BAB I SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN TASAWUF PDF

Title BAB I SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN TASAWUF
Author Hasan Saleh
Pages 115
File Size 676.1 KB
File Type PDF
Total Downloads 39
Total Views 462

Summary

BAB I SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN TASAWUF Islam merupakan agama yang menghendaki kebersihan lahiriah sekaligus batiniah. Hal ini tampak misalnya melalui keterkaitan erat antara niat (aspek esoterik) dengan beragam praktek peribadatan seperti wudhu, shalat dan ritual lainnya (aspek eksoterik). Tasaw...


Description

BAB I SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN TASAWUF

Islam merupakan agama yang menghendaki kebersihan lahiriah sekaligus batiniah. Hal ini tampak misalnya melalui keterkaitan erat antara niat (aspek esoterik) dengan beragam praktek peribadatan seperti wudhu, shalat dan ritual lainnya (aspek eksoterik). Tasawuf merupakan salah satu bidang kajian studi Islam yang memusatkan perhatiannya pada upaya pembersihan

aspek

batiniah

manusia

yang

dapat

menghidupkan

kegairahan akhlak yang mulia. Jadi sebagai ilmu sejak awal tasawuf memang tidak bisa dilepaskan dari tazkiyah al-nafs (penjernihan jiwa). Tasawuf secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk menyucikan jiwa sesuci mungkin dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga kehadiran-Nya senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan. tasawuf para sahabat bukanlah pola ketasawufan yang menghendaki kasyf al-hijab (penyingkapan tabir antara Tuhan dengan makhluk) atau hal-hal sejenisnya yang diburu oleh para sufi di masa belakangan. Corak sufisme yang mereka tunjukkan adalah ittiba’ dan iqtida’ (kesetiaan meneladani) perilaku hidup Nabi.

Islam

sekalipun

mengajarkan

tentang

ketakwaan,

qana’ah,

keutamaan akhlak dan juga keadilan, tetapi sama sekali tidak pernah mengajarkan hidup kerahiban, pertapaan atau uzlah sebagaimana akrab dalam tradisi mistisisme agama-agama lainnya. Tasawuf pada mulanya adalah bagian dari ajaran zuhud dalam islam. Yaitu lebih berkonsentrasi dalam pendekatan diri kepada Allah SWT dengan ketaatan dan ibadah. Semakin jauh dari zaman Rasul SAW semakin banyak aliran-aliran tasawuf berkembang. Dari perbedaan tatacara yang digunakan oleh masing-masing aliran itu tasawuf menjadi istilah yang terpisah dari ajaran zuhud. Karena tasawuf telah menjadi aliran yang

memiliki

makna

khusus

sebab

kekhususan

praktek

ajaran

yang

ditempuhnya. Ada tiga unsur dalam diri manusia yaitu: ruh, akal, dan jasad. Kemulian manusia dibanding dengan makhluk lainnya adalah karena manusia memiliki unsur ruh illahi. Ruh yang dinisbahkan kepada Allah SWT. Ruh Illahi inilah yang menjadikan manusia memiliki sisi kehidupan rohani yang dapat diistilahkan dengan makna tasawuf. Dimana kecondongan ini juga dimiliki oleh semua manusia dalam setiap agama. Karena perasaan itu merupakan fitrah manusia. Secara umum dapat juga kita ibaratkan makna tasawuf dengan filsafat kehidupan dan metode khusus sebagai jalan manusia untuk mencapai akhlak sempurna, menyingkap hakikat dan kebahagiaan jiwa. Adapun inti dari tasawuf sendiri ialah tekun beribadah, menjauhi kemewahan dunia dan mengasingkan diri dari manusia untuk beribadah sebagaimana para sahabat dan ulama terdahulu melakukannya. Nabi SAW sendiri secara sufistic telah memiliki prilaku sufi sejak dalam kehidupannya, seperti dalam perilaku atau pribadi beliau, peristiwa dalam hidup, ibadah. Sebelum menjadi Rasul, beliau sering berkholwat di gua hira dengan berdzikir, bertafakur untuk mendekatkan diri kepada Alloh SWT. A. Asal-Usul Kata Tasawuf Al-Qusyairi di dalam Al- Risalah al-Qusyairiyyah, mengatakan bahwa para generasi pertama ( sahabat ) dan sesudahnya (tabi’in ) mereka lebih menyukai dan merasakannya sebagai penghormatan apabila mereka disebut sebagai sahabat. Pada saat itu istilah-istilah seperti ‘abid, zahid dan sufi belumlah dikenal dan belum populer bila dibandingkan dengan masa setelahnya. Dengan demikian, istilah-istilah seperti ‘abid, zahid dan kemudian sufi, yang digunakan untuk para ahli ibadah, baru dikenal setelah generasi sahabat dan tabi’in ini. Tentang asal kata Tasawwuf, yang berasal

