Akuntansi Perpajakan Persediaan PDF

Title Akuntansi Perpajakan Persediaan
Author Okatia Ririn
Pages 11
File Size 594.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 559
Total Views 1,079

Summary

Pengertian Persediaan Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang ber...


Description

Pengertian Persediaan Persediaan merupakan salah satu aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang. Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang berfluktuasi. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan adalah seperti kutipan berikut. Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:14.3) mengemukakan bahwa: Persediaan adalah aset: a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau, c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa. Kieso, Weygandt, Warfield (2002:443) mengatakan bahwa ” persediaan (inventory) adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam memproduksi barang yang akan dijual”. Dengan demikian intinya persediaan barang dagang adalah untuk dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan sesuai dengan pendapat warren, reeve dan Fess maka perusahaan bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual didalam sebuah gudang yang sering berlaku untuk pedagang-pedagang besar seperti retail yang perputaran persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan supaya tidak terjadi kekurangan persediaan Dalam upaya memberikan pemahaman yang mendalam terhadap persediaan, maka perlu diberikan batasan yang dapat dipedomani untuk dapat mengklasifikasikan suatu aset kedalam kelompok persediaan. PSAP nomor 5 menyatakan bahwa suatu aset digolongkan kedalam persediaan apabila: 

Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah;



Bahan atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam proses produksi;



Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.



Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan;

A

Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan sendiri dalam rangka kegiatan operasional pemerintah

Barang habis pakai Barang tak habis pakai Barang bekas pakai

B

Barang yang diperoleh untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat

Bahan baku atau supplies

C

Barang yang digunakan dalam proses produksi jika pemerintah memproduksi sendiri (swakelola))

Barang dalam proses (setengah jadi) Barang jadi

1. Secara ringkas, persediaan dapat digambarkan sebagai berikut: 2. Pengelompokan Persediaan dalam Lingkungan Pabrikan (manufacturing) 

Persediaan pabrikan mungkin bukan merupakan persediaan yang siap dijual



Diklasifikasikan dalam tiga kategori: a. barang jadi, siap dijual kepada konsumen b. sedang dalam proses produksi, beberapa tahap produksi (belum

selesai) c. bahan baku atau mentah, komponen atau bahan yang siap untuk

digunakan dalam proses produksi. Kepemilikan Persediaan dalam Perjalanan 1. Persediaan barang dalam perjalanan, meliputi pihak yang berhak

menerima persediaan. 2. FOB (Free on Board), shipping point. Kepemilikan barang menjadi

milik pembeli pada saat diserahkan penjual kepada penyelenggara transportasi atau pihak perusahaan pengirim barang yang independen. 3. FOB (Free on Board) destination point. Kepemilikan barang masih

berada di penjual sampai barang tersebut diterima oleh pembeli.

Sistem Akuntansi Persediaan 1. Perpetual (perpetual inventory system)

Sistem pencatatan perpetual selalu membuat catatan setiap terjadinya mutasi persediaan (pembelian, penjualan, ataupun retur) 2. Periodik (periodic inventory system)

Pada akhir periode akuntansi dengan menggunakan sistem pencatatan periodik harus melakukan pengecekan fisik terhadap persediaan (stock opname of inventories) dengan cara mengukur dan menghitung berapa jumlah barang yang ada di gudang. Sistem pencatatan ini pada akhir periode dibutuhkan ayat jurnal penyesuaian sebagai berikut: Untuk persediaan awal :

xxx Persediaan (inventories)

xxx

Untuk persediaan akhir :

xxx

PENILAIAN PERSEDIAAN 1. Metode Tanda Pengenal Khusus. dalam metode tanda pengenal khusus

( specific identification ) setiap barang yang dibeli atau yang masuk diberi kode / tanda pengenal yang menunjukkan harga per satuan sesuai faktur yang diterima. Pada metode ini sudah jelas harga per satuannya Dengan demikian untuk mengetahui jumlah atau nilai persediaan pada akhir periode tinggal mengalikan jumlah barang yang masih ada dengan harga yang tercantum dalam etiket barang tersebut. 2. Penilaian dengan pendekatan arus harga pokok (cost basic flow

approach) Dalam pendekatan ini terdapat dua sistem pencatatan persediaan yaitu sistem periodik dan sistem perpetual yang masingmasing ada tiga cara penilaian persediaan, yaitu: a. FIFO (First in First Out), masuk pertama keluar pertama Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan awal (pertama) masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dengan nilai perolehan persediaan yang terakhir masuk (dibeli). Metode ini cenderung menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang dibeli. b. LIFO (Last In First Out), masuk terakhir keluar pertama Metode ini menyatakan bahwa persediaan dengan nilai perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan yang awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan nilai persediaan akhir yang

rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan yang rendah. c. Metode Rata-rata (average method) Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan nilai antara nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO. Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba kotor.

