TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial PDF

Title TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial
Author At Taqaddum
Pages 27
File Size 4.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 354
Total Views 498

Summary

TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial) Hasyim Hasanah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Semarang Email: [email protected] Abstract The purpose of this paper to describe observation techniques, as an alternative...


Description

Accelerat ing t he world's research.

TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmuilmu Sosial At Taqaddum

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Teknik Pengumpulan Dat a Met ode Kualit at if.pdf iryana yana

INST RUMEN PENGUMPULAN DATA KUALITAT IF T halha Alhamid INST RUMEN PENGUMPULAN DATA Budur Anufia

TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI (Sebuah Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-ilmu Sosial)

Hasyim Hasanah Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Semarang Email: [email protected]

Abstract The purpose of this paper to describe observation techniques, as an alternative method of collecting qualitative data for social sciences. Observation is one of the scientific activity is empirical, factual, and besed on the real text. Observations carried out through the experience derived from sensing without using any manipulation. The purpose of observation is the description, in qualitative research, observation produces theories and hypotheses, in quantitative research, observation used for testing theories and hypotheses. To be able to approach the social phenomenon, an observer needs to have close access to the settings and the subject. Doing the observation techniques have to heed the ethical principles such as respect for human dignity, respect for privacy and confidentiality, respect for justice and inclusiveness, balancing harms and benefits. Method of observation, if positioned as a part of the methodological spectrum (includes techniques and data collection strategies) in proportion, it will produce a high validity and reliability, as the fundamental basis for all methods, to find strategic development policies.

Keywords: observation, data collection methods, social sciences. Abstrak Tujuan penulisan artikel ini untuk mendeskripsikan teknik observasi sebagai alternative metode pengumpulan data kualitatif ilmu-ilmu sosial. Observasi merupakan salah satu kegiatan ilmiah empiris yang mendasarkan fakta-fakta lapangan maupun teks, melalui pengalaman panca indra tanpa menggunakan manipulasi apapun. Tujuan dari observasi adalah deskripsi, pada penelitian kualitatif melahirkan teori dan hipotesis, atau pada penelitian kuantitatif digunakan untuk menguji teori dan hipotesis. Untuk dapat mendekati fenomena sosial, seorang observer atau pengamat perlu memiliki kedekatan akses dengan setting dan subjek penelitian. Melakukan teknik observasi harus memperhatikan prinsip etis yaitu, menghormati harkat dan martabat kemanusiaan (respect for human dignity), privasi dan kerahasiaan subjek (respect for privacy and confidentiality), keadilan dan inklusivitas (respect for justice and Hasyim Hasanah, Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif ...

| 21

inclusiveness), memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits). Metode observasi, apabila diposisikan sebagai satu bagian spectrum metodologis yang mencakup teknik dan strategi pengumpulan data secara proporsional, maka akan mencapai tingkat keandalan (reliabilitas) yang tinggi, sehingga menjadi landasan fundamental bagi semua metode yang ada, untuk menemukan kebijakan-kebijakan strategis pembangunan. Kata kunci: tehnik observasi, metode pengumpulan data, ilmu-ilmu social.

22 |

Jurnal at-Taqaddum, Volume 8, Nomor 1, Juli 2016

A. Pengantar Manusia dengan segala ketertarikannya kepada dunia, memungkinkan dirinya untuk melakukan pengkajian realitas sosial dan alam sekitarnya. Manusia memerlukan dasar pijakan kuat dalam melakukan pengkajian secara sistematis, dalam menangkap gejala-gejala yang divisualisasikan realitas (Prabandari, 2010: 4). Untuk itu, maka observasi menjadi sebuah hal yang perlu dan menjadi keharusan bagi berkembangnya ilmu pengetahuan (Denzin, dan Lincoln, 2009: 523).1 Observasi dalam implementasinya tidak hanya berperan sebagai teknik paling awal dan mendasar dalam penelitian, tetapi juga teknik paling sering dipakai, seperti observasi partisipan, rancangan penelitian eksperimental, dan wawancara. Menurut Johnson (1975: 21) setiap orang dapat melakukan observasi, dari bentuk sederhana sampai pada tingkatan observasi paling komplek. Metode observasi yang digunakan pada setiap kegiatan penelitian bervariasi, tergantung pada setting, kebutuhan dan tujuan penelitian (Santana, 2007: 127). Observasi kuantitatif berbeda dengan observasi kualitatif (Babbie, 1986: 85; Muhadjir, 2011: 351). Observasi kuantitatif dirancang untuk menetapkan standardisasi dan kontrol, sedangkan observasi kualitatif bersifat naturalistik. Observasi kualitatif diterapkan dalam konteks suatu kejadian natural, mengikuti alur alami kehidupan amatan. Observasi kualitatif tidak dibatasi kategorisasikategorisasi pengukuran (kuantitatif) dan tanggapan yang telah diperkirakan terlebih dahulu. Denzin & Lincoln (2009: 524) mengutip pendapat Gardner (1988), menyebutkan bahwa observasi kualitatif digunakan untuk memahami latar belakang dengan fungsi yang berbeda antara yang obyektif, interpretatif interaktif, dan interpretatif grounded. Observasi kualitatif bebas meneliti konsepkonsep dan kategori pada setiap peristiwa selanjutnya memberi makna pada subjek penelitian atau amatan. 2 Babbie (1986: 91-92) menyebutkan bahwa observasi kualitatif memiliki kekuatan pada aspek spesifikasi, proses peniruan,