dari kata sufi, terdapat beberapa pendapat yang berbeda. Diantaranya ada yang menganggap bahwa secara lahiriah sebutan tersebut hanya semacam gelar, sebab dalam bahasa Arab tidak terdapat akar katanya. “Menurut sejarah,orang yang pertama memakai kata sufi adalah seorang zahid atau asketik bernama Abu Hasyim Al-kufi di Irak. Terdapat teori mengenai asal kata sufi , teori-teori berikut selalu dikemukakan oleh para penulis tasawuf, yaitu : Pendapat paling tua dan paling janggal disebutkan oleh Al- Bairuni, yaitu lafazh tashawwuf merupakan satu perubahan dari kata Sofia yang berasal dari bahasa Yunani, yang artinya hikmah atau filsafat. Demikian pula mayoritas kaum orientalis berpendapat bahwa lafazh tashawwuf berasal dari lafazg Sofia dalam bahasa Yunani, yang mempunyai makna hikmah atau filsafat. Para orientalis menambahkan, “Adapun orang-orang Arab tatkala mereka mulai memasuki kemajuan dalam bidang ilmu-ilmu dan pengetahuan, dan tatkala mereka memfilsafatkan ibadah-ibadah mereka, mereka mengubah kata Sofia itu menyesuaikan dengan bahasa Arab, yaitu Shufiya yang ditujukan kepada orang-orang ahli ibadah dan ahli filsafat agama. Dengan demikian, lahirlah lafazh Tashawwuf sebagai perkembangan bahasa dari Sofia. Itulah sebabnya, nama ilmu ini dinamakan shufi atau shufiyah.”1 Sesungguhnya sejak dahulu pendapat-pendapat itu telah dikenal. Penulis kitab Ar-Risalah, yaitu Imam Al- Qusyairi Rahimahumullah telah menuliskan ngatakan pendapat-pendapat tentang asal kata tersebut: 1.

Ada yang mengatakan bahwa kata itu berasal dari Shuf

(bulu

domba/wool). Jadi, jika seseorang mengenakan pakaian dari bulu domba, ia akan diberi nama ber-Tashawuf, sebagaimana kata taqammasha dari kata qamish yang berarti memakai baju gamis. Itu

1

Mahmud Abdul Halim, Tasawuf di Dunia Islam( Bandung: CV. Pustaka Setia,2002), 16.

hanya satu pandangan saja karena kaum sufi tidak mencirikan dirinya dengan memakai pakaian dari bulu. 2. Ada juga yang mengatakan bahwa kaum sufi berhubungan dengan serambi (ash-shuffah) mesjid Rasullulah SAW. Padahal penisbatan pada sifat ini tidak sesuai dengan para sufi. 3. Kelompok lain mengatakan bahwa kata tashawwuf diambil dari kata ash-shafa’.Yang mempunyai arti kejernihan (ketulusan). Namun, katakata ini sangatlah jauh jika ditinjau dari pecahan kata asli menurut bahasa Arab. 4. Ada juga yang mengatakan bahwa tashawwuf berasal dari kata shaff, yang artinya barisan, seakan-akan dikatakan bahwa hati mereka berada dibarisan yang terdapat dalam muhadharah di hadapan Allah SWT. Ini memang benar dari segi arti, namun kata shufi tidak dapat menjadibentuk fa’il dari kata shaff. Akan tetapi, keempat nama itu tidak ditemukan dalam bahasa Arab, baik ditinjau dari segi qias maupun istiqaq (kata pecahan atau kata jadian). Penafsiran yang paling masuk akal bahwa shufi adalah semacam laqah (julukan).2 Ada banyak kelompok yang mengatakan asal usul nama tasawuf, ada yang mengatakan shuf yang berarti bulu domba, ada yang mengatakan ash-shuffah yang berarti serambi masjid, adapula yang mengatakan shaff yang mengandung arti barisan. Kesemuanya adalah kata kiasan.

