Banjir Penyebab Solusinya PDF

Title Banjir Penyebab Solusinya
Author Sofyan andi,ST
Pages 49
File Size 473.2 KB
File Type PDF
Total Downloads 935
Total Views 978

Summary

DEPARTEMEN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN BALAI TEKNOLOGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BANJIR, PENYEBAB & SOLUSINYA Oleh : Tim Peneliti BTP DAS Surakarta dibahas oleh : 1. Prof. Drs. Indro Wuryatno, M.Si. Ketua Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan - UNS. 2. Prof. DR. ...


Description

DEPARTEMEN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN

BALAI TEKNOLOGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

BANJIR, PENYEBAB & SOLUSINYA

Oleh : Tim Peneliti BTP DAS Surakarta dibahas oleh : 1. Prof. Drs. Indro Wuryatno, M.Si. Ketua Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan - UNS. 2. Prof. DR. Sutikno Kepala Pusat Studi Bencana Alam - UGM. 3. Prof. DR. Sunyoto Usman, MA. Sosiolog - Dekan Fisipol - UGM.

DIPRESENTASIKAN DALAM RANGKA HARI BAKTI DEPARTEMEN KEHUTANAN KE -19 di BTP DAS Surakarta, 20 Maret 2002

TIM PENELITI Ir. C. Nugroho Sulistyo Priyono, MSc. Ir. Syahrul Donie Drs. Irfan Budi Pramono, MSc. Evi Irawan, SP Ir. Sukresno, MSc. Ir. Tyas Mutiara Basuki, MSc. Ir. Purwanto Ir. Triwilaida, MSc. Ir. Beny Harjadi, MSc. Drs. Agus Wuryanta, MSc. Ir. Wardoyo Ir. Dewi Retna

PEMBAHAS

Prof. DR. Indro Wuryatno, MSi. Ketua Program Pasca Sarjana Ilmu Lingkungan – UNS Prof. DR. Sutikno Kepala Pusat Studi Bencana Alam – UGM Prof. DR. Sunyoto Usman, MA Sosiolog – Dekan Fisipol - UGM

RINGKASAN EKSEKUTIF

Banjir yang terjadi pada awal tahun 2002 hampir merata terjadi di daerah pantai utara pulau Jawa. Didasari oleh keinginan untuk memberikan sumbangsih solusi banjir, maka BTP DAS Surakarta melakukan investigasi di tiga lokasi sampel yaitu DAS Ciliwung (Bogor - Jakarta), DAS Lampir (Batang – Jawa Tengah) dan DAS Sampean (Bondowoso – Jawa Timur). Berdasarkan investigasi yang dilengkapi dengan hasil-hasil kajian yang berkaitan dengan banjir maka disusunlah suatu paper tentang Banjir, Penyebab dan Solusinya. Berdasarkan fakta di lokasi sampel dan hasil kajian maka dapat diidentifikasi beberapa penyebab banjir secara biofisik mencakup : 1. Curah hujan tinggi 2. Karakteristik DAS yang responsive terhadap banjir 3. Penyempitan saluran drainase 4. Perubahan penutupan lahan Sedangkan secara sosial ekonomi dan budaya, banjir disebabkan : 1. Tidak tegasnya penegakan hukum 2. Perilaku masyarakat yang kurang sadar akan lingkungan 3. Timpangnya pembangunan Curah hujan saat terjadinya banjir merata di semua tempat dan dengan intensitas yang tinggi. Curah hujan harian berkisar dari 100 sampai 200 mm. Dengan curah hujan yang begitu tinggi, vegetasi penutup yang ada tidak lagi bisa mengendalikan aliran permukaan. Kondisi ini didukung oleh karakteristik DAS yang sangat terjal di daerah hulu dan tiba-tiba menjadi datar di daerah hilir. DAS menjadi sangat responsive dalam mengalirkan aliran permukaan. Di daerah hilir dengan perkembangannya yang sangat pesat menyebabkan saluran drainase yang ada sudah tidak dapat lagi menampung aliran permukaan yang dihasilkan di daerah hulu maupun daerah hilir sendiri. Akibatnya aliran meluap menggenangi daerah di sekitarnya. Dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk maka perubahan penggunaan lahan hampir tidak dapat dihindari. Perubahan penggunaan lahan tersebut dapat berupa perubahan dari lahan bervegetasi menjadi lahan pemukiman ataupun dari tanaman keras menjadi tanaman semusim. Jika kondisinya tidak berubah maka banjir akan terus terjadi dan makin besar, baik intensitasnya maupun luas genangannya. Dari empat faktor fisik yang menyebabkan banjir, dua yang pertama sangat sulit dirubah, sedangkan kesempatan merubah tinggal dua yang terakhir yaitu perbaikan saluran drainase dan penanganan perubahan penggunaan lahan. Dari faktor sosial, ekonomi dan budaya sebetulnya dapat dirubah semuanya tetapi membutuhkan kemauan yang kuat dari semua elemen masyarakat dan durasi yang relatif lama. Untuk penanganan bajir direkomendasikan menggunakan dua tahapan yaitu jangka pendek dan jangka panjang