1

Metode observasi dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan bersumber dari dunia empiris, sejak observasi botanis Aristoteles hingga observasi historis Herodotus tentu berdasarkan pada kehidupan, penggambaran, dan pengalaman langsung. Sedangkan Auguste Comte (perintis ilmu sosiologi, mengukuhkan bahwa observasi merupakan satu diantara empat metode penelitian yang banyak digunakan oleh para peneliti, sesuai dengan embrio ilmu pengetahuan sosial. 2 Carol Brook Gardner dalam perbincangan pribadinya (1988) memaparkan temuan penting mengenai pengamatan. Dia menyatakan bahwa pengalaman yang “tepat” adalah pengalaman yang muncul tiba-tiba, meski berskala kecil, dan tiba-tiba menembus ke dalam relung emosi, kejadian atau fenomena sosial secara langsung. Hasyim Hasanah, Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif ...

| 23

dan generalisasinya.3 Observasi pada konsep pengalaman dapat muncul secara tiba-tiba, mendasarkan pada gejala-gejala umum, kejadian atau fenomena sosial, pola-pola, dan tipe perilaku tertentu. Observasi merupakan langkah awal menuju fokus perhatian lebih luas yaitu observasi partisipan, hingga observasi hasil praktis sebagai sebuah metode dalam kapasitasnya sendiri-sendiri. Observasi ini dapat dilacak pada kemapanan akar teoretis metode interaksionissimbolik,4 karena dalam mengumpulkan data, peneliti sekaligus dapat berinteraksi dengan subjek penelitiannya (Denzin & Lincoln, 2009: 524). Pada perkembangannya, observasi telah menjadi salah satu bentuk metode ilmiah. Kemunculan observasi sebagai metode ilmiah, tentu menambah variasi metode pengumpulan data, yang dapat digunakan dalam menggali informasi dunia. Hanya saja apa yang telah dihasilkan dalam perkembangan ilmiah, menempatkan observasi sebagai teknik biasa. Observasi justru menjadi salah satu metode yang kurang mendapat perhatian dan kurang diminati dalam berbagai literatur metodologis (Denzin & Lincoln, 2009: 523). Para ilmuan kualitatif menganggap observasi tidak lebih dari kegiatan mengumpulkan data visual. Observasi dianggap sebagai aktivitas pendukung yang kurang membawa manfaat. Observasi justru dianggap sebagai metode yang tidak tepat dalam mendapatkan informasi. Adler & Adler (1987: 76) menyebutkan bahwa pada 3 Spesifisitas observasi memungkinkan pengukuran dan aspek desain lainnya biasanya lebih eksplisit, jadi peneliti dapat mengetahui ekspektasi apa yang harus dilakukan dan keputusan apa yang dibuat. Peniruan, dimaksudkan bahwa seorang peneliti independen/ mandiri dapat lebih mudah mengulang penelitian dan melihat apakah kesimpulan yang dicapai sudah sama dan tepat. Generalisasi dimaksudkan jika sampel yang tepat telah dipilih, maka hasil penelitian dapat diambil untuk mengeneralisasikan keadaan pada populasi yang lebih besar. Selanjutnya Babbie menyebutkan bahwa kegiatan observasi pada penelitian kualitatif memiliti tingkat fleksibilitas, kedalaman data, dan sifat yang terbuka. Maksud dari fleksibilitas bahwa observasi kualitatif memungkinkan peneliti untuk cepat beradaptasi dengan kondisi yang berubah. Tingkat kedalaman memungkinkan teknik observasi menghasilkan data yang mendalam, dengan tidak harus menggunakan standarisasi formal penyelidikan di semua pengamatan, peneliti bisa menyelidiki lebih dalam sampai di bawah permukaan, dan tujuan tercapai. Terbuka dan menyeluruh berarti bahwa peneliti kualitatif dapat menggunakan teknik observasional tertentu, dengan menentukan fokus tujuan, sehingga semua aspek seperti situasi, wajah, ekspresi, suara, cuaca, bau, dan sebagainya dapat dikaji secara mendalam (Babbie, 1986: 92) 4 Observasi partisipan dalam perspektif interaksionis-simbolik lebih banyak menggunakan interaksi secara lebih intens dengan subjek penelitian. Observasi dalam perspektif ini juga dapat mempengaruhi observasi murni (pure observation), meskipun jawaban yang dihasilkan membuatnya lebih cocok dengan cakupan dramaturgi dan pada tingkatan tertentu lebih cocok dengan bidang cakupan etnometodologi. Meskipun mazhab dramaturgi gagal menginspirasi eksposisi metodologis dibandingkan dengan mazhab sosiologi dan psikologi.