B. Pengertian Tasawwuf

2

Ibid., 17

Tasawuf merupakan salah satu bidang kajian studi Islam yang memusatkan perhatiannya pada upaya pembersihan aspek batiniah manusia yang dapat menghidupkan kegairahan akhlak yang mulia. Jadi sebagai ilmu sejak awal tasawuf memang tidak bisa dilepaskan dari penjernihan jiwa. Upaya inilah yang kemudian diteorisasikan dalam tahapan-tahapan pengendalian diri dan disiplin-disiplin tertentu dari satu tahap ke tahap berikutnya sehingga sampai pada suatu tingkatan (maqam) spiritualitas yang diistilahkan oleh kalangan sufi sebagai syuhud (persaksian), wajd (perjumpaan), atau fana’ (peniadaan diri). Dengan hati yang jernih, menurut perspektif sufistik seseorang dipercaya akan dapat mengikhlaskan amal peribadatannya dan memelihara perilaku hidupnya karena mampu merasakan kedekatan dengan Allah yang senantiasa mengawasi setiap langkah perbuatannya. Jadi pada intinya, pengertian tasawuf merujuk pada dua hal: (1) penyucian jiwa (tazkiyatun-nafs) dan (2) pendekatan diri (muraqabah) kepada Allah. Tasawwuf adalah akhlak, termasuk didalamnya akhlak kepada Allah. Dalam tasawwuf diajarkan bahwa manusia diharapkan selalu ingat kepada Allah, kapanpun dan dimanapun. Dengan mengingat Allah maka segenap aktivitas manusia selalu terkontrol karena merasa selalu dalam pengawasan Allah, selalu berbuat baik dan tidak mudah tergoda hawa nafsu.3 Adapun inti dari tasawuf sendiri ialah tekun beribadah, menjauhi kemewahan dunia dan lebih mementingkan urusan akhirat.Tasawuf secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha untuk mensucikan jiwa sesuci mungkin dalam usaha mendekatkan diri kepada Tuhan sehingga kehadiranNya senantiasa dirasakan secara sadar dalam kehidupan. Islam sekalipun mengajarkan tentang ketaqwaan, qona’ah, keutamaan akhlak dan juga keadilan, tetapi sama sekali tidak pernah mengajarkan hidup kerahiban,

3

Syukur M Amin Tasawuf kontekstual (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003),7.

pertapaan atau uzlah sebagaimana akrab dalam tradisi mistisisme agamaagama lainnya. Jadi, orientasi fundamental dalam perilaku sufistik generasi salaf adalah istiqamah menunaikan petunjuk agama dalam bingkai ittiba’, dan bukannya mencari karomah atau kelebihan-kelebihan supranatural.

C. Munculnya Tasawwuf Timbulnya tasawuf dalam islam tidak bisa dipisahkan dengan kelahiran islam itu sendiri, yaitu semenjak Muhammad diutus menjadi Rasul untuk segenap umat manusia dan alam semesta. Fakta sejarah menunjukan bahwa pribadi Muhammad SAW sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali melakukan tahanuts dan khalawat di gua Hira’ disamping untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota Mekkah yang sedang mabuk memperturutkan hawa nafsu keduniawian. Di sisi lain Muhammad SAW juga berusaha mencari jalan untuk membersihkan hati dan mensucikan noda- noda yang menghinggapi masyarakat pada masa itu. Tahanuts dan khalawat yang dilakukan Muhammad SAW bertujuan untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh liku- liku problema kehidupan yang beraneka ragam , berusaha untuk memperoleh petunjuk dan hidayah serta mencari hakikat kebenaran , dalam situasi yang demikianlah Muhammad menerima Wahyu dari Allah SWT, yang berisi ajaran- ajaran dan peraturan- peraturan sebagai pedoman dalam mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat. Dalam sejarah islam sebelum munculnya aliran tasawuf, terlebih dahulu muncul aliran zuhud pada akhir abad ke I (permulaan abad ke II). Pada abad I Hijriyah lahirlah Hasan Basri seorang zahid pertama yang termashur dalam sejarah tasawuf. Beliau lahir di Mekkah tahun 642 M, dan meninggal di Basrah tahun 728M. ajaran Hasan Basri yang pertama adalah Khauf dan Rajah’ mempertebal takut dan harap kepada Tuhan, setelah itu

