TUGAS KULIAH TEKNIK EKSPLORASI METALOGENIC PROVINSI INDONESIA Disusun oleh PDF

Title TUGAS KULIAH TEKNIK EKSPLORASI METALOGENIC PROVINSI INDONESIA Disusun oleh
Pages 28
File Size 789.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 37
Total Views 259

Summary

TUGAS KULIAH TEKNIK EKSPLORASI METALOGENIC PROVINSI INDONESIA Disusun oleh : Adi Saputro (710017194) DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2019 i Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan penyertaan, kasih, dan karunianya sehingga s...


Description

TUGAS KULIAH TEKNIK EKSPLORASI METALOGENIC PROVINSI INDONESIA

Disusun oleh : Adi Saputro

(710017194)

DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2019

i

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan penyertaan, kasih, dan karunianya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Metalogenic Provinsi Indonesia” dengan baik. Dalam penyusunan tugas atau makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan dari dosen pembimbing dan teman-teman, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan di dunia pertambangan.

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................................................1 1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................................3 1.3 Tujuan ...................................................................................................................................

BAB II. PEMBAHASAN...............................................................................................................4 2.1. Pengertian Metallogenic Province ........................................................................................4 2.2. Metalogenic Provinsi Indonesia .............................................................................................5 2.3. Masing-masing Metalogenik Di Setiap Provinsi Indonesia ……………………………10 2.3.1. Pembagian Busur di Indonesia……………………………………….……………10 2.3.2. Geologi Regional Pembagian Litogenetik di Pulau Sulawesi…………………….11 2.3.3 Pembagian Litogenetik di Pulau Sulawesi……….……………………..………….12 2.3.4. Mandala Timur…………………………………………………………….……....13 2.3.5 Geologi Sulawesi………………………………………………………….……….14 2.3.6. Jenis Endapan Mineral……………………………………………………...……..16 2.3.7. busur sunda-banda………………………………………………………...……....16 2.3.8. Busur Indonesia Bagian Timur (IRIAN)…………………………………..……...17 2.4 . Sebaran Mineral dan Tipe Mineralisasi di Indonesia .....................................................21

BAB III. PENUTUPAN ...............................................................................................................23

iii

BAB IV. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................24 DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Plate boundary ………………………….................................................................6 Gambar 2.2.1. Busur Magmatik kepulauan Indonesia ................................................................7 Gambar 2.2.3. Sumber Utama Busur Magmatik dan Blok Crustal di Indonesia ............................8

iv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyebaran mineral ekonomis di Indonesia ini tidak merata. Seperti halnya penyebaran batuan, penyebaran mineral ekonomis sangat dipengaruhi oleh tatanan geologi indonesial yang kompleks. Tatanan geologi di Indonesia dipengaruhi kondisi tektonik sehingga dengan demikian distribusi mineral dalam bentuk metallogenik province di Indonesia sangat dipengaruhi oleh setting tektonik. Setting tektonik di Indonesia telah dapat dijelaskan dengan pendekatan teori tektonik lampeng (plate tectonic teori). Dalam membahas metallogenic province dengan kaitannya dengan kerangka tektonik di Indonesia akan diuraikan dengan membahas terlebih dahulu mengenai teori tektonik lempeng, kerangka tektonik di Indonesia dan selanjutnya mengenai metallgenik province di Indonesia. Indonesia merupakan kepulauan yang dinamik yang terbentuk akibat pertumbuhan 3 lempeng Lempeng Eurasia, Lempeng India-australia dan lempeng pasifik. Pergerakan tektonik convergence, spreading, subduction, obduction, collision dll di Indonesia dimulai pada masa Carbon (10 Ma) yang selanjutnya diikuti oleh proses intrusi magmatik, pembentukan batuan piroklastik dan batuan sediment seiring pembentukan volcano magmatik arc. Busur kepulauan Indonesia yang juga bias didefinisikan sebagai Cenozoic volcano plutonic arc memiliki bentangan sepanjang 9000 km dan sebagian besar dari bentangan tersebut memiliki potensi sumberdaya mineral. Volcano magmatic arc atau umumnya disebut busur magmatik yang merupakan produk dari proses tektonik, memiliki kaitan yang erat dengan pembentukan proses-proses mineralisasi di kerak bumi. Mineral logam pada umumnya terbentuk di Busur magmatik tersebut. Batuan – batuan yang terbentuk pada Busur magmatik khususnya yang berasosiasi dengan mineralisasi terdiri daribatuan vulkanik, batuan intrusif, batuan sediment dan sebagian kecil complex ophiolite. Proses yang lama dan berkesinambungan hasil dari aktifitas tektonik di Indonesia menghasilkan Indonesia memilki sumber daya alam khususnya sumberdaya mineral yang berlimpah seperti timah, tembaga, emas, perak, nikel, bauksit, besi dan lain-lain. Teori tektonik lempeng merupkan revolusi dalam Geoscience yang merubah pengertian umum tentang dinamika bumi. Lempeng tektonik atau disebut juga lempeng lithosfer merupkan lempengan yang berbentuk tidak beraturan yang merupakan batuan padat. Terdapat 2 jenis lempeng utama yaitu lempeng/kerak benua dan lempeng/kerak samudera selain itu juga terdapat lempeng yang merupakan kombinasi dari kedua jenis tersebut. Lempeng memiliki variasi ukuran antara beberapa ratus 1

