Usaha Kerajinan Bambu Penglipuran PDF

Title Usaha Kerajinan Bambu Penglipuran
Author Mulia Handayani
Pages 13
File Size 96.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 184
Total Views 541

Summary

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN SOLUSI DAYA SAING USAHA KERAJINAN BAMBU DI DESA WISATA PENGLIPURAN Made Mulia Handayani,S.PdH,M.Pd.H,MM Nyoman Dwika Ayu Amrita, SE,M.Si Ida Ayu Arini, SE,M.Si Dr. I Wayan Kandi Wijaya, SE,MM,Ak,CA Fakultas Ekonomi Universitas Ngurah Rai ABSTRAK Usaha kerajinan bambu di ...


Description

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DAN SOLUSI DAYA SAING USAHA KERAJINAN BAMBU DI DESA WISATA PENGLIPURAN Made Mulia Handayani,S.PdH,M.Pd.H,MM Nyoman Dwika Ayu Amrita, SE,M.Si Ida Ayu Arini, SE,M.Si Dr. I Wayan Kandi Wijaya, SE,MM,Ak,CA Fakultas Ekonomi Universitas Ngurah Rai

ABSTRAK Usaha kerajinan bambu di Desa Wisata Penglipuranmerupakan usaha turun temurun yang sudah berlangsung lama. Seiring berjalannya waktu, usaha ini mengalami banyak hambatan, baik dari segi produksi maupun pemasaran. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan solusi daya saing usaha kerajinan bambu di desa wisata Penglipuran. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori keberhasilan usaha dan teori daya saing Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan informannya adalah pengrajin bambu di desa wisata Penglipuran, tokoh masyarakat desa Penglipuran dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bangli. dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga langkah yaitu : reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini mengungkapkan faktor-faktor penghambat usaha kerajinan bambu di Desa Wisata Penglipuran adalah adanya keterbatasan modal yang dimiliki oleh pengusaha/pengrajin kerajinan bambu, keterbatasan sumber daya manusia, lamanya waktu produksi kerajinan bambu, keterbatasan alat, dan keterbatasan pemasaran. Solusi daya saing usaha kerajinan bambu di Desa Wisata Penglipuran adalah 1) Faktor kondisi yang mana usaha kerajinan bambu terletak pada Desa Wisata, 2) Faktor Permintaan dengan memperbaiki kualitas dan melakukan inovasi sesuai dengan permintaan konsumen. 3) Faktor industri terkait adanya dukungan dari para pemasok, 4) faktor strategi perusahaan dan persaingan, 5) Faktor pemerintah, melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh pemerintah setempat. Kata kunci : Faktor penghambat, Solusi Daya Saing, Pengrajin Bambu, Desa Wisata Penglipuran

1.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan usaha yang semakin kompetitif, menuntut para pengusaha memiliki

pengetahuan dalam bidang pemasaran. Semakin banyak usaha yang bergerak dalam bidang sejenis maka akan semakin ketat persaingan. Demikian halnya pada usaha kerajinan bambu yang merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat di Desa Wisata Penglipuran. Banyaknya pesaing yang muncul menuntut pengusaha kerajinan bambu lebih meningkatkan daya saingnya. Selain pesaing, pengusaha kerajinan bambu juga harus memperhatikan faktor-faktor lain yang menjadi penghambat usahanya.Beberapa hasil penelitian terhadap usaha kecil menunjukkan bahwa sebagian besar wirausaha yang berhasil cenderung memiliki tingkat ketrampilan khusus cukup (Dharmawati, 2016:195).Perkembangan usaha kerajinan bambu di Desa Wisata Penglipuran menghadapi banyak kendala yang hampir sama dengan yang dialami industri kecil lainnya, masalah utamanya yaitu bagaimana meningkatkan kinerja pemasaran. Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk meningkatkan niat pembeli konsumen dan menimbulkan kepuasan bagi konsumen itu sendiri, perusahaan harus memahami perilaku konsumen terhadap produk yang akan dijual untuk dapat menempatkan produknya sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan konsumen ( Sumarwan, 2011, 56). Abdul Manap (2016 :1) mengemukakan dunia pemasaran Indonesia dan dunia akan semakin dinamis, yang ditandai dengan persaingan global. Adanya perubahan lingkungan yang signifikan dan sarat dengan ketidakpastian memaksa industri untuk terus berfikir supaya perusahaan bisa hidup stabil dan memenangkan persaingan.