muncul guru- guru yang lain, yang dinamakan qari’ , mengadakan gerakan pembaharuan hidup kerohanian di kalangan umat muslim. Sebenarnya bibit tasawuf sudah ada sejak itu, garis- garis mengenai tariq atau jalan beribadah sudah kelihatan disusun, dalam ajaran- ajaran yang dikemukakan disana sini sudah mulai mengurangi makna (ju’), menjauhkan diri dari keramaian dunia ( zuhud ). Abu al- Wafa menyimpulkan, bahwa zuhud islam pada abad I dan II Hijriyah mempunyai karakter sebagai berikut: 1. Menjauhkan diri dari dunia menuju akhirat yang berakar pada nas agama , yang dilatar belakangi oleh sosipolitik, coraknya bersifat sederhana, praktis( belum berwujud dalam sistematika dan teori tertentu ), tujuanya untuk meningkatkan moral. 2. Masih bersifat praktis, dan para pendirinya tidak menaruh perhatian untuk menyusun prinsip- prinsip teoritis atas kezuhudannya itu. Sementara sarana- sarana praktisnya adalah hidup dalam ketenangan dan kesederhanaan secara penuh, sedikit makan maupun minum, banyak beribadah dan mengingat Allah SWT. Dan berlebih- lebihan dalam merasa berdosa, tunduk mutlak kepada kehendak Nya., dan berserah diri kepada Nya. Dengan demikian tasawuf pada masa itu mengarah pada tujuan moral. 3. Motif zuhudnya ialah rasa takut, yaitu rasa takut yang muncul dari landasan amal keagamaan secara sungguh- sungguh. Sementara pada akhir abad II Hijriyah, ditangan Rabi’ah al- Adawiyah muncul motif rasa cinta, yang bebas dari rasa takut terhadap adhab- Nya maupun harapan terhadap pahala Nya. Hal ini dicerminkan lewat penyucian diri dan abstraksinya dalam hubungan antara manusia dengan Tuhan. 4. Ahkir abad II Hijriyah, sebagian zahid, khususnyadi Khurasan, dan Rabi’ah al- Adawiyah ditandai kedalaman membuat analisa, yang biasa

dipandang sebagai masa pendahuluan tasawuf, atau cikal bakal para pendiri tasawuf filsafat abad ke- III dan IV Hijriyah. Abu al- Wafa lebih sependapat kalau mereka dinamakan zahid, qari’, dan nasik (bukan sufi) . Sedangkan zuhud menurut para ahli sejarah tasawuf adalah fase yang mendahului tasawuf. Menurut Harun Nasution, station (maqam) yang terpenting bagi seorang calon sufi ialah zuhud yaitu keadaan meninggalkan dunia dan kematerian. Sebelum menjadi sufi, seorang calon harus terlebih dahulu menjadi zahid. Sesudah menjadi zahid, barulah ia meningkat menjadi sufi. Dengan demikian tiap sufi ialah zahid, tetapi sebaliknya tidak setiap zahid merupakan sufi.Secara etimologis, zuhud berarti raghaba ‘ansyai’in wa tarakahu, artinya tidak tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya. Zahada fi al-dunya, berarti mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah. Berbicara tentang arti zuhud secara terminologis, tidak bisa dilepaskan dari dua hal. Pertama, zuhud sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tasawuf. Kedua, zuhud sebagai moral (akhlak) Islam dan gerakan protes, Apabila tasawuf diartikan adanya kesadaran dan komunikasi langsung antara manusia dengan Tuhan sebagai perwujudan ihsan, maka zuhud merupakan suatu station (maqam) menuju tercapainya “perjumpaan” atau ma’rifat kepada-Nya. Dalam posisi ini zuhud berarti menghindar dari berkehendak terhadap hal – hal yang bersifat duniawi. Berkaitan dengan menjelaskan bahwa zuhud adalah “berpaling dari dunia dan menghadapkan diri untuk beribadah melatih dan mendidik jiwa, dan memerangi kesenangannya dengan semedi (khalwat), berkelana, puasa, mengurangi makan dan memperbanyak dzikir”. Jadi zuhud merupakan hal yang tidak bisa terpisahkan dengan tasawuf sebagai seorang zahid yang menjauhkan diri dari kelezatan dunia