i

A. Jangka Pendek 1. Peningkatan kapasitas saluran drainase, dengan cara : - Melarang bangunan di bantaran sungai - Melebarkan dan memperlancar saluran drainase 2. Pembuatan dam penahan atau embung di daerah hulu yang disesuaikan dengan kondisi geologisnya. 3. Mempertahankan situ-situ yang ada dan membangun kembali situ yang berubah fungsi bila memungkinkan. 4. Pembuatan sumur resapan pada daerah-daerah hulu yang berstruktur geologi bukan kapur. 5. Melakukan rehabilitasi daerah tangkapan air dengan lebih meningkatkan aktivitas Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL). 6. Meningkatkan upaya penegakan hukum dan peraturan yang berkaitan dengan lingkungan khususnya banjir. Misal : - Pelarangan bangunan di bantaran sungai - Peraturan pembuangan sampah di sungai - Kewajiban membuat resapan di perumahan - Penerapan tata ruang yang ditetapkan secara lebih ketat - Pembatasan secara ketat perubahan penggunaan lahan B. Jangka Panjang 1.

2. 3. 4.

a.

b.

Penataan sistem kelembagaan pengelolaan DAS sehingga dapat diciptakan kontrol sosial tentang perencanaan dan implementasi yang berkaitan dengan pengelolaan DAS. Pengembangan hutan rakyat di DAS bagian hulu untuk meningkatkan fungsi hutan dalam hal pengendalian banjir. Mengupayakan pemerataan pembangunan untuk mengurangi konsentrasi penduduk di perkotaan. Menyusun strategi penyuluhan lingkungan bagi masyarakat terdidik.

Beberapa catatan tentang upaya penanganan banjir yang perlu diperhatikan : Banjir harus diakui terlebih dahulu sebagai fenomena yang dapat terjadi dan bukan hanya gejala alam. Untuk itu banjir tidak perlu ditakuti tetapi harus disikapi dan diupayakan penanganannya. Diperlukan pengembangan kesadaran pada seluruh pihak terkait (institusi birokrasi, institusi politik dan sektor swasta) untuk memberikan perhatian khusus terhadap fenomena banjir dan mengupayakan penanganannya sesuai bidangnya.

ii

KATA PENGANTAR

Bencana banjir terutama di Pulau Jawa yang terjadi pada awal tahun 2002 mengingatkan kita bersama akan kepedulian terhadap turunnya kualitas lingkungan dalam DAS. Menanggapi hal tersebut maka BTP DAS Surakarta yang mempunyai Tupoksi berkaitan dengan pengelolaan DAS merasa sangat perlu untuk memberikan kontribusi bagi solusi persoalan banjir. Untuk itulah maka disusun paper yang berjudul Banjir, Penyebab dan Solusinya. Paper ini disusun berdasarkan ekstraksi hasil kajian yang pernah dilakukan BTP DAS Surakarta dan dilengkapi dengan hasil investigasi Tim Peneliti BTP DAS Surakarta pada tiga lokasi sampel yaitu DAS Ciliwung (Jakarta dan Bogor), DAS Lampir (Batang – Jawa Tengah) dan DAS Sampean (Bondowoso – Jawa Timur). Ringkasan paper ini kami susun untuk dapat dijadikan Policy paper tentang masalah tersebut. Kami sadar bahwa pokok bahasan yang ada pada paper ini belum dapat mencakup seluruh perspektif yang ada. Oleh karena itu kami meminta kepada tiga pakar untuk memberikan bahasannya dari perspektif yang berbeda yaitu dari Aspek Lingkungan, Aspek Bencana Alam dan Aspek Sosiologi. Presentasi paper ini telah dilakukan dalam format Diskusi Panel dan dihadiri instansi terkait dengan kehutanan, LSM Lingkungan dan para pemerhati lingkungan. Agar informasi ini dapat efektif sampai ke masyarakat luas maka kegiatan ini juga diliput pers dan hasil liputannya telah dimuat pada Harian Kompas, Jawa Pos, Solo Pos, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat serta RRI Surakarta. Pemaparan paper ini juga dikaitkan dengan peringatan Hari Bakti Departemen Kehutanan yang ke 19. Semoga paper ini dapat bermanfaat untuk mengatasi masalah banjir dan sesuai yang dimaksudkan yaitu sebagai bahan masukan kebijakan lebih lanjut. Surakarta, Maret 2002 KEPALA BALAI,