24 |

Jurnal at-Taqaddum, Volume 8, Nomor 1, Juli 2016

tahap lebih jauh, observasi menjadi kurang diminati, dan cenderung dijauhi para ilmuan, karena observasi bukan bagian kegiatan ilmiah. Observasi ditinjau dari sifatnya, tidak bersifat sistematis, dan cenderung melahirkan bias. Anggapan sama disampaikan Jensen & Jankowski (1991: 44) yang menyebutkan bahwa observasi jauh dari ketertarikan ilmuan kualitatif. Observasi ditingkat tertentu memiliki problem utama pada persoalan keabsahan, keandalan, dan tingkat kepercayaan data informasi yang dihasilkan (Krieger, 1985). Anggapan ini tentu kurang tepat, karena kegiatan observasi merupakan kegiatan ilmiah empiris yang berdasarkan fakta-fakta lapangan maupun teks (Adler & Adler, 1987: 78; Anderson & Mayer, 1988: 32; Denzin & Lincoln, 2009: 523). Observasi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh kekuatan indera seperti pendengaran, penglihatan, perasa, sentuhan, dan cita rasa berdasarkan pada fakta-fakta peristiwa empiris. Untuk menjawab keraguan ilmuan kualitatif, maka Adler & Adler merumuskan konsep pembahasan mengenai teknik-teknik observasi secara lebih sistematis. Adler & Adler merupakan salah satu pakar metodologi yang memiliki perhatian besar pada kegiatan observasional. Adler & Adler melalui beberapa pemikirannya, memberikan konsep teoretis metodologis kegiatan observational kualitatif. Adler & Adler memunculkan istilah observasi naturalistic dalam penelitian kualitatif (Adler, 1984). Aspek yang dibahas dalam observasi naturalistik meliputi tema konsep dasar observasi, isu metodologis, paradigma observasi, jenis dan tahap observasi, kelebihan dan kekurangan observasi, tradisi teoretis teknik observasi dimana para ahli banyak memberikan pengaruh secara konseptual dan epistimologis, dan meramalkan tekanan sampai pergeseran epistimologis observasi (Denzin & Lincoln, 2009: 525). Makalah ini berupaya memberikan penjelasan mengenai observasi. Konsep pembahasannya tidak lepas dari konstribusi Adler & Adler (1991: 17) dalam merumuskan metodologi observasional. Pemakalah berupaya mengupas dan menemukan jawaban keraguan ilmiah kegiatan observasional, yang dikembangkan dari Adler & Adler dalam buku Handbook of Qualitative Research. Untuk kepentingan akademik, diharapkan diskusi yang ada, mampu merumuskan strategi-strategi dalam mengembangkan teknik observasi, selanjutnya dapat diimplementasikan sebagai salah satu metode ilmiah dalam penelitian kualitatif. Kekuatan metode observasi diharapkan mampu

Hasyim Hasanah, Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif ...

