Asersi Manajemen, Tanggung Jawab Auditor, Tujuan Audit, Bukti Audit, Materialitas dan Program Audit PDF

Title Asersi Manajemen, Tanggung Jawab Auditor, Tujuan Audit, Bukti Audit, Materialitas dan Program Audit
Author Redaktur Wau
Pages 41
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 198
Total Views 918

Summary

THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING ASERSI MANAJEMEN, TANGGUNG JAWAB AUDITOR, TUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT, RESIKO, MATERIALITAS DAN PROGRAM AUDIT Oleh: Redaktur Wau BAB I PENDAHULUAN Istilah auditing berasal dari kata “audire” (Bahasa Latin) yang berarti mendengar. Seorang yang melakukan fungsi auditing d...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Asersi Manajemen, Tanggung Jawab Auditor, Tujuan Audit, Bukti Audit, Materialitas dan Program Audit Redaktur Wau

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING ASERSI MANAJEMEN, TANGGUNG JAWAB AUDITOR, TUJUAN AUDIT, BUKTI AUDIT, RESIKO, MATERIALITAS DAN PROGRAM AUDIT

Oleh: Redaktur Wau

BAB I PENDAHULUAN Istilah auditing berasal dari kata “audire” (Bahasa Latin) yang berarti mendengar.

Seorang yang melakukan fungsi

auditing dikenal sebagai auditor, yang pada mulanya adalah pendengar kritis terhadap suatu pertanggungjawaban yang dibacakan oleh penanggungjawab suatu badan usaha. Saat ini, auditor merupakan profesi yang telah berkembang sesuai kebutuhan. Auditor telah terbagi dalam beberapa jenis seperti

eksternal

auditor

dan

internal

auditor.

Tujuan

pemeriksaan auditor adalah untuk memeriksa dan memperoleh keyakinan, apakah kegiatan organisasi usaha dalam hal-hal yang material sudah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Untuk mencapai tujuan audit (audit objective), seorang auditor harus membuat rencana audit yang terdiri dari prosedurprosedur

yang

akan

dijalankan.

Rencana

audit

tersebut

dituangkan dalam Audit Program. Dalam perencanaan audit, harus dipahami terlebih dahulu “the building blocks of auditing” yang dibagi dalam poin-poin berikut ini: 1. Asersi manajemen dan Tujuan audit. 2. Tanggung jawab auditor. 3. Bukti audit. 4. Risiko, materialitas, bukti audit. 5. Program audit.

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Teori Auditing Untuk dapat memahami dan lebih memperjelas pengertian auditing

secara

baik,

berikut

ini

pendapat

beberapa

ahli

akuntansi: Menurut Mulyadi (2002:9) secara umum auditing adalah sebagai berikut: Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi

bukti

secara

objektif

mengenai

pernyataan-

pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataanpernyataan tersebut dengan kriteria yang telah di tetapkan, serta

penyampaian

hasil-hasilnya

kepada

pemakai

yang

berkepentingan. Agoes (2004:1) memberikan definisi dari auditing sebagai berikut: Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis,

oleh pihak yang

independen,

terhadap laporan

keuangan yang disusun oleh manajemen, beserta catatancatatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Arens (2003:1) mengatakan auditing sebagai berikut: Auditing adalah proses pengumpulan dan pengawasan bahan bukti tentang informasi yang dapat di ukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independent

untuk

dapat

menentukan

dan

melaporkan

kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria

yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independent dan kompeten. Dari definisi di atas dapat diambil beberapa kata kunci dari auditing

yaitu:

proses

pemeriksaan,

kritis

dan

sistematis,

pengumpulan dan evaluasi bukti yang objektif, auditor kompeten dan independen, kegiatan dan kejadian ekonomi, kriteria yang ditetapkan, dan kewajaran laporan keuangan.

