MAKALAH BAHASA INDONESIA Tentang "KLAUSA" PDF

Title MAKALAH BAHASA INDONESIA Tentang "KLAUSA"
Author Nur Aeni
Pages 15
File Size 198.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 12
Total Views 40

Summary

MAKALAH BAHASA INDONESIA Tentang “KLAUSA” Disusun Oleh : Nama : Nur Aeni Nim: 216110126 Kelas/Semester : C/Satu FAKULTAS FISIPOL PRODI ADMINISTRASI PUBLIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM 2018 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah fenomena yang menghubungkan dunia makna dan dunia buny...


Description

MAKALAH BAHASA INDONESIA Tentang “KLAUSA”

Disusun Oleh : Nama : Nur Aeni Nim: 216110126 Kelas/Semester : C/Satu

FAKULTAS FISIPOL PRODI ADMINISTRASI PUBLIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM 2018

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Bahasa

adalah fenomena yang menghubungkan dunia makna dan dunia bunyi.

Lalu, sebagai penghubung diantara kedua dunia itu, bahasa dibangun oleh tiga buah komponen, yaitu komponen leksikon, komponen gramatika, dan komponen fonologi (Chaer, 2009:1). Sistem gramatika biasanya dibagi atas subsistem morfologi dan subsistem sintaksis. Subsistem sintaksis membicarakan penataan dan pengaturan katakata itu kedalam satuan-satuan yang lebih besar, yang disebut satuan-satuan sintaksis, yakni kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana (Chaer, 2009:3). Dilihat dari segi bentuknya, kalimat dapat dirumuskan sebagai salah satu konstruksi sintaksis yang terdiri dari dua kata atau lebih. Hubungan struktural antara kata dan kata, atau kelompok kata dengan kelompok kata yang lain berbeda-beda. Antara “kalimat” dan “kata” terdapat dua satuan sintaksis antara, yaitu “klausa”dan “frase”. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang mengandung unsur predikasi. Sedangkan frase merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata, atau lebih, yang tidak mengandung unsur predikasi 2003:312).

(Hasan Alwi,

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa klausa

berkedudukan sebagai bagian dari suatu kalimat, dan oleh karena itu klausa tidak dapat dipisahkan dari kalimat. Untuk keperluan berbahasa sehari-hari yang baik dan benar, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis, dituntut kemampuan untuk yang baik dan benar pula. strukturnya

membuat konstruksi kalimat

Maka pengetahuan tentang jenis-jenis klausa dan

menjadi sangat penting, karena sebuah kalimat merupakan satuan sintaksis

yang terdiri dari satu atau lebih klausa. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah definisi klausa? 2. Apa saja ciri-ciri klausa? 3. Apa saja jenis-jenis klausa?

2

1.3 Tujuan Masalah 1. Untuk mengetahui apa itu definisi klausa 2. Untuk mengetahui cirri-ciri dari klausa 3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari klausa.

3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Klausa Ada beberapa definisi yang dikemukakan para ahli berkaitan dengan klausa. Ramlan (1981: 62) mengatakan bahwa klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari predikat (P), baik diikuti oleh unsur subjek (S), objek (O), pelengkap (Pel), keterangan (K) maupun tidak. Selanjutnya Tarigan (1988: 21) mendefinisikan klausa sebagai kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat (P). Kemudian Parera (1988: 21) mendefinisikan klausa sebagai sebuah kalimat yang hanya memenuhi salah satu pola dasar kalimat yang inti dengan satu atau lebih unsur pusat (UP). Selanjutnya, Keraf (1984: 138) mendefinisikan klausa sebagai suatu konstruksi yang di dalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan fungsional, yang dalam tata bahasa lama dikenal dengan subjek, predikat, objek, dan keterangan. Sebuah klausa sekurang-kurangnya harus mengandung subjek dan predikat. Dalam hal-hal tertentu sebuah klausa boleh terdiri dari satu predikat dengan keterangan. Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa klausa adalah konstruksi kalimat, minimal terdiri satu predikat. Predikat ini boleh diikuti subjek, objek, pelengkap, ataupun keterangan. 2.2 Ciri-ciri Klausa Ciri-ciri yang dimiliki sebuah klausa sudah terkandung dari beberapa rumusan makna klausa yang dikemukakan para ahli linguistik di atas. Ciri-ciri yang dimaksud antara lain: a.

Merupakan kelompok kata yang memiliki hubungan fungsi (S/P/O/K).

b.

Memiliki unsur predikat.

c.

Satu klausa memiliki 1 predikat.