| 25

melahirkan pengembangan metode integratif, sedangkan adanya kelemahan metode observasi, tentu dapat dijadkan salah satu strategi dalam rangka menemukan upaya solutifnya, sehingga secara operasional metode ini mampu menunjukkan kekuatan metodologis. B. Mengenal Observasi Adler & Adler (1987: 389) menyebutkan bahwa observasi merupakan salah satu dasar fundamental dari semua metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, khususnya menyangkut ilmu-ilmu sosial dan perilaku manusia. Observasi juga dipahami sebagai “andalan perusahaan etnografi” (Werner & Schoepfle, 1987: 257). Maksudnya adalah observasi merupakan proses pengamatan sistematis dari aktivitas manusia dan pengaturan fisik dimana kegiatan tersebut berlangsung secara terus menerus dari lokus aktivitas bersifat alami untuk menghasilkan fakta. Oleh karena itu observasi merupakan bagian integral dari cakupan penelitian lapangan etnografi. Hadi (1986: 32) mengartikan observasi sebagai proses komplek, tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis melibatkan pengamatan, persepsi, dan ingatan. Morris (1973: 906) mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat suatu gejala dengan bantuan instrumen-instrumen dan merekamnya dengan tujuan ilmiah atau tujuan lain. Lebih lanjut dikatakan bahwa observasi merupakan kumpulan kesan tentang dunia sekitar berdasarkan semua kemampuan daya tangkap pancaindera manusia. Senada dengan Morris (1973), Weick (1976: 253); Selltiz, Wrightsman, dan Cook (1976: 253); Kriyantono, (2006: 110-111); dan Bungin, (2011: 121) mendefinisikan observasi sebagai suatu proses melakukan pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengkodeaan serangkaian perilaku dan suasana berkenaan dengan organisme in situ, sesuai dengan tujuan-tujuan empiris.Weick (1976: 253) secara lebih dalam menyebutkan bahwa observasi tidak hanya meliputi prinsip kerja sederhana, melainkan memilik karakteristik yang begitu komplek. Terdapat tujuh karakteristik dalam kegiatan observasi, dan selanjutnya menjadi proses tahapan observasi. Tahapan atau proses observasi tersebut meliputi pemilihan (selection), pengubahan (provocation), pencatatan (recording), dan pengkodeaan (encoding), rangkaian perilaku dan suasana (tests of behavior setting), in situ, dan untuk tujuan empiris. Pemilihan (selection) menunjukkan bahwa pengamatan ilmiah mengedit dan memfokuskan pengamatannya secara sengaja atau tidak sengaja. Pemilihan mempengaruhi apa yang diamati, apa yang dicatat, dan apa yang disimpulkan. 26 |

Jurnal at-Taqaddum, Volume 8, Nomor 1, Juli 2016

Peneliti dapat menentukan pilihannya atas sejumlah gejala alam, sosial, dan atau kemanusiaan yang dianggap dapat memberikan informasi sesuai dengan kebutuhannya. Tentu dalam hal ini peneliti melakukan pemilihan subjek amatan, dengan melibatkan semua atau sebagian kemampuan indrawiah. Pengubahan (provocation), berarti observasi yang dilakukan bersifat aktif, tidak hanya dilakukan secara pasif. Peneliti boleh mengubah perilaku atau suasana tanpa mengganggi kewajaran, kealamiahan (naturalness). Mengubah perilaku berarti dengan kesengajaan mengundang respon tertentu, misalnya mengubah perilaku orang lain dengan menggunakan pengaruh teladan atau keteladanan seseorang pada kondisi tertentu. Bryan & Lindlof (1995: 140) menyebutkan bahwa Bryan dan Test (1967) pernah melakukan manipulasi dan menstimuli perilaku subjek penelitian, tanpa mengganggu kewajaran, situasi alamiah (naturalness). Bryan dan Test (1967) mencoba memberikan perilaku keteladanan memberikan sumbangan pada kegiatan amal bagi The Salvation Army.5 Apa yang dilakukan oleh Bryan dan Test, menunjukkan bahwa aspek keteladanan mampu mempengaruhi perubahan perilaku atau memprovokasi tindakan seseorang melakukan apa yang distimulasikan kepadanya. Pencatatan (recording) adalah upaya merekam kejadian-kejadian menggunakan catatan lapangan, sistem kategori, dan metode-metode lain. Setiap kejadian hendaknya memerlukan pencatatan. Mengamati tanpa diimbangi dengan pencatatan mengakibatkan pengamat lupa terhadap apa yang diamatinya. Kemampuan pengamat lebih lemah dari yang seharusnya diingat, dan kemampuan ingatan berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena ada kemungkinan seseorang lebih tertarik pada fenomena tertentu, dan justru lebih gampang mengingatnya, daripada harus mengingat-ingat fenomena yang akan 5 Proses merubah perilaku ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan oleh Bryan dan Test (1967). Pada penelitiannya, Bryan dan Test (1967) menempatkan dua orang perempuan di depan toko pusat perbelanjaan. Perempuan tersebut menyembunyikan bel sebagai tanda meminta sumbangan yang ditujukan untuk The Salvation Army. Peneliti mengatur agar pada jarak tertentu, hadir seseorang (yang diatur peneliti) dan berpura-pura memberikan sumbangan. Peneliti membuktikan bahwa setelah lebih dari dua orang memberikan sumbangan, maka banyak pemberi sumbangan lain. Mengubah perilaku dengan kesengajaan tentu dapat dilakukan apabila ada teladan (model) atau contoh perilaku dalam memberikan keteladanan untuk menstimuli subjek lainnya. Bryan dan Test (1967) menyebutkan bahwa manipulasi tersebut bertujuan untuk memunculkan stimuli respon perubahan perilaku yang terjadi secara wajar. Memberikan teladan lebih baik dari pada tidak ada teladan (model). Hal ini membuktikan bahwa setelah menggunakan dua model perempuan yang memberikan sumbangan, terkumpulah sumbangan-sumbangan dari subjek amatan lain (Bryan dan Test, 1967).

