BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi PDF

Title BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi
Author Siska Wati
Pages 168
File Size 12.2 MB
File Type PDF
Total Downloads 138
Total Views 336

Summary

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi Susu merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu sebagian besar digunakan sebaga...


Description

Accelerat ing t he world's research.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi siska wati

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

TATALAKSANA PEMELIHARAAN SAPI PERAH rokhmat un nazilahrs

Judul KKL jadi.docx Muhammad Idrus LAPORAN MANAJEMEN T ERNAK PERAH Yusuf Ahmad

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi Susu merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun. Susu sebagian besar digunakan sebagai bahan makanan yang baik dan bernilai gizi tinggi. Bahan makanan ini mudah dicerna dan mengandung zat-zat makanan yang sangat diperlukan oleh manusia seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan air (Sulistyowati, 2009). Sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat baik dibandingkan ternak lain. Kemampuan sapi perah dalam memproduksi susu dipengaruhi oleh faktor genetik berkisar antara 25%-30% dan 70% dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Manajemen pemeliharaan sapi perah masa laktasi merupakan suatu kegiatan pemeliharaan sapi induk yang sedang laktasi yang meliputi: manajemen pakan, manajemen pemeliharaan bakalan, manajemen perkawinan, manajemen pemeliharaan sapi kering, manajemen pemerahan, manajemen kesehatan ternak, vaksinasi, pemeliharaan kandang dan sanitasi serta penanganan limbah. Manajemen pemeliharaan merupakan faktor penentu hasil ternak. Efisiensi pengembangan usaha ternak perah dapat dicapai apabila tata laksana dan 1

manajemen pemeliharaan dilaksanakan dengan baik (Prihanto, 2009). Faktor manajemen inilah yang memegang peranan penting dalam usaha peternakan sapi perah. Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini diharapkan dapat mengetahui semua manajemen yang diterapkan di perusahaan. PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan atau disingkat dengan PT. UPBS bergerak di bidang peternakan sapi perah yang berlokasi di Kampung Mekarbakti, Rt. 01/Rw.01, Desa Margamekar, kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung Selatan. PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan merupakan salah satu perusahaan peternakan sapi perah terbaik di Indonesia yang memiliki tujuan dalam pemenuhan kebutuhan susu nasional. Peternakan ini merupakan peternakan sapi perah yang menjalin kerjasama dengan PT. Ultra Jaya Milk, Tbk. PT Ultrajaya Milk Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan susu sapi perah yang berada di Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Praktek Kerja Lapang diharapkan dapat mengetahui dan mengkaji seluruh manajemen yang berkaitan dengan perusahaan peternakan sehingga dapat diperoleh produksi susu dengan kualitas dan kuantitas yang optimal. Praktek Kerja Lapang sangat penting bagi mahasiwa guna menambah pengetahuan, keterampilan dan pengelaman di lapangan sebelum terjun kedunia kerja perusahaan peternakan maupun penerapan secara langsung dalam masyarakat.

2

1.2. Rumusan Masalah a. Bagaimanakah sistem manajemen pemeliharaan sapi perah periode laktasi dalam memaksimalkan produksi susu di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan b. Apakah faktor yang dapat mendukung terselenggaranya manajemen pemeliharaan sapi perah periode laktasi di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan c. Apakah penerapan manajemen pemeliharaan sapi perah periode laktasi di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan telah sesuai dengan aspek-aspek dalam ilmu manajemen 1.3. Tujuan a. Mahasiswa mengetahui dan mempelajari sistem manajemen yang berada di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan di PT. Ultrajaya yang berada di Pangalengan, Kabupaten Bandung Selatan. b. Mahasiswa mendapat pengetahuan, meningkatkan keahlian dan keterampilan setelah mengikuti semua kegiatan lapangan yang berada di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan. c. Membandingkan antara teori dengan fakta-fakta yang ada di lapangan, dalam hal ini khususnya

3

yang berada di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan. 1.4. Kegunaan Kegunaan yang didapat dari pelaksanaan on farm di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan ini adalah dapat menambah pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan mahasiswa tentang manajemen serta sebagai perbandingan antara teori yang didapat dari perkuliahan dengan fakta-fakta yang ada atau dignakan di lapangan (khususnya yang berada di PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan).

