Title | Analisis Efektifitas Dan Kontribusi Penerimaan BPHTB Dan PBB-P2 Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor ( Studi Kasus Pada Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor) |
---|---|
Author | D. Puspita Sari |
Pages | 18 |
File Size | 408.5 KB |
File Type | |
Total Downloads | 340 |
Total Views | 746 |
JURNAL ILMIAH WAHANA AKUNTANSI Vol 13 (2) 2018, 176-193 http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/wahana-akuntansi ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN BPHTB DAN PBB-P2 TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus pada Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor) Dymit...
JURNAL ILMIAH WAHANA AKUNTANSI Vol 13 (2) 2018, 176-193
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/wahana-akuntansi
ANALISIS EFEKTIFITAS DAN KONTRIBUSI PENERIMAAN BPHTB DAN PBB-P2 TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus pada Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor) Dymitri Hani Puspita Sari* Kurnia Heriansyah Indah Masri Universitas Pancasila
Article Info
Abstrak
Kata Kunci: PBB-P2, BPHTB, target, kontribusi, dan efektifitas
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pencapaian target pajak bumi dan bangunan sektor pedesaan dan perkotaan (PBB-P2) dan pajak bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) pemerintah Kabupaten Bogor selama tahun 2012-2016 serta untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar efektifitas dan kontribusi penerimaan PBB-P2 dan BPHTB terhadap total penerimaan pendapatan asli daerah pemerintah Kabupaten Bogor selama lima tahun tersebut. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan. Dari hasil riset pada pemerintah Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa PBB -P2 dan BPHTB selama tahun 2012-2016 telah melebihi target. Kontribusi PBBP2 terhadap pendapatan asli daerah berkisar 12,90% - 17,55% dan kontribusi BPHTB terhadap pendapatan asli daerah berkisar 22,03% - 24,93%. Sedangkan efektifitas PBB-P2 berkisar 109,12% - 111,13% dan BPHTB berkisar 124,60% - 139,20%. Disarankan agar pemerintah Kabupaten Bogor dapat meningkatkan potensi pajak daerah lainnya agar dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.
How to Cite: Sari, Dymitri Hani Puspita, Kurnia Heriansyah, dan Indah Masri. (2018). Analisis Efektifitas dan Kontribusi Penerimaan BPHTB dan PBB-P2 Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bogor (Studi Kasus pada Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor) Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi, 13(2), 176-192. https:// doi.org/10.21009/wahana.013.2.3
* Corresponding Author:
ISSN 2302-1810 (online) DOI: doi.org/10.21009/wahana-akuntansi/13.2.06
[email protected]
176
Dymitri Hani Puspita Sari, Kurnia Heriansyah, dan Indah Masri/ Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi, 13 (2) 2018, 176-193
PENDAHULUAN
keuangan terbesar, yang didukung kebijakan dari
perimbangan keuangan pusat dan daerah
seberapa besar negara tersebut melakukan
sebagai prasyarat mendasar dalam sistem
pembangunan. Pembangunan nasional adalah
pemerintahan negara.
Majunya
suatu
negara
terlihat
meningkatkan
Kabupaten Bogor adalah salah satu kota
kesejahteraan masyarakat dari segi materiil
di Provinsi Jawa Barat yang pemerintah
maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan
daerahnya senantiasa berupaya meningkatkan
pembangunan
tersebut,
kualitas daerahnya dari tahun-ketahun sesuai
membutuhkan
penerimaan
salah
satu
kegiatan
untuk
pemerintah Negara
dengan
yang
kebijakan-kebijakan
yang
telah
bersumber dari penerimaan dalam negeri dan
ditetapkan baik oleh Pemerintah Kabupaten
penerimaan luar negeri. Negara akan dikatakan
Bogor,
mandiri apabila jumlah penerimaan dalam
maupun oleh Pemerintah Pusat. Adapun upaya
negeri memiliki jumlah yang besar tanpa
peningkatan daerah tersebut adalah upaya untuk
melakukan pinjaman ke luar negeri. Salah satu
meningkatkan Penerimaan Pendapatan Daerah
usaha pemerintah untuk mewujudkan negara
yang pada garis besarnya ditempuh dengan
Indonesia menjadi negara yang mandiri, serta
usaha intensifikasi yang artinya suatu usaha
pembangunan berskala nasional adalah dengan
atau tindakan memperbesar penerimaan dengan
melakukan pemungutan terhadap masyarakat
cara melakukan pemungutan yang lebih ketat
yang berupa Pajak.
