Alarm Anti Maling Menggunakan Sensor LDR PDF

Title Alarm Anti Maling Menggunakan Sensor LDR
Author Fepiliana Sugianto
Pages 8
File Size 793.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 26
Total Views 297

Summary

Alarm Anti Maling Menggunakan Sensor LDR Fahrul Rozi1, Fepiliana2, Umi Yanti3 Jurusan Sitem Komputer; Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32, Kec. Indralaya, Kab. Ogan Ilir 30662 Email : 1. [email protected] 2. [email protected] 3. umi.yantii@yah...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Alarm Anti Maling Menggunakan Sensor LDR Fepiliana Sugianto

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

“ Rangkain Pengaman, penanda, dan Penerang unt uk Sepeda ” Simple Luph

Kelas 10 SMK Teknik List rik Dasar Ot omot if budi prayogo Makalah Eldas.doc Agnes Handayani

Alarm Anti Maling Menggunakan Sensor LDR Fahrul Rozi1, Fepiliana2, Umi Yanti3 Jurusan Sitem Komputer; Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32, Kec. Indralaya, Kab. Ogan Ilir 30662 Email : 1. [email protected] 2. [email protected] 3. [email protected]

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai kajian variasi alat Alarm Anti Maling menggunakan LDR. LDR (Light Dependent Resistor) biasa disebut dengan sensor cahaya, terdiri dari sebuah piringan bahan semikonduktor dengan dua buah elektroda pada permukaannya. Alat alarm anti maling akan bekerja ketika switch dihidupkan (on) dengan penanda lampu LED pada rangkaian menyala. Tegangan yang berasal dari sumber batere akan mengalir ke semua komponen pada rangkaian. Beberapa komponen yang terdapat dalam rangkaian yaitu resistor, transistor, SCR, dan LDR. Pada rangkaian, resistor digunakan sebagai pengatur tegangan yang masuk ke SCR. Fungsi SCR adalah sebagai pengatur daya dan juga sebagai saklar arus yang otomatis. Pada rangkaian, transistor juga digunakan sebagai saklar. LDR di bawah cahaya yang cukup terang, nilai tahanan listrik bahan rendah. Dan sebaliknya apabila dalam gelap atau dibawah cahaya yang redup, nilai tahanan bahan tinggi sehingga alarm dapat mengeluarkan bunyi. Kata Kunci : Alarm, LDR, Resistor, Transistor, SCR

I.

PENDAHULUAN beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi terhadap bahaya pencurian, yaitu memasang sistem alarm anti maling di rumah atau gedung.

Salah satu tindakan kriminal yang semakin meningkat akhir-akhir ini yaitu pencurian di suatu rumah atau gedung. Maraknya pencurian di rumah atau gedung ini pasti membuat para penghuninya merasakan resah dan tidak aman. Banyak kejadian tindakan pencurian terjadi saat penghuni rumah sedang berpergian atau rumah yang ditinggal pemiliknya dalam waktu yang lama. Kejadian tersebut semakin parah karena respon dari lembaga terkait sangat lambat[1].

Sistem alarm anti maling ini sangat bermanfaat untuk mengurangi terjadinya tindakan pencurian yang menimpa rumah atau gedung.Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa peneliti mengangkat tema ini yaitu :pertama, rumah sebagai tempat aktifitas manusia dan tempat penyimpanan barang berharga lainnya memerlukan sistem perlindungan yang mudah dioperasikan dan terjangkau harganya.Kedua, kejadian yang sering membahayakan rumah dan penghuninya adalah tindakan pencurian[1].

Pencurian terjadi karena sistem keamanan yang tidak baik. Dalam kehidupan sehari-hari, kebutuhan akan keamanan tindak pencurian sangatlah penting, karena siapapun pasti menginginkan keadaan yang aman. Ada

1

Alarm ini memanfaatkan sensor cahaya. Terdapat berbagai macam sensor untuk mengukur iluminansicahaya antara lain Light Dependent Resistor (LDR), fotodioda, tabung fotomultiplier, dan fototransistor[2]. Peneliti menggunakan LDR. LDR ( Light Dependent Resistor), yaitu resistor yang besar resistansi-nya bergantung terhadap intensitas cahaya yang menyelimuti permukaannya[3]. LDR terbuat dari ba-han semikonduktor seperti kadmium sul-fida [4]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suatu rangkaian sistem alarm yang dapat mendeteksi tindakan pencurian (maling) dan menjelaskan bagaimana proses kerjanya.

II.

12. Pin header 13. Timah 2.2 Pengertian Komponen 1.

Papan PCB Bor Papan PCB Bor digunakan untuk tempat perakitan komponen rangkaian-rangkaian elektronika.

2.

Resistor Resistor adalah suatu komponen elektronika yang dapat membatasi aliran arus listrik. Resistor berfungsi sebagai tahanan listrik yang mempunyai besar tahanan sesuai dengan warna-warna yang ditunjukkan pada transistor.

