Dakwah Nabi Muhammad SAW Periode Makkah dan Madinah PDF

Title Dakwah Nabi Muhammad SAW Periode Makkah dan Madinah
Author Adjie Samudera
Pages 25
File Size 2.3 MB
File Type PDF
Total Downloads 26
Total Views 270

Summary

MAKALAH DAKWAH NABI PERIODE MAKKAH DAN MADINAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam Dosen Pengampu: Ahmad Irfan Mufid, MA. Disusun oleh: 1. Sahara Adjie Samudera 11160110000055 2. Mahmul Fadhilah Harahap 11160110000064 3. Muhamad Mierza Mumtaza 11160110000016 Kelas 3 A B...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Dakwah Nabi Muhammad SAW Periode Makkah dan Madinah adjie samudera

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM WANDI KOWO

SEJARAH PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM NABI MUHAMMAD SAW idris Tunru, T irsa E.P Mokogint a Sejarah Pemikiran dan Pendidikan Islam.pdf Murni Nurdin

MAKALAH DAKWAH NABI PERIODE MAKKAH DAN MADINAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Kebudayaan Islam

Dosen Pengampu: Ahmad Irfan Mufid, MA.

Disusun oleh: 1.

Sahara Adjie Samudera

11160110000055

2.

Mahmul Fadhilah Harahap

11160110000064

3.

Muhamad Mierza Mumtaza

11160110000016

Kelas 3 A Bilingual

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/1438 H

DAFTAR ISI

  DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A.  Latar Belakang Masalah..........................................................................................    B.  Perumusan Masalah ................................................................................................    C.  Tujuan Penulisan .....................................................................................................    BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3 A.  Masyarakat Arab Pra-Islam ....................................................................................    B.  Dakwah Nabi Periode Makkah ...............................................................................    C.  Masyarakat Madinah Pra-Islam ............................................................................    D.  Dakwah Nabi Periode Madinah ............................................................................    E.  Pembentukan Negara Madinah dan Masyarakat Islam ........................................    F.  Perbedaan Peran Nabi pada Periode Makkah dan Madinah .................................    BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 20 A.  Kesimpulan ...........................................................................................................    B.  Saran .....................................................................................................................    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 22  

 

ii 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Rasulullah ‫ ﷺ‬merupakan suri teladan bagi kita yang Allah turunkan sebagai penyempurna Akhlak dan sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dewasa ini, sedikit orang yang memahami perjuangan dan kisah Rasulullah tetapi mereka lebih mudah mengidolakan seseorang yang tidak sepenuhnya pantas dicontoh. Sebagai seorang muslim hendaknya kita mengetahui sejarah Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬baik ketika beliau dalam berdakwah di Makkah maupun Madinah setelah diangkat sebagai Rasul. Penting bagi kita untuk mengingat kembali akan sejarah dan perjalanan Nabi untuk selalu kita contoh dan kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, di dalam makalah ini, kami mencoba untuk membuka, memaparkan tentang peran Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam berdakwah pada periode Makkah dan Madinah guna meneliti dan mengingat perjuangannya sehingga dapat ditarik kesimpulan dan diambil pelajaran dari kisah dan pemaparan perjuangan beliau. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi masyarakat Arab Makkah sebelum datangnya Islam? 2. Bagaimana metode dakwah Nabi pada periode Makkah? 3. Bagaimana kondisi Madinah sebelum datangnya Islam? 4. Bagaimana peran Nabi dalam berdakwah di Madinah dan membangun suatu negara Islam di Madinah? 5. Apa perbedaan peran Nabi ketika dalam periode Makkah dan Madinah?

 

 

 

 

C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi masyarakat Arab Makkah sebelum datangnya Islam. 2. Untuk mengetahui bagaimana metode dakwah Nabi pada periode Makkah. 3. Untuk mengetahui bagaimana kondisi Madinah sebelum datangnya Islam. 4. Untuk mengetahui bagaimana peran Nabi dalam berdakwah di Madinah dan membangun suatu negara Islam di Madinah. 5. Untuk mengetahui dan dapat membedakan peran Nabi ketika dalam periode Makkah dan Madinah.

