Unsur Kebahasaan Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari (Gaya Bahasa dan Penggunaan Majas) DOC

Title Unsur Kebahasaan Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari (Gaya Bahasa dan Penggunaan Majas)
Author Afidha Anhar
Pages 6
File Size 62 KB
File Type DOC
Total Downloads 129
Total Views 215

Summary

Gaya Bahasa Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ini yaitu menggunakan bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa. Penggunaan bahasa daerah terlihat dari adanya penggunaan kata-kata seperti mbak yu, wong bagus, jenganten, wong ayu, dan masih banyak lagi. Tidak ...


Description

Gaya Bahasa Gaya bahasa yang digunakan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ini yaitu menggunakan bahasa Indonesia dan juga bahasa daerah, yaitu bahasa Jawa. Penggunaan bahasa daerah terlihat dari adanya penggunaan kata-kata seperti mbak yu, wong bagus, jenganten, wong ayu, dan masih banyak lagi. Tidak hanya dari pengguanaan kata-kata tersebut, penggunaan bahasa daerah juga terlihat dari adanya nyanyian atau mantra-mantra yang digunakan pada saat Srintil menari ronggeng, yaitu: Uluk-uluk perkutut manggung Teka suka ngendi, Teka suka tanah sabrang Pekanmu apa, Pakanku mado tawon Manis madu tawon, Ora manis kaya putuku, Srintil Dalam penggunaan bahasa, novel ini juga menggunakan beberapa majas, yaitu: a. Majas Personifikasi Personifiksi adalah majas kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. 1. Dukuh Paruk masih diam membisu meskipun beberapa jenis satwanya sudah terjaga. (hlm. 111) Tohari melukiskan proses datangnya pagi hari menjelang cahaya matahari terbit dari timur di Dukuh Paruk. Dukuh Paruk dilukiskan pada suasana pagi yang masih sepi dan belum ada aktifitas manusia. 2. Tetes-tetes embun jatuh menimbulkan suara desahan desahan musik yang serempak. (hlm. 111) Suasana pagi tampak di segala pepohonan terdapat embun yang secara bergantian menetes, dengan demikian menimbulkan suara-suara bagai musik yang serempak. Tohari menggambarkan kehidupan Dukuh Paruk yang masih alami sama sekali belum tersetuh teknologi modern, setiap pagi hanya dihiasi, dihibur oleh suara musik dari tetes-tetes embun yang berjatuhan dari atas pohon....


Similar Free PDFs