ESTETIKA SENI INDIA PDF

Title ESTETIKA SENI INDIA
Pages 8
File Size 829.8 KB
File Type PDF
Total Downloads 185
Total Views 821

Summary

ESTETIKA SENI INDIA Firna 1886140004 Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar email: [email protected] Abstract India merupakan salah satu Negara yang terkenal dengan kebudayaannya yang unik dan berbeda dengan bangsa lainya. Dalam sejarahnya, India mengalami...


Description

ESTETIKA SENI INDIA Firna 1886140004 Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain, Universitas Negeri Makassar email: [email protected]

Abstract India merupakan salah satu Negara yang terkenal dengan kebudayaannya yang unik dan berbeda dengan bangsa lainya. Dalam sejarahnya, India mengalami pengaruh kebudayaan dari agama hindu, budha dan islam sehingga kebudayaan tiap zamannya selalu berbeda. Namun dalam penciptaan seni, seniman india mengutamakan rasa yang ditampilkan seniman serta rasa yang timbul dihati penikmat atau penonton. Artikel ini membahas tetntang pengaruh agama terhadap budaya india, proses penciptaan karya serta konsep estetika yang diterapkan. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah metode kepustakaan dengan melakukan literasi terhadap berbagai jurnal, buku, artkel serta melalui internet. Dalam penciptaan seni, india memiliki kitab pedoman yang masih diikuti sampai saat ini. Masyarakat india percaya jika tidak mengikuti aturan yang tertera pada kitab tersebut maka akan terjadi hal-hal buruk menimpa pembuat serta orang yang memerintah. India is a country that is famous for its unique culture and different from other nations. In its history, India experienced cultural influences from Hinduism, Buddhism and Islam so that the culture of each era is always different. But in the creation of art, Indian artists prioritize the taste displayed by artists and the taste that arises in the hearts of connoisseurs or spectators. This article discusses the influence of religion on Indian culture, the process of creating works and the aesthetic concepts applied. The method used in writing this article is the method of literature by doing literacy on various journals, books, artkels and via the internet. In the creation of art, India has guidelines that are still followed today. Indian society believes that if you don't follow the rules stated in the book, bad things will happen to the maker and the person who rules. Keywords: filsafat, estetika, india 1. PENDAHULUAN Seni merupakan hiburan tertua umat manusia. Berbagai bentuk kesenian sudah ditemukan sejak masa prasejarah. Contonya pada penemuan lukisan di dinding gua sebagai tempat tinggal manusia. Ilmu yang mempelajari dan membahas tentang seni disebut filsafat seni. Seni dalam benak sebagian besar manusia adalah tentang keindahan, meskipun sebenarnya seni memiliki pengertian yang lebih luas. Salah satu cabang ilmu filsafat yang fokus membahas tentang keindahan. Perkembangan seni dalam sejarahnya terbagi dalam dua wilayah yaitu seni timur dan seni barat atau eropa. Indonesia paling banyak mendapat pengaruh terbanyak dari seni timur. Seni timur dalam penyebarannya berkembang pesat di beberapa wilayah yaitu India, Timur Tengah, China, Mesir, dan Jepang. Dari wilayah-wilayah tersebut kemudian menyebar dan memberi pengaruh di berbagai wilayah lainnya.

Seni budaya India adalah salah satu seni timur yang telah berkembang sejak prasejarah dan dipengaruhi oleh agama hindu, budha dan islam. Adapun kajian tentang filsafat estetika, India mempunyai pandangan tersendiri yang ditulis dalam buku berjudul Natyasastra oleh Bharata. Dalam buku tersebut ia berpandangan bahwa rasa lahir dari manunggalnya situasi yang ditampilkan bersama dengan reaksi dan keadaan batin para pelakunya yang senantiasa berubah. (Mudji Sutrisno, 1993) Sejarah India kuno memiliki berbagai macam hasil kebudayaan, antara lain seni lukis, seni patung, seni bangunan (arsitektur), seni kerajinan, seni busana dan lain sebagainya. Seni rupa india juga memberi banyak pengaruh terhadap seni rupa Indonesia. Salah satunya yaitu karya arsitektur. Candi yang terkenal di Indonesia serta lukisan dan relief terinspirasi dari cerita mahabrata.