samapi ribuan kilometer. Ketebalan lempeng juga memeliki variasi yang luas yaitu antara 15 km sampai 200 Km (sumber USGS). Lempeng atau kerak tersebut saling mengapung yang merupkan manifestasi komposisi kedua jenis lempeng tersebut. Kerak benua memiliki komposisi utama batuan granit yang disusun oleh mineral-mineral ringan seperti kuarsa dan feldspar. Sementara itu, Komposisi utama kerak samudera adalah batuan basaltik yang lebih padat dan berat. Variasi ketebalan lempeng merupakan sebagian kompensasi alamiah terhadap ketidak seimbangan berat dan density dari kedua tipe lempeng/kerak tersebut. Dikarenakan batuan lempeng benua lebih ringan maka kerak di bawah lempeng lebih tebal (sekitar 100 km) dibanding kerak di bawah lempeng samudera yang hanya memiliki ketebalan 5 km. Lempeng-lempeng di seluruh dunia telah diidentifikasi seperti diperlihatkan pada gambar 1.

Gambar 1.1. Plate boundary (sumber Press and Siever, 1998 dalam Satyana A.H, 2005)

Teori tektonik lempeng menerangkan bahwa lempeng-lempeng di kerak bumi saling bergerak diakibatkan arus konveksi di dalam astenosphere. Pergerakan lempeng dibagi menjadi 3 jenis pergerakan utama : convergence dimana 2 lempeng saling bertemu, •



divergence (dimana 2 lempeng saling menjauh),

transform (dimana 2 lempeng bergerak berlawan secara sliding). Pertemuan lempeng-lempeng yang saling berinteraksi tersebut disebut plate margin. Terdapat 3 tipe plate margins : Tipe destruktif yang saling menghancurkan antara lain plates collision, plate subduction. Umumnya tipe ini diakibatkan pergerakan lempeng yang convergence. Tipe konstruktif akibat pergerakan divergence contohnya pembentukan lantai samudera di area MOR (mid oceanic ridge) Tipe Konservatif atau tidak ada penambahan atau penghancuran, •







2

pergerakan transform. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Metalogenik ? 2. Bagaimana Penyebaran Metalogenik Di Setiap Maing-masing Provinsi Di Indonesia ? 3. Apa Masing-masing Metalogenik Di Setiap Provinsi Indonesia ? 4. Sebaran Mineral dan Tipe Mineralisasi di Indonesia? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui Pengertian Metalogenik 2. Mengetahui Penyebaran Metalogenik Di Setiap Masing-masing Provinsi Indonesia 3. Mengetahui Masing-masing Metalogenik Di Setiap Provinsi Indonesia 4. Mengetahui Sebaran Mineral dan Tipe Mineralisasi di Indonesia

