Ch.3_Teori Klasik Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan_Resume From Economic Development_M.P. Todaro PDF

Title Ch.3_Teori Klasik Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan_Resume From Economic Development_M.P. Todaro
Author Ahmad Amiruddin
Pages 11
File Size 1.1 MB
File Type PDF
Total Downloads 19
Total Views 100

Summary

Ahmad Amiruddin Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada TEORI KLASIK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN SetiapNegara berupaya keras untuk melaksanakan pembangunan. Pembangunan seyogianya dipandang sebagai proses multidimensi yang mencakup reorganisasi dan reorientasi seluruh system eko...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Ch.3_Teori Klasik Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan_Resume From Economic Development_M.P. Todaro Ahmad Amiruddin

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Ch.2_ Pembangunan Ekonomi Komparat if_ Resume from Economic Development _ MP.Todaro Ahmad Amiruddin

Ekonomikapembangunan1 t ugaspresent asi t eoriperdaganganint ernasionaldanst rat egipembangunan Syarifah Hanum ANALISIS FAKT OR-FAKT OR YANG MEMPENGARUHI PERT UMBUHAN EKONOMI INDONESIA T ESIS Oleh E… ayu ayu

Ahmad Amiruddin Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada

TEORI KLASIK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

SetiapNegara berupaya keras untuk melaksanakan pembangunan. Pembangunan seyogianya dipandang sebagai proses multidimensi yang mencakup reorganisasi dan reorientasi seluruh system ekonomi dan sosial. Selain untuk meningkatkan pendapatan dan putput, pembangunan umumnya mengharuskan adanya perubahan radikal dalam struktur lembaga, sosial, dan administrasi; mencakup juga sikap, kebiasaan, dan kepercayaan. Akhirnya, meskipun pembangunan selalu didefenisikan dalam konteks nasional, pelaksanaannya yang lebih luas akan mengharuskan adanya perubahan perekonomian global dan sistem sosial. A. TEORI-TEORI KLASIK PEMBANGUNAN EKONOMI Literatur klasik pasca-Perang Dunia II dalam pembangunan ekonomi telah didominasi oleh empat aliran pemikiran utama yang saling bersaing; 1. Model tahapan pertumbuhan linear ( linear stages of growth model) 2. Teori dan pola perubahan structural (theories and patterns of structural change) 3. Revolusi ketergantungan internasional (international dependence revolution) 4. Kontra

revolusi

pasar

bebas

neoklasik

(neoclassical

free

market

counterrevolution). Beberapa tahun belakangan ini, telah muncul pendekatan elektik (electic approach) dengan menggabungkan yang terbaik dari semua teori klasik. Teori ekonomi pembangunan mensyaratkan adanya kuantitas serta kombinasi tabungan, investasi dan bantuan luar negeri yang tepat agar negara-negara berkembang dapat bergerak disepanjang jalur pertumbuhan sebagaimana sebelumnya negara-negara yang lebih maju. Dengan demikian, pembangunan menjadi sinonim dengan pertumbuhan ekonomi agregat yang berlangsung cepat. Dua aliran pemikiran yang asaling bersaing pada tahun 1970-an. Aliran pertama, yang berfokus pada teori dan pola perubahan struktural. Aliran kedua, revolusi ketergantungan internasional, lebih radikal dan politis. B. PEMBANGUNAN SEBAGAI PERTUMBUHAN DAN TEORI TAHAPAN LINEAR Para ekonom di negara-negara maju benar-benar terkejut, mereka tidak memiliki model konseptual yang langsung tersedia untuk menganalisis proses

