Biografi prof. K. H. Anwar Musaddad.pdf PDF

Title Biografi prof. K. H. Anwar Musaddad.pdf
Author Rima Ardianti
Pages 40
File Size 386.7 KB
File Type PDF
Total Downloads 673
Total Views 1,030

Summary

PROF. K. H. ANWAR MUSADDAD BIOGRAFI, PENGABDIAN, DAN PEMIKIRAN ULAMA INTELEKTUAL Dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Agama Kelompok 1: Rima Ardianti 1706110 Tina Maryana 1706086 PROGRAM STUDI INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT 2018 KATA PENGANTAR Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayat Al...


Description

PROF. K. H. ANWAR MUSADDAD BIOGRAFI, PENGABDIAN, DAN PEMIKIRAN ULAMA INTELEKTUAL Dibuat untuk memenuhi tugas matakuliah Agama

Kelompok 1: Rima Ardianti

1706110

Tina Maryana

1706086

PROGRAM STUDI INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT 2018

KATA PENGANTAR Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayat Allah swt. Penulis telah menyelesaikan makalah tentang Biografi, Pengabdian dan Pemikiran Ulama intelektual Prof. K.H. Anwar Musaddad. Makalah ini merupakan hasil rangkuman sebagian dari buku cetak Prof. K.H. Anwar Musaddad yang di tulis oleh Ibu Yies Sa’adiyah. Berkat buku beliaulah penulis bisa menyelesaikan makalah tentang Biografi Prof. K. H. Anwar Musaddad untuk memenuhi tugas perkuliahan Agama. Tak lupa juga penulis haturkan terimakasih kepada Dra. Hj. Yies Sa’adiyah, M. Pd (Penulis Buku Biografi Prof. K.H. Anwar Musaddad) dan Bapak. Syauqi Mubarok (yang telah meminjamkan buku Biografi Prof. K.H. Anwar Musaddad). Mohon maaf bila ada kekurangan atau kesalahan dalam penulisan makalah ini, Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua amin.

Garut, 23 September 2018

Penulis

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii BAB I RIWAYAT HIDUP A. Masa Kecil …..………........................................................................................... 1 B. Jenjang Pendidikan………..................................................................................... 1 C. Kehidupan Keluarga............................................................................................... 5 BAB II PENGABDIAN DAN SEMANGAT BERKHIDMAT A. Jurnalis dan Anak Angkat H.O.S. Tjokroaminoto ............................................... 12 B. Guru Bahasa Inggris di Madrasah Al-Falah Mekah ............................................ 14 C. Ketua Kokesin ….............. ……….......................................................................14 D. Tokoh Agama di atas kapal tatkala pulang kembali ketanah air.......................... 16 E. Ulama Populer dan Guru di Normaalschool ........................................................ 16 F.

Pimpinan Pasukan Hizbullah................................………....................................18

G. Pimpinan KUA tingkat Karesidenan Priangan……….........................................19 H. Menentang Kartosoewidjo, Tokoh DI/TII ........................................................... 20 I.

“Pimpinan Program” Pendirian PTAIN Yogyakarta............................................20

J.

Mengusahakan Beasiswa Mahasiswa Baru di PTAIN ......................................... 20

K. Mutowif Haji Presiden Soekarno .........................................................................20 L.

Tokoh PB Nahdlatul Ulama .................................................................................21

M. Dosen Pada Berbagai Perguruan Tinggi ..............................................................22 N. Pendidikan Masyarakat, Mubaligh Nasional dan Internasional........................... 23 O. Anggota Badan Wakaf UII ...................................................................................23 P.

Anggota DPR RI .................................................................................................. 24

Q. Anggota Penyusunan Kitab Terjemah dan Tafsir Alqur’an kementerian Agama24 R. Mendirikan dan Membangun IAIN Sunan Gunung Djati Bandung ....................25 S.

Penerjemah Al-Qur’an Bahasa Sunda .................................................................25

T.

Penguji Calon Doktor IKIP Bandung ..................................................................26

U. Memperoleh anugerah Guru Besar IAIN SGD Bandung dan Anugerah Penghargaan dariDepartemen Agama RI ............................................................. 26 V. Membangun Lembaga Pendidikan dan Pondok Pesantren Al-Musaddadiyah......27

iii

BAB III KONSEP DAN PEMIKIRAN INTELEKTUAL A. Ilmu Ahlak Tasawuf ............................................................................................ 30 B. Ilmu Perbandingan Agama................................................................................... 30 C. Metodologi Pendidikan ........................................................................................ 31 D. Pendidikan Bahasa Arab ...................................................................................... 32 E. Pendidikan Keluarga ............................................................................................ 32 F.