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah FH (Fresien Holstein) Sapi FH (Fresien Holstein) menduduki populasi terbesar, hampir di seluruh dunia, baik di negara-negara subtropis maupun tropis. Bangsa sapi ini mudah beradaptasi di tempat baru, di Indonesia populasi bangsa sapi FH terbesar di antara bangsa sapi-sapi perah yang lain (Dematewewa, et al. 2007). Secara taksonomi sapi perah masuk dalam kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Mammalian, ordo Artiodactylia, sub ordo Ruminansia, family Boviadae, genus Bos, dan spesies Bos taurus. Sapi FH berasal dari nenek moyang sapi liar Bos Taurus yang merupakan jenis sapi yang tidak berpunuk. Sapi FH mempunyai masa laktasi yang lama dan produksi susu tinggi dengan puncak produksi susu dan persistensi laktasi yang tinggi akan lebih panjang masa produksinya. Sapi FH memiliki ciri khas warna belang hitam putih, kaki bagian bawah dan juga ekornya berwarna putih, tanduknya pendek dan menghadap ke depan, dahinya terdapat warna putih berbentuk segitiga. Sapi FH mempunyai tubuh tegap dan sifat jinak sehingga mudah di tangani, tidak tahan panas, lambat dewasa, berat badan sapi jantan 850 kg dan sapi betina 625 kg, produksi susunya 4.500-5.000 liter per laktasi. Sapi FH betina secara umum memiliki bobot 1250 pound (567 kg) dan 5

untuk pejantan bobotnya sebesar 1800 pound (816 kg). (Cole dan Null, 2003). Tabel 1. Data biologis sapi perah Data Biologis Sapi Perah Lama bunting 280 hari (275-283 hari) Berat dewasa 300-680 Kg betina, 350-1000 Kg jantan Berat lahir 22-50 Kg Jumlah anak 1-2 Suhu (rektal) 38-39 0C (rata-rata 38,6 0C) Pernafasan 27-40/menit Denyut Jantung 40-58/menit Tekanan darah 121-166 sistol; 18-120 diastol Konsumsi energi kira-kira 15 kal/kg/hari Sumber: Sudono (2003) Sapi perah FH di kategorikan baik dengan karakteristik umum seperti pada Tabel 1. Data biologis sapi perah, dengan bobot badan normal 300-620 kg di karenakan sapi perah jenis ini tergolong sapi perah dengan bobot badan yang tinggi dengan pertumbuhan yang cukup pesat. Bobot lahir anak mencapai 50 kg dan dapat mencapai bobot lahir 48 kg, bobot untuk sapi betina dewasa mencapai 682 kg dan jantan 1000 kg. Sapi FH di Amerika Serikat mampu menghasilkan susu rata-rata 7.245 liter/laktasi dengan kadar lemak 3.65%, sedangkan 6

di Indonesia hanya 10 liter/ekor/hari yaitu sekitar 25003000 liter/laktasi. Sapi perah menghasilkan susu paling optimal pada suhu rata-rata 10-15.56˚C dengan kelembaban udara 50-79% dan produksi susu masih cukup tinggi pada suhu 21.11˚C. 2.1.1

Pemilihan Bakalan Sapi Perah

Sapi perah FH dalam meningkatkan produktivitas yang sekaligus menjaga kemurniannya perlu dilakukan usaha pemilihan jenis ternak perah yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitar. Seleksi merupakan salah satu cara perbaikan mutu genetik ternak dengan mempertahankan kemurniannya (Dudi dan Dedi, 2006). Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) merupakan hasil persilangan antara sapi FH dengan sapi lokal, dengan ciri - ciri yang hampir menyerupai FH tetapi produksi susu relatif lebih rendah dari FH dan badannya juga lebih kecil. Persilangan sapi FH menurunkan sifat diantara kedua induknya, dimana pertambahan bobot badan cukup tinggi serta mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis secara baik (Wibowo, 2008). Keunggulan Sapi FH adalah tingginya produksi susu dan kadar lemak rendah, kapasitas perut besar sehingga mampu menampung pakan banyak, mempunyai kemampuan yang tinggi dalam 7

mengubah pakan menjadi susu (Blakely, 1998). Kelangsungan hidup pedet sangatlah penting karena pedet merupakan calon pengganti induk baik untuk bibit maupun untuk betina dengan produksi susu tinggi (Rahayu, 2014). Pedet yang baru lahir tubuhnya tertutup lendir, sehingga perlu di bersihkan agar pernafasan pedet tidak terganggu, dengan membersihkan lendir di sekitar hidung dan mulutnya menggunakan kain atau jerami (Hidajati, 2009). 2.2. Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian kegiatan organisasi dan proses penggunaan sumber daya lainnya untuk mancapai tujuan yang telah ditetapkan (Alam, 2007). Manajemen industri adalah pemanfaatan pendekatan teknik industri untuk penciptaan dan peningkatan nilai sistem usaha melalui fungsi dan proses manajemen (Nasution, 2006). 2.2.1 Pemeliharaan Sapi Laktasi Manajemen pemeliharaan sapi perah periode laktasi bertujuan untuk memperoleh produksi susu yang bagus dan optimal. Sapi laktasi perlu mendapatkan perawatan badan secara rutin, diperhatikan sanitasinya, ransum yang diberikan dan 8