1

Ahmad Amiruddin Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada

pertumbuhan ekonomi di kebanyakan masyarakat agraris yang tidak memiliki struktur perekonomian modern. Namun mereka memiliki pengalaman dari Marshal Plan yang waktu itu baru dilaksanakan. Tahapan Pertumbuhan Rostow Menurut Rostow, sebuah Negara bergerak melalui tahapan berurutan dalam upaya mencapai kemajuan, transisi dari keterbelakangan ke perekonomian maju dapat diuraikan dalam serangkaian langkah atau tahap yang dapat dilalui semua negara. Semua masyarakat, dalam kaitannya dengan berbagai dimensi perekonomian, dapat dikelompokkan ke dalam salah satu dari lima kategori: masyarakat tradisional, prakondisi sebelum lepas landas untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan, lepas landas, tahapan menuju kematangan ekonomi, dan tahap konsumsi massal yang tinggi. Salah satu strategi utama pembangunan yang diperlukan untuk dapat lepas landas adalah mobilisasi tabungan dalam dan luar negri untuk menghasilkan investasi yang cukup guna mengakselerasi pertumbuhan ekonomi. Mekanisme ekonomi dimana investasi yang lebih banyak akan menghasilkan pertumbuhan lebih besar dapat diuraikan dengan menggunakan menggunakan model pertumbuhan Harrod Domar. Model Pertumbuhan Harrod Domar Setiap perekonomian harus menabung bagian tertentu dari pendapatannya, untuk sekadar mengganti barang-barang modal yang habis atau rusak (gedung, peralatan, dan bahan-bahan). Akan tetapi, untuk bisa tumbuh diperlukan adanya investasi yang merupakan tambahan neto ke dalam persediaan modal. Jika kita mengasumsikan adanya hubungan ekonomi langsung antara jumlah total persediaan modal K, dan total GDP Y—misalnya jika $3 dari modal selamanya diperlukan untuk menghasilkan tambahan GDP tahunan sebesar $1—berarti setiap tambahan neto pada persediaan modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan dalam arus output nasional, GDP. ∆� s = c �

2

Ahmad Amiruddin Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada di mana : Y = Gross Domestic Product (GDP) s = rasio tabungan netto c = rasio modal-output

Persamaan di atas merupakan versi sederhana dari persamaan terkenal dalam teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar, yang secara sederhana menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan GDP (∆Y/Y) ditentukan oleh rasio tabungan nasional neto, s, dan rasio modal-output nasional e secara bersama. Secara lebih spesifik, teori ini menyatakan bahwa dengan tidak adanya campur tangan pemerintah maka tingkat pertumbuhan pendapatan nasional secara langsung atau positif akan berkaitan dengan rasio tabungan (yaitu, semakin besar bagian GDP perekonomian yang dapat ditabung dan diinvestasikan, semakin besar pula pertumbuhan GDP) dan berbanding terbalik atau negatif berkaitan dengan rasio modal-output perekonomian (yakni semakin tinggi c, semakin rendah pula pertumbuhan GDP). Persamaan berikut juga sering diungkapkan dalam tabungan bruto, sG, sehingga tingkat pertumbuhan dinyatakan : ∆� s G = −� � c

di mana, sG adalah tabungan bruto dan  adalah tingkat penyusutan modal (capital depreciation rate). Logika ekonomi yang terkandung dalam persamaan 3.1 dan 3.2 sangat sederhana. Agar dapat tumbuh, setiap perekonomian harus menabung dan menginvestasikan bagian tertentu dari GDP. Semakin banyak yang ditabung dan diinvestasikan maka laju pertumbuhan ekonomi juga akan semakin cepat. Selain investasi, dua komponen lain pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja dan kemajuan teknologi. Dalam kaitannya dengan model Harrod-Domar, pertumbuhan tenaga kerja tidak diuraikan secara eksplisit. Hal ini disebabkan jumlah tenaga kerja diasumsikan sangat besar di negara berkembang dan dapat dipekerjakan sebanyak yang diperlukan, sebanding dengan modal yang

3

Ahmad Amiruddin Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada diinvestasikan (asumsi ini tidak selamanya sahih). Secara umum dapat dikemukakan bahwa kemajuan teknologi dapat diungkapkan sebagai penurunan rasio modal-output yang diperlukan sehingga memungkinkan pertumbuhan lebih besar untuk tingkat investasi tertentu, sebagaimana dinyatakan dalam dua persamaan di atas. Hambatan dan Kendala Salah satu strategi pertumbuhan ekonomi yang paling mendasar adalah meningkatkan bagian pendapatan nasional yang ditabung (yang tidak dikonsumsi). Rostow dan sejumlah pihak lain mendefinisikan tahap lepas landas adalah negaranegara yang mampu menabung 15% sampai 20% dari GDP. Dan hambatan utama atau kendala dalam upaya pembangunan menurut terori ini adalah relatif rendahnya tingkat pembentukan modal dikebanyakan negara miskin. Syarat Perlu versus Syarat Cukup Mekanisme pembangunan yang terkandung dalam teori tahapan pertumbuhan tidak selamanya dapat diterapkan. Alasan utamanya bukan karena kondisi lebih banyaknya tabungan dan investasi bukan merupakan syarat perlu (necessary condition) untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, tetapi karena tabungan dan investasi yang lebih banyak bukan merupakan syarat cukup (sufficient condition). C. MODEL PERUBAHAN STRUKTURAL Teori perubahan structural (structural-change theory) berfokus pada mekanisme yang diterapkan negara-negera terbelakang untuk mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri mereka, dari pola perekonomian pertanian subsistem tradisional ke perekonomian yang lebih modern, lebih berorietasi perkotaan, serta industri manufaktur dan jasa yang lebih beragam. Teori Pembangunan Lewis Berdasarkan model Lewis, perekonomian terbelakang terdiri atas dua sektor : sektor subsisten pedesaan yang tradisional dan kelebihan penduduk, yang dicirikan produktivitas marginal tenaga kerja yang sama dengan nol (zero marginal labour productivity)- situasi yang digolongkan Lewis sebagai surplus tenaga kerja karena tenaga kerjanya dapat diambil dari sektor pertanian tanpa mengakibatkan kerugian output apapun; dan sektor industri modern perkotaan yang sangat produktif sebagai sektor yang menampung transfer tenaga kerja dari sektor subsisten secara berangsur-