Metode Dakwah ................................................................................................... 33

G. Managemen dan Leadership ................................................................................ 33 H. Gagasan Pesantren Luhur..................................................................................... 34 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................................... 35 DAFTAR PUSTAKA

iv

BAB 1 RIWAYAT HIDUP A. Masa Kecil Nama kecil Anwar Musaddad adalah Dede Masdiad, lahir di Garut pada 3 April 1909. Dari seorang ayah bernama Abdul Awwal bin Haji Abdul Kadir, dan ibunya bernama Marfuah binti Kasriyo. Kasriyo adalah salah seorang keturunan pejuang pengikut pangeran diponegoro dari mataram yang dikejar-kejar Belanda, dan mengungsi di Garut. Dari pernikahanya dengan Hajjah Salha, lahirlah Marfuah, ibunda Anwar Musaddad. Kakeknya dari pihak ayah adalah Haji Abdul Kadir, keturunan Kyai Nurkalan Kalijaga, salah seorang keturunan Syek Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati Cirebon, yang menikah dengan keturunan Sunan Kalijaga. Jadi, dalam diri Anwar Musaddad mengalir darah dua kesultanan yaitu Mataram dan Cirebon. Ketika Dede Masdiad berumur 4 tahun, ayahandanya wafat pada tahun 1913. Dalam keyatiman itu, beliau dibesarkan oleh ibunda tercinta Marfuah, yang berwirausaha memproduksi dodol Garut bermerk dagang “Kuraetin”. Nama ini diambil dari nama putri bungsunya. Hajjah marfuah juga menjadi pengusaha batik Garut tulis yang sekakarang telah berkembang dengan ciri khas berwarna gading dan dibuat sangat rapi. B. Jenjang Pendidikan Sejak kecil, Dede Masdiad memperoleh pendidikan islam dari guru ngaji yang tidak jauh dari rumahnya. Sesudah memasuki usia sekolah, orang tuanya ingin memasukan ke sekolah yang dianggapnya pantas pada waktu itu yaitu HIS pemerintah Belanda. Oleh karena bukan ambtenar, ia tidak diterima bersekolah disana. Akhirnya dipilihlah sekolah dasar milik lembaga pendidikan nasrani (HIS Christeljik) karena tidak ada sekolah lain yang dianggap “lebih baik”. Sebagai seorang siswa, ia harus mengikuti berbagai peraturan yang ketat, termasuk harus

1

2

mengikuti kegiatan di gereja setiap hari Minggu. Beliau berhasil mengikuti sekolah HIS-nya itu dengan sangat baik pada 1992 atau sekitar usia 12 tahun. Setelah lulus HIS, beliau ke sekolah MULO Christeljik di sukabumi selama belajar di sukabumi, beliau mempelajari nilai-nilai keislaman dan mengaji kepada Ustadz Sachroni. Disini ustadz sachroni berperan mengembalikan keyakian Dede Masdiad terhadap islam ajaran protestan yang diperoleh dibangku sekolah hanya sampai level pengetahuan dan menjadi dasar yang kuat bagi perteumbuhan jiwanya yang toleran terhadap moderat. Pendidikan di MULO Christeljik sukabumi itu diselesaikan pada 1925 dan dinobatkan sebagai pelajar teladan, Dede Masdiad ditawari beasiswa untuk melanjutkan sekolah ke AMS di Jakarta tawaran beasiswa itu dimanfaatkan olehnya dengan sangat antusisas. Menempuh pendidikan di AMS Cristeljik Jakarta. Disekolah ini semua pelajar wajib tinggal diasrama milik lembaga pendidikan kristen itu, tepatnya di Jl. Kramat Raya No. 47 Jakarta Pusat. Memasuki tahun kedua belajar di AMS, ibundanya menyurh kembali ke Garut setelah mendapat informasi tentang pendidikan di AMS Cristeljik yang berusaha memperngaruhi keimanan para peserta didiknya termasuk putra tercinta dan ibundanya khawatir akan keimanana putranya sebagai seorang muslim. Pihak pemimpin sekolah berusaha keras untuk mempertahankan agar beliau tetap melanjutkan sekolah di AMS sampai selesai. Terjadi tarik menarik anatar keinginan mengikuti kehendak ibunda tercinnta, dan keinginannya untuk teta belajar di Jakarta. Keluarganya berhasil membawa kembali dan beliaupun akhirnya meninggalkan Jakarta kembali pulang ke Garut. Terlepas dari persoalan pengajaran agama kristen katolik, belajar di AMS ternyata memberi nilai poSitif bagi pembentukan dan perkembangan kedisiplinan pribadinya kelak pada kemudian hari. Selama 10 tahun beliau belajar disekolah kristen katolik tersebut membawanya pasih berbahas Belanda. Dan bahasa inggris. Beliau sangat menjunjung tinggi kedisiplinan, tepat waktu, pemikiran rasional dan selalu menjaga image penampilan sebagai seorang terpelajar, rapi, bersih, dan mencintai ilmu pengetahuan. Selain itu beliau juga mendapatkan pemahaman tentang agama kristen katolik yang sangat baik. Pemahaman tentang agama kristen

