BAB III. TINJAUAN PUSTAKA SISTEM PLAMBING PDF

Title BAB III. TINJAUAN PUSTAKA SISTEM PLAMBING
Author Riana wulan sari
Pages 37
File Size 1.5 MB
File Type PDF
Total Downloads 639
Total Views 943

Summary

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Sistem Plambing Menurut Babbit (1960), plambing adalah sistem perpipaan beserta peralatannya, perlengkapan, dan asesorisnya yang dipasang di dalam gedung, bangunan atau halaman, yang membawa air atau cairan lainnya yang berasal dari sumber menuju ke titik tertentu di dal...


Description

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sistem Plambing Menurut Babbit (1960), plambing adalah sistem perpipaan beserta peralatannya, perlengkapan, dan asesorisnya yang dipasang di dalam gedung, bangunan atau halaman, yang membawa air atau cairan lainnya yang berasal dari sumber menuju ke titik tertentu di dalam gedung. Plambing juga berhubungan dengan jenis material yang digunakan, perawatan yang dilakukan, dan pengendalian terhadap air buangan yang berlimpah, sampai penyaluran air buangan menuju ke tempat pembuangan akhir terdekat. Menurut Alfred Steele (1984), plambing adalah sistem perpipaan yang mencakup sistem distribusi penyedian air bersih dan peralatannya, perangkap, limbah, dan pipa ven, saluran pembuangan rumah, sistem air hujan beserta peralatannya serta hubungan antara struktur dan bangunannya. Fungsi dari peralatan plambing adalah, untuk menyediakan air bersih ke tempat – tempat yang dikehendaki dengan tekanan yang cukup, dan membuang air kotor dari tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting lainnya. Dalam sistem plambing memerlukan peralatan yang mendukung agar terbentuk sistem plambing yang baik. Jenis peralatan plambing dalam artian khusus meliputi : a. Peralatan untuk penyediaan air bersih / air minum. b. Peralatan untuk penyediaan air panas. c. Peralatan untuk pembuangan dan ventilasi. d. Peralatan Plambing Dalam artian yang lebih luas, selain peralatan-peralatan tersebut diatas, istilah “Peralatan plambing” seringkali digunakan untuk mencakup : a. Peralatan pemadaman kebakaran.

15

16

b. Peralatan pengolahan air kotor ( tangki septik). c. Peralatan penyediaan gas. d. Peralatan dapur. e. Peralatan untuk mencuci (laundry). f. Peralatan pengolahan sampah. g. Berbagai instalasi pipa lainnya.

3.2 Peralatan Saniter (Sanitary Fixtures) Peralatan saniter seperti kloset, peturasan, dan bak cuci tangan umumnya dibuat dari bahan porselen atau keramik. Bahan ini sangat populer karena biaya dalam hal pembuatanya cukup murah, dan ditinjau dari segi sanitasi sangat baik. Jenis peralatan saniter antara lain : 1. Kloset Dibagi dalam beberapa golongan menurut kontruksinya, antara lain : a. Type Wash-Out Tipe ini adalah yang paling tua dari jenis kloset duduk. Tipe ini sekarang dilarang di Indonesia karena kontruksinya berdampak pada timbulnya bau yang tidak sedap akibat penggelontoran yang tidak sempurna. b. TypeWash-Down Tipe ini lebih baik daripada wash-out , bau yang timbul akibat sisa kotoran lebih sedikit jika dibandingkan dengan tipe wash-out. c. Type Siphon Tipe ini mempunyai kontruksi jalannya air buangan yang lebih rumit dibandingkan dengan tipe wash-down, untuk sedikit menunda aliran air buangan tersebut sehingga timbul efek siphon. Bau yang dihasilkan lebih berkurang lagi pada tipe ini. d. Type Siphon-jet Tipe ini dibuat agar menimbulkan efek siphon yang lebih kuat,dengan memancarkan air dalam sekat melalui suatu lubang kecil searah aliran air buangan. Tipe siphon-jet ini menggunakan air penggelontor lebih banyak.

