Teori Pengukuran dalam Akuntansi PDF

Title Teori Pengukuran dalam Akuntansi
Author Redaktur Wau
Pages 33
File Size 445.3 KB
File Type PDF
Total Downloads 184
Total Views 521

Summary

Important of Measurement, Scale, Type of Measurement, Reliability and Accuracy, Measurement In Accounting Mata Kuliah: Teori Akuntansi Dosen Pengampu: Dr. Dwi Asih Surjandari, Akt, MM Disusun Oleh Kelompok III: 1. Evi Haryadi (55514110009) 2. Redaktur Wau (55514110057) 3. Surrachman Iman (5551411001...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Teori Pengukuran dalam Akuntansi Redaktur Wau

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Important of Measurement, Scale, Type of Measurement, Reliability and Accuracy, Measurement In Accounting

Mata Kuliah: Teori Akuntansi Dosen Pengampu: Dr. Dwi Asih Surjandari, Akt, MM

Disusun Oleh Kelompok III: 1. Evi Haryadi (55514110009) 2. Redaktur Wau (55514110057) 3. Surrachman Iman (55514110017)

UNIVERSITAS MERCU BUANA PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS PASCASARJANA 2015

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Makalah Langkah pertama dalam penyajian informasi kepada pemakai pemakai

laporan

keuangan

yang berbeda diluar

perusahaan adalah

memilih objek dan kegiatan atau peristiwa perusahaan serta atribut mereka yang relevan bagi pemakai - pemakai tertentu atau pemakai pemakai pada umumnya. Objek misalnya dapat berupa receivables, fixed assets, dan long - term

debt. Kegiatan misalnya meliputi penjualan

barang atau jasa dan pembayaran dividen. Tetapi sebelum pengukuran dapat dilaksanakan, atribut - atribut yang akan diukur harus dipilih terlebih dahulu. Atribut mengenai accounts receivables meliputi nominal yang akan diterima dan tanggal penerimaan itu yang diharapkan terjadi. Atribut mengenai fixed assets meliputi kapasitas fisik, nominal yang dikeluarkan untuk memperoleh fixed assets tersebut, atau nominal untuk mengganti fixed assets. Atribut yang dipilih itu dipandang relevan kalau dapat membuat prediksi dan keputusan. Biasanya kebanyakan atribut itu relevan hanya karena dapat dipakai untuk mewakili sesuatu atau menjadi surrogate (pengganti) dari atribut yang sebenarnya dikehendaki. Contoh : historical cost dalam hal - hal tertentu merupakan surrogate untuk current value dari suatu aset yang selanjutnya dapat membantu meramalkan future value.

2

Pengukuran pemberian

nilai

dalam -

nilai

akuntansi numerikal

biasanya kepada

diartikan

objek

atau

sebagai peristiwa

perusahaan sedemikian rupa sehingga memungkinkan penggabungan pos -

pos

(aggregation)

seperti

total

nilai

aset,

atau

pemilahan

(disaggregation) dari data sesuai dengan kebutuhan. Pengukuran juga meliputi proses klasifikasi dan identifikasi, dan para akuntan sejak lama telah menyadari adanya kebutuhan akan data non kuantitatif seperti disclosure yang terlihat dalam catatan kaki atau catatan mengenai ikhtisar keuangan. Upaya untuk melakukan kuantifikasi atau pengukuran dalam teori akuntansi

juga

memberikan

tekanan

kepada

sistem

pasar

dalam

perekonomian, karena pasar merupakan sumber yang sangat penting mengenai data kuantitatif. Dari asumsi mengenai perekonomian yang berdasarkan kekuatan pasar, maka harga pasar akan relevan untuk pelaporan

eksternal.

