TA TEXTIL PDF

Title TA TEXTIL
Author Zulfan Andriano
Pages 20
File Size 1.5 MB
File Type PDF
Total Downloads 362
Total Views 624

Summary

BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Dalam masa teknologi yang berkembang saat ini, kemajuan pesat sangat terasa dalam perindustrian. Banyak bermunculan berbagai macam industri yang menghasilkan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Salah satu industri yang mengalami perkembang...


Description

BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Dalam masa teknologi yang berkembang saat ini, kemajuan pesat sangat terasa dalam perindustrian. Banyak bermunculan berbagai macam industri yang menghasilkan barang-barang untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Salah satu industri yang mengalami perkembangan yang pesat adalah industri tekstil. Perkembangan industri tekstil yang pesat inilah membuat persaingan produk tekstil menjadi terbuka karena pasar dibuka seluas-luasnya. Setiap perusahaan penghasil produk tekstil berusaha membuat produk-produk yang berkualitas tinggi agar hasil produksinya bisa terjual dan bersaing dengan produk tekstil perusahaan lain. Untuk itulah setiap perusahaan yang bergerak di bidang tekstil harus melakukan berbagai upaya dan pengembangan baik produk maupun mesin agar dapat bertahan dan ikut bersaing didalamnya. Hal ini juga terjadi dan harus dilakukan oleh PT. Apac Inti Corpora sebagai upaya agar tetap berdiri dan bersaing. Peningkatan mutu produk harus dilakukan dari produk yang dihasilkan, salah satunya produk kain denim. Unit Weaving 4 adalah salah satu unit dari PT. Apac Inti Corpora yang memproduksi kain denim. Jenis kain denim yang diproduksi pada unit weaving 4 diproduksi bermacam macam baik variasi berat kain, warna dan jenis benang yang berasal dari benang ring dan open end. Untuk mewujudkan kepuasan pelanggan dalam persaingan produk yang besar, setiap perusahaan tentu saja harus memberikan produk yang terbaik sesuai dengan yang diinginkan pelanggan. Dalam rangka mewujudkan hal tersebut PT. ApacInti Corpora melakukan pengendalian proses di produksi. Pengendalian dilakukan pada sistem dan proses produksinya. Dalam 5 gerakan pokok mesin tenun, salah satunya adalah pembukaan mulut lusi yang harus dikendalikan dalam proses produksi kain tenun. Gerakan pembukaan mulut lusi sangat berpengaruh pada kelancaran mesin tenun yang berkaitan dengan putus benang lusi. Baik tidaknya pembukaan mulut lusi dipengaruhi banyak faktor, salah satunya yaitu besar kecilnya mulut lusi. Pada mesin tenun projectile Sulzer Ruti, besar kecilnya mulut lusi tergantung pada penyetelan skala stroke roller lever.

Dari pengamatan yang dilakukan penulis terhadap proses pertenunan yang berlangsung, terdapat beberapa pilihan penyetelan roller lever dalam membuat kain denim. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan pengamatan tentang pengaruh penyetelan roller lever terhadap putus lusi, yang dituangkan dalam tugas akhir berjudul : “ PENGARUH PENYETELAN SKALA STROKE ROLLER LEVER TERHADAP PUTUS LUSI PADA PEMBUATAN KAIN DENIM 78032 PADA MESIN TENUN PROJECTILE SULZER RUTI “ Dalam percobaan dan pengamatan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penyetelan skala stroke roller lever terhadap putus lusi dalam pembuatan kain denim 78032, sehingga dapat dijadikan referensi bagi perusahaan dalam memproduksi kain tersebut. 3.2 Pembatasan Pengamatan 1. Percobaan dan penelitian dilakukan pada kain denim dengan kode produksi 78032, dengan konstruksi : OE 7 X OE 8

X 63 3/1 S

65 X 38 2. Mesin tenun yang digunakan adalah mesin tenun Sulzer Ruti tipe P 7100 B 360 N 1-1 EP R D1. 3. Percobaan dan penelitian dilakukan pada 7 penyetelan roller lever yaitu pada angka skala 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 dan tanpa merubah standar penyetelan yang lain. 4. Melakukan pengamatan terhadap putus lusi saat mesin sedang diproduksi untuk tiap variasi penyetelan roller lever. 5. Peralatan yang digunakan dalam penyetelan roller lever adalah Shaft Lifter, kunci L 8 mm. 6. Pengamatan yang dilakukan adalah : - Besarnya pembukaan mulut. - Jumlah putus lusi.