Ir. C. NUGROHO S. PRIYONO, M.Sc.

iii

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN EKSEKUTIF…………………….………...………….…….

i

KATA PENGANTAR …………………………………...………………….

iii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………

iv

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………

v

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

vi

I.

PENDAHULUAN ……………………………………………….…

1

II.

PENYEBAB BANJIR…...………………………………………….

3

2.1. Curah Hujan…………………………………………………….

3

2.2. Karakteristik DAS………………………………………………

6

2.3. Saluran Drainase………………………………………………..

11

2.4. Perubahan Penggunaan Lahan………………………….……….

15

2.5. Masalah Kependudukan dan Kelembagaan Pengelolaan DAS….

22

SOLUSI BANJIR……………………………………………………..

24

3.1. Jangka Pendek……..………….…………………………………

24

3.2. Jangka Panjang….. ……………………………………………...

25

PENUTUP………. ……………………………………………….….

26

DAFTAR PUSTAKA.………………………………………………………

27

Pokok -Pokok bahasan dari Prof.Drs Indro Wuryatno, MSi............................

28

Pokok -Pokok bahasan dari Prof.Dr. Sunyoto Usman.....................................

30

Pokok -Pokok bahasan dari Drs Suiyono, MSi ( Mewakili Prof. Dr

33

III.

IV.

Sutikno)............................................................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1

Curah hujan harian di daerah Bogor, Batang, dan Situbondo pada Bulan Januari – Februari 2002……...

4

Gambar

2

Curah Hujan Bulanan Rata-rata dan Saat Banjir di Bogor

5

Gambar

3

Curah Hujan Bulanan Rata-rata dan Saat Banjir di Batang…………………………………………………….

5

Curah Hujan Bulanan Rata-rata dan Saat Banjir di Situbondo…………………………………………………

6

Gambar

4

Gambar

5

Klas Kemiringan Lereng Masing-masing DAS Kajian

7

Gambar

6

DAS Ciliwung dan Sekitarnya…………………………...

8

Gambar

7

DAS Lampir dan Sekitarnya……………………………..

9

Gambar

8

DAS Sampean……………………………………………

10

Gambar

9

Perbandingan antara Saluran Drainase yang Dibutuhkan dan yang Ada di Lapangan……………………………….

11

Gambar 10

Profil Melintang Sungai Ciliwung……………………….

12

Gambar

11

Pemukiman di Bantaran Sungai Ciliwung……………….

12

Gambar

12

Saringan Sampah Teluk Gong……………………………

13

Gambar

13

Tanggul Jebol Akibat Kelebihan Debit………………….

14

Gambar

14

Penggunaan Lahan pada DAS Ciliwung, Lampir, dan Sampean…………………………………………………..

15

Lokasi Penebangan Hutan PT Perhutani di DAS Sampean…………………………………………………..

18

Gambar

15

Gambar

16

Areal Persawahan di Lereng Terjal………………………

19

Gambar

17

Hutan Rakyat dan Tunggul Bekas Tebangan…………….

21

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Foto kegiatan diskusi.......................................................... 35

Lampiran 2.

Kliping dari harian Solo Pos..............................................

37

Lampiran 3.

Kliping dari harian Kedaulatan Rakyat..............................

38

Lampiran 4.

Kliping dari harian Suara Merdeka....................................

39

Lampiran 5.

Kliping dari harian kompas dan Jawa Pos ........................

40

Lampiran 6.

Kliping dari harian Solo Pos..............................................

41

Lampiran 7.