serta mengingkarinya serta lebih mengutamakan kehidupan yang kekal dengan mendekatkan diri untuk supaya tercapai keridhoan dan makrifat perjumpaan dengan-Nya. Hal ini agar lebih mendekatkan diri sebagai makhluk dengan Kholik sehingga dapat meraih keuntungan akhirat.Kedua, zuhud sebagai moral (akhlak) Islam, dan gerakan protes yaitu sikap hidup yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim dalam menatap dunia fana ini. Dunia dipandang sebagai sarana ibadah dan untuk meraih keridlaan Allah SWT., bukan tujuan hidup, dan di sadari bahwa mencintai dunia akan membawa sifat – sifat mazmumah (tercela). Keadaan seperti ini telah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya.Zuhud disini mengandung makna tidak berbangga atas kemewahan dunia dan tidak membuat ingkar terhadap Allah SWT serta tetap berusaha bekerja, Hal ini hanyalah sebagai sarana ibadah meraih keridhoan-Nya, bukan sebagai tujuan akhir hidup. Sifat zuhud inilah yang menjadi salah satu akibat suatu peristiwa dan lanjutan munculnya tasawuf, yaitu sebagai reaksi kaum muslimin terhadap sistem social politik dan ekonomi di kalangan islam sendiri. Ketika islam mulai tersebar ke berbagai penjuru dunia, setelah tempo sahabat (zaman tabiin abad ke I dan II) baik pada masa Kholifah maupun masa daulah-daulah setelahnya banyak terjadi pertikaian politik ataupun kemakmuran satu pihak, sudah mulai berubah kondisinya dari masa sebelumnya. Sehingga menimbulkan pula peperangan saudara antara Ali bin Abi Tholib dengan Mu’awiyah yang bermula fitnah pada Utsman bin Affan. Dengan adanya peristiwa tersebut membuat masyarakat dan ulama tidak ingin terlibat terhadap pergolakan yang ada serta tidak mau kemewahan dunia. Mereka lebih memilih untuk mengasingkan diri agar bisa mengembalikan kondisi lingkungan kehidupan islam seperti dahulu, yaitu seperti masa Nabi SAW, para sahabat serta para pengikutnya yang sesuai dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Al-Hadist pada jalan yang benar menuju Rabb Yang Maha Esa.

Dalam realitas historis menunjukkan, kelahiran tasawwuf dalam Islam itu bermula dari gerakan hidup zuhud atau dengan kata lain, cikal bakal aliran tasawwuf Islam adalah gerakan hidup zuhud. Jadi, sebelum orangorang sufi itu lahir dan berkiprah dalam pentas sejarah, telah ditemukan orang-orang

zahid

yang

secara

tekun

mengamalkan

dan

mengaktualisasikan ajaran-ajaran esotoris Islam, yang kemudian dalam perkembangannya dikenal dengan ajaran tasawuf Islam.4Dalam sejarah islam sebelum munculnya aliran tasawuf, terlebih dahulu muncul aliran zuhud pada akhir abad ke I (permulaan abad ke II).Sifat zuhud inilah yang menjadi salah satu akibat suatu peristiwa dan lanjutan munculnya tasawuf, yaitu sebagai reaksi kaum muslimin terhadap sistem social politik dan ekonomi di kalangan islam pada waktu itu, yang lebih mementingkan urusan dunia daripada urusan akhirat, seperti berebut kekuasaan dan hidup bermewah-mewahan.