3. Penilaian Persediaan Selain Arus Harga Pokok

Dalam pendekatan ini ada tiga metode yang digunakan, yaitu: a. Lower Cost of Market Yaitu metode harga terendah antara harga pokok dan harga pasar. Metode ini dapat diterapkan dalam kondisi persediaan tidak normal, misalnya cacat, rusak dan kadaluarsa. Pokok dari metode ini adalah membandingkan nilai yang lebih rendah antara nilai pasar (replacement value) dan nilai perolehan (cost). Nilai pasar yang akan dipilih harus dibatasi, yaitu tidak boleh lebih rendah dari batas bawah (floor limit) dan tidak boleh lebih tinggi dari batas atas (ceiling limit). b. Gross Profit Method Metode laba kotor ini bersifat estimasi dalam penilaian persediaannya. Biasanya diterapkan karena keterbatasan dokumen yang terkait dengan persediaan, misalnya karena terjadi bencana kebakaran dan banjir. Dasar penilaian persediaannya adalah pada persentase laba kotor perusahaan tahun berjalan atau rata-rata selama beberapa tahun. Langkah-langkah yang dilakukan adalah: 1)

mengestimasi nilai penjualan tahun berjalan,

2)

menghitung nilai harga pokok penjualan berdasarkan pada persentase laba kotor yang telah diketahui dan

3)

menghitung estimasi nilai

persediaan akhir

dengan

mengurangkan harga pokok penjualan terhadap penjualan

c. Retail Method Metode eceran ini menilai persediaan akhir dengan cara menghitung terlebih dahulu nilai persediaan akhir berdasarkan eceran. Nilaii persediaan akhir dengan harga pokok akan diketahui dengan cara menghitung rasio antara nilai persediaan yang tersedia untuk dijual dengan pendekatan harga pokok dibandingkan dengan pendekatan ritel. Kemudian rasio yang diperoleh dikalikan dengan persediaan akhir yang dinilai dengan pendekatan eceran dapat dirumuskan sebagai berikut:

Persediaan akhir menurut harga pokok

=

Barang sedia dijual menurut harga pokok

Barang sedia dijual

x

Persediaan akhir menurut eceran

Akuntansi Perpajakan Persediaan Dari sisi praktik akuntansi komersial dan akuntansi pajak, tidak ada perbedaan prinsip dalam metode pencatatannya, sehingga metode pencatatan yang dapat digunakan adalah sistem perpetual, baik rata-rata maupun fifo, atau metode pencatatan fisikal yang ada pada penjelasan pada pasal 10 ayat (6) Undang Undang Pajak Penghasilan. Namun demikian mengacu pada pasal10 ayat (6) Undang Undang Pajak penghasilan tersebut bahwa persediaan dan pemakaian persediaan untuk menghitung harga pokok dinilai berdasarkan harga perolehan : 1.

Average

2.

Fifo

Untuk kepentingan perhitungan pajak penghasilan, Pasal 10 ayat (6) Undang Undang Pajak Penghasilan menyatakan bahwa persediaan harus dinilai berdasarkan harga perolehan. Oleh karena itu bila wajib pajak melakukan penilaian berdasarkan metode selain harga perolehan maka diperlukan penyesuaian. Penetapan besarnya nilai persediaan atau nilai pemakaian menjadi sangat penting karena berpengaruh ke harga pokok produksi. Sebagai contoh, pada bulan Desember 2007 PT A telah melakukan pembelian barang dengan perjanjian dengan harga Rp.300.000.000. barang tersebut diterima pada bulan maret tahun 2008 dan pada Desember 2007 harga turun menjadi Rp. 100.000.000 . sesuai praktik akuntansi komersial kerugian sebesar Rp.100.000.000 dibebankan sebagai kerugian tahun 2007 dengan ayat jurnal :

Kerugian Perubahan Harga

200.000.000

Persediaan

200.000.000

Praktik akuntansi pajak tidak mengakui kerugian sebesar 200.000.000 karena pajak melihat fakta riil dan tidak menerima antisipasi kerugian. Pajak akan mengakui sebagai kerugian apabila barang yang dijual tersebut benar-benar mengalami kerugian.

Metode Perhitungan Persediaan Tn.