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Metallogenic Province Berbagai jenis cebakan mineral, cenderung terdapat dalam kelompok yang dinamakan metallogenic province. Yang didefinisikan sebagai daerah terbatas pada kerak dimana cebakan mineral berada dalam jumlah besar. Metallogenic province terbentuk akibat dari pengaruh iklim atau tektonik lempeng. Cebakan mineral magmatic, hidrotermal dan stratabound semuanya terbentuk dekat dengan batas lempeng saat ini atau yang lalu. Cebakan tersebut semuanya secara langsung atau tidak, berkaitan dengan aktifitas magma yang diakibatkan tektonik lempeng. 2.2 METALOGENIC PROVINCE INDONESIA Sebagai daerah pertemuan tiga lempeng aktif, Indonesia juga memiliki daerah busur kepulauan yang menyebar sepanjangan wilayah timur – selatan Indonesia. Pergerakan lempeng – lempeng secara aktif pada masa neogen menyusun Indonesia menjadi beberapa jalur aktif busur magmatik. Indonesia memiliki 7 jalur utama busur magmatik dan beberapa busur minor. Ketujuh busur mayor tersebut adalah: 1. Busur Sunda-Banda (Neogen) 2. Busur Sumatra-Meratus (Pertengahan dan Akhir Cretaceous) 3. Busur Halmahera (Neogen) 4. Busur Sulawesi-Timur Mindanao (Neogen) 5. Busur Kalimantan Tengah (pertengahan Tertiary dan Neogen) 6. Busur Tengah Irian Jaya (Neogen) 7. Busur Aceh (Neogen) Pembagian Busur di Indonesia Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila melihat busur-busur disekelilinya Benua Asia, maka bagian concaxnya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaxnya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted arc.Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara Dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500 – 5000 m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500m).

4

Kepulauan Indonesia dengan 13,000 pulau memanjang 5,200 km terdiri dari keberadaan busur Vulkanik zaman kenozoikum yang lokasinya menempaiti 15 % dari vulkanik aktif di Indonesia. Busur Kenozoikaum mempunyai panjang 9,000 km, dimana 80% diketahui sebagai pembawa mineral deposit (Carlile and Mitchell, 1994). Halmahera dan Irian Jaya dapat diperkirakan sebagai bagian dari sirkum Pasifik, sedangkan sisanya merupakan kompleks konvergen sepanjang timurlaut lempeng Indian – Australia (Hamilton, 1979). Bersamaan dengan subduksi lain, Type I/magnetite – seri vulkanik – busur plutonik dihasilkan pada zaman kenozoikum, dan didominasi oleh Cu phorfiri dan emas epithermal Au. Pengaruh pembentukan metal ini menutup kemungkinan hubungan dari sabuk mineral yang lain: Irian Jaya merupakan provinsi penghasil Cu – Au di Papua New Guinea. Sulawesi Utara bisa jadi merupakan provinsi penghasil Cu – Au, kemenerusan kearah barat daya dari Phillipina (Mindanau timur) (Carlile and Kirkegaard, 1985). Keberadaan Mineralisasi di kalimantan Barat terletak di Bau Arah Serawak (Malaysia Timur). Busur Kenozoikum Indonesia, sebagian, dalam kerak kraton, di Sumatra tengah dan kepulauannya, termasuk kedalam sabuk barat daya Sn Asia. Ditempat lain, bagaimanapun juga, busur – busur lebih tua dan muncul di seting kerak samudra (Carlile and Mitchell, 1994). Semua Au dan Cu – Au di Indonesia berumur Mio – Plio (Carlile and Mitchell, 1994), dalam busur kepulauan daerah pasifik barat (Sillitoe, 1989).

5

Gambar 2.2.1. Busur Magmatik kepulauan Indonesia Busur kepulauan Indonesia yang juga bisa didefinisikan sebagai Cenozoic volcano magmatic arc memiliki bentangan sepanjang 9000 km dan 80 % bentangan tersebut memiliki potensi sumberdaya mineral. Volcano magmatic arc atau umumnya disebut busur magmatik yang merupakan produk dari proses tektonik, memiliki kaitan yang erat dengan pembentukan proses-proses mineralisasi di kerak bumi. Mineral logam pada umumnya terbentuk di Busur magmatik tersebut. Batuan – batuan yang terbentuk pada Busur magmatik khususnya yang berasosiasi dengan mineralisasi terdiri 6

