Kritik Seni Karya Mikhael Yesyurun PDF

Title Kritik Seni Karya Mikhael Yesyurun
Author Pinka Oktafia
Pages 11
File Size 3.7 MB
File Type PDF
Total Downloads 75
Total Views 574

Summary

Makalah Ujian Akhir Semester : Kritik Seni 2019 PEMAKNAAN DARI LUKISAN “THE DEAD OF YESYURUN” PADA KARYA MIKHAEL YESYURUN Oleh Pinka Oktafiatun Qumaira / 1810157026 Dosen Pengampu : A. Sudjud Dartanto S.Sn., M.Hum Tata Kelola Seni (Managemen Seni) 2018 Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogy...


Description

Accelerat ing t he world's research.

Kritik Seni Karya Mikhael Yesyurun Pinka Oktafia Kritk Seni Rupa

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

KAJIAN LUKISAN T HE GUARDIAN SERIES KARYA AGUS PUT U SUYADNYA SKRIPSI Anindia Amalia

sejarah seni rupa Andychand Imuet Yang Hampa Biar Terbang, Yang Bernas Biar T inggal: Proyek Tugas Akhir Seni Rupa Nadya Nurul Azmi

Makalah Ujian Akhir Semester : Kritik Seni 2019 PEMAKNAAN DARI LUKISAN “THE DEAD OF YESYURUN” PADA KARYA MIKHAEL YESYURUN

Oleh Pinka Oktafiatun Qumaira / 1810157026 Dosen Pengampu : A. Sudjud Dartanto S.Sn., M.Hum

Tata Kelola Seni (Managemen Seni) 2018 Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta 2019

Pemaknaan dari lukisan “The Dead Of Yesyurun” pada karya Mikhael Yesyurun



Pendahuluan

Kritik seni merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempunyai suatu bentuk pengertian yang senantiasa bergeser sesuai pekembangan jaman sehingga tidak mempunyai cara kerja yang stabil. Kritik seni digunakan sebagai penilaian terhadap suatu karya seni yang pada dasarnya digunakan untuk menguji suatu bentuk dan pemaknaan secara artistik dan sejauh mana pemahaman wacana yang didapat dari sebuah karya seni yang akan dinilai. Tulisan kritik seni juga dipengaruhi oleh seberapa jauh pengalaman estetis dari seorang penulis mengenai pengamatan terhadap karya seni. Setiap orang tentu akan berbeda mengenai seberapa jauh orang tersebut mendalami sebuah karya seni. Jika dibandingkan dengan orang yang berlatarbelakang atau tidak terbiasa akan hal-hal yang menyangkut unsur kesenian tentu akan memerlukan proses pendekatan yang lama untuk dapat menciptakan pengalaman estetis dan menerima sebuah penghayatan pada sebuah karya seni. Kritik seni muncul pada dasarnya sebagai bentuk penliaian terhadap seniman yang membuat karya tersebut untuk membandingkan apakah gagasan yang disampaikan dalam karyanya tersebut bisa tersampaikan dengan baik kepada masyarakat luas. Kritik seni memiliki beberapa jenis tipe yaitu kritik jurnalistik, kritik pedagogis, kritik ilmiah dan kritik populer. Kritik jurnalistik merupakan jenis kritik yang bersifat berita dan dimuat dalam media masa sehingga menggunakan bahasa yang mudah dicerna oleh pembaca yaitu masyarakat luas. Kritik pedagogis merupakan kritik yang menggunakan keberadaan seorang guru sebagai pembimbing dan murid sebagai pembuat kritik atas mereka sendiri guna membentuk pengaruh terhadap seorang murid untuk bisa menginterpretasikan karyanya sendiri. Sifatnya lebih ke pengarahan dan dilakukan dalam proses pembelajaran dilembaga pendidikan. Kritik ilmiah atau kritik akademis biasanya ditemukan pada jurnal-jurnal yang pendekatannya bersifat penelitian. Kritik jenis ini bisa mempengaruhi produksi karya seni secara tidak langsung. Kritik populer biasanya bervariatif dan model kritik ini yang paling banyak terjadi terlepas benar atau tidaknya kritikan itu