3.3 Metode Pengamatan 3.3.1 Pembahasan Mesin Tenun Projectile Dari mesin tenun shuttle, saat ini banyak dikembangkan mesin tenun shuttleless untuk memenuhi peningkatan produksi dan kualitas kain yang dihasilkan. Ada mesin tenun rapier, air jet, water jet dan projectile. Mesin tenun projectile adalah mesin tenun dengan peluncuran pakan menggunakan projectile. Projectile berbentuk seperti peluru dan terbuat dari logam dengan panjang 89 mm. Pada salah satu ujung projectile terdapat penjepit ( gripper ) yang berfungsi menjepit ujung benang pakan, sehingga dapat dibawa oleh projectile yang diluncurkan ke dalam mulut lusi. Dalam prosesnya mesin tenun projectile juga menggunakan 5 gerakan pokok, sama dengan mesin tenun yang lain. Adapun gerakannya adalah sebagai berikut : 1. Penguluran benang lusi Pada mesin Sulzer Ruti , penguluran lusi dikontrol oleh sistem elektronik yang menggunakan let-off motor. Sistem control elektroniknya menggunakan sistem MIECO yang dapat disetel beberapa program yang mengontrol tegangan benang lusi pada back rest roller. Tegangan back rest roller dimonitor oleh back roller sensor dan control flag yang terhubung untuk mengendalikan putaran let-off motor. Kontrol ini berfungsi saat mesin jalan, apabila tegangan lusi terlalu rendah atau terlalu tinggi maka putaran let-off motor akan menyesuaikan. Sistem ini secara otomatis akan mengendalikan tegangan lusi tetap sama dari beam penuh sampai beam habis ( kosong ). 2. Pembukaan mulut lusi Mesin tenun projectile , dalam menggerakkan naik turun kamran ( heald frame )menggunakan cam ( tappet ), dengan kapasitas maksimum untuk mesin Sulzer Ruti adalah 10 kamran. Anyaman yang cocok di mesin ini adalah plat ( polos ) dan twill ( keeper ). 3. Peluncuran pakan Proses peluncuran pakan dimulai dari reaksi melepas twist yang diberikan oleh picking cam kepada poros torsi ( torsion rod ). Tenaga yang ada dari reaksi tersebut kemudian digunakan menggerakkan picking lever yang terpasang di ujung torsion rod. Pada picking lever yang telah terpasang picking link sebagai penghubung dan picking shoe akan mendorong

projectile untuk meluncur dengan membawa benang pakan saat mulut lusi telah terbuka. 4. Pengetekan Setelah benang pakan diluncurkan oleh projectile ke dalam mulut lusi, selanjutnya akan dirapatkan ke ujung kain oleh sisir. Gerakan maju mundur sisir berasal dari poros utama yang ditransmisikan dengan roda gigi dan cam. 5. Penggulungan kain Dengan menggunakan roda gigi pada take-up roll dan press roll, putaran roda gigi disesuaikan dengan tetal pakan yang diinginkan dengan mengganti 4 buah gigi pengganti.

2 1

4

3

5

Gambar 3.1 Skema 5 gerakan pokok mesin tenun Sulzer Ruti 3.3.2 Pembentukan Mulut Lusi Pada proses pertenunan, pembukaan mulut lusi merupakan salah satu gerakan pokok yang harus dilakukan untuk membentuk sebuah mulut lusi. Pembukaan mulut lusi atau shedding adalah gerakan beberapa benang lusi ke atas dan beberapa ke bawah untuk membuat sebuah sudut pembukaan untuk disisipkan benang pakan. Pengaturan lusi yang naik dan turun juga disesuaikan dengan design dan struktur kain yang akan dibuat. Secara geometry ( analitis ukur ) untuk sebuah pembukaan mulut lusi yang simetris. Syarat-syarat dalam pembukaan mulut lusi sangat berpengaruh terhadap

peluncuran benang pakan ( filling insertion ) dan pengetekan ( beating motion ). Secara perhitungan pembukaan mulut lusi maksimal didapatkan dengan rumus : H = B. Tan α Dimana H adalah pembukaan mulut lusi, B adalah jarak antara mata gun dengan ujung kain, α adalah sudut antara benang lusi dan ujung kain. B