2. METODE Penelitian ini menggunakan kajian kepustakaan (library research) dengan melakukan riset sejarah serta artikel tentang perjalanan seni di india dan bagaimana penciptaan seni di india. Peneliti melakukan pengumpulan data berupa jurnal, artikel, web ataupun buku dengan topik pembahasan yang sama kemudian menelaah dan menyertakan di dalam artikel. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Di India terutama karya seninya sangat dipengaruhi oleh unsur agama. Bangunanbangunan dibuat sebagai sarana peribadatan, simbol agama, serta sarana penyebaran agama. Yunani dan India sama-sama menganut politheisme yaitu menyembah banyak dewa. Setiap dewa melambangkan kekuatan alam hingga perlu disembah dan dihormati. Arsitektur India yaitu stupa, candi, dan kuil berkaitan dengan agama Budha, Hindu, dan Jaina. Artinya bangunan-bangunan itu selain berfungsi untuk tempat pemujaan juga tempat tinggal bikhsu.. Komplek stupa selain sebagai monumen juga berfungsi tempat pemujaan, di situ ada chaitya dan wihara sebagai tempat pertemuan, tempat pemujaan dan sekaligus tempat tinggal bikhsu. (Hafiti & Loita, 2018) India dalam aspek estetika memperhitungkan rasa yang ingin disampaikan seniman dan rasa yang dirasakan oleh penikmat seni. Rasa yang disampaikan dan dirasakan penikmat juga memiliki banyak macam dan saling berkesinambungan. Rasa yang disampikan diusahakan untuk tersampaikan dengan baik dan dirasakan dengan rasa yang sama oleh pembuat seni. 3.2. Pembahasan Corak seni rupa India berkembang dari zaman India awal, zaman Hindu, Budha, Islam, hingga Modern. (priyatno, 2015). Selama perkembangan tersebut, india banyak mengalami percampuran kebudayaan sehingga menghasilkan kebudayaan yang berbeda setiap zamannya. Agama yang paling berpengaruh di india adalah Hindu budha, namun secara historiografi dan biografi sangat minim dan kurang lengkap sehingga sulit untuk menelusuri dan mencari data filsafat india, terlebih tentang filsafat seni india. Setidaknya pemaparan yang peneliti berikan

menggambarkan perkembangan seni india secara garis besar. a. Budaya Hindu-India Agama hindu terkenal dangan rancangan kuil-kuil pada abad ke-5 sampai abad 13. Kuil hindu terbagi menjadi dua karakteristik dikarenakan pembagian kerajaan di utara dan selatan india. Kuil di selatan disebut kuil Dravida dan kuil di utara disebut kuil Nagara. Kedua jenis kuil tersebut dipengaruhi oleh langgam yang berbeda. Langgam dalam arsitektur disebut sebagai gaya bangunan. Adapun langgam Hidu terbagi menjadi 3 yaitu langgam Hindu Selatan, langgam Utara atau Hindu Arya, dan langgam Kasmir atau Punjab. Corak karya seni agama hindu berciri perwujudan dari para dewa seperti dewa Siwa, Wisnu, Brahma. Sedangkan tempat ibadahnya berupa Candi atau kuil sebagai tempat pemujaan para dewa. Arsitektur candi Hindu mencerminkan sintesis seni, cita-cita dharma , kepercayaan, nilai-nilai dan cara hidup yang dijunjung tinggi di bawah agama Hindu. Kuil adalah tempat bagi ziarah. Semua elemen kosmik yang menciptakan dan merayakan kehidupan dalam jajaran Hindu, hadir di kuil Hindu dari api ke air, dari gambar alam ke dewa, dari feminin ke maskulin, dari kama ke artha , dari sekilas suara dan aroma dupa untuk Purusha ketiadaan abadi namun universalitas adalah bagian dari arsitektur kuil Hindu. Bentuk dan makna elemen-elemen arsitektural dalam kuil Hindu dirancang untuk berfungsi sebagai tempat di mana ia merupakan penghubung antara manusia dan dewa, untuk membantu kemajuannya menuju pengetahuan spiritual dan kebenaran, pembebasannya disebut moksha . (wikipedia, hindu temple architecture, 2019) Kuil-kuil hindu umumnya menggunakan bentuk empat persegi yang melambangkan kestabilan dan kekekalan. Mandala empat segi mengandung 64 atau 81 kotak. Brahma, dewa utama, pemelihara dan pemusnah menduduki empat segi tengah sedngkan dewa-dewa lain menduduki tempat penjuru. Prinsip-prinsip arsitektur kuil Hindu di India dijelaskan dalam vastusastra. Menurut Swami G.narasingha, Vastu Sastra adalah pengetahuan suci arsitektur india telah ada dalam tradisi lisan sejak sebelum Vedic umurnya adalah 5000 tahun yang lalu (3000 SM). Kata vastu berarti sastra atau lebih akurat “sastra mendapat penerangan-penerangan.” Kata