1.2

Tujuan Penelitian Adapun yang manjadi tujuan dalam penelitian ini adalah : 1. Untukmengetahuifaktor-faktorpenghambatusahakerajinanbambu

di

DesaWisataPenglipuran 2. Untukmengetahuisolusidayasaingusahakerajinanbambu di DesaWisataPenglipuran

2.

KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI Gie (1997) mengemukakan bahwa beberapa usaha yang sering dihadapi oleh pengusaha

industri kecil adalah, a) Keterbatasan dana dalam pengembangan usaha. Pada umumnya pengusaha industri kecil berasal dari golongan ekonomi lemah dengan latar belakang pendidikan terbatas. b) Keterbatasan kemampuan teknis yang meliputi pengadaan bahan baku dan peralatan standar, desain dan mutu produk. c) Keterbatasan kemampuan memasarkan menyebabkan banyak produk industri kecil yang meskipun mutunya tinggi tetap tidak dikenal dan tidak mampu menerobos pasar. Selain itu Machfoedz dan Machfoed (2004) bahwa salah satu faktor penghambat dalam usaha ataupun kewirausahaan antara lain dalam mengembangkan usaha kecil, pengusaha atau khususnya perajin mengalami kesulitan dalam perputaran modal. Hastuti (2013) dari hasil penelitiannya mengenai faktor-faktor penghambat usaha kecil handycraft berbahan dasar kerang ialah berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal terkait dengan sumber daya manusia, gaya manajemen yang tradisional, ketiadaan sumber daya desainer produk, serta faktor eksternal meliputi regulasi pemerintah, kendala pemasaran serta promosi, ketersediaan bahan baku yang sangat ditentukan oleh keadaan alam dan geografis.

Daya saing adalah suatu konsep yang umum digunakan di dalam bidang perekonomian, yang biasanyamerujukkepadakomitmenterhadappersainganpasardalamkasusperusahaan (industri) baikdenganindustrisejenisdalamsatuwilayahmaupundenganindustrisejenisdidaerah DayasaingmenurutWorld adalahseperangkatinstitusi,

EconomicForum

dalamlaporandayasaing

global

danfaktor-faktor

yang

kebijakan-kebijakan,

menentukantingkatproduktifitassuatuusaha.

lain.

Pendapat

lain

mengenaidayasaingdapatdiartikansebagaikemampuansuatukomoditiuntukmemasukipasardankem ampuanuntukdapatbertahan di dalampasartersebut (Porter, 1992). Dalamkonseppenelitian

yang

dilakukannantinya,

identifikasidayasaingusaha

kerajinanBambu di Desa Wisata Penglipuranakanterfokuspadabeberapaatributdayasaing yang dikemukakanolehPorter.

Porter

menjelaskanbahwaterdapatempatatribut

yang

harusdiperhatikandalamteoridayasaing, yaitu : a. Factor conditions b. Demand conditions. c. Related and Supporting Industries d. Firm strategy, Structure and Rivalry,

3. METODE PENELITIAN 3.1

Lokasi Penelitian Lokasipeneliian ini di Desa Wisata Penglipuran, Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli,

Kabupaten Bangli, dengan mengambil usaha rakyat yaitu kerajinanbambu.

3.2.

Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sugiyono (2010 :15) mengatakan

bahwa penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, peneliti sebagai instrumen kunci pengambilan sampel sumber data yang dilakukan secara purposivedan snowball, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Jenis pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriftif kualitatif. Moleong (2012 :7) dengan tegas menyatakan bahwa pendekatan kualitatif tidak menggunakan desain penelitian yang disusun secara ketat dan kaku, sehingga tidak dapat diubah lagi, melainkan bersifat fleksibel. Dengan demikian desain penelitian ini bersifat sementara dan akan diadakan perubahan-perubahan sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan.

3.4

Teknik Pengumpulan Data 1.