Topik-Topik Penelitian Pasca Banjir ……………………

42

vi

DEPARTEMEN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN BALAI TEKNOLOGI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI Jl. A.Yani – Pabelan P.O.BOX 295 Surakarta 57102 Telp/Fax: 0271 – 716709/716959 email: [email protected]

BANJIR, PENYEBAB DAN SOLUSINYA Oleh:

Tim BTPDAS Surakarta

Ekspose Hasil Kajian Dalam Rangka

Memperingati Hari Bakti Kehutanan Tahun 2002

20 MARET 2002

Banjir, Penyebab dan Solusinya

I. PENDAHULUAN

Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah, harta benda, ternak, lahan pekarangan, lahan pertanian dan sarana umum termasuk jalan, jembatan, dll. Menyoroti masalah banjir yang terjadi tahun 2002, khususnya di P. Jawa, terlihat lokasi-lokasi yang tertimpa banjir merupakan wilayah bagian Utara dengan bentuk lahan yang khas, yaitu lereng pegunungan yang terus bersambungan dengan areal landai di wilayah pantai. Kondisi bentuk lahan yang demikian memiliki kecenderungan aliran permukaan berkecepatan tinggi pada daerah pegunungan dan dengan cepat menggenangi daerah yang landai. Curah hujan yang tinggi di wilayah dengan topografi demikian menyebabkan potensi banjir sangat besar, sebagaimana yang terjadi pada akhir Januari 2002 yang menggenangi seluruh Jakarta tidak terkecuali daerah yang selama ini disebut daerah bebas banjir. Pada saat itu, ketinggian air di berbagai pintu air melebihi batas normal, terutama aliran yang berasal dari sungai Ciliwung, Cisadane maupun Pesanggrahan yang merupakan 3 dari 13 sungai besar yang mengalir ke Jakarta. Derasnya urbanisasi ke wilayah Jakarta telah memacu perkembangan pemukiman yang cenderung menyimpang dari RUTRK dan konsep pembangunan yang berkelanjutan. Banyaknya kawasan-kawasan rendah (rawa, danau) yang semula berfungsi sebagai tempat penampung air serta bantaran sungai yang berubah menjadi pemukiman, ditambah dengan kebiasaan masyarakat yang membuang sampah ke sungai makin memperburuk kondisi ini. Di Jawa Tengah, daerah langganan banjir meliputi Kendal, Demak, Batang, Pekalongan dan Pemalang. Walaupun daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang rutin banjir pada waktu musim hujan, namun pada tahun ini banjir yang terjadi di Batang (DAS Lampir) cukup besar. Pada saat terjadinya banjir 17 Pebruari 2002 di Batang, curah hujan yang tercatat pada stasiun hujan Subah mencapai 390 mm. Suatu kondisi hujan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

1

Banjir, Penyebab dan Solusinya

Pada tanggal 4 Februari 2002

di Situbondo dan seluruh wilayah

Bondowoso terjadi hujan deras disertai angin kencang hingga malam hari yang kemudian menyebabkan longsor dan banjir. Pada malam hari tanggal 5 Februari 2002, dam kali Sampean jebol. Keadaan ini diperparah dengan ambrolnya jalan yang menghubungkan Situbondo dan Bondowoso. Jika dilihat dari akar permasalahan, banjir yang terjadi di tiga tempat tersebut tidak hanya disebabkan oleh faktor biofisik yang meliputi curah hujan tinggi dan bentuk lahannya, tetapi juga sangat terkait dengan masalah sosial, ekonomi dan politik. Secara teknis masalah tersebut menyebabkan perubahan penggunaan dan penutupan lahan sehingga mengakibatkan fungsi resapan pada daerah hulu dan fungsi atusan pada daerah tengah dan hilir tidak berfungsi optimal. Sebetulnya upaya pemerintah untuk menanggulangi permasalahan tersebut telah banyak dilakukan. Sebagai contoh telah diterbitkannya PP No. 13 tahun 1963 tentang Penertiban Pembangunan di Kawasan sepanjang jalan antara Jakarta-Bogor-Puncak-Cianjur dalam bentuk hukum khusus yang kemudian disempurnakan dengan Keppres No. 48 tahun 1983 yang diperbaharui dengan Keppres No. No. 79 tahun 1985 tentang Penetapan RUTR Kawasan Puncak. Demikian pula penggunaan lahan masing-masing DAS telah dibuatkan pokok penggunaan lahannya, mulai dari zone pelindung, zone penyangga sampai zone budidaya. Pasal 50 UU No. 41 tahun 1999 melarang setiap orang melakukan penebangan kiri-kanan sungai, waduk atau danau atau mata air. Akan tetapi tampaknya belum ditaati sepenuhnya oleh masyarakat. Berbagai investigasi, seminar, dan diskusi sudah dan sedang dilakukan untuk mengetahui penyebab banjir dan solusinya. Untuk melengkapi informasi yang ada, sesuai dengan Tupoksinya BTPDAS Surakarta mencoba menggali akar permasalahan penyebab banjir serta solusinya. Makalah ini merupakan hasil studi di tiga lokasi banjir, yaitu Jakarta, Batang dan Situbondo-Bondowoso yang diharapkan mewakili kondisi banjir di Pulau Jawa.