dan teliti. Usaha intensifikasi ini mempunyai
Pemerintah
Provinsi
Jawa
Barat,
Daerah
(PAD)
ciri utama yaitu usaha untuk melakukan
indikator
dalam
pemungutan sepenuhnya, dan dalam batas-batas
mengukur tingkat kemandirian suatu daerah
yang sudah ditentukan. Selain itu dilakukan
otonom dalam penyelenggaraan administrasi
juga usaha ekstensifikasi yang artinya usaha
pemerintahan
Sejalan
untuk mencari dan menggali potensi sumber-
dengan hal tersebut, daerah otonom harus
sumber pendapatan daerah yang baru atau
memiliki
belum ada.
Pendapatan merupakan
salah
dan
Asli satu
pembangunan.
kewenangan
dan
kemampuan
Perkembangan pertumbuhan pajak daerah
menggali sumber-sumber keuangannya sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri
Kabupaten
yang
cukup
dari
tahun
2008-2016
untuk
membiayai
mengalami kenaikan yang cukup baik. Realisasi
pemerintahan
daerahnya
pendapatan asli daerah sampai dengan 2016
memadai
penyelenggaraan
Bogor
kepada
adalah sebesar Rp1.520.926.774.877,53 dari
bantuan pusat harus seminimal mungkin,
target. Pendapatan Asli Daerah tahun anggaran
sehingga PAD harus menjadi bagian sumber
2016 yaitu sebesar Rp. 1.357.161.868.000.
(Koswara,
2000).
Ketergantungan
ISSN 2302-1810 (online) DOI: doi.org/10.21009/wahana-akuntansi/13.2.06 177
Dymitri Hani Puspita Sari, Kurnia Heriansyah, dan Indah Masri/ Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi, 13 (2) 2018, 176-193
Kondisi tersebut disebabkan adanya kontribusi
kategori cukup efektif. Pada tahun 2014 dan
pencapaian target dari komponen Pajak Daerah,
2015 masing-masing sebesar 71,05 % dan 66,02
Retribusi
% dengan kategori kurang efektif. Tingkat
Daerah
dan
Hasil
pengelolaan
efektifitas tertinggi pada tahun 2013, sedangkan
Kekayaan Daerah.
terendah pada tahun 2015. Tingkat efektifitas semakin menurun setiap tahunnya, karena target penerimaan
PBB
P2
yang
besar
setiap
tahunnya, tidak diimbangi dengan realisasi penerimaan PBB P2 yang sesuai target. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Desi Hastuti (2015) dengan judul Pengaruh Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Air Tanah
Gambar 1 Grafik pertumbuhan pajak daerah
terhadap
Kabupaten Bogor tahun 2008-2016
Bandung, menyimpulkan bahwa secara parsial, BPHTB
Pendapatan berpengaruh
Asli
Daerah
positif
Kota
terhadap
pendapatan asli daerah, selain itu BPHTB
Sumber: Bappenda Kabupaten Bogor
memiliki tingkat efektifitas yang sangat baik Sejak
dilimpahkannya
karena realisasinya mampu melebihi target
kewenangan
yang ditetapkan.
pengelolaan BPHTB, PBB, P2 dan Pajak Air
Dari hasil penelitian sebelumnya dan
Tanah tahun 2011, pertumbuhan penerimaan pajak
daerah
Kabupaten
Bogor
Gambar
selalu
yang
sudah
diuraikan
diatas
menunjukkan grafik meningkat. Ketiga jenis
menunjukkan bahwa BPHTB dan PBB P2
pajak tersebut telah menyumbang hampir 60%
memiliki kontribusi yang terhadap peningkatan
dari total penerimaan pajak daerah pada tahun
pajak
2016.
pendapatan daerah di Kabupaten Bogor.
daerah
yang
akan
meningkatkan
Penelitian lainnya dilakukan di daerah Kabupaten
Jember
Penerimaan
Pajak
mengenai Bumi
dan
Efektifitas
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA
Bangunan
PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS Pengertian Pajak
Perdesaan dan Perkotaan terhadap pendapatan asli daerah oleh Galih (2014) menyimpulkan
Menurut Widyaningsih (2011:2) terdapat
bahwa analisis efektivitas Pajak Bumi dan
beberapa definisi pajak yang dikemukakan oleh
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB P2),
para ahli, yaitu:
pada tahun 2013 sebesar 88,57 % dengan ISSN 2302-1810 (online) DOI: doi.org/10.21009/wahana-akuntansi/13.2.06 178
Dymitri Hani Puspita Sari, Kurnia Heriansyah, dan Indah Masri/ Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi, 13 (2) 2018, 176-193
1.
