Analisis S.W.O.T desa Dlanggu Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan PDF

Title Analisis S.W.O.T desa Dlanggu Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan
Author Arum Asanti
Pages 32
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 106
Total Views 592

Summary

TUGAS GEOGRAFI DESA KOTA “Analisis Wilayah Desa Dlanggu Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan” Oleh : Arum Asanti (114274203) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan penulis ...


Description

TUGAS GEOGRAFI DESA KOTA “Analisis Wilayah Desa Dlanggu Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan”

Oleh : Arum Asanti (114274203)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI 2013

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan penulis berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang penulis jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua citacita serta harapan yang ingin penulis capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Analisis Wilayah Desa Dlanggu Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan”. Terima kasih sebelum penulis ucapkan kepada

Dosen matakuliah

Geografi Ekonomi yaitu Ibu Dra. Wiwik Sri Utami, MP di Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Surabaya dan Kepala Desa Desa Dlanggu Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan beserta perangkatnya yang mempermudah penulis dalam mencarikan data monografi Desa Dlanggu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak memiliki kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan baik dalam tata bahasa dan pengkonsolidasian.Untuk itu besar harapan penulis bila ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah penulis dilain waktu, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembacanya. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.

Surabaya, 2013 Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Negara yang berkembang yaitu Negara yang memiliki jumlah pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi namun memiliki kualitas sumberdaya manusia yang rendah termasuk di dalamnya adalan Negara Indonesia.Indonesia secara terus menerus mengalami perkembangan yang di sebabkan karena kondisi-kondisi fisik pada daerah perkotaan maupun pada daerah pedesaan ataupun pada daerah terbelakang. Dalam perkembangannya, suatu wilayah mengalami pekembangan dari jumlah penduduk, pendapatan ekonomi, pendidikan, penggunaan lahan dan sarana prasarana yang ada. Apabiala dalam suatu wilayah memiliki sumberdaya alam yang baik dan memiliki kualitas sumber daya manusia yang potensial maka secara otomatis akan bisa memanfaatkan sumber daya alam tersebut sehingga wilayah tersebut bisa di jadikan tumpuan dari wilayah yang lain. Ada beberapa kota-kota tertentu yang sekarang mempunayai fungsi sebagai pusat perdaganagan yang mulanya merupakan kota yang berfungsi sebagai pusat keagamaan atau pusat pemerintahan. Yang dapat dikatakan bahwa kota kota tersebut memiliki fungsi yang tunggal. Terdapat beberapa cara yang dilakukan dalam mengklasifikasikan kota, yang didapatkan melalui usaha yang bersifat sugestif dimana fungsi yang dianggap paling menonjol diantara kegiatan-kegiatan yang ada, digunakan sebagai dasar klasifikasi Desa dalam kehidupan sehari-hari atau secara umum sering di istilahkan dengan kampung,yaitu suatu daerah yang letaknya jauh dari keramaian kota,yang di huni sekelompok masyrakat di mana sebagian besar mata pencaharianya sebagai petani sedangkan secara atmininistrastif desa adalah yang terdiri dari satu atau lebih atau dusun di gabungkan hingga menjadi suatu daerah yang berdiri sendiri atau berhak mengatur rumah tangga sendiri (otonomi).yang memiliki fungsi sumber bahan pangan, penghasilan bahan mentah, penghasil tenaga kerja, pusat-pusat industri kecil. pola persebaran desa di sebabka karena adanya faktor Letak desa, Keadaan iklim, Kesuburan tanah, Tata air, Keadaan ekonomi, dan Keadaan budaya. Desa Dlanggu Kecamatan Dedet Kabupaten lamongan secara letak geografis di sebalah utara Desa laladan, sebelah selatan Desa Sidokumpul, sebelah barat Desa Gedongboyo untung, dan sebelah timur Desa Dinoyo. Dimana jarak antara Desa Dlanggu dengan ke pusat kota Lamongan yaitu 3 km di tempuh dalam 15 menit. Desa Dlanggu memiliki faktor-faktor yang dapat di

lihat dari segi ekonomi, pendidikan, kondisi fisik, social, budya dan kelembagaan. B. Rumusan Masalah Dari Latar Belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan masalah seperti berikut : 1. Apakah Desa Dlanggu Kecamatan Deket Kabupaten Lamonggan termasuk dalam kelompok Desa (rular), peralihan Desa – Kota (Urban Fringe), atau kuta (Urban)? 2. Bagaimana Desa Dlanggu Kecamatan Deket Kabupaten Lamonggan jika dianalisis menggunakan analisis SWOT? 3. Apakah wilayah Desa Dlanggu Kecamatan Deket Kabupaten Lamonggan tergolong Desa Swadaya, Desa Swakarya atau Desa Swasembada? C. Tujuan Pembahasan Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan pembahasannya adalah sebagai berikut : 1. Agar dapat mengetahui Desa Dlanggu Kecamatan Deket Kabupaten kelompok

