Teori Konflik-Ralf Dahrendorf.pdf PDF

Title Teori Konflik-Ralf Dahrendorf.pdf
Author Lusi Agustianti
Pages 17
File Size 233.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 12
Total Views 107

Summary

Untuk referensi lainnya, kunjungi https://sgd.academia.edu/lusiagustianti MAKALAH TEORI KONFLIK: RALF DAHRENDORF Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern I Dosen Pengampu: Kustana. M,Si. Disusun oleh: Kelompok 2 Indra Darmawan (1168030092) Lusi Agustianti (1168030...


Description

Untuk referensi lainnya, kunjungi https://sgd.academia.edu/lusiagustianti

MAKALAH TEORI KONFLIK: RALF DAHRENDORF Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern I Dosen Pengampu: Kustana. M,Si.

Disusun oleh: Kelompok 2

Indra Darmawan

(1168030092)

Lusi Agustianti

(1168030111)

Miss. Fureeyah Salae

(1168030118)

Muchamad Galih Zakaria

(1168030125)

Galy Prasetyo

(1168030132)

KELAS C PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2018

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wata’ala yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Teori Sosiologi Modern I dengan judul “Teori Konflik Ralf Dahrendor”. Tak lupa serta sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam beserta keluarganya, sahabatnya dan sampai kepada kita selaku umatnya. Makalah ini telah kami susun dengan bantuan dari berbagai pihak dan berbagai sumber bacaan. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu sangat diperlukan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah-makalah selanjutnya. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Bandung ,

Maret 2018

Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1 A. Latar Belakang............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................2 A. Biografi Ralf Dahrendorf............................................................................................. 2 B. Asumsi Pemikiran........................................................................................................ 4 C. Kritik Terhadap Ralf Dahrendorf................................................................................. 10 D. Karya Utama Dahrendorf.............................................................................................12

BAB III PENUTUP..........................................................................................................13 A. Kesimpulan.................................................................................................................. 13 B. Saran.............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 14

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial, dikenal sebagai aktor yang memainkan peranan dalam suatu perubahan bagi kehidupan masyarakat. Baik itu yang sudah dilakukan, sedang dilakukan dan bahkan pada apa yang akan dilakukan. Sebagai makhluk sosial juga,

manusia

selalu

memberikan

sumbangan

terhadap

masyarakat

atau

lingkungannya. Hal ini karena, manusia memiliki naluri untuk berperan aktif dalam memberikan nilai-nilai dan ide-ide terhadap realitas sosial. Pada akhirnya, hal tersebut menjadikan manusia memiliki latar belakang pemikiran, visi dan misi yang berbeda-beda dalam hidup bermasyarakat, karena antara manusia satu dengan manusia lainnya pasti memiliki pandangan yang berbeda atau bahkan bertolak belakang. Oleh karena perbedaan tersebut, masyarakat serta perilakunya tidak bisa dilihat hanya dari satu sudut pandang saja, melainkan juga perlu dilihat dari sudut lain untuk memperjelas dan mempertajam analisa. Perbedaan sudut pandang seseorang atau kelompok dalam bermasyarakat dapat membentuk suatu keseimbangan atau integrasi sosial dan juga dapat membentuk konflik atau disintegrasi sosial. Jika melihat dari dua kemungkinan ini, maka kehidupan masyarakat dapat mewakili dua teori, yaitu Teori Struktural-Fungsional dan ada pula yang mewakili Teori Konflik. Namun, yang akan menjadi pembahasan utama dalam makalah ini adalah Teori Konflik dari Ralf Dahrendorf, dimana teori ini lahir untuk mengkritik struktural-fungsionalisme. Berangkat dari hal tersebut, dalam makalah ini akan kami bahas mengenai pemikiran Ralf Dahrendorf tentang teori konflik sebagai salah satu analisia terhadap masyarakat.