4

Ahmad Amiruddin Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada

angsur. Fokus utama model ini terletak baik pada proses transfer tenaga kerja maupun pertumbuhan output dan lapangan tenaga kerja di sektor modern. Proses pertumbuhan berkesinambungan dan perluasan kesempatan kerja diasumsikan akan terus berlanjut samapai semua surplus tenaga kerja terserap ke dalam sektor industri baru. Setelah itu, tambahan tenaga kerja hanya dapat diperoleh dari sektor pertanian dengan biaya lebih tinggi yang timbul dari penurunan produksi makanan, karena menurunnya rasio tenaga kerja terhadap lahan berarti produk margi al te aga kerja pedesaa tidak lagi ol. I i dike al se agai titik alik Le is (Lewis turning point).

Kritik terhadap model Lewis: 1. Dalam model ini secara tersirat mengasumsikan bahwa tingkat transfer tenaga kerja dan penciptaan lapangan kerja disektor modern berbanding proporsional dengan tingkat akumulasi modal sektor modern. Semakin cepat laju akumulasi modal, semakinl cepat pula pertumbuhan sektor modern, dan pada gilirannya semakin banyak pula lapangan kerja yang tersedia. 2. Yang dipersoalkan dari model Lewis adalah gagasan bahwa surplus tenaga kerja terdapat di wilayah pedesaan sedangkan lapangan kerja penuh ada di wilayah perkotaan. Tetapi para pakar ekonomi pembangunan dewasa ini secara keseluruhan sepakat bahwa asumsi Lewis tentang surplus tenaga kerja di pedesaan umumnya tidak shahih. 3. Yang meragukan adalah gagasan bahwa pasar tenaga kerja sektor modern yang kompetitif akan menjamin keberlangsungan eksistensi tingkat upah riil pedesaan yang konstan, sampai tercapai keadaan ketika persediaan tenaga kerja telah habis. 4. Kritik terakhir yang dialamatkan pada model ini adalah asumsinya tentang tingkat hasil yang semakin menurun dalam sektor industri modern. Kebalikan dari asumsi ini, banyak bukti yang justru menunjukkan sektor tersebut tingkat hasil yang semakin meninggi. Perubahan Struktural dan Pola Pembangunan Seperti halnya model Lewis, analisis pola pembangunan mengenai perubahan struktural berfokus pada proses yang berlangung secara berurutan, akan tetapi berbeda dari model Lewis dan teori awal tentang tahapan pembangunan,