2.3 Jenis-jenis Klausa Berkaitan dengan jenis-jenis klausa para ahli mengelompokan atas beberapa jenis. Pengelompokan tersebut sebagaimana terlihat berikut ini:

4

2.3.1 Jos Daniel Parera Parera mengelompokkan jenis klausa atas dua, yaitu klausa final dan klausa nonfinal. a. Klausa Final Klausa final adalah klausa yang baik secara suprasegmental maupun secara segmental dapat menjadi klausa yang berdiri sendiri atau klausa swasta. Contoh: ─ Anak itu melempari anjing. (1 klausa final) ─ Saya memarahi dia. (1 klausa final) b. Klausa Nonfinal Klausa nonfinal adalah klausa yang baik, secara segmental maupun suprasegmental tidak dapat berdiri sendiri. Klausa nonfinal memiliki satu persyaratan, yaitu memenuhi PDKI (Pola Dasar Kalimat Indonesia) atau berbentuk kata kerja finit, tetapi ia tidak dapat berdiri sendiri tanpa dihilangkan ciri segmental atau suprasegmental yang mengikatnya. Contoh: ─ Agar tujuannya tercapai. ─ Jika tidak terjadi gangguan. Catatan: Sebuah klausa nonfinal dapat menjadi klausa final. Caranya dengan menghilangkan unsur pengikat yang ada di dalamnya. Contoh: ─ Tujuannya tercapai. ─ Tidak terjadi gangguan. 2.3.2 M.Ramlan Ramlan mengelompokkan jenis klausa menjadi tiga, yaitu berdasarkan (a) struktur interen, (b) ada tidaknya kata negatif, (c) dan berdasarkan jenis kata yang menduduki P. a. Berdasarkan Struktur Intern  1)

Klausa Lengkap Subjek (S) terletak di depan predikat (P)

5

Contoh: ─

Badan orang itu sangat besar.



Mereka menulis. Subjek Badan

predikat orang

Sangat besar

itu Mereka 2)

Menulis

Subjek terletak di belakang predikat Contoh: ─ Sangat besar badannya. ─ Masuklah dia ke ruangan.



Predikat

Subjek

Sangat besar

Badannya

Masuklah

Dia

Klausa Tak Lengkap Klausa tak lengkap adalah klausa yang tidak memiliki unsur S, tetapi memiliki unsur P yang diikuti O dan K. Contoh: ─ Sedang bermain-main. ─ Menulis surat. Subjek

Predikat

-

Sedang bermain

-

Menulis

b. Berdasarkan Kata Negatif Berdasarkan

ada

tidaknya

kata

negatif

yang

secara

gramatikal

menegatifkan predikat, dibagi menjadi dua bentuk. 

Klausa Positif Klausa positif adalah klausa yang tidak memiliki kata negatif. Contoh: ─ Para korban gunung berapi diliputi rasa duka. ─ Ia teman baik saya. 6



Klausa Negatif Klausa negatif adalah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatikal menegatifkan P. Kata-kata negatif tersebut seperti: tidak, tak, tiada, bukan, belum, dan jangan. Contoh: ─ Ia tidak jadi datang. ─ Tiada hari tanpa membaca. ─ Jangan mencoret-coret dinding!

c. Berdasarkan Kategori Kata Atau Frasa yang Menduduki Fungsi Predikat. 

Klausa Nominal Klausa Nominal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frase golongan N. Contoh: ─ Ia guru SD. ─ Ayah Petani. ─ Yang dibeli orang itu adalah sepeda. ─ Mereka itu karyawan kami.



Klausa Verbal Klausa verbal adalah klausa yang P-nya terdiri dari kata atau frasa golongan V. Contoh: ─ Ani membaca buku. ─ Saya menulis surat. ─ Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun. Klausa verbal dibagi lagi atas jenis kata pada predikatnya.

1) Klausa Verbal Adjektif Klausa verbal adjektif adalah klausa yang jenis predikatnya terdiri dari kata golongan V yang termasuk golongan kata sifat atau berunsur pusat kata sifat. Contoh: ─ Udaranya panas sekali. ─ Anaknya pandai-pandai.