   

 

BAB II PEMBAHASAN

A. Masyarakat Arab Pra-Islam Bangsa Arab sebelum Islam biasanya disebut Arab Jahiliyah, bangsa yang belum berperadaban, bodoh, tidak mengenal aksara.1 Tetapi hal tersebut tidak membuktikan bahwa bangsa Arab pada masa itu semuanya buta huruf dan tidak dapat menulis. Hanya saja, hal tersebut menjelaskan sebutan bagi kebanyakan masyarakat pada masa itu yang mana baca tulis bukan tolak ukur kepandaian dan kecendekiaan. Di sisi lain, tepatnya Arab bagian Utara, dikenal sebagai orang-orang yang memiliki kemampuan tinggi dalam menggubah syair, dan syair-syair itu diperlombakan dan yang unggul di antaranya ditulis untuk digantung di Ka’bah. Melalui tradisi sastra tersebut diketahui bahwa peristiwa-peristiwa besar dan penting secara faktual ikut memberi pengaruh pada dan mengarahkan perjalanan sejarah mereka.2 Biasanya peristiwa penting yang terjadi pada masa itu diabadikan dalam bentuk syair, kisah, dongeng, nyanyian, dan sebagainya. Ini membuktikan tidak semua bangsa arab itu bodoh (jahil), tetapi ada pula yang sudah jauh berkembang ketimbang kelompok Arab yang lain. Sayangnya, bangsa Arab belum mengenal sejarah dan tidak menuliskan sejarah ke dalam bentuk karya tulis. Hal ini menyebabkan kisah-kisah atau peristiwa nyata yang sudah terjadi mudah disusupi dengan dongeng dan mitos. Di sisi lain, legenda lebih mendominasi ketimbang sejarah. Menurut Muhammad Ahmad Tarhini dalam kitab Al-Mu’arrikhun wa alTarikh mengatakan bahwa dominannya legenda, tidak mungkin ditemukan suatu kaidah dengannya orang dapat memisahkan yang faktual dari yang khayal.3 Maksudnya, perpaduan antara legenda dan kisah-kisah yang tak dapat dipercaya                                                             

 Badri Yati , Historiografi Isla ,  Jakarta: Logos Wa a a Il u,   I id.   I id., hl .  . 

 

 

, hl . 



 

 

tersebut membuat banyak orang ragu (termasuk sejarawan) dengan kebenaran cerita atau kisah-kisah tersebut. Sejarah Arab sebelum Islam yang paling dapat dipercaya adalah tinggalantinggalan arkeologis yang masih dapat ditemukan di Yaman, Hadhramaut, sebelah utara Hijaz dan sebelah selatan Suriah. Satu-satunya yang dapat diketahui adalah penggalan-penggalan sejarah yang terdapat di gereja-gereja di Hirah, yang kemudian dikaji oleh Al-Kalbi, sejarawan muslim kemudian. Dengan demikian, data-data sejarah tentang masa sebelum Islam yang tercantum dalam karya-karya sejarah yang ditulis pada masa Islam, menurut Husein Nashshar, harus diterima dengan keraguan yang mendalam. Di samping itu, pengetahuan orang Arab terhadap negeri-negeri tetangga, seperti Persia dan Romawi, juga merupakan ceritacerita yang bercampur legenda.4 Mengenai keyakinan masyarakat di sana, tahap pemujaan benda-benda langit muncul sejak lama. Al-‘Uzza, al-Lat dan Manat memiliki tempat pemujaan masing-masing yang disakralkan di daerah yang kemudian menjadi tempat kelahiran Islam.5 Terdapat tiga berhala yang paling diagungkan pada masa itu, yaitu Al‘Uzza, Al-Lat, dan Manat yang semuanya ditaruh di tempat yang dianggap memiliki kesakralan di dalamnya. Al-Uzza (yang paling agung, venus, atau bintang pagi) dipuja di Nakhlah, sebelah Timur Makkah. Tempat pemujaannya terdiri atas tiga batang pohon. Al-Lat (dari kata ilahat yang berarti Tuhan perempuan) memiliki tempat pemujaan suci di dekat Tha’if, tempat berkumpul orang-orang Makkah dan lainnya untuk beribadah Haji dan menyembelih binatang qurban. Untuk menjaga kesucian tempat tersebut, maka di sana dilarang untuk menebang pohon, memburu binatang, dan menumpahkan darah. Sedangkan Manat (berasal dari kata maniyah, yang berarti pembagian nasib) adalah dewa yang (dipercaya) menguasai nasib. Tempat suci utamanya adalah sebuah batu hitam di Qudayd, di sebuah jalan antara Makkah dan Madinah. Dewa ini populer di kalangan suku Aus dan Khazraj.6                                                             

 I id., hl .  .   Philip K. Hitti, History of the Ara s,  Jakarta: “era  I id., hl .   –  . 

i Il u “e esta, 

, hl . 