METODELOGI PENELITIAN

Dalam pembuatan perangkat ini, jenis metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Metode ini digunakan untuk mendapatkan rancangan alat dengan cara menguji rangkaianrangkaian elektronika, yang kemudian disatukan menjadi suatu perangkat lengkap yaitu alarm anti maling. 2.1 Komponen Penelitian Adapun komponen yang digunakan dalam penelitian adalah, a.

Alat :

1. 2. 3.

Solder Listrik Multimeter Penyedot Timah

b. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Bahan : Papan PCB Bor Resistor 1K Ω (3 buah) Resistor 4K7 Ω (1 buah) Resistor 2K2 Ω (3 buah) Transistor A1015 (1 buah) Buzzer 6 VDC (1 buah) SCR tipe Fir 3D (1 buah LDR (1 buah) Baterai 6 VDC (1 buah) Soket baterai (1 buah) Saklar (1 buah)

Resistor 1K Ω

Resistor 2K2 Ω

2

Resistor 4K7 Ω Berikut resistor :

adalah warna-warna gelang pada

4.

3.

Transistor A1015 Transistor A1015 adalah alat semi konduktor yang dipakai sebagai penguat, pemotong (switching), stabilisasi tegangan, dan modulasi sinyal. Transistor yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe A1015 model PNP. Transistor memiliki 3 kaki, yaitu Base, Collector, dan Emitter. Pada rangkaian, transistor juga digunakan sebagai saklar.

3

Buzzer 6 VDC Buzzer merupakan perangkat elektronika yang terbuiat dari elemen piezoceramics pada suatu diafragma yang mengubah getaran atau vibrasi menjadi gelombang suara. Buzzer menggunakan resonansi untuk memperkuat intensitas suara (berfungsi sebagai penghasil suara alarm).

5.

SCR tipe Fir 3D Silicon Controlled Rectifier (SCR) adalah salah satu komponen yang mirip dengan transistor karena memiliki tiga buah kaki. SCR biasa disebut juga dengan istilah Thyristor. Tapi kaki pada SCR tidak sama dengan kaki yang terdapat pada transistor. Kaki yang terdapat pada SCR terdiri dari ; A = Anoda, G = Gate, K = Katoda. Jadi jelaslah bahwa fungsi SCR ini beda dengan transistor. SCR ini memiliki berbagai macam daya dan kekuatan, misalnya saja SCR yang memiliki daya dan kekuatan sebesar 100 V / 2A. Ini berarti SCR tersebut hanya bisa dipakai tidak lebih dari 2 Ampere atau sama dengan tak lebih dari 200 Watt.

Fungsi SCR adalah sebagai pengatur daya dan juga sebagai saklar arus yang otomatis. Dengan karakteristik yang serupa tabung thiratron, maka SCR atau Tyristor (Therystor) masih termasuk keluarga semikonduktor. Kaki gate (G) adalah sebagai pengendalinya. Sebetulnya SCR terbuat dari bahan campuran P dan N. SCR berisi bahan-bahan yang terdiri dari PNPN (Positif Negatif Positif Negatif) dan biasanya disebut sebagai PNPN Trioda.

4

6.

LDR LDR (Light Dependent Resistor) biasa disebut dengan sensor cahaya. LDR yang terdiri dari sebuah piringan bahan semikonduktor dengan dua buah elektroda pada permukaannya. Di bawah cahaya yang cukup terang, banyak elektron yang melepaskan diri dari atom-atom bahan semikonduktor sehingga nilai tahanan listrik bahan rendah. Dan sebaliknya apabila dalam gelap atau dibawah cahaya yang redup, bahan piringan hanya mengandung elektron bebas dalam jumlah yang relatif sangat kecil sehingga nilai tahanan bahan sangat tinggi sehingga alarm dapat bekerja.

7.

Baterai 9 VDC Baterai berfungsi sebagai sumber daya pada alarm.

\ \

8.

Soket baterai Soket baterai digunakan sebagai penghubung antara sistem rangkaian komponen dengan sumber daya (baterai)

9.

Switch Swicth berfungsi untuk menyambung dan memutuskan arus listrik yang mengalir pada alarm yang bersumber dari baterai.

11. Solder Listrik Solder listrik yaitu alat yang digunakan untuk menyambungkan semua komponen elektronika yang telah terpasang pada papan PCB. Penyambungan komponen eletronika dengan menggunakan solder dibantu dengan timah.

12. Lampu LED Pada penelitian ini, lampu LED (Light Emitting Diode) digunakan sebagai penanda jika lampunya hidup berarti rangkaian alat alarm anti maling sedang aktif atau bekerja.