Lamonggan termasuk dalam

(rular), peralihan Desa – Kota (Urban

Fringe), atau kuta (Urban). 2. Agar dapat mengetahui potensi yang ada pada wilayah Desa Dlanggu Kecamatan Deket Kabupaten Lamonggan jika di analisis dengan menggunakan analisi SWOT. 3. Agar dapat mengetahui Desa Dlanggu Kecamatan Deket

Kabupaten

Lamonggan

tergolong

Desa

Swadaya, Desa Swakarya atau Desa Swasembada.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Desa 1. Pengertian Desa Menurut Para Ahli •

Menurut R Bintarto, Desa atau kota merupakan suatu hasil perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisografis, sosial, ekonomi, politk dan kultural yang terdapat pada suatu daerah serta memiliki hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.



Menurut Sutarjo Kartohadikusumo, Desa adalah suatu kesatuan hukumdi mana bermukim suatu masyarakat yang bekuasa dan masyarakat tersebut mengadakan pemerintah sendiri. Unsur-unsur dalam desa meliputi : a. Daerah (Lingkungan geografis) b. Penduduk, yang meliputi berbagai hal tentang kepududukan seperti : jumlah, persebaran, mata pencaharian dll. c. Tata kehidupan, meliputi segala hal yang menyangkut seluk beluk kehidupan masyarakat desa.



Menurut William ogburn & Nimkoff,

Desa adalah kesatuan organisasi kehidupan sosial di dalam daerah terbatas. (William ogburn & Nimkoff, ) •

Menurut Misra Desa adalah suatu kumpulan tempat tinggal dan kumpulan daerah pertanian dengan batas-batas tertentu yang luasnya antara 50 – 1.000 are



Paul H Landis Desa adalah suatu wilayah yang jumlah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan cirri-ciri sebagai berikut :

ü Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra ribuan jiwa ü Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan ü Cara berusaha (ekonomi) aalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti iklim,

keadaan

alam,

kekayaan

alam,

sedangkan

pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. •

UU no. 5 tahun 1979 Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia;



UU no. 22 tahun 1999 Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten Secara umum desa dapat di artikan suatu wilayah yang ditempati

sekelompok masyarakat yang bersifat agraris, sosialis dan berhak mengatur rumah tangga sendiri. Dalam menjalankan pemerintahan, masyarakat desa dibagi ke dalam beberapa tingkat mulai dari kepala desa, kepala dusun, ketua RW, ketua RT dan kepala keluarga. Jabatan di desa merupakan sebuah kehormatan dan pemilik jabatan akan dihormati dengan baik.

2. Fungsi Desa ü Sebagai hinterland (penyangga kota) ü Dari sudut ekonomi, sebagai lumbung bahan mentah ü Pen-supplai tenaga kerja ü Okupasi

3. Unsur Desa ü Daerah ü Penduduk ü Tata Kehidupan 4. Ciri-ciri Desa ü Kehidupan tergantung pada alam ü Toleransi sosialnnya kuat ü Adat-istiadat dan norma agama kuat ü Kontrol sosialnya didasarkan pada hokum informal ü Hubungan kekerabatan didasarkan pada Gemeinssehaft (paguyuban) ü Pola pikirnya irrasional ü Struktur perekonomian penduduk bersifat agraris.

5. Klasifikasi Desa Berdasarkan tingkat pembangunan dan kemampuan mengembangkan potensi yang dimilikinya,desa dapat diklasifikasikan menjadi berikut ini : a) Desa swadaya Desa swadaya adalah suatu wilayah pedesaan yang hampir seluruh masyarakatnya mampu memenuhi kebutuhannya dengan cara mengadakan sendiri. Ciri-ciri desa swadaya : 1. Daerahnya terisolir dengan daerah lainnya 2.

Penduduknya jarang.

3. Mata pencaharian homogen yang bersifat agraris. 4.

Bersifat tertutup.

5.

Masyarakat memegang teguh adat.