17

e. Type Blow-Out Tipe ini sebenarnya dirancang untuk menggelontor air kotor dengan cepat, tapi akibatnya membutuhkan air dengan tekanan sampai 1kg/cm2, dan menimbulkan suara berbisik. 2. Peturasan Ditinjau dari kontruksinya, peturasan dapat dibagi seperti kloset, dimana yang paling banyak digunakan adalah tipe wash-down. Untuk tempat-tempat umum, sering dipasang peturasan berbentuk mirip “talang” terbuat dari porselen, plastik, atau baja tahan karat, dan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Dalamnya talang 15 cm atau lebih. b. Pipa pembuangan ukuran 40 mm atau lebih dan dilengkapi dengansaringan. c. Pipa penggelontor harus diberi lubang-lubang untuk menyirambidang belakang talang dengan lapisan air. d. Laju aliran air penggelontor dapat ditentukan dengan menganggapsetiap 45 cm panjang talang ekivalen dengan satu peturasan biasa. 3. Bak Cuci Piring (Sink) Bak cuci dapur (sink) memiliki fungsi untuk mencuci peralatan yang mengandung lemak. Bak cuci dapur dibuat dari bermacam – macam bahan, seperti stailess, fiber, da nada yang terbuat dari susunan batu yang di plester bahan kedap air atau dilapisi porselen. 4. Fitting Saniter Beberapa jenis fitting saniter antara lain : a. Kran air, ada beberapa macam yaitu : 1. Kran air yang dapat dibuka dan ditutup dengan mudah. 2. Kran air yang dapat dibuka tetapi akan menutup sendiri,misalnya untuk cuci tangan. 3. Kran air yang laju alirannya diatur oleh ketinggian muka air,yaitu kran atau katup pelampung. b. Katup gelontor dan tangki gelontor 1. Katup

gelontor

berfungsi

untuk kloset dan peturasan.

mengatur

aliran

air

penggelontor,

18

2. Tangki gelontor, dibuat dari plastik, ada yang otomatis dan ada juga yang harus dijalankan oleh orang.

3.3 Jenis Pipa Dalam perencanaan plambing, perlengkapan utama yang dibutuhkan adalah pipa. Jenis-jenis pipa yang biasa digunakan dalam sistem plumbing, secara garis besar ada dua kelompok, yaitu : 1. Pipa logam Pipa logam sangat kuat,tebal dan tahan terhadap panas. Namun jenis pipa ini mempunyai kelemahan yaitu dapat berkarat sehingga air menjadi kotor dan bau. Jenis pipa logam antara lain yaitu : a. pipa besi (cast iron) Pipa besi biasa digunakan untuk menyalurkan air buangan. Pipa jenis ini tahan terhadap korosi. b. pipa galvanis Pipa galvanis umumnya digunakan sebagai penyalur air dingin atau bagian dari suatu tower air yang menjadi penghubung dari mesin air ke tendon di atas tower. c. Pipa tembaga. Pipa tembaga umumnya digunakan sebagai penyalur air panas pada suatu gedung. Pipa ini dipilih untuk menyalurkan air panas karena sifat konduktornya yang sangat baik dan tahan terhadap korosi. 2. Pipa plastik Pipa plastik terdidi dari pipa PVC (Polyvinyl Chloride), pipa PE (Polyethylene), dan pipa PP (Polyprophylene). a. Pipa PVC (Polyvinyl Chloride) Biasanya digunakan sebagai sarana utama instalasi air dalam gedung. Pipa PVC

bersifat

ringan,

berkekuatan

tinggi,

dan

reaktivitas

rendah,

menjadikannya cocok untuk berbagai keperluan. Pipa PVC dibagi dalam 4 kelas yaitu :

19



Kelas AW (VP) dengan tekanan kerja 10 kg/cm2.



Kelas AZ dengan tekanan kerja 8 kg/cm2.



Kelas D (VU) dengan tekanan kerja 5 kg/cm2.



Kelas C untuk saluran kabel listrik.

b. Pipa PE (Polyethylene) c. Pipa PP (Polyprophylene)

3.4 Sistem Peyediaan Air Bersih Menurut Morimura dan Noerbambang (1985), sistem penyediaan air bersih yang saat ini banyak digunakan dapat dikelompokan menjadi : 1. Sistem Sambungan Langsung Dalam sistem ini pipa distribusi dalam gedung disambung langsung dengan pipa utama penyediaan air bersih (misalnya pipa utama di bawah jalan dari Perusahaan Air Minum). Karena terbatasnya tekanan dalam pipa utama dan dibatasinya ukuran pipa cabang dari pipa utama tersebut, maka sistem ini terutama dapat diterapkan untuk perumahan dan gedung – gedung kecil dan rendah. Ukuran pipa cabang biasanya diatur atau ditetapkan oleh Perusahaan Air Minum. 2. Sistem Tangki Atap Apabila sistem sambungan langsung karena berbagai alasan tidak dapat diterapkan, sebagai gantinya banyak yang menggunakan sistem tangki atap. Dalam sistem ini, air ditampung lebih dahulu di dalam tangki bawah (dipasang pada lantai terendah bangunan atau dibawah muka tanah), kemudian dipompakan ke suatu tangki atas yang biasanya dipasang di atas atap atau lantai tertinggi bangunan. Dari tangki ini air didistribusikan ke suluruh bangunan.