produksi yang dihasilkan. Konsumsi bahan kering (BK) akan berpengaruh pada tercukupinya kebutuhan nutrisi pakan dan jumlah zat pakan yang dikonsumsi serta digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan. Kualitas pakan (hijauan dan konsentrat) yang rendah untuk sapi perah akan berdampak negatif terhadap produksi susu. Peningkatan kualitas ransum diharapkan dapat meningkatkan kecernaan nutrisi dan produksi susu. Utomo (2010) melaporkan bahwa dengan peningkatan kadar protein dalam ransum akan diikuti dengan kecernaan protein kasar yang lebih tinggi, sebagai akibat meningkatnya asupan protein yang dapat dicerna. Meningkatnya kecernaan diperkirakan memberi peluang adanya tambahan asupan nutrisi yang akan digunakan untuk sintesis susu. Kandang dibersihkan setiap hari agar sapi senantiasa bersih dan bebas dari kotoran sehingga susu yang diperoleh tidak rusak dan tercemar. Pemerahan di awali dengan pembersihan lantai kandang, tempat pakan, tempat minum, dan membersihkan bagian ambing. Susu mudah menyerap bau sehingga di perlukan kegiatan pembersihan kandang secara rutin. Masa awal laktasi menyebabkan bobot badan menurun, karena sebagian dari zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk pembentukan susu diambil dari tubuh. Sapi 9

laktasi mengalami kesulitan untuk memenuhi zat-zat makanan yang dibutuhkan karena nafsu makannya rendah, oleh karena itu pemberian ransum konsentrat ditingkatkan untuk perbaikan gizi pada sapi perah awal laktasi. 2.2.2 Perkandangan Kandang merupakan bagian dari sistem pemeliharaan sapi perah. Direktorat Jenderal Peternakan mengeluarkan SK Dirjenak No.776/kpts/DJP/Deptan/1982 Surat keputusan ini mengatur syarat-syarat teknis perusahaan peternakan sapi perah. Ketentuan yang berkaitan dengan kandang terlihat sebagai berikut : 2.2.2.1 Lokasi Syarat mendirikan peternakan sapi perah tidak boleh bertentangan dengan ketertiban dan kepentingan umum setempat, tidak terletak di pusat kota dan pemukiman penduduk dengan jarak sekurang-kurangnya 250 m dari pemukiman penduduk, ketinggian lokasi terhadap wilayah sekitarnya harus memperhatikan lingkungan atau topografi sedemikian rupa sehingga kotoran dan sisa-sisa limbah tidak mencemari wilayah disekitar perusahaan. 10

Perusahaan sapi perah harus dikelilingi pagar yang rapat setinggi 1.75 m diatas tanah dan berjarak 5 m dari kandang terluar. 2.2.2.2 Tata Letak Bangunan Perusahaan peternakan sapi perah wajib memiliki bangunan yang sesuai dengan kegiatan usahanya seperti memiliki bangunan kandang untuk anak induk, beranak, kandang isolasi, karantian dan kandang pengobatan. Perusahaan harus mempunyai gudang pakan dan peralatan, membangun kamar susu dan laboratorium kecil, menyediakan instalasi air bersih. Pembangun kandang harus memenuhi persyaratan yang telah di tetapkan, seperti kapasitas kandang yang memenuhi daya tampung, antara luas lantai dan selokan sekurang-kurangnya 2 x 1,5 m2 tiap ekor dewasa. Ventilasi dan pertukaran udara di dalam kandang harus terjamin. Lantai kandang terbuat dari beton atau kayu yang tidak licin, lantai miring ke arah saluran pembuangan yang mudah di bersihkan. Konstruksi kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi dua yaitu kandang tunggal yang terdiri satu baris dan kandang 11