2.
Definisi
pajak
yang
dikemukakan
oleh
perbedaan dan penggolongan pajak serta jenis-
Adriani A. Adala, pajak adalah iuran kepada
jenis
negara (dapat dipaksakan) yang terutang oleh
penggolongan didasarkan pada suatu kriteria,
yang wajib membayarnya menurut (peraturan
seperti siapa yang membayar pajak, apakah
-peraturan) dengan tidak mendapat prestasi
beban pajak dapat dilimpahkan kepada pihak
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
lain, siapa yang memungut, serta sifat-sifat
yang gunanya adalah untuk membiayai
yang melekat pada pajak yang bersangkutan.
pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan
Berikut ini adalah jenis pajak berdasarkan
dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
kriteria di atas (Priantara, 2012;6).
pemerintahan.
1.
Menurut Sommerferld Ray M., Anderson
Perbedaan
pembagian
atau
Menurut Golongannya Menurut golongannya, pajak dapat
Herschel M., & Brock Horace R, pajak adalah
dibagi menjadi:
suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke
a. Pajak Langsung, yaitu pajak yang
sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran
hukum,
namun
pembebanannya Wajib
wajib
Pajak
langsung yang
kepada
berkewajiban
dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang
membayar pajaknya. Contoh: pajak
ditetapkan lebih dahulu, tanpa mendapat
penghasilan.
imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah 3.
pajak.
dapat
melaksanakan
b. Pajak Tidak Langsung, yaitu pajak
tugas-
yang pembebannya dapat dialihkan
tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
kepada pihak lain. Contoh: pajak
Undang–Undang No.28 Tahun 2007 tentang
pertambahan nilai.
Perubahan Ketiga atas Undang–Undang No.6 Tahun 1983 tentang Kententuan Umum dan
2.
Menurut Sifatnya Menurut sifatnya, pajak dapat dibagi
Tata Cara Perpajakan (KUP) menyebutkan
menjadi:
bahwa pajak adalah kontribusi wajib pajak
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang
kepada negara yang terutang oleh orang
waktu pengenaannya yang pertama
pribadi atau badan yang bersifat memaksa
diperhatikan adalah subjek pajaknya,
berdasarkan UndangUndang dengan tidak
setelah
mendapatkan imbalan secara langsung dan
objeknya. Contoh: pajak penghasilan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
itu
barulah
menentukan
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang ada pada waktu pengenaannya yang
Pengelompokan Pajak
pertama
diperhatikan
objeknya,
setelah
itu
adalah barulah
menentukan subjeknya. Contoh:
Dalam beberapa literatur ilmu keuangan Negara dan pengantar ilmu hukum pajak terhadap
ISSN 2302-1810 (online) DOI: doi.org/10.21009/wahana-akuntansi/13.2.06 179
Dymitri Hani Puspita Sari, Kurnia Heriansyah, dan Indah Masri/ Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi, 13 (2) 2018, 176-193
3.
pajak pertambahan nilai dan pajak
sistem pemungutan langsung dan witholding
bumi bangunan.
system.
Menurut Lembaga Pemungutannya
1.
Menurut lembaga pemungutnya, pajak
Cara pemungutan pajak dilakukan
dapat dibagi menjadi: a. Pajak
Pusat,
Stelsel Pajak berdasarkan tiga stelsel pajak, yaitu :
yaitu
diadministrasikan
pajak
yang
Pemerintah
Pusat
a. Stelsel Nyata (rill stelsel) Stelsel
nyata
adalah
metode
dalam hal ini Kementrian Keuangan,
penghitungan dan besarnya pajak yang
yakni DJP. Contoh: pajak penghasilan
harus dibayar oleh rakyat didasarkan
dan pajak pertambahan nilai.
pada objek pajak (penghasilan) yang
b. Pajak
Daerah,
yaitu
pajak
sesungguhnya
yang
diperoleh
pada
akhir
tahun.
dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah
b. Stelsel Anggapan (fictive stelsel)
tangga daerah. Pajak Daerah dibedakan
Stelsel anggapan yaitu pengenaan pajak
menjadi Pajak Provinsi dan Pajak
didasarkan pada adanya anggapan yang
Kabupaten/Kota. Pajak Provinsi terdiri
diatur oleh undang-undang. Anggapan
dari empat macam pajak, yaitu pajak
tersebut
kendaraan bermotor, pajak bahan bakar
pendapatan tahun berjalan sama dengan
kendaraan bermotor, bea balik nama
penghasilan pajak tahun lalu.
kendaraan
bermotor,
dan
pajak
dapat
berupa
anggaran
c. Stelsel Campuran
pengambilan dan pemanfaatan air di
Stelsel campuran merupakan kombinasi
bawah
antara stelsel nyata dan stelsel anggapan,
tana
Sedangkan
dan Pajak
air
permukaan.
