cerpen tentang Indonesia (terpancing kail) DOCX

Title cerpen tentang Indonesia (terpancing kail)
Author Sriana Lestari
Pages 1
File Size 33.7 KB
File Type DOCX
Total Downloads 572
Total Views 870

Summary

Terpancing Kail Sriana Lestari / 145120600111037 Seonggok sinar di senja langit barat, menenangkan kesepian hati seorang petualang, Indoon, yang terjebak di sebuah pulau kaya. Pepohonan dan ilalang merimbun adalah kawannya terkadang jadi tempatnya berlindung, air melimpah berkilauan bak berlian, dan...


Description

Terpancing Kail Sriana Lestari / 145120600111037 Seonggok sinar di senja langit barat, menenangkan kesepian hati seorang petualang, Indoon, yang terjebak di sebuah pulau kaya. Pepohonan dan ilalang merimbun adalah kawannya terkadang jadi tempatnya berlindung, air melimpah berkilauan bak berlian, dan ikan selalu jadi jamuan. Rumah yang luas, sejauh mata memandang ia lah tuannya, hanya terbatas kebiruan laut yang mengitarinya. Senja itu mengantarkan rindunya pada hiruk pikuk kota yang telah lama ia tinggalkan. Sebelas tahun kira-kira ia berdiam. Ia ingat pulang, berandai jika bisa kembali. " wahai bulan, cepat menghilang dan tinggalkan untuk ku seorang teman " , katanya lirih. Cahaya kemerahan, berganti kelam yang mulai turun dengan kesejuknya. Ia bangkit dari kemuramanya dan berjalan ketengah laut. Kotak-kotak bambu yang dihampirinya berada disana sejak fajar, di dasar perairan yang dangkal. Ikan yang ia harapkan, selalu menyesaki sampai sudut-sudut kotak sederhana yang ia rangkai sendiri. Bewarna-warni, besar kecil, abu-abu, dan bergerigi taring, jenis ikannya sangat banyak bahkan melimpah di laut yang ia miliki seorang diri. Ia sejahtera disini, dimalam yang hening itu ia melayang kembali ke masa lalunya dulu. Ditemani api yang hangat dan harum ikan yang dibakar sedikit gosong ia mulai mengeja perjalanan hidupnya. Ditengah-tengah perenunganya itu, ia tersadar, ia tak pernah mendengar lagi suara perutnya sejak terseret sampai dipulau itu, berbeda dengan keadaannya dikota dahulu, ia pernah hampir memakan jari-jarinya. Dia dalam dilema, rindu rumah, tetapi kini rumahnya adalah disini. Rumah yang lebih baik untuknya. "Bulan, kau mau sedikit ikan amis ini?" tawarnya pada langit di malam sunyi itu. "Ambil saja sesukamu, ada banyak disini, aku sudah kenyang." lanjutnya. Ia benar kesepian sampai berbicara pada purnama yang terus menatapnya, layaknya seseorang yang tak benar lagi jiwanya. Malam semakin senyap, ketika cahaya api mulai padam. Ia pun terlelap dengan kebisuan dibibir dan difikirnya....


Similar Free PDFs