Observasi Observasi dilakukan sebagai tindakan awal untuk mempelajari permasalahan yang dialami pengusaha kerajinanbambu agar data yang diperoleh lebih lengkap dan tajam.

2.

Studi Dokumentasi Dokumentasi adalah pengumpulan data atas dokumen berupa laporan dan catatan yang memberikan informasi terkait dengan faktor-faktor penghambat dan solusi daya saing usaha kerajinan bambu di Desa Wisata Penglipuran.

3.

Wawancara Terstruktur Wawancara terstruktur adalah pengumpulan data dengan melakukan komunikasi langsung

dengan

pengusaha

kerajinan

bambu

di

Desa

Wisata

Penglipuransehingga dapat diperoleh tambahan data yang dapat menggambarkan faktor-faktor penghambat dan solusi daya saing usaha kerajinan bambu di desa wisata Penglipuran. 3.5.

Teknik Analisis Data Adapun langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data

model Miller dan Huberman ada 3 langkah yaitu : reduksi data, penyajian data dan kesimpulan (Suprayoga dan Tabroni, 2010 : 193-195)

1) Reduksi Data Miller dan Huberman mengemukakan, reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian dan penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung , reduksi data dalam penelitian ini di mulai dari mereduksi data – data primer dan data-data sekunder. 2) Penyajian Data Miler dan Huberman, mengemukakan bahwa, yang dimaksud dengan penyajian data adalah penyajian sekumpulan informasi yang tersusun, serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data, pengambilan tindakan.

3) Penarikan kesimpulan Kegiatan selanjutnya yang terpenting adalah menarik suatu kesimpulan, sebenarnya hanyalah sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Ketiga langkah tersebut di atas dalam kaitannya dengan faktor-faktor penghambat dan solusi daya saing usaha kerajinan bambu di Desa Wisata Penglipurandilakukan seleksi data dengan cermat, yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti, disesuaikan pada masing – masing masalah. Setelah data di seleksi kemudian disajikan secara sistematis. 4.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Faktor-Faktor Penghambat Usaha Kerajinan Bambu di Desa Wisata Penglipuran Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor penghambat usaha kerajinan bambu Desa

Wisata Penglipuran adalah

keterbatasan modal, produksi yang masih terbatas, banyaknya

pesaing, sumber daya manusia terbatas, dan keterbatasan dalam pemasaran. Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap ownerusaha kerajinan bambu di Desa Wisata Penglipuranyaitu Bapak Purwita (40 th) menceritakan tentang profil perusahaannya sebagai berikut : Usaha saya ini sudah berdiri lima belas (15) tahun lamanya, dari tahun 2003 sampai sekarang, yang awalnya saya bekerja dengan istri sekarang sudah memiliki 10 orang karyawan. Keben, tempat pulpen dan vas bunga saya beli dari desa sebelah kemudian saya finishing dengan motif atau gambar-gambar pewayangan seperti Rama dan Sita, lumayan banyak peminatnya hanya saja saya harus terus melakukan inovasi, karena bagaimanapun usaha kerajinan bambu ini menjadi mata pencaharian utama saya. (Purwita, 6 Juli 2018)

Dari Hasil wawancara dengan Bapak Moningdiperoleh keterangan bahwa faktor-faktor penghambat usahanya adalah keterbatasan modal, pemasaran dan pesaing. Salah satu penghambat usaha kerajinan bambu ini adalah keterbatasan modal yang saya miliki. Untuk melakukan penjualan sering kali saya mengikuti pameran seperti di pentas kesenian (PKB), hal ini tentu memerlukan biaya untuk sewa tempat, harga bahan baku

juga mengalami peningkatan sehingga memerlukan biaya lebih dalam produksi. Selain itu penjualan kerajinan bambu ini terus menurun hal ini disebabkan pemasarannya masih terbatas di tambah banyaknya pesaing dalam usaha kerajinan yang sama. (Bapak Moning, 7 juli 2018)