Kabupaten/Kota
dimana
besarnya
pajak
dihitung
terdiri dari pajak hotel, pajak hiburan,
berdasarkan suatu anggapan yang diatur
pajak reklame, pajak penerangan jalan,
oleh undang-undang untuk menentukan
pajak pengambilan dan pengolahan
besarnya pajak pada akhir tahun yang
bahan golongan C (mineral bukan
disesuaikan dengan keadaan sebenarnya.
logam dan batuan) . Dari uraian diatas stelsel pajak merupakan Cara Penghitungan dan Pemungutan Pajak Menurut
Yusdianto
(2004:34),
bentuk pemungutan pajak yang dikenakan kepada
cara
wajib pajak dengan cara pengenaan pajak
pemungutan pajak dapat dilakukan dengan tiga
berdasarkan objek pajak, undang-undang dan
cara sistem pemungutan yaitu stelsel pajak,
campuran antara keduanya.
ISSN 2302-1810 (online) DOI: doi.org/10.21009/wahana-akuntansi/13.2.06 180
Dymitri Hani Puspita Sari, Kurnia Heriansyah, dan Indah Masri/ Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi, 13 (2) 2018, 176-193
aparatur
Sistem Pemungutan Pajak
pajak
menghitung
Prinsip dasar sistem pemungutan pajak
atau
dan
kegiatan
dalam
pemungutan
pajak
yang berlaku di negara kita sekarang adalah self
sepenuhnya ada pada aparatur pajak.
assessment, dimana wajib pajak berkewajiban
Sistem ini berhasil dengan baik kalau
menghitung, memperhitungkan, membayar dan
aparatur
melaporkan
kebutuhan.
sendiri
pajak
yang
terutang 3.
(penjelasan umum UU KUP butir 3 huruf c).
perpajakan
telah
memenuhi
With Holding System
Namun bila wajib pajak tidak atau tidak
With Holding System adalah suatu sistem
sepenuhnya
kewajiban
self
pemungutan
dihitung
atau
wewenang kepada pihak ketiga untuk
ditetapkan oleh aparat pajak (UU KUP Pasal 13
memotong atau memungut besarnya pajak
dan 15).
yang terutang oleh wajib pajak. With
1.
holding system tax merupakan payment
assessmennya
melaksanakan pajak
akan
Self Assessment
system
Self assessment adalah suatu sistem
pajak
sedangkan
yang
self
memberi
assessment
pemungutan pajak yaitu wajib pajak
merupakan assessment. Assessment system
menentukan sendiri jumlah wajib pajak
adalah
yang terutang sesuai dengan ketentunan
menetapkan besarnya pajak yang terutang
Undang-Undang Perpajakan. Guna dapat
bagi wajib pajak. With holding system
memastikan terlaksananya keberhasilan
merupakan bentuk pungutan pajak yang
system self assessment good corporate
diberikan wewenang langsung kepada
governance di masyarakat pembayar pajak
pihak ketiga untuk memungut pajak
(taxpayer) maka ada prinsip mutlak
terutang wajib pajak, contoh with holding
dipahami dan ditetapkan :
systemadalahpemungutanatau
a. Transparansi (Transparency)
penyetoran yang dilakukan oleh
b. Kemandirian (Independence)
bendahara.
sistem
menghitung
atau
c. Akuntabilitas (Accountability) Pengertian Efektifitas
d. Pertanggungjawaban (Responbility).
Definisi efektifitas menurut The Liang Gie
e. Kewajaran (Fairness). 2.
dalam Abdul Halim (2004:166) bahwa:
Official assessment
“Suatu keadaan terjadi sebagai akibat yang
Official Assessment adalah suatu sistem pemungutan pajak yaitu, aparatur pajak
dikehendaki.
Kalau
seseorang
melakukan
yang m...