20

Sistem tangki atap ini diterapkan karena alasan – alasan berikut : 1) Selama airnya digunakan, perubahan tekanan yang terjadi pada alat plambing hampir tidak berarti. Perubahan tekanan ini hanyalah akibat perubahan muka air dalam tangi atap. 2) Sistem pompa yang menaikan air ke tangki atap bekerja secara otomatis dengan cara yang sangat sederhana sehingga kecil sekali kemungkinan timbulnya kesulitan. Pompa biasanya dijalankan dan dmatikan oleh alat yang mendeteksi muka dalam tangki atap. 3) Perawatan tangi atap sangat sederhana dibandingkan dengan sistem lain, misalnya tagki tekan. 3. Sistem Tangki Tekan Sistem tangki tekan diterapkan dalam keadaan dimana oleh karena suatu alasan tidak dapat digunakan sistem sambungan langsung. Prinsip kerja sistem ini adalah air yang telah ditampung dalam tangki bawah (seperti sistem tangki atap), dipompakan ke dalam suatu bejana (tangki) tertutup sehingga udara didalamnya terkompresi. Air dari tangki tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan. Pompa bekerja secara otomatis yang diatur oleh suatu detector tekanan, yang menutup atau membuka saklar motor listrik penggerak pompa. Pompa berhenti bekerja kalau tekanan tangki telah mencapai suatu batas minimum yang ditetapkan. Kelebihan dari sistem tangki tekan anatar lain : 1) Lebih menguntungkan dari segi estetika karenatidak terlalu menyolok dibandingkan dengan tangki atap. 2) Mudah perawatannya karena dapat dipasang dalam ruang mesin bersama pompa lainnya. 3) Harga awal lebih rendah dibandingkan dengan tangki yang harus dipasang di atas menara.

21

Sedangkan kekurangan dari sistem tangki tekan antara lain : 1) Daerah

fluktuasi

tekanan

sebesar

1,0

kg/cm2

sangat

besar

dibandingkan dengan sistem tangki atap yang hampir tidak ada fluktuasi tekanannya. Fluktuasi yang besar ini dapat menimbulkan fluktuasi aliran air yang cukup berarti pada alat plambing, dan pada alat pemanas gas dapat dihasilkan air dengan temperature yang berubah. 2) Dengan berkurangnya udara dalam tangki tekan, maka setiap beberapa hari sekali hars ditambahkan udara kempa dengan kompresor atau dengan menguras seluruh air dalam tangki . 3) Sistem tangki tekandapat dianggap sebagai suatu sistem pengaturan otomatik pompa penyediaan air saja dan bukan sebagai sistem penyimpanan air seperti tangki atap. 4) Karena jumlah air yang efektif tersimpan dalam tangki tekan relative sedikit, maka pmpa akan sering bekerja dan hal ini akan menyebabkan keausan pada saklar lebih cepat. 4. Sistem Tanpa Tangki Dalam sistem ini tidak menggunakan tangki apapun, baik tangki bawah, tangki tekan atau tangki atap. Air dipompakan langsung ke sistem distribusi bangunan dan pompa menghisap air langsung dari pipa utama (misalnya pipa utama Perusahaan Air Minum). Sistem ini sebenarnya dilarang di Indonesia, baik oleh Perusahaan Air Minum maupun pipa – pipa utama dalam pemukiman khusus (untuk umum).

3.4.1 Persyaratan Penyediaan Air Bersih Dalam penyediaan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan agar air bersih dapat disalurkan dengan baik dan berkesinambungan. Syarat-syarat tersebut antara lain:

22

a. Persyaratan Kualitas Air bersih yang masuk kedalam bangunan atau masuk ke dalam sistem plambing air bersih harus memenuhi syarat kualitas air bersih, yaitu syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi, yang sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII /2002. b. Persyaratan Kuantitas Air bersih yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem plambing air bersih harus memenuhi syarat kuantitas air bersih yaitu kapasitas air bersih harus mencukupi berbagai kebutuhan air bersih bangunan gedung tersebut. Untuk menghitung besarnya kebutuhan air bersih dalam bangunan gedung didasarkan pada pendekatan sebagai berikut : a. Jumlah penghuni gedung, baik yang permanen maupun vang tidak permanen, b. Unit beban alat plambing, c. Luas lantai bangunan. c. Persyaratan Kontinuitas Persyaratan kontinuitas untuk penyediaan air bersih erat hubungannya dengan kuantitas air yang tersedia, yaitu air baku. Arti kontinuitas disini adalah bahwa air baku untuk air bersih yang digunakan dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatife tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.