2

Banjir, Penyebab dan Solusinya

II. PENYEBAB BANJIR Banjir pada hakekatnya hanyalah salah satu output dari pengelolaan DAS yang tidak tepat. Bencana banjir menjadi populer setelah dalam waktu yang hampir bersamaan (akhir bulan Januari 2002) beberapa kota dan kabupaten di Indonesia terpaksa harus mengalami bencana ini. Bahkan, DKI Jakarta yang notabene merupakan ibukota negara tercinta Republik Indonesia, terpaksa harus terendam air. Sudah tentu kerugian yang harus diderita oleh masyarakat sangatlah besar. Parahnya, setelah air menyurut muncul berbagai macam penyakit yang mengancam kehidupan manusia, misalnya leptosirosis yang saat ini menjadi momok perkampungan kumuh di Jakarta. Dari hasil investigasi Tim Peneliti BTP DAS di tiga DAS di Pulau Jawa, yaitu DAS Ciliwung, Lampir, Sampean, disimpulkan bahwa bencana banjir secara fisik disebabkan oleh (1) curah hujan yang tinggi, (2) karakteristik DAS itu sendiri, (3) penyempitan saluran drainase, (4) perubahan penutupan lahan. Dari keempat tersebut 2 (dua) penyebab pertama berada diluar kemampuan manusia untuk dapat melakukan intervensi. Artinya, dua penyebab pertama merupakan keadaan ‘given’ dari suatu DAS. Manusia dalam hal ini hanya mampu atau mungkin untuk melakukan intervensi pada dua penyebab yang terakhir. Namun demikian, untuk dapat melakukan intervensi yang tepat perlu terlebih dahulu diketahui akar permasalahannya yang melatarbelakangi penyebab tersebut. Dengan demikian , ‘resep’ yang diberikan tidak sekedar ‘penyembuh’ sementara, tetapi bersifat berkelanjutan.

2.1. Curah hujan Bulan Januari adalah bulan dimana biasanya terjadi curah hujan yang cukup tinggi dan terjadi sejak awal bulan. Kondisi ini menyebabkan tanah menjadi jenuh dengan air sehingga pada saat hujan deras terjadi pada akhir bulan maka sebagian besar hujan tersebut langsung menjadi aliran permukaan yang kemudian menyebabkan banjir di daerah hilir. Curah hujan masing-masing daerah banjir dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Gambar 1 terlihat bahwa banjir yang terjadi sesuai dengan hujan maksimum. Sebagai contoh, banjir pertama di darah Jakarta terjadi pada tanggal

3

Banjir, Penyebab dan Solusinya

18 Januari 2002 disebabkan oleh hujan sebesar 105 mm/hari, kemudian banjir kedua terjadi pada tanggal 30 Januari 2002 disebabkan oleh hujan sebesar 143 mm/hari.

200

Jumlah Hujan (mm)

180 160 140 120 100 80 60 40 20

26

22

18

14

10

6

2

29

25

21

17

13

9

5

1

0

Tanggal Situbondo

Batang

Bogor

Gambar 1. Curah hujan harian di daerah Bogor, Batang, dan Situbondo Pada Bulan Januari – Februari 2002

Di daerah Situbondo, banjir pertama terjadi pada tanggal 30 Januari 2002 disebabkan oleh hujan sebesar 120 mm/hari, kemudian banjir kedua terjadi pada tanggal 5 Februari yang disebabkan oleh hujan sebesar 150 mm/hari. Banjir di daerah Batang terjadinya agak belakangan. Banjir disini mulai tanggal 4 Februari 2002 dengan curah hujan sebesar 180 mm/hari, kemudian disusul banjir kedua tanggal 6 Februari 2002 dengan curah hujan sebesar 130 mm, dan terakhir banjir ketiga pada tanggal 16 Februari 2002 dengan curah hujan 190 mm/hari. Curah hujan yang terjadi pada bulan Januari dan Febr...


Similar Free PDFs