dari batuan vulkanik, batuan intrusif, batuan sediment dan sebagian kecil complex ophiolite. Proses yang lama dan berkesinambungan hasil dari aktifitas tektonik di Indonesia menghasilkan Indonesia memilki sumber daya alam khususnya sumberdaya mineral yang berlimpah seperti timah, tembaga, emas, perak, nikel, bauksit, besi dan lain-lain. Carlile dan Mitchell (1994), berdasarkan data-data mutakhir Simanjuntak (1986), Sikumbang (1990), Cameron (1980), Adimangga dan Trail (1980), memaparkan busurbusur magmatik seluruh Indonesia sebagai dasar eksplorasi mineral. Teridentifikasikan 15 busur magmatik, 7 diantaranya membawa jebakan emas dan tembaga, dan 8 lainnya belum diketahui. Busur yang menghasilkan jebakan mineral logam tersebut adalah : •

Busur magmatik Aceh,



Busur magmatik Sumatera-Meratus,



Busur magmatik Sunda-Banda,



Busur magmatik Kalimantan Tengah,



Busur magmatik Sulawesi-Mindanau Timur,



Busur magmatik Halmahera Tengah,



Busur magmatik Irian Jaya.

7

Gambar 2.2.3. Sumber Utama Busur Magmatik dan Blok Crustal di Indonesia Busur yang belum diketahui potensi sumberdaya mineralnya adalah •

Paparan Sunda,



Borneo Barat-laut,



Talaud,

8



Sumba-Timor,



Moon-Utawa dan



dataran Utara Irian Jaya.

Cebakan tersebut merupakan hasil mineralisasi utama yang umumnya berupa porphyry copper-gold mineralization, skarn mineralization, high sulphidation epithermal mineralization, gold-silver-barite-base metal mineralization, low sulphidation epithermal mineralization dan sedimen hosted mineralization. Distribusi cebakan mineral emas-tembaga-perak dapat dilihat pada gambar 9. Cebakan emas dapat terjadi di lingkungan batuan plutonik yang tererosi, ketika kegiatan fase akhir magmatisme membawa larutan hidrotermal dan air tanah. Proses ini dikenal sebagai proses epitermal, karena terjadi di daerah dangkal dan suhu rendah. Proses ini juga dapat terjadi di lingkungan batuan vulkanik (volcanic hosted rock) maupun di batuan sedimen (sedimen hosted rock), yang lebih dikenal dengan skarn. Contoh cukup baik atas skarn terdapat di Erstberg (Sudradjat, 1999). Skarn Erstberg berupa roofpendant batugamping yang diintrusi oleh granodiorit. Sebaran skarn dikontrol oleh oleh struktur geologi setempat. Sebagai sebuah roofpendant, zona skarn bergradasi dari metasomatik contact sampai metamorphic zone (Zuharlan, 1993). Konsep cebakan emas epitermal merupakan hal baru yang memberikan perubahan signifikan pada potensi emas Indonesia. Cebakan yang terbentuk secara epitermal ini terdapat pada kedalaman kurang dari 200 m, dan berasosiasi dengan batuan gunungapi muda berumur kurang dari 70 juta tahun. Sebagian besar host rock merupakan batuan vulkanik, dan hanya beberapa yang merupakan sediment hosted rock. Cebakan emas epitermal umumnya terbentuk pada bekas-bekas kaldera dan daerah retakan akibat sistem patahan. Proses mineralisasi dalam di lingkungan batuan vulkanik ini dikenal sebagai system porfiri (porphyry). Contoh baik atas porfiri terdapat di kompleks Grasberg di Papua, dengan mineralisasi utama bersifat disseminated sulfide dengan mineral bijih utama kalkopirit yang banyak pada veinlet (MacDonald, 1994). Contoh lain terdapat di Pongkor dan Cikotok di Jawa Barat, Batu Hijau di Sumbawa, dan Ratatotok di Minahasa. Lingkungan lain adalah kondisi gunungapi di daerah laut dangkal. Air laut yang masuk ke dalam tubuh bumi berperan membawa larutan mineral ke permukaan dan mengendapkannya. Contoh terbaik atas proses ini terjadi di Pulau Wetar, yang menghasilkan mineral barit. Proses pengkayaan batuan karena pelapukan dikenal dengan nama pengkayaan supergen. Batuan granitik yang lapuk akan menghasilkan mineral pembawa aluminium, antara lain bauxit. Proses ini sangat berhubungan dengan 9