10. Pin header Pada penelitian ini, pin header digunakan untuk menyambungkan kabel buzzer dengan kabel soket baterai.

5

Jika semua rangkaian telah selesai, maka hasilnya pun akan tampak seperti gambar berikut:

2.3. Perakitan Alat Letakkan komponen elektronika yang digunakan untuk membuat alarm anti maling di atas papan PCB Bor. Setelah itu, hubungkan komponen pada papan PCB Bor dengan menggunakan jalur Point-to-Point (PTP). Rangkaian komponen untuk pembuatan alarm anti maling dapat dilihat dibawah ini:

Setelah komponen elektronika dirangkai seperti gambar diatas, gunakan multimeter untuk mengecek rangkaian apakah telah terpasang dengan benar atau tidak. Jika rangkaian komponen elektronika telah terpasang dengan benar, maka multimeter pun akan berbunyi. Setelah di cek dengan menggunakan multimeter, solder semua kompenen dengan menggunakan bantuan timah. Untuk menghubungkan semua rangkaian, tak lupa digunakan kawat kecil yang digunakan sebagai jumper.

Alat akan bekerja ketika switch dihidupkan (on) dengan penanda lampu LED pada rangkaian menyala. Tegangan yang berasal dari sumber batere 9 VDC akan mengalir ke komponen resistor, transistor, SCR, dan LDR. Pada rangkaian, resistor digunakan sebagai pengatur tegangan yang masuk ke SCR. Fungsi SCR adalah sebagai pengatur daya dan juga sebagai saklar arus yang otomatis. Transistor yang digunakan pada penelitian ini adalah tipe A1015 model PNP. Transistor memiliki 3 kaki, yaitu Base, Collector, dan Emitter. Pada rangkaian, transistor juga digunakan sebagai saklar.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

6

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa rangkaian alarm anti maling tersebut dapat berbunyi ketika sensor (LDR) dalam keadaan gelap atau tidak mendapat cahaya lampu, karena jika sensor (LDR) dalam keadaan gelap mempunyai tahanan yang lebih tinggi daripada sensor (LDR) dalam keadaan yang tersinari cahaya, sehingga alarm dapat bekerja atau berbunyi. Bunyi yang dihasilkan dapat terdengar dengan adanya buzzer.

Apabila LDR berada di bawah cahaya yang terang, maka banyak elektron yang melepaskan diri dari atom-atom bahan semikonduktor sehingga nilai tahanan listrik bahan rendah. Dan sebaliknya apabila dalam gelap (dibawah cahaya yang redup) atau cahaya terhalang , bahan piringan hanya mengandung elektron bebas dalam jumlah yang relatif sangat kecil sehingga nilai tahanan bahan tinggi, maka hal itu akan mengakibatkan alarm dapat bekerja sehingga buzzer 6V mengeluarkan bunyi.

Pada alarm anti maling ini, LDR dapat bekerja secara optimal jika mendapatkan sinar matahari, namun jika tidak mendapatkan sinar matahari alarm anti maling ini membutuhkan sinar laser. V.

Daftar Pustaka

[1] Toha, M. Sistem Alarm Anti Maling dan Anti Kebakaran untuk Pengamanan Gedung. Diakses pada tanggal 22 Maret 2014 http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/gr aduate/industrialtechnology/2005/Artikel_10400755.pdf [ 2 ] Kumala, Ellys dan Endarko. 2012. Kajian Karakteristrik Alat Ukur dan Sensor Standarpada Proses Kalibrasi Data Sensor Cahaya. Jurnal Fisika dan Aplikasinya Vol. 8, No. 2. Diakses pada tanggal 24 April 2014 http://jfa.physics.its.ac.id/Articles/JFA120206_ellys.pdf

Jika pada siang hari alarm anti maling tidak perlu membutuhkan sinar tambahan (laser), karena LDR dapat bekerja secara optimal dengan adanya sinar matahari. Sedangkan pada malam hari, alarm anti maling ini memerlukan sinar tambahan (laser) yang fokus ke LDR, karena pada malam hari LDR tidak mendapatkan cahaya matahari, hal itu menyebabkan LDR tidak dapat bekerja secara optimal dan LDR-nya pun sangat sensitif, ketika switch dihidupkan alarmnya selalu mengeluarkan bunyi.

[ 3 ] Dinan Muftian Shofwa, Yoyo Somantri Dan Tjetje Gunawan. 2013. Rancang Bangun Trainer Mikrokontroler Berbasis Sensor Passive Infrared Receiver. Electrans Vol. 12, No. 1. Diakses pada tanggal 24 April 2014 http://jurnal.upi.edu/file/04_dinan_muftian_hal _21-281.pdf [4] Supatmi, Sri. Pengaruh Sensor LDR terhadap Pengontrolan Lampu. Majalah Ilmiah Unikom Vol. .8, No. 2. Diakses pada tanggal 24 April 2014 http://jurnal.unikom.ac.id/_s/data/jurnal/v08n02/volume-82-artikel-5.pdf/pdf/volume-82artikel-5.pdf

IV. Kesimpulan

7...


Similar Free PDFs