vastu yang berarti nyata/jelas berasal dari kata vustu/tudak jelas. (Idedhyana & Suryada, 2009) Jenis arsitektur yang paling membutuhkan tingkatpengetahuan dan pelatihan adalah candi. Meskipun begitu, membangun rumah ataupun sekolah saja harus mempertimbangkan pengetahuan suci arsitektur untuk mendapatkan kesuksesan. b. Budaya Zaman Budha Kebudayaan budha aslinya berawal dari anak benua india yang yang kemudian menyebar ke Negara bagian asia lainnya. Awalnya seni rupa budha tidak menggambarkan patung-patung pemujaan khas india ataupun patung shidarta ghautama yang menjadi pelopor ajaran budha. Simbol-simbol yang mewakili sosok Buddha antara lain singgasana kosong, Buddha-pada (telapak kaki Buddha), chattra (payung), stupa, pohon Bodhi (melambangkan pencerahan Buddha), Dharma-chakra (roda hukum dharma), dan Triratna (tiga permata). (wikipedia, seni rupa buddha, 2019) Para seniman pada saat itu enggan menggambarkan sang budha dalam wujud manusia. Beberapa pendapat mengatakan bahwa sang budha melarang perwujudan dirinya sendiri, adapula yang berpendapat bahwa perwujudan budha pernah ada yang terbuat dari kayu namun saat ini sudah lapuk dan musnah. Diantara kedua pendapat tersebut tidak ada yang memiliki cukup pembuktian.

Gambar 1 Telapak kaki Buddha. Abad ke-1 Gandhara. (sumber: wikipedia.org) Perwujudan man usia Buddha mulai muncul pada abad pertama masehi di India Utara. Dua pusat perkembangan kesenian Buddha adalah di Gandhara, kini terletak di Provinsi perbatasan Barat Laut di Pakistan, dan di kawasan Mathura, Uttar Pradesh, di pusat India Utara.

Gambar 2 Perwujudan Buddha dalam Seni BuddhaYunani dari Gandhara, Abad pertama masehi. (sumber: wikipedia.org) Secara artistik, disiplin aliran seni patung Gandhara telah menyumbangkan beberapa karakteristik pada perwujudan Buddha, seperti rambut ikal bergelombang, pakaian berjubah, sepatu dan sandal, serta hiasan sulur bunga pada kesenian Buddha. Selain penggambaran wujud Buddha, seni rupa Buddha juga diperkaya penggambaran tokoh-tokoh lain, seperti Bodhisatwa, Tara, serta makhluk-makhluk mitologis seperti yaksa, kinnara dankinnari, gandarwa, apsa ra, widyadhara, asura, dwarapala, kala, makara, serta pohon Kalpawreksa. c. Budaya Zaman Islam Langkah awal penaklukan muslim di India adalah dengan jalan menghancurkan banyak kuil Hindu dan menggunakan bahan-bahan dari kuilkuil tersebut untuk membangun masjid raya, monumen, benteng, menara. (Setyorini) Pada abad ke-11, pengaruh arsitektur Islam mulai melebar ke India yang ikut memperkenalkan seni arsitektur dan dekorasi Islam. Salah satu karya agung tersebut adalah Taj Mahal yang didirikan pada masa Kesultanan Mughal. d. Penciptaan seni India India merupakan negara dan bangsa yang memiliki pandangan seni (dan estetika) yang berbeda dalam beberapa hal dengan bangsa Eropa. Sebagai contoh,, penggambaran patung di Barat (Eropa) yaitu pada jaman Yunani, merupakan bentuk manusia ideal, atau mengutamakan keindahan bentuk. Di India