H

Benang lusi

α

Kain

Gambar 3.2 Pembukaan lusi geometry Besar H sering diinginkan nilai yang kecil untuk mengurangi gerakan peralatan pembuka mulut lusi ( kamran, harness ) dan untuk mengurangi tarikan pada benang lusi, namun besarnya nilai H sebagian besar ditentukan oleh ukuran perangkat peluncuran benang pakan. Ketepatan waktu diperlukan saat pembukaan mulut lusi. Tegangan benang lusi atas dan bawah pada pembukaan mulut lusi juga harus seragam agar menghasilkan kualitas kain yang baik, karena perbedaan tegangan akan berdampak pada perubahan struktur kain yang dibuat. Dalam penyetelan pembukaan mulut lusi harus bersih agar penyisipan pakan dapat dilakukan tanpa hambatan dan mengurangi putus benang lusi yang disebabkan penyetelan yang kurang baik.

fabric

Gambar 3.3 Pembukaan Mulut Lusi yang Bersih

fabric

Gambar 3.4 Pembukaan Mulut Lusi yang tidak bersih Dari gambar pembukaan yang tidak bersih, dapat mengganggu proses karena benang lusi akan mudah putus pada saat penyisipan pakan. Untuk lebih memahami pengertian mulut lusi tersebut diperlukan peninjauan dari beberapa segi, antara lain : 3.3.2.1 Bagian Mulut Lusi Dalam hal ini mulut lusi dibagi atas 2 bagian : a. Mulut atas, yaitu bagian mulut lusi yang terletak di atas garis yang menghubungkan ujung kain dan kayu / logam silangan pada mulut tersebut. b. Mulut bawah, yaitu bagian mulut lusi yang terletak di bawah garis yang menghubungkan ujung kain dan kayu / logam silangan pada mulut tersebut. C1

A

B C2

Gambar 3.5.Mulut atas dan mulut bawah. Keterangan gambar : A = ujung kain

C2 = Gun maksimum di bawah

B = Kayu / logam silangan

ABC1 = Mulut atas

C1=Gun maksimum diatas

ABC2 = Mulut bawah

Selain dari itu mulut lusi dapat pula dibagi atas : a. Mulut depan, yaitu bagian mulut lusi yang terletak di antara ujung kain dan gun. b. Mulut belakang, yaitu bagian mulut lusi yang terletak antara kayu / logam silangan dan gun. C1

B

A C2

Gambar.3.6 Mulut depan dan mulut belakang Keterangan gambar : A = ujung kain

C2 = gun paling belakang

B = Kayu / logam silangan

AC1C2 = mulut depan

C1= gun paling depan

BC1C2 = mulut belakang

3.3.2.2 Macam Bentuk Mulut Lusi Disesuaikan dengan jenis kain yang dibuat dan jenis mesin yang dipakai, dikenal tiga macam bentuk mulut lusi pada saat peluncuran pakan : a. Mulut tinggi, yaitu mulut lusi yang terjadi karena adanya benang-benang lusi yang naik dan benang-benang lusi yang tetap posisi mendatar ( tidak naik dan tidak turun ). b. Mulut tinggi rendah, yaitu mulut lusi yang terjadi karena adanya benangbenang lusi yang naik dan benang-benang lusi yang turun. c. Mulut rendah, yaitu mulut lusi yang terjadi karena adanya benang-benang lusi yang tetap pada posisi mendatar dan benang-benang lusi yang turun.

C1

A

B

C2

Gambar 3.7 Mulut Tinggi ( a )

C1 A

B

C2

Gambar 3.8 Mulut Tinggi Rendah ( b )

C1 A

B

C2 Gambar 3.9 Mulut Rendah ( c ) Keterangan gambar : A = ujung kain B = kayu / logam silangan C1= gun yang tertinggi C2= gun yang terendah 3.3.2.3 Ukuran Mulut Lusi Dalam penyetelan mulut lusi kita harus meneliti ukuran-ukuran mulut lusi agar supaya bentuk mulut lusi tidak menyulitkan proses pertenunan secara keseluruhan. Ukuran mulut lusi yang harus diperhatikan adalah :

a. Besar mulut lusi, yaitu besar sudut diantara benang-benang lusi yang posisinya berlainan pada mulut depan. b. Tinggi mulut lusi, yaitu jarak yang ditempuh lubang mata gun pada saat membawa benang lusi dari posisi tertinggi ke posisi terendah atau kebalikannya. c. Panjang mulut lusi, yaitu jarak antara ujung kain pada mulut depan dengan titik persilangan benang-benang lusi pada mulut belakang. Ketiga ukuran mulut lusi ini akan mempengaruhi tegangan benang yang terjadi, sehingga dalam penyetelan mulut lusi ketiga faktor tersebut harus diperhitungkan.