ganda yang terdiri dari dua baris berhadapan (Head to head) atau berlawanan (Tail to tail). Tipe kandang Head to Head dirancang untuk mempermudah pemberian pakan dan efisiensi waktu. Tipe kandang Tail to Tail bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan sanitasi dan pembersihan feses. Kandang sapi perah berdasarkan bentuk atapnya dibedakan menjadi dua tipe, yaitu kandang tipe tunggal yang memiliki bentuk atap tunggal atau terdiri dari satu baris kandan, sehingga sapi yang ditempatkan di kandang ini mengikuti bentuk atap yang hanya satu baris. Kandang tipe ganda konstruksi kandang tipe ini memiliki bentuk atap ganda atau baris yang posisinya dapat saling berhadapan. 2.2.3 Manajemen Pakan Peternakan sapi perah modern dapat memproduksi 15.000 kg susu/laktasi atau 50 kg susu/hari, sehingga memerlukan nutrisi dan manajemen yang efektif. Penggunaan campuran hijauan, biji-bijian dan mineral yang disebut total mixed ration (TMR) yang seimbang untuk kebutuhan memproduksi susu dan pemeliharaan tubuh. Sapi menggunakan cadangan makanan dalam 12

tubuh untuk memproduksi susu dan kehilangan berat badan ketika pakan yang di berikan tidak memenuhi kebutuhan nutrisi. Seekor sapi perah dalam memproduksi 40 kg susu/hari memerlukan 2,5 kali energi lebih tinggi dari pada yang di butuhkan untuk pemeliharaan tubuh oleh karena itu ransum harus mengandung keseimbangan protein, energi , hijauan dan mineral yang tepat. Pakan sapi perah terdiri dari hijauan dan konsentrat, hijauan pakan diberikan berasal dari limbah pertanian dan rumput lapang yang berkualitas rendah. Konsentrat yang diberikan harus berkualitas tinggi untuk mencapai kemampuan berproduksi susu yang tinggi. Ketetapan Standar Nasional Indonesia (SNI), konsentrat yang bagus mengandung kadar protein kasar minimal 18 %dan energi TDN minimal 75 % dari bahan kering (Siregar, 1996). Konsentrat berfungsi sebagai suplai energi tambahan dan protein, lebih lanjut dijelaskan bahwa protein ransum bervariasi langsung dengan kandungan protein hijauannya, dimana campuran konsentrat dari bahan pakan protein dan energi kandungannya bervariasi antara 12% dan 18% PK. Pemberian konsentrat dilakukan dua kali sehari sebelum pemerahan. Jumlah air minum yang diberikan pada sapi perah laktasi sebaiknya adalah ad libitum karena tidak akan menimbulkan efek 13

negatif bahkan dapat meningkatkan produksi air susu. 2.3 Manajemen Kesehatan Ternak 2.3.1 Penanganan Penyakit Menjaga kebersihan tubuh sapi perah, kandang, dan peralatan yang digunakan di peternakan secara teratur juga menjadi langkah pencegahan penyakit, sehingga sapi tetap terjaga kesehatannya dan susu yang dihasilkan juga tetap berkualitas (Syarif, 2011).

2.3.1.1 Endometritis Endometritis adalah peradangan (inflamasi) pada lapisan endometrium uterus, merupakan hasil infeksi bakteri terutama terjadi melalui vagina dan menerobos cervix sehingga mengontaminasi uterus selama partus (Melia, J., Amrozi, dan L. ITA Tumbelaka, 2014). 2.3.1.2 Mastitis Jenis mikroba penyebab mastitis pada sapi perah antara lain Streptococcus sp., 14

Staphylococcus sp., dan Coliform serta jamur seperti Candida sp. (Sani, dkk, 2010). Bakteri Streptococcus agalactiae, S. disgalactiae, S. uberis, S. zooepidermicus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenes dan Pseudomonas aeruginosa serta Mycoplasma sp., Candida sp., Geotrichum sp. dan Nocardia sp. menyebabkan kerusakan sel-sel alveoli pada ambing, sehingga kerusakan tersebut akan menurunkan produksi susu dan menurunkan dari kualitas susu yang dihasilkan (Riyanto, dkk., 2016). Teat dipping berpengaruh terhadap kejadian mastitis pada sapi perah FH karena setelah proses pemerahan selesai kemudian dilakukan upaya untuk menjaga kesehatan ambing, salah satunya adalah dengan melakukan teat dipping atau pencelupan puting dengan larutan antiseptik, hal ini agar tidak ada bakteri yang masuk dalam lubang puting( Mahardika, dkk, 2016). 2.3.1.3 LDA(Left Displaced Abomasum) Displaced abomasum disebabkan oleh tidak cukupnya energi untuk menurunkan jumlah gas sehingga motilitas abomasum menjadi lebih lambat. Sapi perah 15