1

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Ralf Dahrendorf Ralf Dahrendorf adalah akademisi kelahiran Jerman pada 1 Mei 1929, Hamburg, German. Dahrendorf dibesarkan di Berlin. Ayahnya adalah seorang politisi Sosial Demokrat, Gustav Dahrendorf. Seperti ayahnya, Ralf Dahrendorf adalah musuh aktif rezim Nazi dan meskipun masih bersekolah, ia ditangkap dan ditahan disebuah kamp di Frankfurt selama tahun terakhir Perang Dunia II.1 Dahrendorf kemudian berkomentar bahwa dia telah mengalami perasaan pembebasan dua kali dalam hidupnya yaitu sekali ketika Tentara Merah membebaskan Berlin dan kedua adalah ketika dia dan ayahnya diselundupkan keluar dari kota oleh Inggris. Setelah perang, Dahrendorf memulai karir akademisi yang terkenal sebagai Filsuf dan Sosiolog. Dia membaca karya klasik dan filsafat di Universitas Hamburg dan mendapatkan gelar doktor pada tahun 1952, sebelum mengambil studi pascasarjana dalam Sosiologi di London School of Economics antara 1952-1954, ia memperoleh gelar Doktor kedua pada tahun 1956. Kembali ke Jerman, ia menjadi Profesor Sosiologi di Universitas Hamburg pada tahun 1958, dan kemudian menduduki kursi di Universitas Tbingen (1960-65) dan di Universitas Konstanz (1966-1969), dan telah menjadi wakil ketua komite pendiri (1964-1966). Dahrendorf memulai karir politiknya pada tahun 1968 sebagai anggota West German Free Democratic Party (FDP) atau Partai Demokrat Bebas Jerman Barat yang liberal. Ketika FDP bergabung dengan Partai Sosial Demokrat dalam koalisi pemerintahan pada tahun 1969, Dahrendorf ditunjuk sebagai menteri luar negeri yang menangani urusan Eropa dibawah Menteri Luar Negeri Walter Scheel. Pada tahun 1970, bagaimanapun Dahrendorf meninggalkan politik domestik untuk menjadi anggota Komisi Eropa. Awalnya ia bertanggung jawab atas perdagangan luar negeri dan hubungan eksternal, dia mengambil portofolio penelitian, sains dan pendidikan pada tahun 1973.

1

Julie Smith, Ralf Dahrendorf (Lord Dahrendorf). Liberal Story Online; http://www.liberalhistory.org.uk/history/dahrendorf-ralf-lord-dahrendorf/ (diakses 20 Maret 2018).