C

A

B

D Gambar 3.10 Ukuran-ukuran mulut lusi Keterangan gambar : A = ujung kain B = kayu / logam silangan

Sudut CAD

= besar mulut lusi

C = gun pada posisi tertinggi

Panjang AB

= panjang mulut lusi

D = gun pada posisi terendah

Tinggi CD

= tinggi mulut lusi

3.3.3 Tinjauan tentang Roller Lever Pada mesin tenun projectile Sulzer Ruti ada satu bagian mesin yaitu Tappet Motion yang berfungsi merubah gerakan berputar cam menjadi gerakan naik turun heald frame ( kamran ). Dalam merubah gerakan juga terhubung dengan treadle lever dan shaft drive link rods. Roller lever adalah salah satu bagian mesin Sulzer Ruti yang terdapat pada Tappet motion. Roller lever terdiri dari 2 buah roll , lever , skala untuk penyetelan dari angka

1 – 7, fork link dan baut. Bagian mesin ini berfungsi untuk penyetelan besar / lebar mulut lusi sesuai yang diinginkan.

Roller lever

Cam

Gambar 3.11 Tappet Motion Heald frame / kamran

Roller lever

Cam

Treadle lever

Shaft drive link rods Gambar 3.12 Rangkaian yang terhubung dengan tappet motion

Gambar 3.13 Roller lever dan No Skalanya.

Penyetelan skala stroke pada roller lever akan mempengaruhi besarnya mulut lusi. Penyetelan skala stroke dimulai dari angka 1 untuk besar mulut lusi yang terkecil, semakin dinaikkan angkanya dengan angka 7 maka besar mulut lusi yang terbentuk akan semakin lebar. Tentunya penyetelan mulut lusi sangat berpengaruh pada gerakan dan putus benang lusi pada mesin. 3.3.4 Metode Pengamatan yang Dilaksanakan Adapun metode pengamatan yang digunakan adalah : 1. Pemakaian mesin dan kode kain yang sedang proses di lapangan. Mesin tenun projectile yang digunakan penulis dalam pengamatan dan percobaan adalah salah satu mesin tenun yang terdapat pada unit Weaving 4, dengan no mesin 18 yang berada di blok B, dan sedang proses kain denim kode 78032, dengan spesifikasi sebagai berikut : -

Merk

: Sulzer Ruti

-

Tipe

: P7100 B360 N1 – 1 EP R D1

-

Negara pembuat

: Swiss

-

Tahun dibuat

: 1995

-

Alat pembukaan mulut lusi

: Tappet motion ( Cam )

-

No beam proses

: L = TSZ 024 dan R = TSZ 177 ( 2 beam )

-

Lebar kain belum finish

: 63 inch / 160,02 cm

-

Kecepatan

: 293 rpm

-

Lebar beam

: 1610 mm

-

Jumlah lusi dalam 1 beam

: 4080 helai.

Gambar 3.14 Kode kain yang dilakukan pengamatan

Gambar 3.15 Mesin Sulzer Ruti 2. Melakukan penyetelan standard sort 78032 pada mesin no. B 18. Penyetelan dilakukan pada beberapa bagian penting sebagai bahan pengamatan. Selain penyetelan skala stroke roller lever, semua penyetelan dibuat sama, dengan penyetelan sebagai berikut : -

Back rest

: - 10 mm / posisi D

-

Baut deflecting

: 58 mm

-

Tinggi deflecting

: 120 mm

-

Tinggi heald frame

: selvedge ( heald frame 1 & 2 ) = 126 mm Body ( heald frame 3 – 10 ) = 120 mm

-

Arm

: 280 mm

-

Warp tension

: 2 derajat

-

Scala whip roll

: 15 – 20 derajat

-

Tinggi baut box dropper

: 10 mm

-

Tinggi cloth support

: 52 mm

-

Crossing point

: 0 derajat

Berikut penulis tampilkan beberapa gambar setingan yang dillakukan pada mesin :

Gambar 3.16 Penyetelan arm 280 mm

10 mm

10 mm D

c

Gambar 3.17 Penyetelan back rest – 10 mm, posisi D dan baut box dropper 10 mm

c Gambar 3.18 Penyetelan tinggi heald frame, tension dan skala whip roll 3. Melakukan penyetelan roller lever pada mesin tenun. Penulis melakukan penyetelan skala stroke roller lever, dengan langkah kerja sebagai berikut : -

Persiapan alat kerja kunci L 8 mm dan shaft lifter.