6. Teknologi masih rendah. 7. Sarana dan prasarana sangat kurang. 8. Hubungan antarmanusia sangat erat. 9. Pengawasan sosial dilakukan oleh keluarga. b) Desa swakarya Desa swakarya adalah desa yang sudah bisa memenuhi

kebutuhannya sendiri,kelebihan produksi sudah mulai dijual kedaerah-daerah lainnya. Ciri-ciri desa swakarya : 1. Adanya pengaruh dari luar sehingga mengakibatkan perubahan pola pikir. 2. Masyarakat sudah mulai terlepas dari adat. 3. Produktivitas mulai meningkat. 4.

Sarana prasarana mulai meningkat.

5. Adanya pengaruh dari luar yang mengakibatkan perubahan cara berpikir. c) Desa swasembada Desa swasembada adalah desa yang lebih maju dan mampu mengembangkan semua potensi yang ada secara optimal,dengan ciri-ciri berikut : 1. Hubungan antarmanusia bersifat rasional. 2. Mata pencaharian homogen. 3. Teknologi dan pendidikan tinggi. 4.

Produktifitas tinggi.

5. Terlepas dari adat. 6. Sarana dan prasarana lengkap dan modern. 6. Pola Persebaran Desa 1. Pola memanjang mengikuti jalan raya. Pola ini umumnya terdapat di pedalaman 2. Pola mengikuti rel kereta api 3. Mengikuti garis pantai 4. Pola masyarakatPenyebarannya: ü Terdapat di daerah pegunungan (dataran tinggi) ü Daerah yang berelief kasar ü Pola Desa Tersebar ü Pola desa yang tidak teratur. Pola desa ini banyak dijumpai di daerah Karst (Kapur) B. Kota 1. Pengetian Kota •

Menurut Menteri Dalam Negeri RI NO. 4/1980

1. Kota adalah suatu wilayah yang mempunyai batas administrasi wilayah 2.

Kota adalah lingkungan kehidupan yang mempunayi cirri non-agraris



Secara Geografis Kota adalah suatu bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsure-unsur alami dan non-alami dengan gajala pemusatan penduduk tinggi, corak kehidupan yang heterogen, sifat penduduknya individualistis dan materialistis.



Prof. Bintarto Kota adalah suatu bentangan budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejalanya pemusatan penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya (sub urban).

2. Ciri Fisik Kota ü Adanya sarana ekonomi ü Gedung pemerintahan ü Alun-alun ü Tempat parker ü Sarana rekreasi ü Sarana olah raga ü Komplek perumahan 3. Ciri-Ciri Kota ü Adanya keanekaragaman penduduk ü Sikap penduduk bersifat individualistic ü Hubungan sosial bersifat Gesselsehaft (Patembayan) ü Adanya pemisahan keruangan yang dapat membentuk komplekkomplek tertentu ü Norma agama tidak ketat ü Pandangan hidup kota lebih rasional 4. KLASIFIKASI KOTA A. Menurut Jumlah Penduduk 1. Kota Kecil =penduduknya antara 20.000-50.000 jiwa

2. Kota sedang =penduduknya antara 50.000-100.000 jiwa 3. Kota besar =penduduknya antara 100.000-1.000.000 jiwa 4. Metropolitan =penduduknya antara 1.000.000-5.000.000 jiwa 5. Megapolitan =penduduknya lebih dari 5.000.000 jiwa B. Menurut tingkat perkembangan 1. Tahap eopolis adalah tahap perkembangan desa yang sudah teratur dan masyarakatnya merupakan peralihan dari pola kehidupan desa kea rah kehidupan kota. 2.

Tahap polis adalah suatu daerah kota yang sebagian penduduknya masih mencirikan sifat-sifat agraris.

3. Tahap metropolis adalah suatu wilayah kota yang ditandai oleh penduduknya sebagaian kehidupan ekonomi masyarakat ke sector industri. 4. Tahap megapolis adalah suatu wilayah perkotaan yang terdiri dari beberapa kota metropolis yang menjadi satu sehingga membentuk jalur perkotaan. 5. Tahap tryanopolis adalah suatu kota yang ditandai dengan adanya kekacauan pelayanan umum, kemacetan lalu-lintas, tingkat kriminalitas tinggi. 6. Tahap necropolis (Kota mati) adalah kota yang mulai ditinggalkan penduduknya. C. Desa-Kota 1. Pengertian •

Prof. Bintarto

Penjabaran suatu region sebagai wilayah peralihan sebagai tempat bermukim masyarakat wilayah pinggir kota dan dengan demikian juga mencakup semua aspek interaksi, perilaku sosial dan struktur fisik secara spasial.