2

Setelah masa jabatannya sebagai Komisaris Eropa, karir Dahrendorf terutama bersifat akademis dan intelektual dan bergeser dari Jerman ke Inggris. Dia adalah Direktur London School of Economics antara tahun 1974 dan 1984 (dan memang menulis sejarah Sekolah untuk menandai seratus tahun ditahun 1995). Setelah periode singkat di Jerman, ia kembali ke Inggris pada tahun 1987, kali ini sebagai Warden of St. Antony's College, Oxford, posisi yang dipegangnya hingga pensiun pada tahun 1997. Meskipun dengan komitmen akademisnya, Dahrendorf sangat aktif dalam kehidupan publik di Inggris, melayani antara lain di Komisi Masyarakat Hansard tentang Reformasi Pemilihan (1975-1976), Komisi Kerajaan pada Layanan Hukum (1976-1979) dan Komite untuk Meninjau Fungsi Lembaga Keuangan (1977-1980). Ia diberikan gelar kesatria pada tahun 1982, dan mengambil kewarganegaraan Inggris pada tahun 1988. Setelah menjadi anggota DPR, Dahrendorf segera memainkan peran aktif dalam politik liberal Inggris. Pada tahun 1995 ia memimpin Komisi Penciptaan Kekayaan dan Kohesi Sosial, badan independen yang dibentuk oleh pemimpin Demokrat Liberal Paddy Ashdown. Sesungguhnya, salah satu hal yang diharapkannya untuk pensiun dari St. Antony adalah menjadi lebih aktif di House of Lords, dimana ia menjadi anggota dari Committee on Delegated Powers and Deregulation yang terdelegasikan dan pada tahun yang sama dikooptasi ke Komite Pilih pada Komunitas Eropa (Committee on the European Communities), Sub Komite A (urusan ekonomi dan keuangan, perdagangan dan hubungan eksternal), serta menjadi anggota Kelompok London Semua Pihak (All-Party London Group). Dahrendorf menggantikan Baroness Seear sebagai Presiden Sekolah Musim Panas Liberal dan menjadi peserta aktif di Sekolah pada 1998, yang pertama dibawah kepresidenannya. Ia menjadi Pelindung Liberal Internasional (World Liberal Union) pada tahun 1987. Bersama dengan banyak jabatan direktur dan amal lainnya, ia adalah seorang Wali Yayasan Bantuan Amal dan pada tahun 1997 ia menjadi Direktur Bank Gesellschaft Berlin (Inggris), Sementara ketertarikannya pada hal-hal di Eropa cukup ditunjukkan oleh tempatnya di Dewan Pengawas Universitas Eropa Pusat di Budapest. Seorang Fellow dari Akademi Inggris, Fellow Kehormatan LSE, Anggota Asing dari Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional (Amerika), American Philosophical Society, Royal Irish Academy, Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, dan Akademi Ilmu Pengetahuan Polandi. Pada tahun 1998, Dahrendorf telah diberikan dua puluh lima 3

doktor kehormatan dan telah dihiasi oleh tujuh negara, termasuk Grosses Bundesverdienstkreuz mit Stern und Schulterband dari Jerman Federal Republic pada 1974.2

B. Asumsi Pemikiran a.

Kritik terhadap Struktural Fungsional Parsons Teori

Konflik

merupakan

teori

yang

lahir

untuk

menggantikan

fungsionalisme-struktural. Tidak lama setelah memegang posisi memimpin dalam teori Sosiologis, fungsionalisme-struktural segera mendapatkan serangan yang terus meningkat mulai dari beberapa segi, yaitu: fungsionalisme-struktural dituduh secara politis konservatif, tidak mampu menangani perubahan sosial karena berfokus pada struktur-struktur yang statis dan tidak mampu menganalisis konflik sosial secara memadai.3 Menurut Stephen P. Robbins, konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang berlaku akibat adanya ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan diantara dua pihak atau lebih dimana masing-masing komponen masyarakat memiliki kepentingan dan tujuan sendiri-sendiri dan tidak mau bekerja sama. Dalam pandangan hubungan manusia (The Human Relation View), konflik merupakan peristiwa wajar yang terjadi dimasyarakat. Konflik tidak dapat dihindari, karena pada dasarnya setiap indiviu atau kelompok memang hidup dalam perbedaan. Selain pandangan The Human Relation View, juga terdapat pandangan lain, yaitu pandangan Interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini menyebutkan bahwa konflik dapat mendorong dinamika/perubahan sosial. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga akan terus menyemangati individu dan masyarakat untuk berkembang, kritis dan kreatif.4 Salah satu hasil berbagai kritik itu ialah munculnya usaha sejumlah sosiolog untuk mengatasi masalah-masalah fungsional-struktural dengan memadukan perhatian

pada

struktur

dengan

konflik.

2

Usaha

tersebut

merupakan

Encyclopaedia Britannica, Ralf Gustav Dahrendorf. Encyclopaedia Britannica Online; https://www.britannica.com/biography/Ralf-Gustav-Dahrendorf (diakses 20 Maret 2018). 3 George Ritzer, Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Diterjemahkan oleh Saut Pasaribu (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), h. 366. 4 Beni Ahmad Saebani, Perspektif Perubahan Sosial (Bandung: Pustaka, 2016), h. 207-209.

