KARYA SENI NATURALISME PADA ESTETIKA KLASIK PDF

Title KARYA SENI NATURALISME PADA ESTETIKA KLASIK
Pages 6
File Size 543.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 16
Total Views 941

Summary

KARYA SENI NATURALISME PADA ESTETIKA KLASIK Eka Putriani Desain Komunikasi Visual, Universitas Negeri Makassar email : [email protected] Abstrak Karya tulis ini membahas tentang karya seni yang bersifat naturalisme pada estetika klasik dengan melihat pandangan dari Plato dan Aristoteles. Karya...


Description

Accelerat ing t he world's research.

KARYA SENI NATURALISME PADA ESTETIKA KLASIK Eka Putriani Eka Putriani

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers SENI DAN EST ET IKA Mr. Medy

Makalah Logika,Est et ika,Et ika dalam Ilmu Filsafat Ahmad Iqbal FILSAFAT EST ET IKA Bayu Aunillah

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

KARYA SENI NATURALISME PADA ESTETIKA KLASIK Eka Putriani Desain Komunikasi Visual, Universitas Negeri Makassar email : [email protected]

Abstrak Karya tulis ini membahas tentang karya seni yang bersifat naturalisme pada estetika klasik dengan melihat pandangan dari Plato dan Aristoteles. Karya tulis ini dibuat dengan tujuan untuk mengenal karya seni naturalisme pada periode klasik beserta senimannya. Dalam pembuatan karya tulis ini menggunakan metode kepustakaan yang dilihat dari berbagai sumber lainnya. Adapun hasil dari karya tulis ini yaitu melihat dari pandangan filsuf Plato dan Aristoteles sehingga tercipta sebuah karya yang secara naturalism pada periode klasik yang dibuat oleh tangan seniman yang hebat. Kata Kunci: Karya Seni, Periode Klasik, Naturalisme. Abstrack This paper discusses works of art that are naturalism in classical aesthetics by looking at the views of Plato and Aristotle. This paper was made with the aim to get to know the naturalism artwork in the classical period and its artists. In making this paper using the literature method seen from various other sources. The result of this paper is to see from the perspective of the philosophers Plato and Aristotle so as to create a work that is naturalism in the classical period created by the hands of great artists. Keywords: Artwork, Classical Period, Naturalism.

1. PENDAHULUAN Dalam kehidupan seni tidak dapat terpisahkan dari manusia, terkadang sesuatu bentuk bahkan yang tak nampak seperti audio tanpa disadari itu adalah bentuk suatu seni. Seni merupakan sesuatu ciptaan dari seseorang yang memiliki nilai keindahan sehingga orang akan ikut senang untuk melihat maupun mendengarkannya. Menurut Aristoteles seni merupakan peniruan terhadap alam tetapi sifatnya harus ideal. Pendapat dari Aristoteles bisa menampilkan kekuatan seni yang sejatinya bisa diekspresikan bahkan jika sebuah karya tersebut adalah hanya dimiliki oleh imajinasi seseorang dan bersifat tidak mungkin. Karya seni lengkap dan beragam, ada yang memiliki nilai guna yang digunakan hanya untuk barang pelengkap ataupun hiasan. Karya seni sendiri dapat di artikan sebagai suatu barang atau sesuatu hal yang diciptakan oleh manusia yang terkandung nilai nilai keindahan yang merupakan sebuah kriteria yang utama dalam seni. Keindahan dalam arti yang luas, merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani, yang didalamnya tercakup pula ide kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah

dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang disebutnya symmetria untuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya pada karya pahat dan arsitektur) dan harmonia„ untuk keindahan berdasarkan pendengaran (musik). Jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, keindahan intelektual. Ada dua teori tentang keindahan yaitu bersifat subyektif dan obyektif. Keindahan subyektif adalah keindahan pada saat mata memandang sedangkan keindahan obyektif menempatkan pada benda yang terlihat. Definisi keindahan tidak mesti sama dengan definisi seni atau bisa dikatakan seni tidak dibatasi oleh keindahan. Menurut kaum empiris dari jaman Barok, permasalahan seni ditentukan oleh reaksi pengamatan terhadap karya seni. Adapun pendekatan permasalahan seni yang