3.4.2 Tekanan Air dan Kecepatan Aliran Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena pancaran air serta mempercepar kerusakan peralatan plambing, dan menambah kemungkinan timbulnya pukulan air.

23

Secara umum dapat dikatakan besarnya tekanan standar adalah 1,0 kg/cm2, sedang tekanan static sebaiknya diusahakan antara 4,0 – 5,0 kg/cm2 untuk perkantoran dan antara 2,5 – 3,5 kg/cm2 untuk hotel dan perkantoran. Disamping itu, beberapa macam peralatan plambing tidak dapat berfungsi dengan baik kalau tekanan airnya kurang dari suatu batas minimum. Besarnya tekanan minimum ini dicantumkan pada tabel dibawah. Tabel 3.1 Tekanan yang dibutuhkan alat plambing No

Nama Alat Plambing

1 2 3 4

Katup gelontor kloset Katup gelontor peturasan Kran yang menutup otomatik Pancuran mandi, dengan panacaran air halus Pancuran mandi biasa Kran biasa

5 6

Tekanan yang diperlukan (Kg/cm2) 0.7 0.4 0.7 0.7 0.35 0.3

(Sumber : SNI 03 – 7065 - 2005)

Kecepatan aliran air yang terlampau tinggi akan dapat menambah kemungkinan terjadinya pukulan air, dan menimbulkan suara berisik dan kadang menyebabkan ausnya permukaan air dalam pipa. Biasanya digunakan standar kecepatan sebesar 0,9 – 1,2 m/detik, dan batas maksimumnya berkisar antara 1,5 – 2,0 m/detik. Batas kecepatan 2,0 m/detik sebaiknya diterapkan dalam penentuan pendahuluan ukuran pipa. Dilain pihak, kecepatan yang terlampau rendah ternyata dapat menimbulkan efek kurang baik dari segi korosi, pengendapan kotoran ataupun kualitas air.

3.4.3 Penaksiran Laju Aliran Air (water flow rate) Ada beberapa metode yang digunakan untuk menaksir besarnya laju aliran air, diantaranya :

24

1) Berdasarkan jumlah pemakai (penghuni) Metode ini didasarkan pada pemakaian air rata – rata sehari dari setiap penghuni, dan perkiraan jumlah penghuni. Dengan demikian jumlah pemakaian air sehari dapat diperkirakan, walaupun jenis atau jumlah alat plambing belum ditentukan. Metode ini praktis untuk tahap perencanaan atau prarancangan. Angka pemakaian air yang diperoleh dengan metode ini biasanya digunakan untuk menetapkan volume tangki bawah, tangki atap, dan pompa. Sedangkan ukuran pipa yang diperoleh dengan metode ini hanya pipa penyediaan air (pipa dinas) dan bukan untuk menentukan ukuran pipa dalam seluruh jaringan. Tabel 3.2 Pemakaian air rata – rata per orang setiap hari No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Penggunaan gedung Rumah tinggal Rumah susun Asrama Rumah sakit Sekolah dasar SLTP SMU/SMK dan lebih tinggi Ruko atau rukan Kantor atau pabrik Toserba, toko pengecer Restoran Hotel berbintang Hotel melati atau penginapan Gedung pertunjukan, bioskop Gedung serba guna Stasiun, terminal Tempat peribadatan

Pemakaian air 120 100 120 500 40 50 80 100 50 5 15 250 150 10 25 3 5

Satuan liter/penghuni/hari liter/penghuni/hari liter/penghuni/hari liter/tempat tidur pasie/hari liter/siswa/hari liter/siswa/hari liter/siswa/hari Liter/penghuni dan pegawai/hari liter/pegawai/hari liter/m2 liter/kursi liter/tempat tidur/hari liter/tempat tidur/hari liter/kursi liter/kursi liter/penumpang tiba dan pergi liter/orang (belum dengan air wudhu)

(Sumber : SNI 03 – 7065 - 2005)

2) Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing Metode ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing dapat diketahui, missal untuk perumahan atau gedung kecil. Juga harus diketahui jumlah dari setiap jenis alat plambing dalam gedung tersebut.