 

 

Selain berhala-berhala di atas, ada dewa lainnya yang diagungkan, yaitu Hubal (dari bahasa Aramaik, yang berarti roh), dan merupakan dewa tertinggi di Ka’bah, direpresentasikan dalam bentuk manusia. Di sampingnya terdapat busur dan anak panah yang digunakan untuk mengundi nasib oleh para kahin (peramal).7 Dari paham dan kepercayaan seperti itulah yang menjadikan salah satu alasan mengapa Arab pada masa Pra-Islam disebut dengan Arab Jahiliyyah. Di sisi lain, pada masa itu sampai masa kelahiran Nabi Muhammad, khususnya di wilayah Hijaz sudah dikelilingi oleh berbagai pengaruh yang berbeda, baik dari sisi intelektual, keagamaan, maupun material, baik yang datang dari Bizantium, Suriah, Persia, dan Abissinia (Habasyah), maupun yang datang melalui kerajaan Gassan, Lakhmi dan Yaman.8 Kendati demikian, meskipun bangsa Arab (Hijaz) terjadi kontak lintas kebudayaan dengan wilayah lain, bukan berarti itu akan mengubah budaya asli setempat. Tetapi di satu sisi, banyak pengaruh yang terjadi hasil kontak budaya tersebut. B. Dakwah Nabi Periode Makkah Menurut

Shafiyurrahman

al-Mubarakfuri

dalam

kitabnya

Sirah

Nabawiyyah, periode Makkah dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:9 1. Fase dakwah sembunyi-sembunyi yang berjalan selama tiga tahun. Makkah merupakan pusat agama bangsa Arab. Di sana ada peribadatan terhadap Ka’bah dan penyembahan terhadap berhala dan patung-patung yang disucikan seluruh bangsa Arab. Hal tersebut merupakan sesuatu yang jauh dari ajaran Tauhid sebagaimana yang diajarkan Ibrahim dan Ismail. Oleh karena itu, Islam datang untuk menjaga kesucian ka’bah dari perbuatan syirik tersebut. Ketika Allah telah mewahyukan kepada Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬tentang Islam, Rasulullah menampakkan Islam pada awal mulanya kepada orang-orang yang paling dekat dengan beliau, yaitu anggota keluarga, dan sahabat-sahabat karib beliau. Beliau menyeru kepada mereka yang memiliki kebaikan dan sudah                                                             

 I id., hl .  .   I id., hl .  .   “hafiyurrah a  al‐Mu arakfuri, Sirah Na awiyah,  Jakarta: Ge a I sa i, 

, hl . 



 

 

dikenal dengan baik dan begitupun sebaliknya.10 Di dalam kitab Tarikh Islam, mereka dikenal dengan sebutan al-sabiqun al-awwalun atau “yang terdahulu dan yang pertama-tama (masuk Islam). Mereka di antaranya Khadijah binti Khuwailid, Zaid bin Tsabit, ‘Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar al-Shiddiq, Utsman bin ‘Affan, al-Zubair bin Awwam, ‘Abdurrahman bin ‘Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, dan Thalhah bin Ubaidillah. Mereka adalah delapan orang yang lebih dahulu masuk Islam yang kemudian disebut kelompok pertama sebagai “fajar Islam”11. Kelompok lain yang juga termasuk mula-mula masuk Islam adalah Bilal bin Rabbah al-Habsyi, kemudian disusul kepercayaan umat ini, Abu Ubaidah bin Amr bin al-Jarrah dari Bani Harits bin Fihr, Abu Salamah bin Abdul Asad, Arqam bin Abil Arqam al-Makhzumy, Utsman bin Madz’un dan kedua saudaranya, Qudamah dan Abdullah, Ubadah bin Harits bin Muththalib bin Abdul Manaf, Sa’ad bin Zaid al-Adawiy dan istrinya Fathimah binti Khaththab, Khabbab bin Arat, Abdullah bin Mas’ud al-Hadzaily, dan masih banyak lagi. Mereka semua berasal dari kabilah Quraisy.12 2. Fase dakwah secara terang-terangan di tengah penduduk Makkah, yang dimulai sejak tahun keempat kenabian hingga akhir tahun kesepuluh kenabian. Sehubungan dengan hal ini, wahyu pertama yang turun adalah Surah alSyu’ara ayat 24 yang berbunyi:

َ ‫َب‬ ٢١٤ ‫ي‬ ِ

َۡ ۡ َ َ َ َ ۡ ََ ‫شيتك ٱلق‬ ِ ‫وأن ِ ر ع‬

Artinya: “214. Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”. Setelah ayat tersebut turun, hal pertama yang Rasulullah lakukan adalah mengundang kerabat dekatnya, Bani Hasyim. Mereka pun datang memenuhi                                                               I id., hl .   I id., hl .   I id. 