keberadaanjalur magmatik, berupa subduksi pada lempeng benua bersifat asam, sehingga menghasilkan batuan bersifat asam. Contoh pelapukan granit ini antara lain terjadi di Kalimantan Barat, Bangka, belitung dan Bintan. 2.3. Masing-masing Metalogenik Di Setiap Provinsi Indonesia Sebagai daerah pertemuan tiga lempeng aktif, Indonesia juga memiliki daerah busur kepulauan yang menyebar sepanjangan wilayah timur – selatan Indonesia. Pergerakan lempeng – lempeng secara aktif pada masa neogen menyusun Indonesia menjadi beberapa jalur aktif busur magmatik. Indonesia memiliki 7 jalur utama busur magmatik dan beberapa busur minor. Ketujuh busur mayor tersebut adalah: 1. Busur Sunda-Banda (Neogen) 2. Busur Sumatra-Meratus (Pertengahan dan Akhir Cretaceous) 3. Busur Halmahera (Neogen) 4. Busur Sulawesi-Timur Mindanao (Neogen) 5. Busur Kalimantan Tengah (pertengahan Tertiary dan Neogen) 6. Busur Tengah Irian Jaya (Neogen) 7. Busur Aceh (Neogen) 2.3.1. Pembagian Busur di Indonesia Pulau Sulawesi mempunyai bentuk yang berbeda dengan pulau lainnya. Apabila melihat busur-busur disekelilinya Benua Asia, maka bagian concaxnya mengarah ke Asia tetapi Pulau Sulawesi memiliki bentuk yang justru convaxnya yang menghadap ke Asia dan terbuka ke arah Pasifik, oleh karena itu Pola Sulawesi sering disebut berpola terbalik atau inverted arc.Pulau Sulawesi terletak pada zone peralihan antara Dangkalan Sunda dan dangkalan Sahul dan dikelilingi oleh laut yang dalam. Dibagian utara dibatasi oleh Basin Sulawesi ( 5000 – 5500 m ). Di bagian Timur dan Tenggara di batasi oleh laut Banda utara dan Laut Banda Selatan dengan kedalaman mencapai 4500 – 5000 m. Sedangkan untuk bagian Barat dibatasi oleh Palung Makasar (2000-2500m). Sebagian besar daerahnya terdiri dari pegunungan dan tataran rendah yang terdapat secara sporadik, terutama terdapat disepanjang pantai. Dataran rendah yang relatif lebar dan padat penduduknya adalah dibagian lengan Selatan. Berdasarkan orogenesenya dapat dibagi ke dalam tiga daeran (Van Bemmelen, 1949) sebagai berikut : 1.Orogenese di bagian Sulawesi Utara Meliputi lengan Utara Sulawesi yang memanjang dari kepulauan Talaud sampai ke Teluk Palu – Parigi. Daerah ini merupakan kelanjutan ke arah Selatan dari Samar Arc. Termasuk pada daerah ini adalah Kepulauan Togian, yang secara geomorfologis dikatakan sebagai igir Togian (Tigian Ridge). Daerah orogenese ini sebagain termasuk pada inner arc, kecuali kepulauan Talaud sebagai Outer Arc. 2. Orogenese di bagian Sulawesi Sentral Dibagian sentral ini terdapat tiga struktur yang menjalur Utara – Selatan sebagai berikut: 10

- Jalur Timur disebut Zone Kolonodale terdiri atas lengan timur dan sebagian yang nantinya bersambung dengan lengan Tenggara. Sebagai batasnya adalah garis dari Malili – Teluk Tomori. Daerah ini oleh singkapan-singkapan batuan beku ultra basis. - Jalur Tengah atau Zone Poso, batas Barat jalur ini adalah Medi...


Similar Free PDFs