7

2) Klausa Verbal Intransitif Klausa verbal intransitif adalah klausa yang jenis predikatnya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja intransitif atau terdiri dari frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja intransitif. Contoh: ─ Burung-burung beterbangan di atas permukaan air. ─ Anak-anak sedang bermain di teras belakang. ─ Para pekerja sedang beristirahat. 3) Klausa Verbal Aktif Klausa verbal aktif adalah klausa yang unsure predikatnya terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja transitif atau terdiri dari frasa verbal yang unsur pusatnya berupa kata kerja transitif. Contoh: ─ Amir menghirup kopinya. ─ Ahmad sedang membaca novel. 4) Klausa Verbal Pasif Klausa verbal pasif adalah klausa yang terdiri dari kata verbal yang termasuk golongan kata kerja pasif. Contoh: ─ Saya sesalkan keputusan itu. ─ Presiden dipilih oleh MPR untuk jangka waktu lima tahun. ─ Dustanya ketahuan juga. 5) Klausa Verbal Reflektif Klausa verbal reflektif adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata kerja reflektif (perbuatan). Contoh: ─ Mereka sedang mengasingkan diri. ─ Anak-anak itu menyembunyikan. ─ Ia tidak dapat lagi menahan diri. 6) Klausa Verbal Resiprokal Klausa verbal resiprokal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata kerja yang termasuk golongan kata kerja resiprokal, yaitu kata kerja yang mengatakan kesalingan. 8

Contoh: ─ Mereka saling memukul. ─ Anak itu selalu ejek-mengejek. 

Klausa Bilangan Klausa bilangan adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa yang bergolongan bilangan. Contoh: ─ Roda mobil itu enam. ─ Anaknya dua orang. ─ Kerbau petani itu dua ekor.



Klausa Depan Klausa depan adalah klausa yang predikatnya terdiri dari

frasa depan,

yaitu frasa yang diawali kata depan sebagai penanda. Contoh: ─ Sayur itu dari desa. ─ Pegawai itu ke kantor setiap hari. ─ Orang tuanya di rumah ( Ramlan, 1987: 235-150). 2.3.3 Hendry Guntur Tarigan Sama

halnya

dengan

ahli-ahli

terdahulu,

Tarigan

secara

umum

mengelompokkan jenis klausa menjadi dua kelompok, sebagai berikut. a. Klausa Bebas Klausa bebas adalah klausa yang dapat berdiri sendiri sebagai kalimat sempurna. Berdasarkan jenis kata predikatnya, klausa bebas dibedakan menjadi berikut ini. 

Klausa Verbal Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya bergolongan kata kerja. Contoh: ─ Ia membaca ─ Mereka jalan-jalan sore.



Klausa Nonverbal Klausa nonverbal adalah klausa yang predikatnya bergolongan selain kata kerja (sifat, benda, dst). 9

Contoh: ─ Ayahku petani ─ Adikku siswa b. Klausa Terikat Klausa terikat adalah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri, sebagai kalimat sempurna (Tarigan, 1983: 38). Selain pembagian kelompok tersebut. Tarigan juga mengelompokkan klausa atas hubungan yang terjadi di dalamnya. Biasanya hubungan tersebut terjadi pada kalimat majemuk, baik majemuk setara maupun majemuk bertingkat. 

Kalimat Majemuk Setara Kalimat majemuk setara adalah gabungan dua buah klausa atau lebih yang gabungan tersebut dihubungkan oleh kata-kata, seperti: dan, atau, tetapi. Dengan adanya gabungan klausa tersebut menyebabkan terjadinya hubungan, seperti berikut.

1) Hubungan Penjumlahan 

Hubungan penjumlahan yang mengatakan akibat. Contoh: - Konflik memberikan tantangan baginya dan oleh karena itu dia tampak mengahadapinya dengan penuh gairah.



Hubungan penjumlahan yang mengatakan urutan waktu. Contoh:

─ Dia mengambil handuk yang telah kumal dan mencucinya. 

Hubungan penjumlahan yang mengatakan pertentangan. Contoh:

─ Di satu pihak kita menganjurkan kesalehan dan di lain pihak banyak orangtua melanggarnya. 

Hubungan penjumlahan yang mengatakan perluasan. Contoh:

─ Dia rajin membaca baik waktu dia menjadi mahasiswa maupun

setelah dia

bekerja. 2) Hubungan Perlawanan 

Hubungan perlawanan yang mengatakan penguatan.

10

Contoh: ─ Bapak menjadi perhatian tidak saja dari keluarga, tetapi juga menjadi perhatian penduduk dari desaku. 

Hubungan perlawanan yang mengatakan implikasi. Contoh:

─ Suami istri itu telah lama kawin, tetapi belum juga dikaruniai anak. 

Hubungan perlawanan yang mengatakan perluasan. Contoh:

─ Provinsi Kepulauan Riau membuka diri terhadap perubahan sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman, tetapi pada waktu yang sama mampu pula mempertahankan karakternya yang asli. 3) Hubungan Pemilihan Contoh: ─ Saya tidak tahu apakah dia akan ikut atau tidak. ─ Dalam keadaan seperti itu, dia terpaksa membunuh musuh atau dibunuh musuh.  1)

Kalimat Majemuk Bertingkat Hubungan Waktu



Hubungan waktu permulaan Contoh:

- Sejak aku diserahkan orangtuaku kepada nenek, aku tidur di atas dipan di kamar nenek yang luas. 