Ini

juga

berarti

bahwa

karena

keputusan

-

keputusan ekonomi mempengaruhi hasil atau keadaan sekarang dan masa mendatang, maka harga pasar pada saat ini atau pada saat yang akan datang lebih relevan daripada harga pasar di masa yang lalu. Dalam beberapa kasus data kuantitatif mempunyai dampak yang lebih besar disbanding data kualitatif. Oleh karena pengukuran atribut yang disajikan dalam laporan akuntansi (misalnya aktiva, laba dan utang) merupakan fungsi penting dalam akuntansi di bagian ini dibahas mengenai konsep-konsep pengukuran.

3

Dalam akuntansi pengukuran pada umumnya dikaitkan dengan satuan pengukur berupa unit moneter. Maksudnya agar pengukuran tersebut menunjukkan makna ekonomik dan karenanya pengukuran yang demikian disebut penilaian (valuation). Penilaian adalah prses penentuan jumlah rupiah suatu obyek untuk menentukan makna ekonomik obyek tersebut di masa lalu, sekarang atau yang akan datang. Dari uraian tersebut maka pengukuran berarti proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsure laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Di dalam akuntansi pembeedaan penerapan pengukuran dan penelitian umumnya dilakukan. Pengukuran biasanya untuk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus dicatat pada saat obyek atau transaksi terjadi. Sedangkan penilaian biasanya digunakan untk menunjuk proses penentuan jumlah rupiah yang harus diletakkan pada tiap elemen atau pos laporan keuangan pada saat penyajian laporan keuangan. Jadi secara aplikatif dalam praktek pengukuran terjadi pada saat pencatatan (jurnal) sedang penilaian pada saat penyajian.

B. Rumusan Makalah Dari latar belakang di atas, maka masalah dalam makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep dari pengukuran? 2. Skala apa yang digunakan dalam pengukuran?

4

3. Bagaimana konsep reliability dan akurasi dalam pengukuran? 4. Apakah ada permasalahan lain yang berhubungan dengan pengukuran?

C. Tujuan Makalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari makalah ini adalah:

1. Menjelaskan konsep dari pengukuran dan pentingnya suatu pengukuran. 2. Memberikan

pemahaman

tentang

skala

yang

digunakan

dalam

pengukuran. 3. Memberikan pemahaman tentang tipe-tipe dari pengukuran. 4. Menjelaskan konsep dari reliability dan akurasi dalam pengukuran. 5. Menjelaskan permasalah lain yang berhubungan dengan pengukuran.

5

BAB II ISI

A. Pengertian Pengukuran Menurut Campbell, orang yang pertama menangani masalah pengukuran, definisi pengukuran adalah: “The assignment of numerals to represent properties of material systems other than numbers yang berarti penentuan angka-angka yang menggambarkan sifat-sifat sistem material dan bilangan-bilangan didasarkan pada hukum yang mengatur tentang sifatsifat”. Sedangkan menurut Stevens seorang ahli teori pengukuran ilmu sosial, pengukuran disebut sebagai: “assignment of numerals to objects or events according to rules yang berarti penentuan angka-angka yang ada kaitannya dengan objek-objek ataupun peristiwa-peristiwa sesuai dengan peraturan”. Sepintas, definisi tersebut tampak sangat mirip, namun sesungguhnya yang pertama lebih tradisional dan sempit cakupannya. Pada definisi Campbells, perbedaan dibuat antara sifat sistem dan sistem itu sendiri. “Sistem” merupakan objek atau peristiwa seperti yang disebutkan Stevens: rumah, meja, orang, asset dan jarak tempuh. Aspek spesifik atau karakteristik dari sistem seperti: berat, panjang, lebar, atau warna. Kita selalu mengukur sifat dan bukan sistem itu sendiri. Dalam hal ini, definisi Campbells lebih tepat dari Stevens. Perhatikan bahwa dalam definisi Campbells tugas yang harus dilakukan sesuai dengan “hukum” yang mengatur sifat yang diberikan, sedangkan Stevens hanya memerlukan “aturan” terhadap setiap seperangkat

