang diperlukan dalam perencanaan tataguna lahan 2. Menjelaskan jenis dan besarnya faktor-faktor penghambat untuk penggunaanpenggunaan lahan tertentu. 3. Menentukan potensi tanah untuk pengunaan-penggunaan tertentu. 4. Menentukan cara-cara pengelolaan dan usaha-usaha perbaikan yang diperlukan 5. Menunjukkan kemungkinan respon ari tanah terhadap pengelolaan dan pelakuanperlakuan tertentu

Survei (Sigi) Lahan untuk Pertanian – Eka Widiawati Wijaya Kusuma (134130064)

C. INTERPRETASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERTANIAN

Dalam melakukan interpretasi survei tanah untuk pertanian, perlu diperhatikan (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011): 1. Faktor penghambat dan kualitas lahan yang mempengaruhi penggunaan dan pengelolaan 2. Kesesuaian lahan untuk bermacam-macam penggunaan pertanian, pengeloaan yang diperlukan dan produktivitas dari masing-masing kelas lahan. Sifat-sifat tanah yang dapat menjadifaktor penghambat dan mempengarui kualitas lahan untuk pertanian adalah (Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011): 1.

Dalamnya lapisan batuan, padas, atau lapisan lain yang menghambat perakaran, peresapan air, atau udara

2.

Kemampuan tanah menyediakan air bagi pertumbuhan tanaman

3.

Drainase tanah

4.

Permeabilitas tanah

5.

Kemungkinan terbentuknya lapisan keras permukaan (crust) sehingga menghambat infiltrasi dan perkecambahan biji

6.

Sifat tanah yang menghambat penggunaan alat-alat pengolahan tanah

7.

Kepekaan terhadap erosi

8.

Kemungkinan bahaya banjir

9.

Salinitas tanah

10. Adanya unsur-unsur beracun bagitanaman atau bagi hewan yang makan tanaman yang tumbuh pada tanah tersebut 11. Kadar unsur hara tanaman makro dan mikro 12. Keasaman (pH) tanah 13. Lain-lain sifat yang berpengaruh di tempat tertentu.

D. PENGAMBILAN CONTOH TANAH

Pengambilan Contoh Tanah Dalam proses uji tanah, secara tematik hanya sekitar 0,5 kg contohtanah untuk mewakili sekitar0,5 ha atau lebih. Sehingga pengambilan contoh merupakan tahap paling kritis dalam rangkaian kegiatan uji tanah. Hasil uji tanah dikatakan dapat mewakili area yang dianalisis, maka pengambilan contoh harus: 1) mewakili kondisi lapangan/lahan yang kita

Survei (Sigi) Lahan untuk Pertanian – Eka Widiawati Wijaya Kusuma (134130064)

survei, 2) menggambarkan variasi/kondisi di lapangan. Keragaman tanah dapat terjadi berdasarkan: 1) pengelolaan (pemupukan, pengairan), 2) secara horizontal (kelompok/petak), 3) secara vertikal (kedalaman) (Winarso, 2008). Pedoman secara umum untuk menentukan langkah-langkah pengambilan contoh tanah di lapangan (Winarso, 2008): 1. Membagi lahan ke dalam lokasi-lokasi yang seragam 2. Menggunakan plastik bersih untuk tempat contoh 3. Lokasi pengambilan contoh pada tanah yang seragam diambil hingga kedalaman 20-30 cm dari permukaan 4. Mengambil contoh yang lebih dalam (subsoil) untuk mengevaluasi kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara 5. Mengambil sekitar 10-20 contoh pada lokasi-lokasi seragam secara acak 6. Mencampur tanah komposit untuk mewakili contoh tanah untuk analisis laboratorium 7. Pemberian kode atau keterangan lengkap 8. Pengambilan contoh di lapangan setiap 2-3 tahin jika diperlukan 9. Simpan sebagai arsip data yang diperoleh untuk mengevaluasi perkembangan atau perubahan yang terjadi.

Alat-alat Survei Alat-alat survei yang perlu dipersiapkan meliputi (Julia, 2015): 1. Bor Tanah Bor tanah atau yang juga dikenal dengan nama Bor bergia ini berfungsi sebagai untuk mebor tanah dalam melihat tingkat kedalam dari lahan tersebut, untuk melakukan pengukuran tektur lapisan atas dan lapisan bawah tanah. Bor tanah digunakan dengan cara bor tanah ditancapkan pada lahan tertentu kemudian diputar searah jarum jam, angkat setiap kedalaman 20 cm dari permukaan dengan cara diputar melawan arah sambil diangkat. Pengeboran ini dilakukan sampai sampai ditemukan batu. 2. Ring Sampel Ring sampel berfungsi untuk menggukur permeabilitas tanah (Afrizal, 2014). Cara menggunakannya yaitu a) ambil ring sampel yang akan digunakan buka tutup atas dan bawahnya, b) letakkan diatas tanah, c) alas diatas ring sampel dengan papan lalu pukulpukul dengan palu sampai ring sampel terbenam dan datar dengan permukaan tanah, d) setelah itu, ambil ring sampel menggunakan sekop tanah, tutup bagian bawah ring

Survei (Sigi) Lahan untuk Pertanian – Eka Widiawati Wijaya Kusuma (134130064)

longgarkan sedikit, datarkan permukaan atas ring sampel dengan pisau komando, e) isi ring sampel 3. Sekop Tanah Sekop tanah berfungsi untuk mengambil tanah dan untuk mengali tanah. 4. Standar Muncel Soil Chart Muncel Soil chart merupakan sebuah buku warna yang berfungsi untuk melihat warna tanah guna untuk menentukan ingkat erosi dari tanah tersebut. cara menggunakan nya misalnya pada tanah gang perdaganggan untuk menentukan tingkat erosi dari daerah tersebut, tanahnya diambil dan diatas buku muncel soil kemudian lihat warna yang cocok dan lihat nomor dan baris berapa tanaah tesebut berada. Pada pratikum yang kami lakukan hasil yang kami peroleh yaitu tanahnya berwarna browning black yang menunjukkan kerusakan erosinya sedang. 5. Hand Lavel Digunakan untuk melihat tingkat kemiringan lereng permukaan lahan. Cara menggunakanya yaitu bidik arah lereng yang ingin diukur, kemudian atur sekrupnya untuk mendatarkan antara garis dengan gelembung air yang ada pada hand level, lalu lihat berapa persen tingkat kemiringan lahan tersebut dari hasil pratikum yang kami lakukan hasil yang didapat yaitu 8 %, 2%, 3%, 7%, dang 6%. 6. Palu Palu digunakan untuk memukul, membenamkan alat dan lain-lain. 7. Meteran Meteran berfungsi untuk mengukur luas pada lahan. 8. Lup Lup digunakan untuk melihat struktur tanah apakah menggumpal, tunggal, ...


Similar Free PDFs