BAB III PEMBAHASAN 1. Peta Penggunaan Lahan Desa Dlanggu Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan

2. Hasil Analisis Per-grid (dengan menggunakan ukuran grid 1 X 1 cm) Peta Desa Dlanggu Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan

No Grid

Penggunaan Lahan

1 Tidak Terbangun: Sawah 2 Tidak Terbangun: Sawah 3 Terbangun: Jalan Raya 4 Tidak Terbangun: Sawah 5 Tidak Terbangun: Sawah, 6 Tidak Terbangun: Sawah 7 Tidak Terbangun: Sawah 8 Tidak Terbangun: Sawah 9 Tidak Terbangun: Sawah 10 Tidak Terbangun: Sawah, 11 Terbangun:Jalan Raya 12 Tidak Terbangun: Sawah 13 Tidak Terbangun: Sawah 14 Terbangun: Rumah 15 Tidak Terbangun: Sawah, Jalan Raya 16 Tidak Terbangun: Sawah,Jalan Raya 17 Tidak Terbangun: Sawah 18 Tidak Terbangun: Sawah 19 Tidak Terbangun: Sawah 20 Tidak Terbangun: Sawah 21 Tidak Terbangun: Sawah, Jalan Raya 22 Tidak Terbangun: Sawah

Keterangan Kedesaan Kedesaan Kekotaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kekotaan Kedesaan Kedesaan Kekotaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan

23 Tidak Terbangun: Sawah, Jalan Raya 24 Terbangun, Jalan Raya 25 Tidak Terbangun: Sawah 26 Tidak Terbangun: Sawah 27 Tidak Terbangun: Sawah 28 Tidak Terbangun: Sawah 29 Tidak Terbangun: Sawah 30 Tidak Terbangun: Sawah 31 Tidak Terbangun: Sawah 32 Tidak Terbangun: Sawah 33 Tidak Terbangun: Sawah 34 Tidak Terbangun: Sawah, Jalan Raya 35 Tidak Terbangun: Sawah, Jalan Raya 36 Tidak Terbangun: Sawah 37 Tidak Terbangun: Sawah,Jalan Raya 38 Tidak Terbangun: Sawah 39 Tidak Terbangun: Sawah 40 Tidak Terbangun: Sawah 41 Tidak Terbangun: Sawah 42 Tidak Terbangun: Sawah 43 Tidak Terbangun: Sawah 44 Tidak Terbangun: Sawah 45 Tidak Terbangun: Sawah 46 Tidak Terbangun: Sawah 47 Tidak Terbangun: Sawah 48 Tidak Terbangun: Sawah

Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan

49 Tidak Terbangun: Sawah 50 Tidak Terbangun: Sawah 51 Tidak Terbangun: Sawah 52 Tidak Terbangun: Sawah 53 Tidak Terbangun: Sawah, Jalan 54 Terbangun: Rumah 55 Terbangun: Rumah 56 Tidak Terbangun: Sawah, Jalan 57 Tidak Terbangun: Sawah, Jalan 58 Tidak Terbangun: Sawah, 59 Tidak Terbangun: Sawah 60 Tidak Terbangun: Sawah 61 Tidak Terbangun: Sawah, Jalan 62 Tidak Terbangun: Sawah, Jalan 63 Terbangun: Rumah 64 Terbangun: Rumah 65 Tidak Terbangun: Sawah 66 Tidak Terbangun: Sawah 67 Tidak Terbangun: Sawah 68 Tidak Terbangun: Sawah 69 Tidak Terbangun: Sawah 70 Tidak Terbangun: Sawah 71 Tidak Terbangun: Sawah 72 Tidak Terbangun: Sawah 73 Tidak Terbangun: Sawah 74 Tidak Terbangun: Sawah

Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kekotaan Kekotaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kekotaan Kekotaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan

