Title | Analisa Risiko Garuda Indonesia menghadapi COVID 19 |
---|---|
Course | Manajemen Risiko Dan Keuangan Derivatif |
Institution | Universitas Airlangga |
Pages | 4 |
File Size | 133.6 KB |
File Type | |
Total Downloads | 19 |
Total Views | 347 |
Menurut saya, perusahaan Go-Public di BEI yang akan menerima risiko terbesar dari pandemi corona adalah perusahaan yang bergerak di industri penerbangan. Aktivitas bisnis akan terganggu dan mengalami penurunan yang sangat signifikan dikarenakan oleh banyaknya orang yang memilih membatalkan tiket yan...
1. Menurut saya, perusahaan Go-Public di BEI yang akan menerima risiko terbesar dari pandemi corona adalah perusahaan yang bergerak di industri penerbangan. Aktivitas bisnis akan terganggu dan mengalami penurunan yang sangat signifikan dikarenakan oleh banyaknya orang yang memilih membatalkan tiket yang sudah dibeli karena takut tertular virus COVID-19. 2. Strategic Risk :
Salah menentukan tanggal promo sehingga tiket tidak begitu laku
Salah menentukan investasi asset
Kesalahan dalam pemasaran yang tidak sesuai dengan pasar
Salah menentukan destinasi baru
Operation risk:
Pesawat yang rusak
Sistem ticketing Garuda yang terkadang error
Ground handling tidak dilakukan sesuai dengan SOP
Pelayanan dalam kabin yang tidak dilakukan sesuai dengan SOP
Wabah yang terjadi
Reporting risk :
Penyajian laporan keuangan yang harus transparan
Keinginan pemegang saham yang berbeda-beda dan sebisa mungkin untuk dipenuhi
Compliance Risk :
Kepatuhan karyawan terhadap SOP untuk menghindari risiko
Kepatuhan perusahaan terhadap kebijakan atau peraturan pemerintah
3. Internal environment adalah melakukan pengecekan dan penilaian terhadap lingkungan internal. Lingkungan internal merupakan hal yang terpenting yang bisa memperbaiki value perusahaan yang mungkin menurun akibat kurangnya pengendalian internal yang dilakukan perusahaan. Hal-hal yang bisa dilakukan contohnya adalah :
melakukan ceklis terhadap setiap prosedur yang dilakukan oleh masingmasing bagian
melakukan pengecekan dadakan sehingga kekurangan yang ada dapat diketahui secara maksimal dan segera ditemukan solusinya
Garuda Indonesia beberapa kali bermasalah dari sisi internal perusahaan, mulai dari laporan keuangan hingga daftar menu kelas bisnis yang menggunakan kertas tulis tangan. Hal itu tidak sesuai dengan kriteria kelas bisnis yang sudah ditetapkan oleh perusahaan pada saat awal melakukan pembuatan atau pemisahan kelas-kelas. 4. Objective Setting atau penetapan Tujuan
Menjadi perusahaan penerbangan pilihan utama di Indonesia
Menjadi perusahaan penerbangan asal Indonesia yang memiliki daya saing internasional
Mengedepankan kepuasan pelanggan (customer satisfication)
5. Event identification baik internal maupun eksternal. PT. Garuda Indonesia Tbk mengalami penurunan harga saham sejak kasus Direksi menjadi pelaku utama dalam penggelapan beberapa barang mewah dalam bagasi pesawat sehingga beberapa posisi direksi dicabut. Namun, dengan mewabahnya COVID-19 ini sangat berpengaruh karena sebagian besar calon penumpang telah membatalkan tiket yang berujung pada penggantian dana (refund) sehingga para investor menganggap bahwa tidak akan ada keuntungan atau laba pada perusahaan ini untuk jangka waktu yang cukup lama. Lockdown dilakukan di beberapa negara juga membuat Garuda Indonesia tidak bisa melakukan penerbangan sehingga harus membatalkan seluruh jadwal ke beberapa negara. 6. Risk assesment terhadap strategic risk (SR), operation risk (OR), reporting risk (RR), dan compliance risk (CR) PT. Garuda Indonesia Tbk berdasarkan dampak dan kemungkinan risk assesment matrix
CONSEQUENCE 1
2
3
4
5
significant
Minor
Moderate
Major
Catastrophi c
5 L
Certain
OR
I K E
4 Likely
L
3
I
Moderate
CR
RR
SR
H O
2
O
Unlike
D 1 Rare
Operation risk berada di level tertinggi karena Garuda Indonesia seringkali melakukan kesalahan dalam melakukan setiap prosedur yang ada sehingga terkadang membuat kesalahan fatal. Kejadian contoh adalah 2 pesawat Garuda hampir adu moncong dan kasus Garuda vs. Youtuber Lius Vernandes.
Reporting risk berada di level tinggi karena Garuda didapati melaporkan keuangan cacat sehingga para investor banyak yang menarik dananya dan memilih meninggalkan Garuda Indonesia
Compliance risk berada di level tengah karena kepatuhan Garuda hingga saat ini masih aman namun kepatuhan karyawan terhadap peraturan perusahaan terkadang masih kurang.
Strategic Risk berada di level moderat karena Garuda Indonesia tentunya memiliki banyak strategi yang sudah berjalan dengan baik. Didukung oleh berbagai ahli sehingga kemungkinan risiko tidak terlalu besar.
7. Risk Response :
Upaya untuk mengurangi risiko yang saya lakukan adalah dengan mematuhi pemerintah dalam rangka pengurangan angka penyebaran COVID-19 dan juga mematuhi protokol kesehatan yang sudah dibuat pemerintah sedemikian rupa agar keadaan semakin membaik dan akhirnya masyarakat bisa menggunakan pesawat untuk berpergian atau pergi liburan.
Memberikan bantuan menggunakan dana untuk membantu penanganan COVID -19 di
8. Control Activities :
Menutup penerbangan ke beberapa destinasi yang sudah diberi travel warning oleh pemerintah
Melakukan dan memerintahkan seluruh jajaran kantor untuk melakukan WFH
Mematuhi peraturan pemerintah untuk melakukan lockdown pribadi
Melakukan pembersihan pesawat dengan disinfectant dan memberikan keringanan untuk para awak kabin menggunakan masker dalam melaksanakan tugas.
Melakukan pembenahan terhadap laporan keuangan
Membersihkan setiap kantor cabang di seluruh Indonesia
9. Untuk menginformasikan segala risiko yang akan terjadi, sebagai manajer maka saya akan menggunakan segala platform media sosial yang bisa digunakan dan melakukan penghimbauan kepada seluruh awak kabin dan karyawan agar mematuhi segala aturan dari pemerintah maupun perusahaan agar risiko terjadi kemungkinan bisa diminimalisir dengan baik 10. Melakukan pemantauan dengan pembentukan tim pemantau atau memasang cctv di segala sudut agar kekurangan bisa dilakukan dan diperbaiki dengan baik. Whistleblowing juga merupakan elemen penting untuk melakukan pemantauan....