patung tidak selalu serupa dengan manusia biasa, permainan warna antara yang tebal dan tipis, misalnya Durga, Syiwa dengan empat kepala, perbedaan dan pertentangan antara bagian yang dan lain-lain. Padahal temanya yaitu terang dan gelap, perbedaan dan pertentangan penggambaran patung dewa. Perbedaan ini akan antara benda benda yang dilihat dengan lebih jelas, sebab seniman India harus mengikuti penglihatan dari dekat dan jauh. modus tertentu seperti yang diterangkan di dalam (Dewantiningtyas, 2015) dyana untuk menggambarkan macam-macam Prinsip kelima yaitu bhava berhubungan dewa Hindu atau Budha. dengan perasaan seniman yang tertuang dalam Dyana berarti meditasi, merupakan proses karya seni. Dalam hal ini penyampaian rasa kejiwaan dari seseorang yang berusaha untuk melalui ekspresi, gambar ataupun gerakan sesuai mengontrol pkiran dan memusatkan pada suatu bentuk seni yang menjadi media seniman soal tertentu yang akhirnya akan membawanya tersebut. pada semadi. Sifat-sifat visual dari gambaran di e. Estetika India atas (dalam semadi) kemudian di tulis dalam Estetika india didasarkan pada dua kitab Silvasastra. Buku inilah yang menjadi pedoman yaitu natyasastra yang menjelaskan tentang rasa berkarya selanjutnya. Elemen yang penting dan silpasastra yang menjelaskan tentang tata dalam senirupa adalah intuisi mental dan sesuatu cara pembuatan arca dan patung. Salah serorang hal yang dikonsepsikan dan personalitas seniman filsuf india bernama bharata muni menuliskan di menyatu dengan obyek. Inilah hasil meditasi dalam buku berjudul natyasastra tentang estetika (dyana). (Pasaribu, 2013) india yang sampai saat ini djadikan pedoman. Dalam proses penciptaan karya seni di India Silpasastra adalah kitab (buku) pedoman terdapat enam dasar pokok yaitu Rupabheda, yang berasal dari India yang mempelajari tentang Pramanam, Sadrcyam, Varnikabhangam, Bhava, ilmu kesenian, di antaranya adalah mempelajari dan Lavanya. (Dewantiningtyas, 2015) tentang cara pembuatan pratima (patung), citra Prinsip pertama yaitu rupabheda. Rupabheda: (gambar), dan vastu (arsitektur). Dalam artinya perbedaan bentuk. (Iswahyudi, 2003) Silpasastra, yang perlu diperhatikan dalam Maksudnya bentuk-bentuk yang digambarkan pembuatan patung adalah resepnya yang harus cepat dikenal oleh seseorang yang mengacu pada proporsi angka pahatan, mengamatinya, misa1nya figur laki-Iaki harus komposisi, dan prinsip-prinsip yang berlaku berbeda dengan perempuan; Bentuk yang dibuat dalam aturan pembuatan patung. (triana & tidak boleh memberikan pemahaman berbeda mangatas, 2015) kepada audiens. Dalam kitab manasara Silpasastra, bahan Prinsip kedua yaitu pramanam yang digunakan adalah batu atau emas serta berhubungan dengan ukuran. Benda kesenian menggunakan teknik pahat dalam pembuatannya. wajib mempunyai ukuran yang tepat, seimbang, (triana & mangatas, 2015)Dalam kitab Manasara serta nyaman dipandang. Proporsi sangat disebutkan bahwa bentuk candi merupakan diperlukan untuk memenuhi prisip ini. Secara pengetahuan dasar seni bangunan gapura, yaitu umum proporsi sangat penting agar tercipta bangunan yang berada pada jalan masuk ke atau kenyamanan ketika melihat suatu karya. keluar dari suatu tempat, lahan, atau wilayah. Prinsip ketiga yaitu sadrcyam yang Gapura bisa berfungsi sebagai petunjuk batas memiliki arti kesejajaran. sadrsya, artinya wilayah atau sebagai pintu keluar masuk yang kesamaan dalam penglihatan, maksudnya bentuk- terletak pada dinding pembatas. Gapura bentuk yang digambarkan harus sesuai dengan mempunyai fungsi penting dalam sebuah ide yang dikandung di dalamnya. (istanto, 2018) kompleks bangunan, sehingga gapura juga ide dengan gambar harus sinkron misalnya nencerminkan keagungan dari bangunan yang gambar yang mengandung makna kesuburan, dibatasinya. (perpusnas, 2014). Candi dan gapura sehingga elemen atau unsur gambar yang merupakan satu-kestuan yang tidak bisa didalamnya harus menggambarkan kesuburan dipisahkan namun memiliki fungsi yang berbeda. seperti gambar pohon dengan bunga yang candi merupakan bangunan utama dan gapura merekah. merupakan pembatas untuk jalan masuk serta Prinsip keempat adalah varnikabhangam keluar. berhubungan dengan alat-alat untuk menciptakan Beberapa kitab keagamaan di India, misalnya benda seni. Pengertian dasar pokok ini mengenai Manasara dan Sipa Prakasa, memuat aturan