berbeda tetapi saling mengisi. Satu pihak menekankan pada penganalisisan obyektif dari benda seni, dipihak lain pada upaya subyektif pencipta dan upaya subyektif dari apresiator. Estetika kadang-kadang dirumuskan pula sebagai cabang filsafat yang berhubungan dengan teori keindahan. Kalau definisi keindahan memberitahu orang untuk mengenali, maka teori keindahan menjelaskan bagaimana memahaminya. Estetika timbul tatkala pikiran para filosuf mulai terbuka dan mengkaji berbagai keterpesonaan rasa. Estetika bersama dengan ethika dan logika membentuk satu kesatuan yang utuh dalam ilmu-ilmu normatif di dalam filsafat. Dikatakan oleh Hegel, bahwa: Filsafat seni membentuk bagian yang terpenting, didalam ilmu ini sangat erat hubungannya dengan cara manusia dalam memberikan definisi seni dan keindahan (Wadjiz 1985: 10). Perkembagan estetika sendiri didasarkan pada sejarah perkembangan pada estetika di Barat dimulai dari filsafat Yunani Kuno. Tidak hanya itu diTimur juga memiliki pemikiran estetika dan memiliki tahapan periodisasi yaitu salah satunya adalah periode Klasik(dogmatic). Dalam periode tersebut ada beberapa para filsuf yang membahas mengenai estetika klasik yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Masing masing mengeluarkan pendapatnya mengenai keindahan itu sendiri. Socretes merupakan seorang perintis yang meletakkan batu pertama bagi fundamen estetika. Menurut Sucrates keindahan yang sejati itu ada dalam jiwa (roch). Raga hanya merupakan pembungkus keindahan. Keindahan bukan merupakan sifat tertentu dari suatu benda, tetapi sesuatu yang ada dibalik bendanya itu yang bersifat kejiwaan . Plato sendiri mengungkapkan bahwa keindahan itu bertingkat. Untuk mencapai keindahan yang tertinggi (keindahan yang absolute) melalu fase-fase tertentu (Wajiz Anwar,1980). Sedangkan Aristoteles mengatakan bahwa keindahan dianggap sebagai suatu kekuatan yang memiliki berbagai unsure yang membuat sesuatu hal yang indah. Aristoteles juga berpendapat bahwa unsur-unsur keindahan dalam alam maupun pada karya manusia adalah suatu ketertiban dan suatu besaran/ukuran tertentu (The Liang Gie,1996:41). Dari pandangan filsuf Aristoteles sendiri yang mengatakan bahwa seni merupakan peniruan terhadap alam yang sifatnya harus ideal atau seperti nyata. Maka penulis akan membahas

mengenai karya seni yang bersifat naturalism pada estetika klasik. 2. METODE Metode adalah langkah peneliti untuk memperoleh hasil penelitian sesuai dengan tujuan peneliti. Metode yang digunakan dalam penyusanan ini adalah metode studi kepustakaan. Kajian pustaka pada artikel ini berdasarkan karya-karya literature sesuai dengan pembahasan yang akan diangkat. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Sebutan kata klasik mengandung pengertian sifat dari suatu hal, keadaan atau kejadian pada masa lalu yang mengalami puncak kejayaan, keunggulan, kehebatan, atau kemasyuran namun hingga sekarang sifat-sifat itu masih dirasakan atau diakui. Sifat yang demikian itu disebabkan hal, keadaan atau kejadian tersebut memiliki nilai atau mutu tinggi yang diakui dan menjadi tolak ukur kesempurnaan yang abadi. Karena itu, sesuatu yang klasik akan tetap bertahan sampai kapanpun seakan tak lekang oleh zaman.Aliran estetika klasik ini berkembang pada era munculnya tokoh-tokoh filsuf besar, yang terkenal karena kecemerlangan pemikirannya hingga sekarang antara lain seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Plotinus, Agustinus dan Thomas Aquinas.Pokok pemikiran aliran estetika klasik ini bersifat filsafati, yakni deduktifspekulatif dari hasil pemikiran atau perenungan yang mendalam atas dasar keyakinan, kepercayaan atau ajaran tertentu mengenai hakikat keindahan. Plato menempatkan seni (yang sekarang dianggap sebagai suatu karya indah) sebagai suatu produk imitasi (mimesis). Karya imitasi (seni) tersebut harus memiliki keteraturan dan proporsi yang tepat. Aristoteles memandang estetika sebagai the poetics yang terutama merupakan kontribusi terhadap teori sastra daripada teori estetika. Sebenarnya secara prinsip Aristoteles dan Plato berpandangan sama yaitu membuat konklusi bahwa seni merupakan proses produktif meniru alam. Aristoteles juga mengembangkan teori chatarsis sebagai suatu serangan kembali terhadap pendapat Plato. Chatarsis, dalam bentuk kata Indonesia katarsis adalah penyucian emosi-emosi menakutkan, menyedihkan dan lain-lain.