4

pengembangan

teori

konflik

sebagai

suatu

alternatif

bagi

teori

strukturan-fungsional. Sayangnya, pemikiran tentang teori konflik ini sering dilihat sebagai bayangan terbalik fungsional struktural yang memiliki sedikit integrasi intelektual. Salah satu pengkritik tersebut adalah Ralf Dahrendorf. Seperti para fungsionalis, teori-teori konflik diorientasikan kearah studi mengenai struktur-struktur dan lembaga-lembaga sosial. Pada umumnya teori tersebut sedikit lebih dari sekedar serangkaian pendirian teoritis yang kerap bertentangan secara langsung dengan pendirian-pendirian fungsionalis. Antitesis tersebut dicontohkan paling baik oleh karya Ralf Dahrendorf, saat ajaran-ajaran teori konflik dan fungsional dijajarkan.5 Berikut kami permudah perbedaan keduanya dalam tabel sebagai berikut.

Pemikiran Dahrendorf tentang Teori Konflik yang merupakan bayangan terbalik dari Struktural-Fungsional Pemikiran Fungsionalis

Pemikiran Konflik

Masyarakat dilihat sebagai sesuatu yang Masyarakat pada setiap titik tunduk kepada statis

atau

jauh

dalam

keseimbangan proses-proses perubahan.

bergerak. Fungsionalis menekankan pada kertertiban Konflik masyarakat.

melihat

masyarakat

melihat

pertikaian dan konflik ada pada setiap titik didalam sistem sosial.

Setiap

unsur

didalam

masyarakat Masyarakat

menyumbang stabilitas.

dilihat

sebagai

penyumbang

disintegrasi dan perubahan.

Masyarakat diikat bersama secara informal Ketertiban yang ada dimasyarakat berasal oleh norma-norma, nilai-nilai dan moralitas dari paksaan sejumlah anggota masyarakat bersama.

oleh orang-orang yang berada dipuncak.

Kohesi diciptakan oleh nilai-nilai bersama Kohesi dibuat oleh peran kekuasaan dan masyarakat.

5

pemeliharaan tatanan didalam masyarakat.

George Raitzer, op. cit, h. 450.

5

b. Kritik terhadap Karl Marx Dasar teori Dahrendorf adalah penolakan dan penerimaan parsial serta perumusan kembali teori Karl Marx. Dalam usaha melakukan penyangkalan parsial teori Marx itu, Dahrendorf menunjukan beberapa perubahan yang terjadi dalam masyarakat industri semenjak abad ke-19. diantara perubahan-perubahan itu ialah: (1) dekomposisi modal, (2) dekomposisi tenaga kerja, dan (3) timbulnya kelas menengah baru6. Berikut kami permudah dengan tabel sebagai berikut. Karl Marx

Ralf Dahrendorf

Kapitalisme: pemilikan dan kontrol Timbulnya

korporasi-korporasi

atas sarana-sarana produksi sebagai dengan saham-saham yang dimiliki berada

ditangan

individu-individu orang banyak, dimana tak seorang

yang sama. Kaum industrialis atau pun memiliki kontrol yang eksklusif Modal

Borjuis adalah pemilik dan pengelola atau

dapat

dikatakan

telah

sistem kapitalis. Sedangkan pekerja terjadinya dekomposisi modal. atau kaum Proletar adalah orang-orang yang bergantung pada orang-orang kapitalis. Kalangan

Borjuis

melihat

kaum Kaum Proletar tidak lagi sebagai

Proletar sebagai tenaga kerja atau suatu kelompok homogin yang budak

yang

diperintah

untuk tunggal,

melainkan

lahir

kelas

melakukan pekerjaan dengan upah pekerja dengan susunan yang jelas Tenaga Kerja

rendah.