Faktor-faktor penghambat yang dikemukakan Bapak Moningsesuai dengan teori Gie (1997) bahwa beberapa hambatan usaha yang sering dihadapi oleh pengusaha industri kecil adalah, keterbatasan dana dalam mengembangkan usaha dan keterbatasan kemampuan memasarkan menyebabkan banyak produk industri kecil yang meskipun mutunya tinggi tetap tidak dikenal dan tidak mampu menerobos pasar. Menurut Bapak Lancar, kurangnya minat generasi muda terhadap usaha kerajinan bambu ini menjadi salah satu penghambat. Seperti yang dikemukakan sebagai berikut : Anak-anak jaman sekarang lebih tertarik bekerja sebagai pegawai atau di bidang pariwisata dari pada menjadi pengrajin, selain itu banyak dari generasi muda yang merantau ke kota untuk kuliah maupun bekerja. Jadi sangat jarang ada yang mau belajar membuat kerajinan bambu. Hal ini menyebabkan kurangnyasumber daya manusia, padahal manusia menjadi faktor utama dalam pembuatan kerajinan bambu ini, sehingga terjadi keterbatasan jumlah produksi. (Lancar, 7 Juli 2018)

4.2

Solusi Daya Saing Usaha Kerajinan Bambu di Desa Wisata Penglipuran Dayasaing

yang

memilikiartiluasmenjelaskanbahwaempatatribut

perludiperhatikandalamidentifikasinya Empatatributtersebutadalahkondisifaktor, strategistrukturusahadanpersaingan.

yang

berkaitandenganusaha

kondisipermintaan,

di

yang masyarakat.

jaringandanindustriterkait,

Selainitujugaterdapatsatufaktortambahan

yang

memilikipengaruhdan peranbesarterhadapkondisidayasaingsebuahaktifitasekonomiyakniperanpemerintahdalammendor ongpeluang yang ada. Dalampenelitianini dijelaskanberbagaigambarandankondisi

Factor penentu daya saing pada usaha kerajinan bambu di Desa Wisata Penglipuran yangmanaakanmemilikipengaruhterhadappengembanganusahakedepannya. Hasil wawancara dengan bapak Moning sebagai berikut : Untuk meningkatkan daya saing usaha kerajinan bambu ini tentu saja perlu meningkatkan kreativitas pengusaha selain itu peran pemerintah juga sangat diperlukan seperti diadakan pelatihan-pelatihan tentang motif kerajinan bambu. Dulu pernah diadakan pelatihan berupa penggunaan cat pada kerajinan bambu, namunmengingat bahwa keinginan konsumen itu selalu berubah maka pengrajin harus selalu melakukan inovasi agar tidak kalah saing dengan usaha kerajinan bambu lainnya. Inovasi yang dikembangkan tetap mengacu pada budaya setempat karena itu ciri khas kerajinan di Desa Penglipuran, seperti menggunakan motif-motif dewa, ataupun pewayangan. (Bapak Moning, 7 Juli 2018)

Sudiasih (48 Tahun) merupakan salah satu pengrajin bambu yang tinggal di Desa Wisata Penglipuran, menurutnya lokasi Desa Wisata Penglipuran sebagai Desa Wisata merupakan daya saing tersendiri dalam usaha kerajinan bambu, hal ini disampaikan sebagai berikut : Solusi daya saing lainnya adalah memanfaatkan potensi Desa Wisata Penglipuran. Sebagai desa wisata tentu saja banyak warga negara asing maupun domestik yang datang ke sini, sering kali pengrajin mengadakan demo membuat anyaman bambu berupa keben atau wakul kecil, sehingga hal ini lebih menarik minat wisatawan untuk membeli kerajinan bambu ini bahkan dengan harga yang fantastis ( Sudiasih, 5 Juli 2018)

Penjelasan dari ibu Sudiasih sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Potter (11997) mengenai kondisi faktor (Factor conditions) kondisi usaha kerajinan bambu yang terletak pada lokasi Desa Wisata merupakan kekuatan tersendiri untuk menambah daya saing. Penjelasan dari Bapak Purwita, solusi daya saing usaha kerajinan bambu terletak pada kerjasama dari pemasok sebagai berikut : Usaha kerajinan bambu saya ini berjalan karena adanya kerja sama dengan pemasok dari Desa Kayang yang jaraknya tidak jauh dari desa Penglipuran. Saya megambil kerajinan bambu yang masih polos untuk di finishing di sini, selama bertahun-tahun kami menjalin kerja sama dan saling menguntungkan. Kalau seandainya mereka tidak menjual produk

kerajinan bambu yang belum finishingkepada saya tentu saja saya akan kesulitan ketika ada pesanan. (Purwita,6 Juli 2018) Solusi daya saing yang dikemukakan oleh bapak Purwita di dukung oleh teori Potter mengenai daya saing adalah jaringan dan industri terkait (Related and Supporting Industries).