3

katolik inilah yang kelak menjadi embrio pemikiranya tentang ilmu perbandingan agama. Menjadi santri di pondok pesantren cipari, wanaraja, selama 2 tahun (19261928). Pesantren ini sangat terkenal karena keberaniannya menentang kezhaliman pemerinta kolonial Belanda. Pimpinan pondok pesantren cipari, wanaraja disaat itu adalah Kyai Haji Yusuf Tauziri. Beliau merupakan salah seorang tokoh pejuang Garut yang ditetapkan sebagai Kyai pejuang pada tahun 1923. Jiwa perjuangan untuk berjihad di jalan Allah, dan semangat nasionlisme yang ada didalam diri Kyai Haji Yusuf Tauziri itu sangat membekas didalam diri Dede Masdiad maka, dengan sungguh-sungguh dan tekun, Dede Masdiad belajar di pondok pesantren perjuangan itu dan berganti nawa menjadi Anwar Musaddad, nama “Musaddad” dipilih olehnya sebagai bentuk penghormatan atas keluhuran seorang perawi hadis yang sangat mashyur bernama Musaddad ibn Musarhad ibn Arandal, salah seorang guru imam bukhori. Adapun, “Anwar” berarti “Cahaya” bentuk jamak ada kata “Nur”. Dipesantern Cipari Wanaraja beliau mendalami agama islam dibawah bimbingan Kyai Haji Yusuf Tauziri dan Kyai Haji Harmaen. Menjadi siswa madrasah Al-Ikhlas Jakarta untuk memenuhi keinginannya mempelajari ilmu-ilmu agama islam dengan baik, beliau menyadari pentingnya penguasaan bahasa arab sebagai bahasa alquran dan ilmu pengetahuan agama lainya. Seletah 2 tahun menjadi santri wanaraja, pada tahun 1919 beliau mempelajari bahasa arab secara insentif di madrasah Al-Ikhlas Jakarta. Agar lebih fokus belaupun mondok di rumah Haji oemar said tjokroaminoto, salah seorang pemikir muslim dan tokoh politik Indonesia yang sangat disegani pada masa penjajahan

Belanda

dengan

partainya

yang

terkenal

“Radikal”

H.O.S

Tjokroaminoto bersama serikat islam (SI) berhasil menumbuhkan semangat perlawanan rakyat Indonesia terhadap dominasi penjajahan Belanda inilah awal perkenalanya dengan tokoh pergerakan nasional tersebut. Setelah menuntut ilmu dengan H.O.S Tjokroaminoto Musaddad menuntut ilmu di madrasah alfalah di mekkah. Sesudah merasa cukup menguasi bahasa arab