Hasyim Hasanah, Teknik-Teknik Observasi (Sebuah Alternatif ...

| 27

diteliti dan harus diingatnya. Sebaliknya, subjek amatan justru lebih mudah berubah apabila mengetahui bahwa dia sengan diamati dan dicatat tingkah lakunya (ini berbeda dengan pengamatan pada benda, atau hewan). Pengkodean (encoding) berarti proses menyederhanakan catatan-catatan melalui metode reduksi data (Miles dan Huberman, 1984:16).6 Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menghitung frekuensi bermacam perilaku. Rangkaian perilaku dan suasana yang ada, menunjukkan bahwa observasi melakukan serangkaian pengukuran yang berlainan pada perilaku dan suasana. Pengkodean juga dapat dilakukan untuk menyederhanakan pengamatan yang berlangsung secara cepat. Penggodean dapat dilakukan menggunakan kata-kata kunci (key words), yang nantinya disempurnakan menjadi kalimat berita secara utuh, setelah pengamatan berlangsung.7 In situ, berarti pengamatan kejadian dalam situasi alamiah (naturalistic), meskipun tanpa menggunakan manipulasi eksperimental. Mengamati secara in situ dapat dilihat dari pengamatan perilaku mahasiswa di kelas. Salah satunya pada saat mengamati mahasiswa yang sedang mengikuti kuliah metodologi penelitian kualitatif, pada program doktoral di IAIN Walisongo, tanggal 6 Desember 20014. Pengamatan in situ merupakan proses mengamati hal-hal apa saja yang riil atau nyata, berdasarkan pengalaman riil di tempat kejadian berlangsung (Santana, 2009: 127). Menurut penulis, observasi yang dimaksudkan di sini diartikan sebagai seluruh kegiatan atau aktivitas ilmiah empiris, diawali dengan kegiatan mengamati gejala atau realitas bersifat empiris.8 Observasi untuk tujuan empiris mempunyai tujuan bermacam-macam. Observasi juga memiliki fungsi bervariasi. Tujuan dari observasi berupa deskripsi, melahirkan teori dan hipotesis (pada penelitian kualitatif), atau 6 Reduksi data dalam pandangan Miles dan Huberman (1984:16) merupakan proses mengumpulkan, menggolongkan, mengarahkan, mengklasifikasikan, dan mengorganisasi data dengan cara tertentu sehingga dapat menemukan fakta yang dicari. Meskipun fakta telah ditemukan, data tetap terus dilakukan seleksi untuk memilih data yang tepat dalam rangka menemukan fokus penelitian. 7 Menggunakan key words merupakan salah satu strategi pencatatan informasi yang banyak dilakukan para jurnalis. Peristiwa yang cenderung terjadi dalam waktu cepat, menuntut seorang jurnalis mampu menuangkan informasi dalam kode-kode tertentu, yang selanjutnya disusun secara sistematis menjadi berita yang dapat disuguhkan kepada para pembaca (Denzin & Lincoln, 2009: 52...


Similar Free PDFs