2.2. Asersi Manajemen dan Tujuan Audit Asersi

merupakan

pernyataan

manajemen

yang

terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Klasifikasi asersi (SA 315 par A111): 1. Asersi tentang golongan transaksi

dan peristiwa untuk

periode yang diaudit: a. Keterjadian (occurence): transaksi dan peristiwa yang telah terbukukan telah terjadi dan berkaitan dengan entitas. b. Kelengkapan

(completeness):

seluruh

transaksi

dan

peristiwa yang seharusnya terbukukan telah dicatat. c. Keakurasian (accuracy): jumlah-jumlah dan data lainnya yang berkaitan dengan transaksi dan peristiwa yang telah dibukukan telah dicatat dengan tepat. d. Pisah

batas

(cut-off):

transaksi

dan

peristiwa

telah

dibukukan dalam periode akuntansi yang tepat. e. Klasifikasi (classification): transaksi dan peristiwa telah dibukukan dalam akun yang tepat. 2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode: a. Eksistensi (existence): aset, liabilitas, dan ekuitas ada.

b. Hak

dan

kewajiban

(rights

and

obligations):

entitas

memiliki atau mengendalikan hak atas aset dan memiliki kewajiban atas liabilitas. c. Kelengkapan (completeness): seluruh aset, liabilitas, dan ekuitas yang seharusnya terbukukan telah dicatat. d. Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation): aset, liabilitas, dan ekuitas tercantum dalam laporan keuangan pada jumlah yang

tepat

penilaian

yang

atau

pengalokasian

dan penyesuaian terjadi

dibukukan

dengan tepat. 3. Asersi tentang Asersi tentang penyajian dan pengungkapan: a. Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and obligations): peristiwa, transaksi, dan hal-hal lainnya yang diungkapkan, telah terjadi dan berkaitan dengan entitas. b. Kelengkapan (completeness): seluruh pengungkapan yang seharusnya tercantum dalam laporan keuangan telah disajikan. c. Klasifikasi

dan

understandability):

keterpahaman informasi

(classification

keuangan

disajikan

and dan

dijelaskan secara tepat, serta pengungkapan disajikan dengan jelas. d. Keakurasian

dan

penilaian

(accuracy

and

valuation):

informasi keuangan dan informasi lainnya diungkapkan secara wajar dan pada jumlah yang tepat. Tujuan audit umum dan tujuan audit khusus yang terkait dengan asersi manajemen akan memberikan kerangka kerja untuk mengumpulkan bahan bukti audit yang kompeten dan cukup.

Tabel Hubungan Asersi Manajemen dan Tujuan Umum Audit Asersi Manajemen Keberadaan

Tujuan Umum Audit

atau Aset dan liabilitas entitas ada pada tanggal

keterjadian

tertentu, dan transaksi pendapatan dan biaya terjadi dalam periode tertentu

Kelengkapan

Semua transaksi dan semua rekening yang seharusnya

telah

disajikan

dalam

laporan

keuangan Hak dan kewajiban

Aset adalah hak entitas dan utang adalah kewajiban entitas pada tanggal tertentu

Penilaian alokasi

atau Komponen aset, utang, pendapatan dan biaya telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya

Penyajian pengungkapan

dan Komponen tertentu dalam laporan keuangan telah

digolongkan,

digambarkan,

dan

diungkapkan secara semestinya

Tabel Hubungan Asersi Manajemen dan Tujuan Khusus Audit Asersi Manajemen Tujuan audit spesifik berkait transaksi yang diterapkan pada penjualan Keberadaan keterjadian

atau Penjualan

yang

dicatat

adalah

untuk

pengiriman kepada konsumen yang benarbenar ada.

Kelengkapan

Transaksi penjualan yang ada seluruhnya telah dicatat.

Penilaian alokasi

atau Penjualan

yang

dicatat

adalah

sejumlah

barang yang dikirim dan ditagih serta dicatat

dengan benar. Hak dan Kewajiban

Transaksi Penjualan di klasifikasikan dengan tepat. Penjualan dicatat pada tanggal yang benar.

Penyajian

dan Transaksi

Pengungkapan

penjualan

dicatat

dalam

buku

tambahan dengan benar dan diikhtisarkan dengan benar.

2.3. Tanggung Jawab Auditor Berdasarkan PSA No.02 seksi 110, auditor mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai (reasonable assurance) tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecuranga, yang tidak material terhadap laporan keuangan. Laporan

keuangan

merupakan

tanggung

jawab

manajemen. Tanggung jawab auditor adalah untuk menyatakan pendapat

atas

laporan keuangan.

Manajemen bertanggung

jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat dan untuk membangun dan memelihara pengendalian intern yang ada,

diantaranya

mencatat,

mengolah,

meringkas,

dan

melaporkan transaksi (termasuk peristiwa dan kondisi) yang konsisten dengan asersi manajemen yang tercantum dalam

laporan keuangan. Transaksi entitas dan aset, liabilitas dan ekuitas yang terkait adalah berada dalam pengetahuan dan pengendalian

langsung

manajemen.