mirip dengan referensinya dapat disebut natural, diluar konteks aliran Naturalisme. Sementara pada dunia sastra Naturalisme biasa ditulis dengan huruf “N” besar untuk menyatakan bahwa naturalisme disana adalah istilah spesifik untuk suatu aliran, bukan istilah natural untuk konteks apa saja. Gambar 1 Patung karya Pheidias, zaman Yunani Klasik, Estetika Klasik: Naturalisme (https://www.google.com/ Patung+karya+Pheidias,+zaman+yunani+klasik,+Este tika+Klasik;Naturalisme)

3.2 Pembahasan 1) Pengertian Naturalisme Naturalisme adalah teori yang menerima „natura‟ (alam) sebagai keseluruhan realistis. Istilah Natura telah dipakai dalam filsafat dengan bermacam-macam arti dari dunia fisika yang dapat dilihat oleh manusia, sampai kepada system total dari fenomena ruang dan waktu. Istilah naturalisme adalah kebalikan dari istilah supernaturalisme yang mengandung pandangan dualistic terhadap alam dengan adanya kekuatan atau ada (wujud) diatas atau di luar alam. Membuat sebuah karya Naturalisme merupakan aliran seni yang mengutamakan keakuratan dan kemiripan objek yang dibuat agar nampak natural dan realistis seperti referesnsinya yang terdapat dialam. Seniman terkadang memilih setting cahaya yang lebih dramatis pada saat sebelum terbit atau tenggelamnya matahari, untuk mendapatkan pencahayaan golden hours. Pemilihan cahaya dramatis seperti itu adalah salah satu ciri Romantisisme yang diberontak oleh aliran Naturalisme. Naturalisme menganggap dalam pencahayaan yang tidak dramatis seperti itupun keindahan alam tetap dapat digambarkan.Berbeda dengan istilah naturalisme yang sering digunakan pada seni rupa, di dunia sastra naturalisme berarti prosa fiksi yang lebih radikal dari cerita realisme. Artinya sastra aliran naturalisme akan menceritakan dengan gamblang kenyataan yang sering terjadi sehari-hari tanpa menyensor adegan atau dialog yang kontroversial. Naturalisme pada seni rupa dapat menjadi istilah yang digunakan untuk menyatakan “kemiripan dengan alam”, gambar yang sangat

2) Karya Seni Naturalisme periode klasik - Lukisan Naturalisme John Constable Dedham Vale (1816) John Constable adalah seniman asal Inggris yang dianggap sebagai salah atu tokoh seniman yang paling berpengaruh dalam perkembangan aliran naturalisme. Dia menolak gaya lukisan pemandangan pada masanya. Constable menyatakan bahwa “Kebiasaan pelukis hari ini adalah bravura, sebuah upaya untuk menggambarkan sesuatu yang melampaui kebenaran”.

Gambar 2 Deadham Vale oleh: John Constable (https://serupa.id/naturalisme)

- Lukisan Naturalisme Thomas Cole Lake with Dead Trees (Catskill) (1825) Lahir di area industri Inggris, Cole pindah ke Amerika Serikat semasa mudanya, dan sejak saat itu selalu berusaha untuk menangkap keindahan eksotik dari gurungurun yang terdapat di benua Amerika. Lukisan-lukisan Thomas Cole, ikut menjadi monumen untuk berbagai harapan dan kecemasan bangsa Amerika yang baru tumbuh selama pertengahan abad ke-19. Dia dianggap sebagai seniman pertama yang membawa mata pelukis pemandangan Eropa ke lingkungan

Amerika. Tetapi sosok ini juga tetap mengekspresikan pemandangan Amerika yang unik.