dibangun oleh beberapa orang yang memiliki latar belakang yang “awam” akan seni dan kritik. Kritik seni, khususnya seni rupa menggunakan metode pendekatan berdasarkan penghayatan penjelasan relasi antara perupa, proses berkreasinya dan bagaimana karya-karya yang lainnya di satu sisi mempengaruhi ekosistem yang dialami oleh perupa tersebut. Bentuk kritik seni yang disampaikan oleh Feldman berdasarkan landasan yang digunakannya, yaitu kritik formalisme, ekspressivisme dan instrumentalisme. Kritik formalisme merupakan penggunaan analisis forman dengan melihat unsur rupa seperti garis, warna, bentuk yang dikomposisikan lebih ditekankan pada subjek dan penggunaan bahan material. Kritik ekspressivisme lebih diunggulkan pada pemahaman yang secara gamblang tentang kualitas gagasan atau isu yang coba dikomunikasikan, perasaan yang timbul pada sebuah karya seni. Kritik instrumentalisme lebih kepada kemampuan untuk memajukan moral-moral, politik, psikologis, dan pemecahan masalah pada konsekuensi ide dan perasaan yang coba diekspresikan pada karya. Dalam penulisan kritik seni, hal terpenting adalah bagaimana pengetahuan seseorang mengenai teori seni, sejarah seni dan kritik seni itu sendiri. Kritik seni mempunyai struktur dan tahapan yaitu dreskripsi, analisis, interpretasi dan tahap terakhir yaitu penilaian. Deskripsi merupakan tahapan awal dalam membuat tulisan kritik seni dan dalam deskripsi menampilkan penjelasan mengenai hal-hal yang ditangkap secara visual ataupun audio visual oleh panca indera. Penggambaran dalam deskripsi disebutkan secara objektif. Analisis dalam kritik seni merupakan ideologi atau prinsip yang ada di dalam karya seni itu dengan menggunakan beberapa unsur rupa. Unsur rupa yang dimaksudkan adalah warna, garis, bentuk, bangun, ruang, dan tekstur. Terdapat juga penggunaan prinsip pada seni rupa yang terdiri dari kesatuan, keseimbangan, kontras, aksentuasi, komposisi, irama, dan proporsi. Dalam analisis dijelaskan bagaimana penggunaan unsur-unsur seni rupa itu sebagai alasan mengapa seniman menggunakan beberapa unsur tersebut. Interpretasi dalam kepenulisan kritik seni merupakan bagaimana sebuah karya seni itu mencoba berkomunikasi dengan publik dan apa tangggapan yang didapat oleh pengamat atau apa yang sedang dicoba komunikasikan dalam sebuah karya seni itu. Untuk penafsiran makna dari sebuah karya seni meliputi tema besar dalam karya, simbol-simbol yang coba dihairkan dalam visualnya dan beberapa tanda-

tanda yang dimunculkan pada karya seni berkaitan dengan ide, emosional yang didapatkan, dan cerita dibalik suatu karya. Selain itu juga perlu adanya bukti dukungan dari luar karya itu sendiri mengenai hal-hal apa saja yang mendukung penafsiran dari pengamat karya seni. Interpretasi bersifat argumen yang persuasif dan belum tentu interpretasi dari pengamat akan sama dengan apa yang dimaksud oleh perupanya. Tahap terakhir dalam membuat ulasan mengenai kritik seni adalah penilaian terhadap karya seni. Penilaian ini bersifat baik atau tidaknya sebuah karya yang diamati. Nilai baik dan tidaknya didasari oleh penentuan kualitas dari sebuah karya baik secara aspek formal maupun aspek konteks dan mempertimbangkan bagaimana orisinalitas sebuah karya seni. Apakah karya seni itu bagus atau tidak? Dan memberikan alasan mengapa sebuah karya seni itu dianggap bagus atau tidaknya, berhasil atau tidaknya dalam percobaan penyampaian sebuah karya oleh sang seniman. Tujuan kepenulisan dalam kritik seni adalah untuk memberikan pemahaman atau pengertian untuk mencari cara bagaimana menelaah sebuah karya seni dan memberikan pengetahuan dan efek yang ditimbulkan dari karya. Kritik seni tidak melulu berisikan hal-hal negatif pada sebuah karya tetapi juga menentukan bagaimana pola pikir antara pengamat yang melakukan analisa kritik dengan perupa. Adanya posisi kritikus dalam ekosistem seni rupa akan menyeimbangkan antara penyampaian karya seni rupa oleh seniman kepada publik. Kritik seni juga bisa mempengaruhi bagaimana proses kreatif dari seniman bisa saja meningkatkan produktifitas dari seniman itu sendiri juga bisa saja membuatnya semakin menurun. Pada kali ini penulis akan menjabarkan lebih lanjut mengenai contoh dari penulisan kritik seni dengan menggunakan tahapan yaitu dreskripsi, analisis, interpretasi dan penilaian pada studi kasus karya seni murni lukis salah salah satu mahasiswa Fakultas Seni Rupa Prodi Seni Rupa Murni Lukis Institut Seni Indonesia Yogyakarta.