-

Posisikan mesin pada 180 derajat ( sudut open shed maksimal ), dengan perhitungan rumus = 180 + sudut crossing point. Di mesin B 18 crossing point dilakukan penyetelan 0 derajat, maka = 180 + 0 = 180 derajat.

Posisi mesin pada 180 derajat

Gambar 3.19 Posisi Derajat Encoder mesin -

Penyetelan skala stroke roller lever pada angka 1 , 2 , 3 , 4 , 5 , 6 , 7 menggunakan kunci L 8 mm dan shaft lifter.

Gambar 3.20 Penyetelan skala stroke roller lever 1 sampai 7

Gambar 3.21 Cara penyetelan skala stroke roller lever menggunakan shaft lifter

4. Pengukuran besar mulut lusi dan pengamatan putus lusi. Setelah dilakukan penyetelan roller pada tiap – tiap skala 1 – 7, penulis melakukan pengukuran besar mulut lusi yang diukur dari tepi guide tooth, sesuai petunjuk buku manual mesin Sulzer Ruti Jarak tepi guide tooth dengan benang lusi bawah , pada posisi 180 derajat

Gambar 3.22 Pengukuran dan pembukaan mulut lusi mesin tenun projectile Sulzer

5. Setiap penyetelan skala stroke roller lever pada angka 1 – 7, mesin dijalankan dan dilakukan pengamatan setiap 1 jam pada setiap angka skala untuk mengambil data putus benang lusi yang terjadi. 6. Studi pustaka Penulis mempelajari beberapa buku sebagai dasar dalam penulisan tugas akhir tentang pengaruh penyetelan skala stroke roller lever dengan pengamatan terhadap jumlah putus lusi dari Buku Manual mesin Sulzer Ruti dan buku pengetahuan tentang pembukaan mulut lusi dari Teori Pembuatan Kain 2 serta Handbook Of Weaving.

3.4 Hasil Pengamatan Dalam pengumpulan data, penulis melakukan urutan pekerjaan sebagai berikut : a. Dengan mempertimbangkan mesin yang produksi dan cacat kain yang ditimbulkan dari perubahan penyetelan skala stroke maka penyetelan skala stroke roller lever penulis lakukan langsung pada mesin selama 1 hari pada tanggal 8 Juli 2015. b. Penyetelan skala stroke roller lever dilakukan tiap 1 skala secara berurutan, dimulai dari nomor skala 1 sampai 7, dengan posisi encoder tiap penyetelan 180 derajat. c. Pada tiap penyetelan skala stroke roller lever dilakukan pengukuran dari jarak lusi dengan tepi guide tooth, kemudian dilakukan pengamatan jumlah putus lusi selama 1 jam. Penyetelan skala stroke roller lever berfungsi menentukan besar kecilnya mulut lusi pada mesin tenun projectile Sulzer Ruti. Disamping berpengaruh pada terjadinya putus benang lusi, besar kecilnya pembukaan mulut lusi berpengaruh juga terhadap tegangan benang lusi, cacat kain , kelancaran proses produksi dan struktur / performance kain yang diproses. Tentunya bukan hanya dalam penyetelan skala stroke saja, penyetelan mesin yang lain harus disesuaikan. Dari hasil penyetelan kemudian penulis membuat tabel pengamatan sebagai berikut: Setingan

Jarak lusi dengan

Jam

Tempat dan jumlah

roller lever

tepi guide tooth

pengamatan

putus lusi Gun

Sisir

Total

1

1 mm

09.00-10.00

-

6

6

2

2 mm

10.00-11.00

-

2

2

3

3 mm

11.00-12.00

-

-

0

4

4 mm

12.00-13.00

1

-

1

5

5 mm

13.00-14.00

2

-

2

6

6 mm

14.00-15.00

4

-

4

Keterangan

Kain bumping

7

7 mm

15.00-16.00

7

-

7

-Timbul cacat SF -Kain bumping

Dari tabel pengamatan dapat digambarkan scatter diagram sebagai berikut :

Diagram pengaruh penyetelan roller lever terhadap putus lusi 8

y = 0,6548x2 - 4,9167x + 9,7143 R² = 0,9522

Jumlah putus lusi

7 6

Series1

5

Series2

4

Linear (Series1)

3

Poly. (Series2) Poly. (Series2)

2

P...


Similar Free PDFs