yang sehat, adanya keseimbangan dalam produksi gas, difusi gas, dan transportasi gas, jika hal ini tidak terjadi keseimbangan maka akan terjadi akumulasi gas di dalam abomasum, sehingga menyebabkan pergeseran abomasum (Winden, S. V., 2002). Pemberian kalium yang tinggi pada masa kering selama 2 sampai 3 minggu sebelum melahirkan juga dapat mengakibatkan displasi abomasum (Yanuartono, dkk., 2016). 2.3.1.4 Milk Fever Kalsium berperan penting dalam tubuh sapi perah, terutama pada masa laktasi, kadar kalsium normal pada sapi adalah 912mg/dL. Milk fever disebut juga dengan hipokalsemia klinis ditandai dengan penurunan kadar kalsium mencapai kisaran 3-5mg/dL, secara klinis ternak terjatuh dan tidak dapat berdiri (Wulansari, R., S. Palanisamy, H. Pisestyani, M. B. Sudarwanto, dan A. Atabany, 2017). Pengobatan sapi yang menampakkan gejala milk fever adalah dengan menyuntikan 1000 ml calcium brogluconas. 40% secara intravena pada vena jugularis, suntikkan dapat diulangi kembali setelah 8-12 jam. 16

Apabila belum menampakkan hasil, maka dapat diberikan preparat yang mengandung magnesium (Safitri, 2011). 2.3.1.5 Footroot Lumpur yang bercampur kotoran hewan dapat menciptakan lingkungan anaerob dalam celah kuku dan dapat merangsang pertumbuhan mikroba. Celah kuku yang terlalu lebar dapat mempermudah masuknya mikroba (Budhi, S., B. Sumiarto, dan S. Budiharta, 2007). Pencegahan footroot dapat dilakukan dengan perendaman kuku dengan larutan copper sulphate 3%, atau larutan formalin 10% (Anonymous, 1995). 2.3.1.6 Diare Diare di sebabkan oleh kegagalan dalam penyerapan cairan dari usus ke dalam tubuh dan sebaliknya terjadi pengeluaran tubuh ke dalam usus. Cairan tubuh yang keluar membawa garam-garam mineral atau elektrolit, sehingga anak sapi tersebut mengalami dehidrasi, akibat dari kurangnya cairan elektrolit bisa terjadi asidosis,

17

sehingga dapat menyebabkan kematian (Chotiah, S., 2008). Tindakan pengendalian penyakit diare yang dapat dilakukan antara lain pengobatan dengan antibiotik, menekan tingkat pencemaran agen penyebab, sanitasi lingkungan, peningkatan kualitas kolostrum dan pakan tambahan saat musim dingin. Pengobatannya dengan pemberian avante,duphafral, vetadryl, dan biosolamine (Rahayu, I.D., 2014). 2.3.2 Vaksinasi Vaksinasi bertujuan untuk meminimalisir kerugian ekonomi yang disebabkan oleh penyakit. Kejadian penyakit yang menurun berarti mengurangi biaya pemeliharaan, mencegah menurunnya pertumbuhan berat badan, produksi susu ataupun fertilitas yang diakibatkan oleh penyakit (Sudarisman, 2014). 2.4 Manajemen Sanitasi Sapi Perah Sanitasi adalah suatu kegiatan yang meliputi kebersihan kandang dan lingkunganya, karena dengan keadaan kandang serta lingkungan yang bersih, kesehatan ternak maupun pemiliknya akan terjamin. Kebersihan kandang di atur sesuai dengan kebutuhan sehingga 18

keadaan lingkungan (Ernawati,2000).

tidak

bau

dan

lembab

2.4.1 Sanitasi Tubuh Sapi Perah Frekuensi sanitasi sapi adalah frekuensi memandikan seluruh badan sapi sebelum proses pemerahan. Tujuan membersihkan sapi adalah sapi perah agar pemerahan dapat dilakukan di bawah kondisi bersih, serta menghindari terjadinya kontaminasi berupa kotoran yang masih menempel pada kulit sapi kedalam susu yang diperah (Kartika Budi utami, 2010). 2.4.2 Sanitasi Kandang Sanitasi kandang dilakukan beberapa tahap, meliputi pembersihkan tempat pakan, tempat minum dan membersihkan kotoran sapi perah yang berada di dalam kandang. Sanitasi kandang adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peternak untuk kebersihan kandang dan lingkungannya. Kandang dan lingkungannya harus selalu bersih, karena produksi sapi perah berupa air susu yang mudah rusak. Ketersediaan air bersih yang cukup pada usaha pemeliharaan sapi perah mutlak diperlukan (Qomarudin dan Purnomo, 2011).

19

Mikroba yang mengkontaminasi susu juga dapat disebabkan oleh faktor eksternal a...


Similar Free PDFs