Ni’am Syamsun, Tasawuf Studies(Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia, 2014), 115.

4

BAB II PERKEMBANGAN TASAWUF DI ANDALUSIA

Kehidupan ala sufi sudah dimulai sejak zaman Nabi. Rasulullah sendiri dalam kehidupan sehari-harinya hidup dengan sederhana disamping menghabiskan waktunya dalam mendekatkan diri kepada Allah. Namun istilah tasawuf dikenal dalam Islam sebagai sebuah ilmu syari’at yang penanamannya bersifat baru datang. Dasar pengikut ilmu ini, menurut catatan sejarah, tak bisa lepas dari peran para pembesar Islam terdahulu seperti golongan sahabat, tabi’it tabi’in dalam mengikuti jalan kebenaran. Menurut catatan sejarah perkambangan tasawuf, disiplin ilmu ini bermula dari berbagai pola khidupan pribadi para pembesar umat pada sekirtar abad I dan II Hijriyah. Di era sahabat terdapat beberapa orang yang memiliki kecenderungan sufistik, beberapa diantaranya: Abu Dzar al-Ghifariy dan Salman al-Farisiy. Sedangkan pada era tabi’in dikenal beberapa nama, diantaranya: Hasan Bashri, Sufyan Tsauri, dan Rabi’ah al-Adawiyah. Maka pada era setelah merekalah baru mulai dikenal istilah dan doktrin-doktrin tasawuf yang dikenal saat ini5. Pada era ini, pola kehidupan yang palin mendominasi dalam pribadi mereka adalah kehidupan dan ajaran zuhudnya sehingga mereka siring dikenal dengan predikat az-Zuhhad. Zuhud adalah segala tindakan guna menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia6. Bahkan perilaku zuhud sendiri sudah dipraktekkan oleh Rasulullah, yang sering melakukan khalwah7 dengan bekal seadanya ke Gua Hira’. Selain itu, kehidupan zuhud juga dipraktekkan oleh sekelompok orang yang berdiam diri di serambi Masjid Nabawi pada periode kenabian. Kelompok ini disebut sebagai Ahl as-Shuffah yang merupakan embrio lahirnya gerakan tasawuf. 5

Lihat Forum Karya Ilmiah, Jejak Sufi: Membangun Moral Berbasis Spiritual, Kediri: Lirboyo Press, 2011, hlm 32 6 Lihat Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amir, Kamus Ilmu Tasawuf, Jakarta: AMZAH, 2005, hlm 296 7 Menyendiri dari keramaian agar lebih fokus beribadah kepada Allah. Lihat Ibid.

Kata ‘Tasawuf’ sendiri memiliki banyak pengertian yang merujuk pada Ahl asShuffah. Seperti berasal dari kata shuffah yang merujuk pada tempat yang digunakan oleh Ahl as-Shuffah di Masjid Nabawi. Selain itu ada shuf yang berarti bulu domba, merujuk pada pakaian kasar berasal dari bulu domba yang biasanya digunakan oleh Ahl as-Shuffah sebagai lambang kerendahan hati.

Mengenali sejarah tasawuf sama saja dengan memahami potonganpotongan sejarah Islam dan para pemeluknya, terutama pada masa Nabi s.a.w. Sebab, secarafaktual, tasawuf mempunyai kaitan yang erat dengan prosesi ritual ibadah yangdilaksanakan oleh para Sahabat di bawah bimbingan Nabi. Kenapa gerakan tasawufbaru muncul paska era Shahabat dan Tabi’in? Kenapa tidak muncul pada masaRasulullah s.a.w? Pada masa itu kondisinya tidak membutuhkan tasawuf. Perilaku umat masih sangat stabil. Sisi akal, jasmani dan ruhani yang menjadi garapan Islam masih dijalankan secara seimbang....


Similar Free PDFs