Pengetahuan

auditor

tentang masalah dan pengendalian intern tersebut terbatas pada yang diperoleh melalui audit. Oleh karena itu, penyajian secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia merupakan bagian yang tersirat dan terpadu dalam tanggung jawab manajemen. Auditor Independen dapat memberikan saran tentang bentuk dan isi laporan keuangan atau membuat draft laporan keuangan, seluruhnya atau sebagian, berdasarkan informasi dari manajemen dalam pelaksanaan audit. Namun, tanggung jawab auditor

atas

laporan

keuangan

terbatas

pada

pernyataan

pendapatnya atas laporan keuangan tersebut. Berikut beberapa istilah yang disebutkan dalam tanggung jawab auditor: 1. Salah saji material dan tidak material Dianggap material bila gabungan berbagai kekeliruan yang belum terkoreksi dan kecurangan dalam laporan keuangan dapat mengubah atau mempengaruhi berbagai keputusan pengguna laporan keuangan. 2. Keyakinan yang memadai Auditor

bertanggungjawab

untuk

merencanakan

dan

melaksanakan audit guna memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan terbebas dari salah saji material. Laporan auditor yang berisi tentang pendapat auditor atas laporan

keuangan

didasarkan

pada

konsep

perolehan

keyakinan memadai. Suatu audit tidak memberikan jaminan atas akurasi laporan keuangan.

Auditor bertanggung jawab atas tingkat keyakinan yang memadai tetapi tidak mutlak karena: a. Mayoritas bukti audit berasal dari pengujian sampel atas populasi. b. Berbagai penyajian akuntansi terdiri dari sejumlah taksiran yang

kompleks,

ketidakpastian

yang

serta

dapat

mengandung

sejumlah

mempengaruhi

berbagai

peristiwa yang akan datang. c. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali sangat sulit dibuktikan, khususnya saat terdapat suatu kolusi dalam manajemen perusahaan. 3. Kekeliruan dan Kecurangan Kekeliruan merupakan kesalahan penyajian atas laporan keuangan yang tidak disengaja (unintentionally), meliputi kekeliruan

dalam

akuntansi

yang

pengumpulan menjadi

atau

sumber

pengolahan

penyusunan

data

laporan

keuangan; estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yang timbul dari kecerobohan atau salah tafsir fakta; dan/atau Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan

jumlah,

klasifikasi,

cara

penyajian,

atau

pengungkapan. Kecurangan merupakan kesalahan penyajian yang disengaja (intentionally), yaitu: a. Penggelapan aset (misappropriation of assets). b. Kecurangan

pelaporan

keuangan

(fraudulent

financial

reporting). 4. Skeptism Profesional Merupakan sikap dimana auditor tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen bersikap tidak jujur, tetapi kemungkinan

bahwa

mereka telah

bersikap

tidak

jujur

harus

tetap

dipertimbangkan. Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi pelanggaran hukum: a. Menentukan apakah suatu tindakan klien itu dipandang sebagai pelanggaran hukum, biasanya hal tersebut berada diluar kompetensi profesional auditor. b. Auditor harus mendeteksi dan melaporkan salah saji akibat tindakan melanggar hukum yang berdampak langsung dan material terhadap jumlah dan kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan.

2.4. Bukti Audit

Menurut Arrens dan Loebbecke (2003), “bukti audit adalah

setiap informasi yang digunakan oleh auditor dalam menentukan kesesuian informasi yang sedang diaudit dengan kriteria yang ditetapkan.”

Bukti audit merupakan semua media informasi yang digunakan

oleh

auditor

untuk

mendukung

argumentasi,

pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya. Tidak semua informasi bermanfaat bagi audit, karena itu informasi harus dipilih. Pedoman pemilihan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit adalah bahwa informasi tersebut harus andal sehingga mampu meyakinkan pihak lain. Bukti audit didasarkan pada Standar pekerjaan lapangan ketiga yang berbunyi: "Auditor harus memperoleh cukup bukti yang tepat dengan melakukan prosedur audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut

laporan keuangan yang diaudit". Keputusan penting yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumalah bukti audit yang tepat, yang diperlukan