 –  . 



 

 

undangan beliau termasuk beberapa orang dari Bani Muththalib bin Abdul Manaf. Setelah pertemuan itu, Rasullah berdiri di bukit Shafa lalu berseru “Ya shabahah!” (seruan untuk menarik perhatian orang untuk berkumpul di waktu pagi dan biasa digunakan untuk berperang). Maka berkumpullah orang-orang Quraisy. Beliau mengajak mereka kepada Tauhid dan beriman terhadap risalah beliau dan hari akhir. Beliau kemudian berbicara, “Bagaimana menurut kalian jika ku beritahu kepada kalian bahwa ada sepasukan berkuda di lembah sana hendak menyerang kalian. Apakah kalian mempercayaiku?”. Mereka menjawab, “Ya, tentu saja. Kami tidak pernah mengetahui kecuali Anda selalu berbicara benar.” Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya aku ini adalah pemberi peringatan bagi kalian dari adzab yang sangat pedih.” Maka Abu Lahab menanggapi, “Celakalah engkau sepanjang hari ini! Apakah hanya untuk ini engkau kumpulkan kami?”. Maka ketika itu turunlah ayat13,

َ َ ََ َ ٓ َ َ ۡ ََ َ ١ ‫ب و تب‬ ٖ ‫تبت ي ا أ ِب له‬

Artinya: “1. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.” (Al-Qur’an Surah Al-Lahab ayat 1). Setelah dakwah secara terang-terangan, pemimpin Quraisy mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Semakin bertambah jumlah pengikut nabi, semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang Quraisy menentang seruan itu:14 (1) persaingan berebut kekuasaan. Mereka mengira tunduk kepada agama Muhammad berarti tunduk kepada kekuasaan Bani Abdul Muththalib. Sedang suku-suku bangsa Arab selalu bersaing untuk merebut kekuasaan dan pengaruh. (2) penyamaan hak antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya. Bangsa Arab hidup berkasta-kasta. Tiap-tiap manusia digolongkan kepada                                                             

 I id., hl .   –  .   A. “yala i, Sejarah da  Ke udayaa  Isla  I,  Jakarta: Pustaka al‐Hus a, 

, hl . 

 – 



 

 

kasta yang tak boleh dilampauinya. Tetapi, seruan Nabi Muhammad memberikan hak sama kepada manusia. (3) takut dibangkit. Agama Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan dibangkit dari kuburnya, dan bahwa semua perbuatan manusia akan dihisab. (4) taklid kepada nenek moyang. Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta, dan mengikuti langkah-langkah mereka dalam soal-soal peribadatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab. (5) memperniagakan patung. Ini adalah satu sebab materi. Salah satu dari perusahaan orang Arab zaman dahulu, ialah memahat patung yang menggambarkan al-Lata, al-‘Uzza, Manah dan Hubal. Patung-patung itu mereka jual kepada Jemaah-jemaah haji. Kaum quraisy selalu berusaha untuk menumpas dan menindas agama Islam dengan menempuh jalan apa saja15, salah satunya dengan memboikot Bani Hasyim. Isi piagam pemboikotan tersebut antara lain: mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan Bani Hasyim seperti pernikahan, silaturrahmi dan jual beli.16 3. Fase dakwah di luar Makkah dan penyebarannya, yang dimulai sejak akhir tahun kesepuluh kenabian hingga peristiwa hijrah Rasulullah ‫ﷺ‬. Setelah penyiksaan dan semua perlakuan yang didapat oleh Nabi dari kaum Quraisy di makkah, Nabi kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota dengan harapa dakwah nabi akan mendapatkan reaksi yang berbeda dari yang diterima Nabi di kota Makkah. Tanda-tanda konkret bahwa Nabi Muhammad akan menjadi pimpinan komunitas baru berdasarkan ajarannya, dan terlepas dari komunitas Makkah lainnya. Bulan ketujuh tahun kelima kenabian berangkatlah 11 orang laki-laki beserta 4 wanita. Kemudian rombongan berikut menyusul hingga jumlah yang hijrah ke Habsyi mencapai 70 orang. Di antaranya adalah Utsman bin Affan dan istrinya (Ruqayyah putri Nabi Muhammad ‫)ﷺ‬, Zubair bin Awwam,                                                             

 H.Mu zier “uparto da  Harja i Hef i, Metode Dakwah,  Jakarta: Pre ada Media,  .   Badri Yati , Sejarah Perada a  Isla ,  Jakarta: Raja ali Press,  , hl .  . 