dan upah yang rasional sesuai dengan pekerjaan yang dipegang. Hal ini dapat dikatakan dengan terjadinya

dekomposisi

tenaga

kerja. Marx Timbulnya Kelas Menengah Baru

mengakui

eksistensi

kelas Akan timbul serikat-serikat buruh

menengah diabad ke-19 dan akan ada yang diikuti oleh mobilitas sosial revolusi kelompok kecil untuk bersatu dari para pekerja tersebut/dapat dan bersama-sama melawan kaum dikatakan, bisa saja kaum Proletar Borjuis.

akan bergabung, bekerja sama dan berpindah

kedudukan

menjadi

setara dengan kaum Borjuis. 6

Margaret M. Polma, Sosiologi Kontemporer. Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Yasogama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), h. 131.

6

Dalam mengamati perubahan historis semenjak zaman Marx tersebut, Dahrendorf merasa telah membuktikan kesalahan beberapa aspek dari teori Marxis. Walaupun demikian, Dahrendorf

menerima ide pertentangan kelas

sebagai satu bentuk konflik dan sebagai sumber perubahan sosial. Tetapi bagi Dahrendorf penolakan saja tidaklah cukup, kemudian setelah itu Dahrendorf melakukan

sendiri

suatu

perumusan

teori

konflik

yang

menimbang

perkembangan-perkembangan historis yang telah dibahasnya.

c.

Teori Konflik Dahrendorf Konsep sentral dari teori konflik Dahrendorf adalah wewenang dan posisi.

Distribusi kekuasaan dan wewenang secara tidak merata tanpa kecuali menjadi faktor yang menentukan konflik sosial secara sistematis. Perbedaan wewenang adalah suatu tanda dari adanya berbagai posisi dalam masyarakat. Perbedaan posisi serta perbedaan wewenang diantara individu dalam masyarakat itulah yang harus menjadi perhatian utama para sosiolog. Kekuasaan dan wewenang senantiasa menempatkan individu pada posisi atas dan posisi bawah dalam setiap struktur. Karena wewenang itu adalah sah, maka setiap individu yang tidak tunduk terhadap wewenang yang ada akan terkena sanksi. Dengan demikian masyarakat disebut oleh Dahrendorf sebagai: persekutuan yang

terkoordinasi

secara

paksa (imperatively coordinated

associations).7 Oleh karena itu, kekuasaan selalu memisahkan dengan tegas antara penguasa dan yang dikuasai, maka dalam masyarakat selalu terdapat dua golongan yang saling bertentangan. Masing-masing golongan dipersatukan oleh ikatan kepentingan nyata yang bertentangan secara substansial dan secara langsung diantara golongan-golongan itu. Pertentangan itu terjadi dalam situasi dimana golongan yang berkuasa selalu berusaha mempertahankan status-quo sedangkan

golongan

yang

dikuasai

berusaha

untuk

mengadakan

perubahan-perubahan. Pertentangan kepentingan ini selalu ada setiap waktu dan dalam setiap struktur. Oleh karena itu, kekuasaan yang sah selalu berada dalam keadaan teracam bahaya dari golongan orang yang anti status-quo. Kepentingan yang terdapat dalam suatu golongan tertentu selalu dinilai obyektif oleh orang yang 7

George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Diterjemahkan oleh Alimandan (Jakarta: Rajawali Pres, 2016), h. 26.

7

bersangkutan dan selalu berdempetan (coherence) dengan posisi individu yang termasuk kedalam golongan itu. Dari hal ini, Dahrendorf memfokuskan kajiannya pada aspek kondisi tertentu penyebab munculnya konflik kelas. Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai suatu sistem kelompok yang berkembang dan sistematik yang berkompetisi memperoleh sumber-sumber kekayaan dan dikontrol oleh kelompok-kelompok dominan elit yang mengakibatkan timbulnya bentuk paksaan atau dominasi tertentu. Pendekatan teoritis Dahrendorf adalah teori pemaksaan yang...


Similar Free PDFs