Pembahasan



Gambar 01. Karya Mikhael Yesyurun berjudul “The Dead Of Yesyurun” 2019, pada pameran Pusara Samsara di Jogja Nasional Museum. Dokumentasi oleh Penulis Makalah.

Nama Seniman : Mikhael Yesyurun Judul : The Dead Of Yesyurun Media : Akrilik pada Kanvas Ukuran : 100 x 150 cm Tahun Pembuatan : 2019

A.

Deskripsi

Pada gambar 01, merupakan karya seni lukis dari seorang mahasiswa Prodi Seni Rupa Murni Lukis angkatan 2017 Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang bernama Mikhael Yesyurun yang berjudul “The Dead Of Yesyurun”. Karya tersebut berukuran 100 x 150 cm menggunakan media akrilik pada kanvas dengan tahun pembuatan 2019. Lukisan karya Mikhael dipamerkan dalam perhelatan pameran perdana prodi Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tanggal 7 – 11 Mei 2019 di Jogja Nasional Museum. Pada karya lukisan ini terdapat sosok figur manusia yang tidak utuh dengan kaki dan tangan kanan menjadi bagian yang terpisah. Figur manusia ini mengenakan baju berwana hitam dengan hidung yang terpasang bola berwana merah muda dan terdapat simbol bendera Negara Indonesia pada bagian dada kanan. Bagian tangan kirinya memegang sebuah permen lolipop yang bertangkai kayu dengan satu daun dan pada bagian kanan memegang sebuah piala yang bermotif seperti bentuk jenis kelamin wanita dan dihiasi simbol ekspresi pada bagian dudukan piala tersebut. Tubuh figur manusia ini tertusuk bagian jantung oleh sosok figur yang seolah membelakanginya dengan wujud yang abstrak. Terdapat visuasilasi bumi dan buku yang berada di sisi kanan figur manusia dan ada juga seekor harimau yang tidak utuh dengan tulisan dibawahnya yaitu “Tiger Puss”. Pada bagian sisi kiri bawah juga terdapat visualisasi kaleng bertuliskan “Pride” yang tersangga seolah oleh sebuah cairan yang keluar pada kaleng itu. Bagian kaki pada sosok figur manusia ini divisualisasikan dengan usus yang menjalar ke bawah dengan menabrak sekumpulan bunga mawar dan pada bagian kaki kiri terdapat beberapa visual mata yang tersusun secara acak. Beberapa gambaran pada lukisan ini dilihat sentuhan-sentuhan artistik seperti wujud abstrak dari gabungan garis dan membentuk seperti gumpalan awan dan beberapa garis yang membentuk seperti bola. Sentuhan pada karya ini juga ditambahi dengan tulisan “THE DEAD OF YESYURUN” yang melihatkan dan menekankan kembali kepada lukisan tersebut tentang cerita dibalik karyanya.

B.