untuk

memenuhi

keyakinan

bahwa

komponen

laporan keuangan klien dan keseluruhan laporan telah disajikan secara wajar, dan bahwa klien menyelenggarakan pengendalian internal yang efektif atas laporan keuangan. Ada empat keputusan mengenai bukti apa yang harus dikumpulkan dan berapa banyak, yaitu: 1. Prosedur audit yang akan digunakan; 2. Berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tersebut; 3. Item-item mana yang akan dipilih dari populasi; 4. Kapan melaksanakan prosedur tersebut. Dua penentu persuasivitas bukti audit adalah ketepatan dan kecukupan bukti, yang langsung diambil dari standar pekerjaan lapangan. 1. Ketepatan Bukti Ketepataan bukti adalah ukuran mutu bukti yang berarti relevansi dan reliabilitasnya memenuhi tujuan audit untuk kelas

transaksi,

saldo

akun,

dan

pengungkapan

yang

berkaitan. Jika suatu bukti dianggap sangat tepat, hal itu akan sangat membantu dalam meyankinkan auditor bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. a. Relevansi Bukti Bukti audit harus berkaitan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh auditor sebelum bukti tersebut dianggap tepat. Sebagai contoh, anggaplah auditor prihatin bahwa klien belum menagih pelanggan atas barang yang dikirim (tujuan

transaksi kelengkapan). Jika auditor memilih suatu sampel dari salinan faktur penjualan dan menelusuri setiap salinan tersebut ke dokumen pengiriman terkait, bukti tersebut tidak relevan dengan tujuan kelengkapan dan dengan demikian bukan merupakan bukti yang tepat untuk tujuan tersebut. Prosedur yang relevan adalah menelusuri sampel dokumen pengiriman ke salinan faktur penjualan terkait untuk

menentukan

apakah

setiap

pengiriman

barang

tersebut telah ditagihkan. b. Reliabilitas Bukti Reliabilitas

bukti

mengacu pada tingkat

dimana bukti

tersebut dianggap dapat dipercaya atau layak dipercaya. Reliabilitas tergantung pada enam karakteristik bukti yang dapat diandalkan berikut: 1) Independensi penyedia bukti Bukti yang diperoleh dari sumber luar entitas lebih dapat diandalkan daripada yang diperoleh dari dalam entitas. Komunikasi dari bank, pengacara, atau para pelanggan umumnya lebih dapat diandalkan daripada jawaban yang diperoleh dari wawancara dengan klien. 2) Efektivitas pengendalian internal klien Jika pengendalian internal klien efektif, bukti audit yang diperoleh

lebih

dapat

diandalkan

daripada

jika

pengendalian internalnya lemah. 3) Pengetahuan langsung auditor Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor melalui pmeriksaan fisik, observasi, penghitungan ulang dan inspeksi akan lebih dapat diandalkan daripada informasi yang diperoleh secara tidak langsung.

4) Kualifikasi individu yang menyediakan informasi Meskipun sumber informasi bersifat independen, bukti audit tidak akan dapat diandalkan kecuali individu yang menyediakan informasi tersebut memenuhi kualifikasi untuk itu. Karena itu, komunikasi dengan pengacara dan konfirmasi

bank

umumnya

lebih

bernilai

daripada

konfirmasi piutang usaha dari orang-orang yang kurang memahami dunia bisnis. 5) Tingkat objektivitas Bukti yang objektif lebih dapat diandalkan daripada bukti yang

memerlukan

pertimbangan

tertentu

menentukan apakah bukti tersebut benar.

untuk Contoh-

contoh bukti yang objektif meliputi konfirmasi piutang usaha dan saldo bank, perhitungan fisik sekuritas dan kas,

serta

perhitungan

saldo

utang

usaha

untuk

menentukan apakah data tersebut sesuai dengan saldo yang ada pada buku besar. 6) Ketepatan waktu Ketepatan waktu audit dapat merujuk pada kapan bukti itu dikumpulkan maupun pada periode yang tercakup oleh audit itu. Bukti ini biasanya lebih dapat diandalkan untuk

akun-akun

neraca

apabila

diperoleh

sedekat

mungkin dengan tanggal nerca. Untuk akun-akun laporan laba

rugi,

bukti

yang

diperoleh

akan

lebih

dapat

diandalkan jika sampel dari keseluruhan periode yang diaudit, seperti sampel acak transaksi penjualan dari setahun penuh, bukan hanya dari sebagian periode, seperti sampel yang terbatas pada 6 bulan pertama saja.

2. Kecukupan Bukti Audit Hal

ini

berkaitan

dikumpulkan

oleh

dengan

kuantitas

auditor.

Faktor


Similar Free PDFs