6

aturan. Artinya, Campbells melihat pengukuran sebagai suatu sistem sedangkan Stevens melihatnya sebagai objek atau peristiwa. Sterling sendiri tidak sependapat dengan keluasan definisi Stevens, dia berpendapat bahwa, “Dibutuhkan pembatasan pada jenis aturan yang dapat digunakan”. Jika tidak, setiap penempatan angka dapat disebut pengukuran, tentu saja bertentangan dengan pemahaman yang kita miliki dari istilah tersebut. Pengukuran melibatkan hubungan sistem bilangan formal untuk beberapa sifat dari objek atau kejadian dengan rata-rata aturan semantik. Aturan-aturan ini terdiri dari operasi yang dirancang untuk membuat sambungan (definisi operasional). Pengukuran ini dimungkinkan karena hubungan satu ke satu (isomorfisma) antara karakteristik tertentu dari sistem angka, sebagaimana dinyatakan dalam model matematika dan hubungan antara objek-objek atau peristiwa yang berkaitan dengan sifat yang diberikan. Ketika angka tersebut ditempatkan ke objek atau peristiwa, dalam model matematika mencerminkan hubungan antara objek-objek atau peristiwa, maka sifat dari objek atau peristiwa dikatakan diukur jika skala telah ditetapkan. Stevens menyatakan: Saat ini korespondensi antara model formal dan empiris sangat erat kaitannya, kita mampu menemukan suatu kebenaran dengan menguji model itu sendiri. Dalam pandangan ini, proses pengukuran serupa dengan pendekatan teori formulasi dan pengujian yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah pernyataan dinyatakan secara matematis, adalah maju. Aturan semantik

7

(operasi) yang dirancang untuk menghubungkan simbol pernyataan ke objek atau peristiwa tertentu. Ketika kita melihat hubungan antara pernyataan secara matematika yang berkorelasi dengan hubungan dari objek atau kejadian, maka pengukuran atas objek atau kejadian tersebut telah terjadi.

B. Pentingnya Pengukuran Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep Atribut adalah sesuatu yang melekat pada suatu objek yang menggambarkan sifat atau cirri yang dikandung objek tersebut (Suwardjono, 2010). Dalam setiap aktivitas manusia, pengukuran senantiasa terjadi. Dapat berupa penilaian subyektif, misalnya persepsi seseorang tentang orang lain, yang dapat menentukan bentuk hubungan antar keduanya pada masa mendatang, dapat pula berupa pengukuran yang lebih obyektif ataupun data statistik. Saat transaksi jual-beli, merupakan situasi yang tepat sebagai contoh tentang pengukuran. Sekantung gula yang kita beli, mungkin berukuran satu kilogram, atau setengah kilogram, itulah pengukuran yang nyata sehari-hari. Sedangkan dalam akuntansi contoh pengukuran yang dilakukan adalah ketika kita mengukur keuntungan dengan terlebih dahulu menetapkan nilai terhadap modal dan kemudian menghitung keuntungan sebagai perubahan modal selama periode setelah memperhitungkan semua peristiwa ekonomi yang mempengaruhi kekayaan perusahaan.

8

Seluruh pengukuran dalam kehidupan itu memiliki tujuan-tujuan khusus untuk menentukan langkah berikutnya. Pengukuran sangat penting dilakukan karena dengan mengukur suatu objek, maka kita dapat mengetahui nilai suatu objek sehingga dapat menjadi acuan untuk dapat menentukan kebijakan yang berkaitan dengan objek tersebut. Untuk memudahkan kita melakukan suatu pengukuran sehingga memperoleh suatu hasil yang akurat dan dapat diandalkan maka kita dapat menggunakan skala dan memilih tipe pengukuran yang sesuai dengan karakteristik objek yang kita ukur.