5

Ahmad Amiruddin Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada

meningkatnya tabungan dan investasi dipandang para analis pola pembangunan sebagai syarat perlu tetapi tidak cukup bagi adanya pertumbuhan ekonomi. Model perubahan struktural yang terkenal ternyata kebanyakan didasarkan pada karya empiris pakar ekonomi Harvard bernama Hollis B. Chenery dan rekanrekannya dan selama periode pasca perang. Karakteristik-karakteristik ini mencakup pergeseran dari produksi pertanian ke produksi industri, berlanjutnya akumulasi modal fisik dan manusia, perubahan permintaan konsumen dari yang berfokus pada makanan dan keperluan dasar ke permintaan barang manufaktur dan jasa yang beragam, pertumbuhan kota dan industri perkotaan ketika orang-orang berpindah dari pertanian dan kota-kota kecil, serta menurunnya ukuran keluarga dan pertumbuhan penduduk karena anaka-anak tidak lagi dilihat dari sisi nilai ekonomi dan para orang tua lebih menekankan kualitas (pendidikan) ketimbang kuantitas anak. D. REVOLUSI KETERGANTUNGAN INTERNASIONAL Model ketergantungan internasional memandang negara-negara berkembang sebagai korban kekakuan lembaga, politik, dan ekonomi baik domestik maupun internasional serta terjebak dalam perangkap ketergantungan (dependence) dan dominasi (dominance) negara –negara kaya. Dalam pendekatan umum ini terdapat tiga aliran pemikiran utama, yaitu model ketergantungan neokolonial (neocolonial dependence model), model paradigma palsu (false paradigm model), dan tesis pembangunan dualistis (dualistic development thesis). Model Ketergantungan Neokolonial Model ketergantungan neokolonial (neocolonial dependence model), adalah pendekatan yang muncul dari pemikiran marxis. Model ini menghubungkan eksistensi dan langgengnya keterbelakangan (underdevelopment) terutama pada evolusi sejarah sistem kapitalis internasional yang sangat tidak setara dalam hubungan antara negara kaya dan negara miskin. Terlepas dari apakah negara-negara kaya secara sengaja mengeksploitasi atau secara tidak sengaja mengabaikan negara negara miskin. Neo-Marxis yang anti neokolonialisme ini mengaitkan sebagian besar kemiskinan yang berkelanjutan dinegara-negara berkembang dengan keberadaan dan kebijakan kelompok negara kapitalis industri serta perluasan jangkauan kekuasaan mereka ke sekelompok elite berkuasa atau kelompok komprador (comprador group)

6

Ahmad Amiruddin Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada

di negara-negara kurang maju. Dengan demikian keterbelakangan dipandang sebagai gejala yang ditimbulkan oleh kekuatan Eksternal. Model Paradigma Palsu Model paradigma palsu (false paradigm model). Model ini mengaitkan keterbelakangan dengan kesalahan dan ketidaktepatan saran yang diberikan para pakar ekonomi internasional. Para pakar ini dikatakan menawarkan model-model pembangunan yang rumit tetapi akhirnya menyesatkan dan sering menghasilkan kebijakan-kebijakan tidak tepat, Berbagai kebijakan

yang ditetapkan itu sering

didasarkan atas model-model neoklasik arus utama (rasio modal-output, rasio tabungan dan investasi, deregulasi ekonomi, meningkatkan GDP), dan dalam banyak kasus hanya melayani kepentingan pribadi kelompok yang berkuasa baik domestik maupun internasional. Akibatnya pendukung model ini mengemukakan bahwa reformasi kelembagaan dan struktural yang diinginkan acap kali terabaikan atau hanya mendapat perhatian sekedarnya. Tesis Pembangunan Dualistis Gagasan akan adanya sebuah negara bermasyarakat ganda. Pandangan ini melihat bahwa dunia terbagi dalam 2 kelompok besar yakni negara-negara kaya dan miskin, dan segelintir orang kaya hidup ditengah-tengah kegelimangan kemiskinan. Konsep ini menunjukkan adanya perbedaan cukup besar dan makin besar diantara negara-negara kaya dan miskin. Konsep tradisional dualisme mempunyai 4 (empat) argumentasi yaitu : 1. Beberapa kumpulan kondisi yang berbeda , unsur-unsur yang sebagian bersifat superior da sele ih ya i ferior , ada se ara erda pi ga di te pat atau ruang tertentu. 2. Koeksistensi bersifat kronis. Koeksistensi ini bukan karena suatu gejala temporer yang pada waktunya dapat meniadakan kesenjangan antara unsur superior dan unsur inferior. 3. Kadar superioritas dan inferioritas bukan hanya menunjukkan tiadanya tandatanda penurunan, tetapi justru menunjukkan kecenderungan peningkatan. 4. Hubungan saling terkait antara unsur-unsur superior dan inferior sedemikian timpangnya sehingga keberadaan unsur-unsur superior tidak banyak bermanfaat untuk meningkatkan kedudukan unsur-unsur inferior.

7

Ahmad Amiruddin Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada

Kesimpulan Terlepas dari perbedaan ideologi yang terkandung dalam semua model itu, para pendukung model ketergantungan neokolonial, paradigma palsu, dan dualisme menolak penekunan eksklusif pada teori-teori ekonomi neoklasik tradisional yang dirancang

untuk

mempercepat pertumbuhan

GDP sebagai

tujuan

utama

pembangunan. Teori-Teori Ketergantungan Mempunyai 2 Kelemahan, yaitu : 1.