25

3) Berdasarkan unit beban alat plambing Dalam metode ini untuk setiap alat plambing ditetapkan suatu unit beban (fixture unit).Metoda inilah yang dipilih untuk perhitungan penaksiran debit. (Soufyan dan Morimura, 1988 : 64). Untuk perhitungannya maka digunakan gambar – gambar serta tabel – tabel sebagai berikut : Tabel 3.3 menunjukkan besarnya unit beban alat plambing dan Tabel 3.4 menunjukkan pemakaian air tiap alat plambing, laju aliran serta ukuran pipa cabang pipa air. Gambar 3.1 menunjukkan kurva yang memberikan hubungan antara jumlah unit beban alat plambing dengan laju aliran air, Gambar 3.2 menunjukkan nomogram kerugian gesek dalam pipa PVC kaku. Tabel 3.3 Unit beban alat plambing No

Jenis Alat Plambing

1 2 3 4

Bak mandi Bedpan washer Bidet Gabungan bak cuci dan dulang cuci pakaian Unit dental atau peludahan Bak cuci tangan untuk dokter gigi Pancaran air minum Bak cuci tangan Bak cuci dapur Bak cuci pakaian (1 atau 2 kompartemen) Dus, setiap kepala Service sink Peturasan pedestal berkaki Peturasan, wall lip Peturasan,palung Peturasan dengan tangki penggelontor Bak cuci bulat atau jamak Kloset dengan katup gelontor Kloset dengan tangki gelontor

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

(Sumber : SNI 03-7065-2005)

UBAP Pribadi 2 23

UBAP Umum 4 10 4 -

1 1 1 2 2

1 1 2 2 2 4

2 2 6 3

4 4 10 5 5 3 2 10 5

26

Tabel 3.4 Pemakaian air tiap alat plambing, laju airan airnya, dan ukuran pipa cabang pipa air Nama alat plambing

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kloset (dengan katup gelontor) Kloset (dengan tangki gelontor) Peturasan (dengan katup gelontor) Peturasan, 2-4 orang (dengan tangki gelontor) Peturasan, 5-7 orang (dengan tangki gelontor) Bak cuci tangan kecil Bak cuci tangan biasa (lavatory) Bak cuci dapur (sink) dengan keran 13 mm Bak cuci dapur (sink) dengan keran 20 mm Bak mandi rendam (bath tub) Pancuran mandi (shower) Bak mandi gaya Jepang

Pemakaian air untuk penggunaan satu kali (liter) 13,5-16,5')

Penggunaan per jam 6-12

13-15

(liter/min) 110-180

Waktu untuk Pengisian (detik) 8,2-10

Pipa sambungan alat plambing (mm) 24

6-12

15

60

13

20

13

5

12-20

30

10

13

203)

13

9-18 (@4,5) 22,5-31,5 (@ 4,5) 3 10

12

1,8-3,6

300

13

20

13

12

4,5-6,3

300

13

20

13

12-20 6-12

10 15

18 40

13 13

20 20

13 13

15

6-12

15

60

13

20

13

25

6-12

25

60

20

20

20

125

3

30

250

20

20

20

24-60

3

12

120-300

13-20

20

13-20

20

20

20

Tergantung tikurannya

Laju aliran

30

Pipa cabang air bersih ke alat plambing (mm) Pipa baja Tembaga° 2 32 25

(Sumber : Soufyan,Mourimura : 49) Catatan: 1) Standar pemakaian air untuk kloset dengan katup gelontor untuk satu kali penggunaan adalah 15 liter selama 10 detik. 2) Pipa sambungan ke katup gelontor untuk kloset biasanya adalah 25 mm, tetapi untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 32 mm. 3) Pipa sambungan ke katup gelontor untuk peturasan biasanya adalah 13 mm, tetapi untuk mengurangi kerugian akibat gesekan dianjurkan memasang pipa ukuran 20 mm. 4) Karena pipa tembaga kurang cenderung berkerak dibandingkan dengan pipa baja, maka ukurannya bisa lebih kecil. Pipa PVC bisa juga dipasang dengan ukuran yang sama dengan pipa tembaga.

27

a) Kurva Unit Alat Plambing sampai beban 3000

b) Kurva Unit Alat Plambing sampai beban 240 Gambar 3.1 Hubungan antara unit beban alat plambing dengan laju aliran Kurva (1) untuk sistem yang sebagian besar ...


Similar Free PDFs