C. Skala Pengukuran Setiap pengukuran dibuat berdasarkan sebuah skala. Sebuah skala dibuat ketika aturan semantic digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematika kepada objek atau kejadian. Skala menunjukkan informasi apa yang diwakili oleh angka, sehingga memberikan arti kepada angka tersebut. Jenis skala yang dibuat tergantung kepada aturan sematik yang digunakan. Menurut Steven, skala dapat digambarkan secara umum menjadi nominal, ordinal, interval atau rasio. (Godfrey, dkk. 2010). 1. Skala Nominal Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuauh label. Contohnya adalah penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak sependapat dengan skala nominal. Torgerson menyatakan: “Dalam pengukuran, nomor yang digunakan menunjuk kepada jumlah atau tingkat kepemilikan dari suatu objek, dan bukan menunjukkan kepada objek itu

9

sendiri. Sedangkan dalam skala nominal, nomor menunjukkan kepada objek atau kelompok dari objek.” 2. Skala Ordinal Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya sehubungan dengan property yang diberikan. Contohnya, investor melihat 3 kemungkinan jenis investasi untuk uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1,2,3 berdasarkan nilai bersihnya saat ini. Kelemahan skala ordinal adalah interval antar nomor tidak memberitahukan apa-apa tentang perbedaan kuantitas kepemilikan yang diwakilinya. 3. Skala Interval Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala orginal. Tidak hanya member peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya diketahui dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan menggunakan thermometer celcius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, misal ruangan A dan B, dimana suhu ruangan A 22 derajat celcius dan ruangan B 30 derajat celcius, maka selain kita dapat mengataka bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita juga mengetahui bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat daripada ruangan A. Kelemahan skala interval adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas. 4. Skala Rasio Skala rasio adalah skala yang: a. Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian b. Interval antar objek diketahui dan sama

10

c. Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana jaraknya dengan objek terakhir diketahui Contohnya adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter dan panjang B adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10 meter lebih panjang dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjan dari A. Invarian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang digunakan, maka sistem pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari variabel-variabel yang digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga. Tapi hal ini tidak berlaku dalam akuntansi,

setiap

sistem

yang

berbeda

akan

berbeda

juga

variabelvariabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode-metode pengukuran yang berbeda tersebut tidak memberikan informasi yang sama.

D. Tipe-Tipe Pengukuran Proses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan pengujian. Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan pertanyaan tentang perbedaan jenis-jenis pengukuran. Campbell membaginya kedalam dua jenis yaitu fundamental dan turunan. Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada konfirmasi teori-teori empiric (hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe pengukuran yang lebih jauh, pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh

11

Togerson, menjadi tambahan atas pengukuran fundamental dan turunan yang didiskusikan Campbell. (Godfrey, dkk. 2010). 1. Pengukuran Fundamental Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka bisa diterapkan pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran variabel apapun. Hal-hal seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang bisa diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-tiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda (jumlah) pada benda-benda yang sudah ada. 2. Pengukuran Turunan Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan pengukuran yang bergantung dari pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya adalah pengukuran kepadatan, yang bergantung pada pengukuran massa dan volume. Dalam akuntansi, contoh pengukuran turunan adalah keuntungan, yang diturunkan dari penambahan dan pengurangan pendapatan dengan beban. 3. Pengukuran Formal Ini adalah tipe pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan definisi yang dibangun secara acak untuk dihubungkan dengan hal-hal yang bisa diamati dengan pasti (variabel) pada konsep yang telah ada, tanpa perlu teori konfirmasi untuk mendukung hubungan tersebut. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana cara untuk mengukur

12

konsep keuntungan secara langsung. Kita mengasumsikan variabel pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan konsep keuntungan dan

bagaimanapun

bisa digunakan untuk mengukur

keuntungan secara tidak langsung. Untuk mengukur validitas pengukurannya, ilmuwan sosial berusaha menghubungkan hal-hal yang dipelajari dengan variabel lain untuk melihat manfaatnya. Contohnya, jika kita ingin mengukur kemampuan aritmatik orang, kita mungkin memilih untuk menguji mereka dalam suatu tes aritmatik. Bagaimanapun, tidak ada teori empiris yang konfirmasi untuk menilai tes yang kita lakukan, dan kita membuat asumsi ketika kita membangun skala pengukuran. Kita bisa memprediksikan bahwa pada kebanyakan orang, yang mempunyai nilai tes yang tinggi juga akan berprestasi dalam kuliah matematika.