4

yang di pelajarinya selama 2 tahun tumbul hasratnya untuk mendalami ilmu agama dari sumbernya yang asli maka pada usia 21 tahun pada tahun 1930 Anwar Musaddad berangkat ketanah suci, mekkah al mukaroham,bersama ibu dan neneknya dengan menggunakan kapal laut selamat kurang lebih setengah bulan pemuda Anwar Musaddad mempelopori berbagai kegiatan keagamaan di kapal laut sebagai bagian dari syiar islam, antara lain, memberi contoh keteladanan dalam praktek ibadah sesuai dengan ajaran syariat islam. Selama menjadi santri di madrasah alfalah, di mekkah, pemuda Anwar Musaddad menyandang dua predikat secara bersamaan: santri dan ustadz. Dalam hal ini, Anwar Musaddad menjadi ustadz untuk mengajarkan mata pelajaran bahasa inggris dan kemampuan tersebut diperolehnya secara otodidak. Pendididkan di madrasah alfalah, yang memiliki jenjang kelas sampai 9 dapat diselesaikannya dalam 2 tahun ini terjadi karena beliau diterima pada jenjang ketujuh. Pada 1934, beliau memperoleh syahadah (ijazah), langsung diangkat sebagai guru tetap untuk mengajar disekolah tersebut. Keberadaannya di tanah suci selama 11 tahun telah mendorongnya untuk mendalami kajian agama islam langsung dari sumbernya yang asli berbagai ulama dan guru besar di tanah yang diberkahi allah dijadikan olehnya sebagi guru mursyid. Sebagai santri, beliau menimba ilmu dari beberapa ulama terkemuka saat itu, syyaid alwi al-maliki, syeh umar hamdan, dan syyaid amin kutubi yang saat itu menjadi guru-guru utama di masjid al-harram. Beliau juga berguru kepada syeeh jananan toyib al-padangi, mufti tanah harram kelahiran padang, sumatra barat dan kepada syeh abdul muqoddasi, ulama asal solo jawa tengah, yang juga menjadi mufti di mesjid al harram. Sebagai guru, beliau mengajar bahasa inggris dan sesudag menguasai ilmu-ilmu agama beliau mentransfer ilmu yang diperolehnya di madrasah al falah kepada siswanya. Banyak sekali murid yang belajar kepada beliau. Salah seorang muridnya yang terkenal adalah syekh muhsin bachrum, pengusaha penerbitan buku di jeddah, dan zakky al-yamani mantan mentri perminyakan saudi arabia yang terkenal karena kerja kerasnya mendirikan OPEC sebagai organisasi negara-negara penghasil minyak dunia.

5

Pada 1941, keadaan semakin panas dan instabilitas menjelang perang dunia dua. Hati Haji Siti marfuah, ibunda Anwar Musaddad, merasa gundah dan khawatir akan keselamatan putra kesayanganya dan mengirim surat agar Anwar Musaddad segera pulang ke tanah air. Untuk memenuhi permintaan ibundanya itu, beliau melakukan solat istikhoroh untuk memohon petunjuk allah swt. Sollat istikhoroh, merupakan “warisan amalan“ dari ibunda tercintanya yang terbiasa dilakukan oleh Haji Siti marfuah. Melalui solat istikhoroh, banyak doa dan permohonan yang dikabulkan oleh allah salat istikhoro merupakan cara terbaik untuk mendapatkan jalan dan solusi yang terbaik tentang suatu masalah. Alasan utamanya adalah ketidaktauan tentang sebuah pilihan, apakah sebuah pilihan itu baik atau buruk. Setelah melakukan solat istikhoroh beliau merasa telah memperoleh petunjuk melalui mimpinya. Dalam mimpi itu, beliau memperoleh izajah dari madrasah al falah bernomor 11 yang diberikan oleh gurunya syekh ridwan al maki. Pemberian izajah inilah yang menjadi pertanda bahwa Anwar Musaddad mendapat izin (keridhoan) allah untuk meninggalkan tanah suci. Dengan azam yang kuat dan tawakal kepada allah, beliau pulang ke tanah air terutama memenuhi panggilan ibundanya yang sudah sangat merindukannya. Anwar Musaddad pulang keIndonesia bersama dengan sekitar 1500 orang mukmin yang menggunakan kapal ss Garut milik roteerdamsch lyiod. Kepulangannya keIndonesia bersama para mukimin merupakan hasil usaha majelis islam ‘ala Indonesia (MIAI) yang mendesak pemerintahan hindu Belanda untuk memulangkan para mukimin di mekkah. C. Kehidupan Keluarga pada tahun 1934, beliau menikah dengan maskatul millah, putri H. Sarochsyi (seorang mukimin asal ciparay Bandung) pada usia 25 tahun. Pernikahan ini tidak berlangsung lama setelah beliau memperoleh syahadah (ijazah) dari Madrasah alfalah, dan langsung diangkat sebagai guru tetap. Dari hasil pernikahan dengan istri pertamanya beliau dikaruniai dua orang putra: Hadijah yang meninggal tatkala masih kecil dimekah, dan sulaiman meninggal pada tahun 1980. Pada tahun 1941, K.H Anwar Musaddad titimpa musibah karena ditinggal wafat istrinya, maslakatul