Hubungan waktu bersamaan Biasanya menggunakan kata hubung: (se) waktu, tatkala, seraya,sementara, serta, selagi, selama, sambil, dan ketika. Contoh:

- Aku tidak mengerti akan hal itu ketika aku masih anak-anak. 

Hubungan waktu berurutan Biasanya menggunakan kata hubung: sebelum, setelah, sesudah, seusai, begitu, dan sehabis. Contoh:

─ Setelah mereka menemui pembimbing, mereka dapat meneruskan skripsinya. 

Hubungan waktu batas akhir Biasanya menggunakan kata hubung hingga dan sampai. 11

Contoh: ─ Mereka menonton sepakbola hingga larut malam. 2)

Hubungan Syarat Biasanya menggunakan kata hubung: jika (lau), seandainya, andaikata, dan asal (kan). Contoh:

─ Jika anda mau dengar, saya senang sekali. ─ Ini hanya dilakukannya dalam keadaan darurat kalau waktu memang mendesak. 3)

Hubungan Tujuan Biasanya menggunakan kata hubung: agar, agar supaya, supaya dan biar. Contoh:

─ Saya sengaja di tinggalkan di kota kecil agar dapat mengetahui kehidupan di sana. 4)

Hubungan Konsesif Biasanya menggunakan kata hubung: walau (pun), meski (pun), sekali (pun), biar (pun), kendati (pun) dan sungguh (pun). Contoh:

─ Walaupun hatinya sangat sedih, dia tidak pernah menangis di hadapanku. 5)

Hubungan Perbandingan Biasanya menggunakan kata hubung ibarat, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, dan lain-lain. Contoh:

─ Daripada menganggur, cobalah engkau bekerja di kebun. 6)

Hubungan Penyebaban Biasanya menggunakan kata hubung sebab, karena, dan oleh karena. Contoh:

─ Ia tidak sekolah sebab ia sakit. 7)

Hubungan Akibat Biasanya menggunakan kata hubung sehingga, sampai (-sampai), dan makna. Contoh:

─ Kami tidak setuju makanya kami protes. 8)

Hubungan Cara Biasanya menggunakan kata hubung dengan. 12

Contoh: ─ Ia memotong kayu itu dengan gergaji hingga putus. 9)

Hubungan Sangkalan Biasanya menggunakan kata hubung seakan (-akan) dan seolah-olah. Contoh:

─ Ia menghapus mukanya seakan ingin melenyapkan segala dukanya.

13

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Berdasarkan uraian di atas dan dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli dapat disimpulkan bahwa, klausa adalah konstruksi kalimat, minimal satu predikat. Predikat ini boleh diikuti subjek, objek, predikat dan keterangan. Ciri-ciri dari klausa ada tiga yakni, klausa merupakan kelompok kata, memiliki unsur predikat, dan satu klausa memiliki satu predikat. Selain pengertian dan ciri-cirinya, klausa memiliki jenisjenis seperti yang diuraikan di atas. Beberapa pakar mengemukakan jenis klausa ini berbeda-beda. Jos Daniel Parera mengelompokan jenis klausa ada 2, yaitu klausa final dan non final, M. Ramlan mengelompokan klausa dengan beberapa jenis klausa, yakni klausa berdasarkan struktur intern, klausa berdasarkan kata negatif dan klausa berdasarkan kategori kata atau

frase

yang

menduduki

fungsi

predikat,

dan

Hendry

Guntur

Tarian

mengelompokan 2 jenis klausa, yaitu klausa bebas dan terikat. 2.4 Saran Mengingat sintaksis merupakan salah satu bagian dari pembelajaran linguistik umum yang membahas tentang seluk beluk kalimat beserta proses perubahan makna, yang sangat penting untuk kita pelajari, untuk itu alangkah baiknya para mahasiswa yang akan melaksanakan penelitian atau hanya menganalisisnya lewat makalah agar dapat melakukan kajian sacara lebih mendalam tentang sintaksis, baik itu dalam bahasa Indonesia itu sendiri, karena makalah ini hanya mengkaji serta membahasnya secara umum tentang sintaksis, yang tidak secara signifikan atau khusus pada pengkajian dan pembahasan yang lebih mendalam. Oleh karena keterbatasan dalam makalah di atas, kami sebagai tim penyusun mengharapkan

kritikan

serta

saran

dari pihak

pembaca agar menjadi bahan

pembelajaran untuk kami dan dapat menyempurnakannya pada penyusunan makalah selanjutnya

14

Daftar Pustaka Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Suhardi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Arruzz Media.

15...


Similar Free PDFs