pembuatan gapura yang dipegang teguh oleh para seniman bangunan di India. Para seniman pada masa itu percaya bahwa ketentuan yang tercantum dalam kitab-kitab keagamaan bersifat suci dan magis. (perpusnas, 2014). Melalui kepercayaan tersebut, mereka akan memperhatikan aturan serta aspek yang harus ditaati dan melalui persiapan yang matang agar hasil yang didapat meninggalkan kesan bagi pembuat dan yang memerintahkan. Pembangunan suatu candi dipimpin oleh yajmana (pimpinan proyek). yajamana membawahi dua orang arsitek yaitu sthapaka (arsitek pendeta guru) dan sthapati (arsitek perencanaan). Sthapaka bertugas membuat persiapan yang berhubungan dengan upacaraupacara ritual dan hal-hal ghaib di dalm proses pembangunan atau perencanaan suatu candi sedangkan sthapati bertanggung jawab atas proses fisik perencanaan dan pembangunan. Sthapati membawahi sutragrahin (pelaksana dan pemimpin umum teknis), valdhakin (perancang seni hias) dan taksaka (ahli pahat). (PH, 2009). Pembagian tugas pekerja candi tersebut kurang lebih sama dengan pembuatan bangunan pada umumnya yaitu memiliki mandor sebagai pemimpin, arsitek untuk merancang desain, pemilihan lokasi, dekorasi, serta kulia yang akan bekerja membangun sebuah bangunan. Tata cara membangun candi berdasar kitab manasara silpasastra. Kitab Manasara Silpasastra mengungkapkan beberapa langkah yang harus ditempuh di dalam proses pembangunan candi. Dimulai dengan pemilihan lahan sampai perencanaan ‘cetak biru’-model miniatur.Penelitian tanah dilakukan terlebih dahulu, baik dari segi wujud fisiknya (jenis, warna, bau, dsb) ataupun dari segi magisnya (badan halus penghuninya, potensi gaibnya dsb).Di dalam pemilihan lahan ini dilakukan pengujian kelayakan tanah, yang menyangkut kohesi tanah. Tanah yang baik adalah tidak terlalu berpasir (tidak mudah menyerap air) dan tidak terlalu keras. Langkah berikutnya pengolahan lahan dengan membajak, mengairi dan menaburi bijibijian dari berbagai jenis tanaman, guna menguji kesuburannya. Filosofi yang mendasarinya adalah bahwa tanah merupakan penampung benih dari segala yang tumbuh termasuk analoginya adalah benih kuil (garbha). Dengan demikian diharapkan bangunan suci yang didirikan nantinya dapat menyerap dan