75 Tidak Terbangun: Sawah 76 Tidak Terbangun: Sawah 77 Tidak Terbangun: Sawah 78 Tidak Terbangun: Sawah 79 Tidak Terbangun: Sawah 80 Tidak Terbangun: Sawah 81 Tidak Terbangun: Sawah 82 Tidak Terbangun: Sawah 83 Terbangun: Jalan Raya 84 Tidak Terbangun: Sawah 85 Tidak Terbangun: Sawah 86 Tidak Terbangun: Sawah 87 Tidak Terbangun: Sawah 88 Tidak Terbangun: Sawah 89 Tidak Terbangun: Sawah 90 Terbangun: Rumah, Jalan Raya 91 Tidak Terbangun: Sawah 92 Tidak Terbangun: Sawah 93 Tidak Terbangun: Sawah 94 Tidak Terbangun: Sawah 95 Tidak Terbangun: Sawah 96 Tidak Terbangun: Sawah 97 Tidak Terbangun: Sawah 98 Tidak Terbangun: Sawah 99 Tidak Terbangun: Sawah 100 Tidak Terbangun: Sawah 101 Tidak Terbangun: Sawah

Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kekotaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kekotaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan

102 Tidak Terbangun: Sawah 103 Tidak Terbangun: Sawah 104 Tidak Terbangun: Sawah 105 Tidak Terbangun: Sawah 106 Tidak Terbangun: Sawah 107 Tidak Terbangun: Sawah 108 Terbangun: Rumah 109 Terbangun: Rumah, Jalan

Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kekotaan Kekotaan

110 Tidak Terbangun: Sawah

Kedesaan

111 Terbangun: Rumah,Jalan Raya

Kekotaan

112 Tidak Terbangun: Sawah

Kedesaan

113 Terbangun: Rumah, Jalan Raya 114 Terbangun: Rumah, Jalan Raya 115 Terbangun: Rumah, Jalan Raya 116 Terbangun: Rumah, Jalan Raya 117 Terbangun: Jalan Raya 118 Terbangun: Jalan Raya 119 Terbangun: Jalan Raya 120 Terbangun: Jalan Raya 121 Terbangun: Jalan Raya 122 Terbangun: Jalan Raya 123 Terbangun: Jalan Raya 124 Tidak Terbangun: Sawah 125 Tidak Terbangun: Sawah 126 Tidak Terbangun: Sawah 127 Tidak Terbangun: Sawah 128 Tidak Terbangun: Sawah

Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan

129 Tidak Terbangun: Sawah 130 Tidak Terbangun: Sawah 131 Tidak Terbangun: Sawah 132 Terbangun: Rumah, Jalan Raya, Makam 133 Terbangun: Rumah, Jalan Raya 134 Terbangun: Rumah, Jalan Raya 135 Terbangun: Jalan Raya 136 Terbangun: Jalan Raya 137 Terbangun: Rumah, Jalan Raya 138 Terbangun: Rumah, Jalan Raya 139 Terbangun: Rumah, Jalan Raya 140 Terbangun: Rumah, Jalan Raya, 141 Tidak Terbangun: Sawah 142 Tidak Terbangun: Sawah 143 Tidak Terbangun: Sawah 144 Tidak Terbangun: Sawah 145 Tidak Terbangun: Sawah 146 Tidak Terbangun: Sawah 147 Tidak Terbangun: Sawah 148 Tidak Terbangun: Sawah 149 Tidak Terbangun: Sawah 150 Tidak Terbangun: Sawah, Jalan 151 Tidak Terbangun: Sawah 152 Tidak Terbangun: Sawah 153 Tidak Terbangun: Sawah 154 Tidak Terbangun: Sawah, Jalan 155 Terbangun: Rumah, Jalan Raya

Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kekotaan

156 Terbangun: Rumah, Jalan Raya 157 Terbangun: Rumah, Jalan Raya, Masjid 158 Terbangun: Rumah, Jalan Raya, Sekolahan 159 Terbangun: Rumah, Jalan Raya 160 Terbangun: Rumah, Jalan Raya 161 Terbangun: Rumah 162 Terbangun: Rumah 163 Terbangun: Rumah 164 Tidak Terbangun: Sawah 165 Tidak Terbangun: Sawah 166 Tidak Terbangun: Sawah 167 Tidak Terbangun: Sawah 168 Tidak Terbangun: Sawah 169 Tidak Terbangun: Sawah 170 Tidak Terbangun: Sawah 171 Tidak Terbangun: Sawah 172 Tidak Terbangun: Sawah 173 Tidak Terbangun: Sawah 174 Tidak Terbangun: Sawah 175 Tidak Terbangun: Sawah 176 Tidak Terbangun: Sawah 177 Tidak Terbangun: Sawah 178 Tidak Terbangun: Sawah 179 Terbangun: Rumah 180 Terbangun: Rumah 181 Terbangun: Rumah

Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kekotaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedesaan Kedes...


Similar Free PDFs