E. Reliability dan Akurasi Dalam Pengukuran Yang dimaksud dengan keandalan dan ketepatan dari kegiatan pengukuran? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan terlebih dahulu bahwa tidak ada pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali perhitungan. Kita bisa mengukur jumlah kursi di ruangan tertentu dan dengan benar. Untuk semua pengukuran mengandung kesalahan atau eror. 1. Sumber kesalahan a. Operasi Pengukuran tidak tetap

13

Aturan untuk menetapkan nomor untuk properti tertentu biasanya terdiri dari satu set operasi. Satu set operasi tidak dapat dinyatakan secara tepat dan karenanya dapat diinterpretasikan salah oleh pengukur. b. Pengukur Pengukur mungkin salah menafsirkan aturan, menjadi bias, atau menerapkan atau membaca instrumen dengan tidak benar. c. Instrumen Banyak operasi membutuhkan penggunaan alat fisik, seperti penggaris atau termometer atau barometer, yang mungkin cacat. d. Lingkungan Pengaturan

di

mana

operasi

dilakukan

pengukuran

dapat

mempengaruhi hasil. e. Atribut yang tidak jelas Apa yang harus diukur mungkin tidak jelas, terutama jika pengukuran melibatkan suatu konsep yang tidak dapat diukur secara langsung. f.

Resiko dan Ketidakpastian Hal ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset nyata. Jika semua pengukuran kecuali menghitung secara inheren mengakibatkan kesalahan, maka yang kita butuhkan adalah untuk menetapkan batas kesalahan yang diterima. Jika pengukuran masih dalam batas-batas ini maka dapat dianggap benar dan adil dalam hal akuntansi. (Godfrey, dkk. 2010).

14

2. Pengukuran yang dapat diandalkan Sering diperlukan bahwa sebelum unsur-unsur seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban diakui dalam laporan keuangan, unsur-unsur tersebut harus mampu untuk dilakukan pengukuran yang dapat diandalkan. Gagasan keandalan menggabungkan dua aspek: ketepatan dan kepastian pengukuran, dan pengungkapan yang secara meyakinkan mewakili sehubungan dengan transaksi ekonomi yang mendasarinya dan berbagai peristiwa. Aspek mempengaruhi ketepatan pengukuran. Istilah „presisi‟ sering digunakan dalam dua konteks. Pertama, mungkin merujuk ke nomor, dalam hal ini adalah berlawanan dengan gagasan pendekatan. Kedua, berkaitan dengan operasi pengukuran, dalam hal ini berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari operasi atau kinerjanya, serta persetujuan hasil antara operasi pengukuran yang digunakan berulang kali yang diterapkan pada properti tertentu. Arti terakhir ini pada dasarnya sama dengan keandalan. Dengan menyatukan dua istilah, kita dapat mengatakan bahwa keandalan dari pengukuran berkaitan dengan ketepatan di mana suatu properti tertentu diukur dengan menggunakan satu perangkat operasi. 3. Pengukuran yang akurat Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal, memberikan hasil yang sangat tepat, namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang akurat. Alasannya adalah akurasi berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran menuju „nilai sejati ' dari atribut pengukuran. (Godfrey, dkk. 2010). Sifat

15

fundamental, seperti panjang dari suatu objek, dapat ditentukan secara akurat dengan membandingkan objek dengan standar yang mewakili nilai sebenarnya. Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak diketahui. Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut apa yang perlu kita ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan informasi yang berguna. Oleh karena itu akura...


Similar Free PDFs