mengembangkan sari-sari yang terpendam dalam tanah yang telah disucikan itu. Upacara pembenihan ini disebut Garbhadana. Kemudian Sthapaka atas nama Yajamana meletakan Garbhapatra pada tempat yang sudah ditetapkan di bagian Brahmasthana (di pusat site). Garbhapatra merupakan bejana yang bagian dalamnya dibagi-bagi menjadi 9 sampai 25 kotak, masing-masing sebagai representasi para dewa. Kotak-kotak ini diisi dengan bermacam benda alam seperti batu akik, logam, tanaman, biji-bijian dan tanah. Langkah berikutnya adalah dengan membuat diagram mandala di atas tanahnya, sebagai perencanaan bentuk denah dan perletakan. Setelah itu barulah dilakukan pembangunan fisik suatu candi dari pondasi sampai bangunan di atasnya. Terdapat beberapa dugaan yang menunjukkan proses pembangunannya yaitu dengan penimbunan kemudian dilanjutkan dengan pengukiran dari atas ke bawah. Cara lainnya adalah dengan menggunakan rangkarangka perancah (scaffolding) sebagai lantai kerja para pembangunnya. Landasan yang digunakan dalam desain suatu candi adalah mandala. Mandala berkaitan dengan sifat suatu candi. Salah satu bagian terpenting dalam perencanaan teknis adalah pembuatan sketsa yang benar, karena dengan sketsa yang benar akan dihasilkan bangunan seperti yang diharapkan sang seniman. Pembuatan sketsa bangunan harus didasarkan pada aturan dan persyaratan tertentu, berkaitan dengan bentuk, ukuran, maupun tata letaknya. Apabila dalam pembuatan bangunan terjadi penyimpangan dari ketentuan-ketentuan dalam kitab keagamaan akan berakibat kesengsaraan besar bagi pembuatnya dan masyarakat di sekitarnya. Menurut Bharata, suatu karya seni dapat disebut indah apabila bhava yang diungkap si seniman dalam karya seninya menimbulkan rasa di dalam hati si penikmat seni. (Hartoko, 1986). Dalam buku tersebut dijelaskan pendapat bharata yang menganggap semua karya seni adalah drama. Setiap seni adalah drama di media yang berbeda. Ekspresi bisa ditampilkan dalam lukisan melalui visual rupa. Dalam sastra juga dapat menunjukkan ekspresi melalui kata-kata. Menurut Bharata, ada 8 (delapan) jenis bhava yang biasanya ditampilkan seniman dalam

drama/lukisan/prosa/puisinya (Muni 1951:121), yaitu: (hidayat) 1. Bhava Rati , perasaan cinta. Seniman biasanya menampilkan perasaan ini didalam dramanya dengan menampilkan dramator yang mukanya tersenyum, alisnya bergerak, dan lainlain. Di dalam lukisan, biasanya si pelukis menampilkan perasaan ini dengan gambar seorang yang tersenyum, alisnya ke atas, dan lain-lain; 2. Bhava Hasya , perasaan lucu karena adanya hal yang menggelikan atau yang aneh. Biasanya seniman menampilkan perasaan ini di dalam dramanya dengan menampilkan aktor yang senyum lebar, tertawa terbahak-bahak, dan lain-lain. Atau si pelukis menampilkan perasaan ini di dalam lukisannya dengan cara melukis orang yang tertawa terbahak-bahak karena melihat sesuatu yang lucu; 3. Bhava Soka, perasa...


Similar Free PDFs