Peran desa adat setempat dan peran pemerintah juga sangat diperlukan dalam meningkatkan daya saing usaha kerajinan bambu, hal ini diungkapkan oleh bapak Moneng selaku ketua Pengelola Desa Wisata Penglipuran, adapun hal-hal yang sudah dilakukan pemerintah dalam hal ini adalah melakukan pembinaan pada pengrajin bambu, melakukan pelatihan desain dan motif kerajian yang inovasi serta memberikan bantuan berupa peralatan untuk membuat motif-motif yang diberikan dalam pelatihan.

5.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan

5.1.1. Faktor-faktor penghambat usaha kerajinan bambu di Desa Wisata Penglipuran adalah adanya keterbatasan modal yang mengakibatkan jumlah produksi menjadi terbatas, adanya pesaing dalam jumlah yang banyak sehingga hasil kerajinan bambu Desa Wisata Penglipuran sulit menghadapi persaingan, keterbatasan sumber daya manusia karena generasi muda kurang tertarik bergerak di bidang ini dan adanya keterbatasan dalam pemasaran produk. 5.1.2. Solusi daya saing usaha kerajinan bambu di Desa Wisata Penglipuran adalah sebagai berikut : lokasi pengrajin yang berada di Desa Wisata yang dikunjungi banyak wisatawan domestik maupun mancanegara merupakan kekuatan tersendiri untuk meningkatkan daya saing terhadap produk kerajinan bambu yang sejenis, adanya kerjasama yang baik dengan para pemasok juga dapat meningkatkan daya saing usaha, adanya pelatihan desain dan motif

kerajinan serta bantuan peralatan dari pemerintah merupakan hal yang mampu meningkatkan daya saing walaupun dirasakan masih belum optimal. 5.2

Saran

5.2.1. Pihak pengrajin bambu di Desa Wisata Penglipuran harus benar-benar melakukan perbaikan dan pengembangan kualitas menjadi lebih baik agar siap untuk menghadapi kompetisi global. 5.2.2. Pihak pemerintah dan swasta harus mendukung penuh proses pembinaan dan perbaikan yang ada serta melakukan restrukturisasi birokrasi sehingga lebih mudah dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Manap. 2016. Revolusi Manajemen Pemasaran. Bekasi ; Mitra Wacana Media Alma, Buchori 2014. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung ; CV Alfabeta Dharmawati, D.Made, 2016.Kewirausahaan. Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada Ferdinand, Augusty., 2003. “SustainableCompetitiveAdvantage : Sebuah Eksplorasi Model konseptual”. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang. Gie, K.K. (1997). Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis dan Manajemen. Jakarta; Delta Panangkal Indrawati, 2015. Metode Penelitian Manajemen dan Bisnis : Konvergensi Teknologi Komunikasi dan Informasi. Pt Refika Aditama: Bandung Kotler, Philip. 2014. Manajemen Pemasaran.Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta ; Penerbit Erlangga. Porter, M.E. 1992. CompetitiveStrategy.,. New York : The FreePress Suardhika, I Nengah. 2012. Integrasi Sumber Daya Strategis, Orientasi Kewirausahaan dan Dinamika Lingkungan Sebagai Basis Strategi Bersaing Serta Pengaruhnya Terhadap Kinerja Usaha ( Studi Pada Usaha Kecil dan Menengah di Bali). Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol 10. 2012 Sumarwan, U. 2011.Pemasaran Strategik, Perspektif ValueBasedMarketing& Pengukuran Kinerja. Bogor ; IPB Press. Suprayoga, Imam dan Tabroni. 2001. MetodelogiPenelitianSosialAgama. Bandung: PT RemajaRosdaKarya....


Similar Free PDFs