Teori-teori ini hanya menawarkan sedikit penjelasan formal dan informal mengenai apa yang harus dilakukan oleh negara-negara tersebut guna mengawali dan menjaga kelangsungan pembangunan.

2.

Pengalaman aktual pembangunan ekonomi negara-negara berkembang yang mengikuti kampanye revolusi nasional industri dan kegiatan produksi yang dikelola pemerintah melalui BUMN kebanyakan mengalami kegagalan.

E. KONTRA REVOLUSI NEOKLASIK FUNDAMENTALISME PASAR Argumentasi

utama

teori

kontraevolusi

neoklasik menyatakan

bahwa

keterbelakangan merupakan akibat dari pengalokasian sumber daya yang buruk karena kebijakan penetapan harga yang tidak tepat dan terlalu banyaknya campur tangan negara yang diwakili oleh pemerintah negara berkembang yang terlalu aktif. Teori kontraevolusi neoklasik dapat dikelompokkan ke dalam tiga komponen pendekatan; 1.

Pendekatan pasar bebas (Free market aproach) Mengemukakan bahwa pasar sebenarnya efesien, pasar produk memberikan isyarat terbaik untuk melakukan investasi dalam kegiatan industri baru, pasar tenaga kerja bereaksi terhadap industri baru ini dengan cara yang sesuai.

2.

Pilihan publik (Public choice) atau ekonomi politik baru Mengemukakan bahwa pemerintah (hampir) tidak dapat melakukan apapun dengan benar. Oleh sebab itu disimpulkan bahwa pemerintahan terbaik adalah pemerintah yang melakukan campur tangan minimal.

3.

Pendekatan ramah pasar (market friendly aproach) Pendekatan ini mengakui terdapat banyak kelemahan dalam pasar produk dan faktor negara berkembang dan pemerintah sesungguhnya memainkan peran

8

Ahmad Amiruddin Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada pe ti g dala

e fasilitasi operasi pasar

ra ah terhadap pasar

elalui i ter e si

o sele ti e atau

arket frie dly

Teori Pertumbuhan Noeklasik Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional, pertumbuhan output diperoleh dari satu atau lebih dari tiga faktor, yaitu: 1. Kualitas dan kuantitas tenaga kerja 2. Penambahan modal 3. Penyempurnaan teknologi Argumentasi pasar bebas neoklasik adalah penegasan bahwa liberalisasi pasar nasional akan mendorong tambahan investasi domestik dan luar negeri sehingga meningkatkan laju akumulasi modal dalam kaitannya dengan pertumbuhan GDP. Model Pertumbuhan Neoklasik Solow Model ini berbeda dari rumusan Harrod-Dumar dengan menambahkan faktor kedua, yaitu tenaga kerja dan memperkenalkan variabel bebas (independen) ketiga, yaitu teknologi kedalam persamaan pertumbuhan ekonomi. Kemajuan teknologi menjadi faktor residu yang menjelaskan pertumbuhan jangka panjang dan tingkat pertumbuhan menurut asumsi solow yang ditentukan secara eksogen. Dalam bentuk lebih formal, solow menggunakan fungsi agregat sebagai berikut; Y = Kα(AL)1-α Dimana Y adalah produk domestik bruto, K adalah persedian modal, L adalah tenaga kerja dan A mewakili produktivitas tenaga kerja yang tingkat pertumbuhannya ditentukan secara eksogen Perekonomian Tertutup Perekonomian yang tidak memiliki kegiatan dengan pihak luar, tingkat tabungannya yang rendah (CP) dan dalam jangka pendek mengalami laju pertumbuhan yang lambat apabila dibandingkan dengan perekonomian yang memiliki tingkat tabungan tinggi. Perekonomian Terbuka Perekonomian yang mengadakan perdagangan, investasi, dan hubungan yang lain-lain dengan pihak luar, dan akan mengalami peningkatan pendapatan perkapita. Kesimpulan

9

Ahmad Amiruddin Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada

Teori ketergantungan memandang keterbelakangan sebagai fenomena yang disebabkan oleh pengaruh eksternal, sementara para pembaru atau revisionis memandang itu sebagai fenomena yang disebabkan oleh pengaruh internal negaranegara berkembang yaitu karena terlalu banyaknya campur tangan pemerintah dan kebijakan perekonomian yang buruk, maslah struktur dan organisasi di kebanyakan negara berkembang sangat berbeda dari negar...


Similar Free PDFs