- Lukisan Naturalisme Abdullah Suriosubroto Pemandangan Gunung (1935) Abdullah Surisubroto disebut sebagai pelukis Indonesia generasi pertama yang telah mendapatkan reputasi internasional pada abad ke 20, setelah Raden Saleh mendahuluinya pada abad ke 19. Abdullah ialah anak dari tokoh pergerakan nasional dr. Wahidin Sudirohusodo. Abdullah Suriosubroto disekolahkan pendidikan kedokteran ke Negeri Belanda, namun ia lebih memilih untuk menjadi pelukis.Ia adalah ayah dari pelukis Basoeki Abdullah dan pematung Trijoto Abdullah.

Gambar 3 Lake with Dead Trees (Catskill) oleh: Cole Thomas (https://serupa.id/naturalisme)

- Lukisan Naturalisme Thomas Cole Fallen Monarchs (1886) William Bliss Baker adalah seniman yang lahir di Amerika Serikat. Ia mengawali pendidikan seninya di National Academy of Design pada tahun 1876. Baker adalah seniman berbakat yang telah menggelar banyak pameran bahkan ketika ia masih menjalani studinya. Karena Baker sudah mahir melukis jauh sebelum ia memulai pendidikan formalnya. Ia juga memenangkan banyak penghargaan seperti penghargaan Elliot dan Hallgarten yang merupakan penghargaan berkelas pada masanya.

Gambar 4 Fallen Monarchs (1886) oleh: william bliss baker (https://serupa.id/naturalisme)

Gambar 5 Pemandangaan Gunung oleh: Abdullah Suriosubroto (https://serupa.id/naturalisme)

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Didalam filsafat terdapat cabang ilmu yang mempelajari mengenai estetika atau keindahan. Estetika sendiri berasal dari bahasa Yunani yang merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Sehingga pada dasarnya estetika yang dicari adalah sebuah hakikat dari keindahan, bentuk bentuk pengalaman keindahan (seperti keindahan jasmani dan keindahan rohani, keindahan seni dan keindahan alam), yang diselidiki oleh emosi manusia sebagai reaksi terhadap yang indah, agung, bagus, mengharukan dan sebagainya. Naturalisme adalah teori yang menerima „natura‟ (alam) sebagai keseluruhan realistis. Membuat sebuah karya Naturalisme merupakan aliran seni yang mengutamakan keakuratan dan kemiripan objek yang dibuat agar nampak natural dan realistis seperti referesnsinya yang terdapat dialam. Dari pendapat Aristetoles, seni adlaah tiruan dari alam, tetapi imitasi yang membawa kepada kebaikan. Walaupun seni itu tiruan dari alam

seperti apa adanya, tetapi merupakan hasil kreasi(akal)manusia. Seni harus dapat menciptakan bentuk keindahan yang sempurna, yang dapat mengantarkan manusia menuju keindahan pada keindahan yang mutlak. 4.2 Saran Pada saat penulisan artikel ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna. Tetapi dengan sebuah pedoman yang bisa dipertanggungjawabkan dari banyaknya sumber, penulis akan memperbaiki artikel ini sebaikbaiknya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan artikel ini .

5. DAFTAR RUJUKAN Anwar, W. (1985). Filsafat Yogyakarta:Penerbit Nur Cahaya. Sutrisno,M. d. (1993). Estetika Keindahan. Yogyakarta: Kanisius.

Estetika.

filsafat

The Liang Gie (1976. )Garis Besar Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Penerbit karya.Yoyakarta:PUBIB Thabroni, G.(2018,September 28). Naturalismepengertian,Ciri,Tokoh,Contoh Karya & Analisis. Dikutip pada November 20,2019, dari serupa.id:https://serupa.id/naturalism/#.XdESZNIzbIU...


Similar Free PDFs