6

millah, setelah menderita sakit. Setahun setelah wapat istrinya yang pertama, tepatnya pada tahun 1942, beliau menikahi nyi hj. Rd Siti Atikah, pada usia 15 tahun, putri kiyai hj qurtubi dan hj fatimah disaat beliau berusia 32 tahun. Kyai Haji Syafei yang kharismatis ini berpesan kepada Anwar Musaddad bahwa kelak murid kesayangannya itu akan menikah dengan cucunya ditanah air. Ucapan Ktai Haji Syafei ini adalah ucapan dari seorang yang hatinya taqurrub kepada Allah. Ucapan ini adalah salah satu nur Allah yang diberikan kepada hambaNya yang ahli ibadah dan dengan izin Allah, perkataan ini menjadi kenyataan. Suatu saat, di Garut, Kiyai Haji Anwar Musaddad bertemu dengan salah seorang sahabat dan muridnya tatkala di Mekkah, yaitu Mohammad Jamhur dan mengundangnya untuk menyampaikan dakwah dalam acara keagamaan di pondok pesantren Andir Bayongbong Garut yang jaraknya kira kira 15 km ke arah selatan kota Garut dan dapat ditempuh dengan menggunakan kereta api. Saat itu, K.H Anwar Musaddad disertai ibundanya, Hj.Marfuah. Di dalam gerbong kereta beliau bertemu dengan seorang ibu yang disertai putrinya yaitu Rd. Siti Atikah. Setelah bertegur sapa ternyata mereka mempunyai tujuan yang sama untuk menghadiri acara di pondok Pesantren Andir Bayongbong. Tampaknya, gadis cantik yang berusia lima belas tahun itu memikat hati Anwar Musadda da beliau berbisik kepada ibndanya tentang gadis yang telah memikat hatinya itu. Untuk memantapkan pilihannya, dengan selalu menjadikan Allah sebagai tempat bertanya dan menjadi sandaran atas setiap keputusan penting, beliau melakukan sholat istikhoroh untuk memohon petunjuk kepada Allah tentang masalah yang dihadapinya dan keputusan yang akan diambilnya. Dalam mimpinya, beliau bertemu dengan Kiyai Haji Syafei, salah seorang gurunya di Masjidil Haram. Beliau tidak tahu siapa gadis yang telah memikat hatinya di gerbong kereta. Teryata Nyi Rd.Siti Atikah binti K.H. Qurtubi itu adalah Kiyai Haji Syafe’i. setelah bangun beliau teringat akan pesan gurunya itu yang pernah mengatakan bahwa kelak akan menikah dengan cucunya di tanah air, demikianlah kehendak Allah terjadi dan pernikahan yang dirahmati Allah pun terjadi dan dilaksanakan pada 10 Februari 1942 di Lewo, Malangbong,Garut. Jelaslah, apa yang dipesankan oleh Kiyai Haji

7

Syafei itu menjadi kenyataan, karena Kiyai Haji Syafei adalah ayahanda dari Kiyai Haji Qurtubi yang mempunyai puteri bungsu yang bernama Nyi Rd. Siti Atikah, yang dinikahi oleh K.H. Anwar Musaddad. Sebagai suami dari Nyi Rd. Siti Atikah binti Qurtubi yang cukup matang dengan pengalaman , beliau membimbing istrinya yang kala itu masih remaja dengan penuh kehangatan dan kasih saying yang tulus. Beliau tetap sabar, bersikap mesra, dan tekun untuk terus membimbing agar kelak menjadi seorang wanita yang siap dan tegar, menjadi pendamping hidupnya. Usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh tersebut membuahkan hasil. Rd. Siti Atikah bukan hanya menjadi wujud seorang istri shalihah dan ibu bagi putra-putri kandungnya yang berjumlah 16 orang, tetapi juga sosok seorang wanita pendamping yang sangat bijaksana. Beliau termasuk wanita yang sangat pandai, kritis, penuh dedikasi, dan setia. Pada awalnya, posisi Ibu Hj. Rd. Atikah Musaddad “hanya” ditugaskan sebagai mubalighah badal (pengganti) bila K.H. Anwar Musaddad berhalangan hadir, terutama untuk memenuhi undangan pengajian kaum ibu. Posisi ini semakin mendorong Atikah untuk lebih mendalami ilmu-ilmu agama islam. Karena gaya rerorikanya yang memikat, Ibu Hj.Rd. Siti Atikah pun berkembang menjadi seorang mubaligh yang handal. Tatkala beliau tinggal di Yogyakarta, nama beliau harum dan terkenal di wilayah propinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah. Beliau sering diundang untuk memberikah pengajian di berbagai dinas instansi dan organisasi kemasyarakatan. Beberapa instansi yang pernah mengundangnya adalah Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang, dan Akademi Angkatan Udara (AAU) Lanud Adisucipto Yogyakarta. Beliau berceramah agama dihadapan istri-istri para instruktur. Selain itu beliau juga sering memberikan ceramah dibeberapa Negara tetangga, seperti Malaysia dan Brunai Darussalam. Ini terjadi ketika beliau menyertai suaminya, K.H. Anwar Musaddad, ketika harus memberi ceramah ke berbagai daerah d...


Similar Free PDFs