, hl . 

 

 

Abdurrahman bin Auf, Ja’far bin Abi Thalib, dan lain-lain. Mereka melakukan hijrah untuk mengamankan agama yang baru mereka anut, bahkan bersedia melepaskan keluarga dalam rangka membentuk kehidupan bersama di sebuah negeri asing. Ikatan keagamaan ini lebih kuat daripada ikatan darah. Dengan cara demikian, agama baru tersebut mengancam tata kemasyarakatan yang lama sekaligus menggantinya dengan tata kemasyarakatan yang baru.17 Kedatangan orang-orang Islam di Habsyi disambut dengan baik oleh Raja Nejus. Bahkan ia memberikan perlindungan dan diizinkan untuk melaksanakan ibadah Islam. Dia juga menolak permintaan suku Quraisy supaya mengembalikan orang-orang mukmin ke Mekah. Di saat pengikut nabi hijrah ke Habsyi, dia tetap berada di Mekah untuk berdakwah. Dia mendapat perlindungan dari Bani Hasyim. Bahkan dua orang tokoh Quraisy masuk ke dalam Islam yakni Hamzah bin Abdul Muththalib dan Umar bin Khaththab. Masuknya Umar ke dalam Islam, di mana awalnya dia adalah musuh Islam yang sangat kuat. Diceritakan bahwa sewaktu Umar akan pergi mencari Nabi untuk membunuhnya. Di tengah jalan dia berjumpa dengan Naim bin Abdullah dan menanyakan tujuan kepergian Umar. Umar lalu menceritakan tentang keputusannya membunuh nabi. Dengan mengejek Naim mengatakan agar Umar lebih baik memperbaiki urusan rumah tangganya lebih dahulu. Seketika itu juga Umar kembali ke rumah dan mendapati iparnya sedang asyik membaca Al-Quran. Umar marah dan memukul sang ipar dengan ganas. Kejadian itu tidak membuat ipar dan adiknya meninggalkan Islam. Sehingga Umar meminta dibacakan kembali Al-Quran tersebut. Kandungan arti dan alunan ayat-ayat Kitabullah ternyata membuat Umar begitu terpesona, sehingga ia bergegas ke rumah nabi dan langsung memeluk agama Islam.18 Pada bulan Syawwal tahun kesepuluh kenabian, atau tepatnya di penghujung Mei atau awal Juni tahun 619 M, Nabi ‫ ﷺ‬keluar ke Thaif yang letaknya kira-kira sejauh enam puluh mil (dari kota Makkah). Beliau pergi ke                                                             

 Ria a ati, Sejarah Perada a  Isla ,  Po tia ak: “TAIN Press,  , hl .  .   Pat a ati, Sejarah Dakwah Rasulullah saw di Mekah da  Madi ah,  Po tia ak: IAIN  Po tia ak, tt , hl .  . 

 

 

sana lalu kembali ke Makkah dengan berjalan kaki. Beliau disertai pembantunya, Zaid bin Haritsah. Dalam perjalanan, setiap kali bertemu dengan suatu kabilah, beliau mengajak mereka kepada Islam. Namun tidak satu pun memenuhi seruan beliau.19 Di Thaif, reaksi yang didapat sama dengan reaksi yang biasa nabi dapat di Makkah, di Thaif nabi diejek, disoraki, dan dilempari batu, akhirnya nabi memutuskan kembali ke makkah, sampai-sampai ketika Nabi berjalan kembali ke makkah orang Thaif membuntuti nabi sambil melemparinya dengan batu sampai terluka di bagian kepala dan badannya. Rasulullah ‫ ﷺ‬kemudian keluar dari Thaif menyusuri jalan ke Makkah dengan perasaan sedih dan hancur. Takkala beliau sampai di suatu tempat bernama Qarnul Manazil, Allah mengutus Jibril kepadanya bersama malaikat penjaga gunung yang menunggu perintahnya untuk menimpahkan alAkhasyabain (dua gunung di Makkah, y...


Similar Free PDFs