Hendy

memiliki

transaksi

persediaan

pada

tahun

2014

sebagai

berikut:

Tn. Hendy menggunakan metode pencatatan sistem periodical. Pada 31 Desember 2014 Tn. Hendy memiliki 50 unit persediaan akhir di gudang. Sehingga persediaan yang terjual sebanyak 850 unit. Berdasarkan contoh di atas, berikut penjelasan dari masing-masing metode perhitungan persediaan: 1. Metode rata-rata (Average) a. Total Pembelian :

Perhitungan: 1. Harga rata-rata perunit = Rp 785.000/ 900 unit = Rp 872,22 2. Harga Pokok Penjualan = 850 unit x Rp 872,22 = Rp 741.388 3. Persediaan Akhir = 50 unit x Rp 872,22 = Rp 43.612 Berdasarkan metode Average, nilai persediaan yang diperoleh adalah nilai rata-rata persediaan yang diperoleh. Jadi harga pokok penjualan dan persediaan akhir per 31 Desember 2014 dengan sistem periodik adalah sebesar Rp 741.388 dan Rp 43.612.

2.

Metode masuk pertama keluar pertama (First In First Out – FIFO)

a.

Total Pembelian :

b.

Perhitungan Harga Pokok Penjualan :

c.

Persediaan Akhir = 50 unit x Rp 950 = Rp 47.500. Berdasarkan metode FIFO, persediaan

yang terjual adalah persediaan yang diperoleh lebih awal, mulai dari bulan Februari sampai dengan Agustus secara berturut-turut, namun pada bulan Agustus yang baru terjual 250 unit maka masih tersisa 50 unit. Jadi harga pokok penjualan dan persediaan akhir per 31 Desember 2014 dengan sistem periodik adalah sebesar Rp 737.500 dan Rp 47.500.

3.

Metode masuk terakhir keluar terakhir (Last In First Out – LIFO)

a.Total Pembelian :

b.

Perhitungan Harga Pokok Penjualan :

c.

Persediaan Akhir = 50 unit x Rp 800 = Rp 40.000. Berdasarkan metode LIFO, persediaan

yang terjual adalah persediaan yang diperoleh paling akhir, mulai dari bulan Agustus sampai

dengan Februari secara berturut-turut mundur ke belakang, namun pada bulan Februari yang baru terjual 150 unit maka masih tersisa 50 unit. Jadi harga pokok penjualan dan persediaan akhir per 31 Desember 2014 dengan sistem periodik adalah sebesar Rp 745.000 dan Rp 40.000. Perbandingan Ketiga Metode Perhitungan Persediaan. Berdasarkan perhitungan diatas, berikut adalah hasil perbandingan perhitungan metode Average, FIFO, dan LIFO. Pendapatan dan Tarif Pajak Penghasilan diasumsikan sebesar Rp 1.000.000,00 dan 25%.

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jika perusahaan menggunakan metode perhitungan persediaan LIFO, maka perusahaan dapat memperkecil laba sebelum pajak atau laba kotor, sehingga pembayaran pajak penghasilan menjadi lebih sedikit. Penutup Dari uraian diatas sudah dapat terjawab mengapa pajak tidak mengakui metode LIFO? Karena dengan menggunakan metode LIFO perusahaan dapat meminimalkan laba sehingga memperkecil biaya pajak penghasilan. Seiring dengan berjalannya waktu harga pembelian persediaan terus mengalami peningkatan yang dapat disebabkan oleh inflasi, maka jika perusahaan menggunakan metode LIFO akan mengakibatkan kerugian bagi negara karena setoran ke kas negara semakin sedikit. Oleh karena itu, metode yang boleh digunakan berdasarkan ketentuan perpajakan di Indonesia hanya metode Average atau FIFO.

Analisis Kasus Akuntansi Perpajakan Persediaan pada PT.Gudang Garam Persediaan PT. Gudang Garam dinilai menurut harga yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value). Biaya perolehan barang jadi rokok dihitung berdasarkan biaya produksi rata-rata sebenarnya, ditambah biaya pembungkusan dan pita cukai ( termasuk PPN dan pajak rokok) untuk rokok yang telah di bungkus dan di beri pita cukai. Biaya perolehan barang dagang dihitung dengan metode FIFO ( First in First out), sedangkan biaya perolehan bahan baku/ pembantu, suku cadang dan keperluan pabrik dihitung dengan metode rata-rata. Jika disesuiakan dengan peraturan perpajakan, metode yang telah di terapkan PT. Gudang Garam dalam penilaian persediaan sudah sesuai dengan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 10 ayat 6, yaitu metode rata-rata (average) atau metode mendahulukan persediaan yang didapat pertama (FIFO). Selain itu penilaian yang diterapkan oleh PT. Gudang Garam dinilai menurut harga yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value). Sesuia dengan prisip perpajakan, dimana persediaan dinilai tidak berdasarkan penaksiran atau perkiraan. Akuntansi Perpajakan persediaan PT.Gudang Garam telah melekatkan PPN terkait transaksi jual beli persediaan. Seperti perolehan pita cukai (termasuk PPN dan Pajak Rokok) di perhitungkan berdasarkan indentifikasi khusus terhadap harga beli aktualnya ( Sistem Perpetual )...


Similar Free PDFs