Analisis

Pada karya lukisan ini digambarkan dengan kesan warna-warna pop antara perpaduan dari warna-warna panas dan dingin seperti warna biru, hijau dan ungu sedangkan yang tergolong dalam warna panas yaitu merah, kuning, jingga. Selain dilihat dari unsur warna, terdapat juga unsur garis yang memiliki sifat geometerik dengan membentuk simbol seperti pola pada gambar segitiga, dan garis yang bersifat non-geometrik seperti garis luwes pada pola abstrak, garis pada figure yang membentuk manusia, sosok harimau, piala dan objek lain dengan garis yang acak. Bidang yang digambarkan pada karya lukisan ini menyerupai beberapa bentuk figure karakter. Bentuk visual pada karya ini datar. Ruang digambarkan seperti selayaknya karya-karya lukis 2 dimensi dengan latar belakang dan objek utama yang berada di depannya yaitu figur manusia tersebut. Tekstur yang dilukiskan pada karya seni ini tekstur halus dengan dilihat dari sapuan kuas dengan permukaan yang datar. Kesatuan dan kesan kontras pada karya seni lukis 2 dimensi ini seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa karya tersebut menggunakan perpaduan warna-warna dingin dan warna panas untuk memunculkan representasi alam seperti bentuk daun, tangkai daun, harimau, bumi, dan wujud figur manusia. Titik utama dalam karya ini terlihat dari figur manusia yang secara ukuran mendominasi dan penempatan objeknya berada di tengah. Ritme yang dihasilkan dalam karya ini beberapa bersifat repetitif atau berulang yaitu pada bentuk-bentuk objek yang abstrak pada lukisan, dan beberapa gambaran mata yang sifatnya juga berulang. Proporsi yang dihasilkan pada lukisan ini terdapatnya perbandingan ukuran pada objek yang besar dan beberapa ada yang kecil sebagai bentuk pelengkap atau pemanis lukisan atau estetis saja.

C.

Interpretasi

Pada lukisan yang penulis pilih sebagai bahan penilaian atau sebuah kritik seni rupa pada lukisan, jika dilihat dari judul lukisannya yaitu “The Dead Of Yesyurun” bagi penulis merupakan wujud dari narsisme seorang pelukis yang mencoba menyisipkan namanya didalam visualisasi lukisannya dan juga penggunaan judul

yang diberikan. Pada lukisan tersebut didominasi oleh penggunaan warna-warna yang cenderung menuju ke arah gelap. Objek utama pada sosok figur yang menutupi wujud aslinya seperti apa dengan tertusuk pada bagian organ dalamnya menunjukan bahwa lukisan ini ingin berdialog kepada publik bahwa kata “Dead” dalam terjemahan baha inggris ke bahasa indonesia yaitu “Mati” itu bukan mati dalam jiwa akan tetapi mati akan jati dirinya dan kepercayaannya terhadap sesuatu. Dari figur tersebut juga tidak digambarkan seutuhnya selayaknya figur manusia dengan tangan dan kaki yang tidak terputus. Mungkin hal tersebut juga menunjukan bahwa apa yang sudah ia dapatkan dari anggota tubuhnya tidak cukup untuk memenuhi hasrat keinginan dari figur itu sendiri. Selain itu juga terdapat sosok harimau yang berada seolah membelakangi figur utama merupakan sebuah peringatan yang berbahaya terhadap objek utama. Sedangkan jika dibandingkan dari penjelasan oleh sang senimannya sendiri lukisan ini ternyata memiliki banyak artian yang bersifat universal dan sedikit mengkritik kehidupannya sekarang ataupun lingkungannya. Bagi Mikhael karya ini sebagai refleksi atas dirinya selama ini. Sebuah kematian yang diuangkapkan adalah ada bagian dari dirinya yang mati dan pada orang-orang disekitarnya. Mikhael beranggapan bahwa banyak dari mahasiswa seni rupa sekarang yang pada akhirnya tidak memilih jalan untuk menjadi seniman atau kesadaran akan seni yang dimiliki sebagai dorongan menjadi seorang seniman. Yang merasa hidup baginya adalah yang menumbuhkan kesadaran untuk menjadi seniman sebagai tujuan. Dan jika diungkap lagi mengenai karyanya ini juga bercerita tentang dirinya yang dipengaruhi oleh kehidupannya sendiri dari masa kecilnya. Semasa kecilnya terintimidasi oleh kepercayaan yang dianutnya bahwa menggambarkan sosok makhluk hidup seperti figur manusia itu dilarang, dan di lukisannya ini sengaja ia bentuk sosok figur manusia yang tidak utuh sebagai wujud penghormatan dia terhadap kepercayaannya. Berbagai objek yang divisualkan memiliki arti sendiri seperti gambar permen yang sedang dipegang oleh figur tersebut menceritakan akan kehidupan yang seperti berakhirnya sebuah permen yang tentu akan habis termakan oleh dirinya sendiri. Figur yang menusuk pada objek utama juga termasuk karakter pendukung dengan memberikan interpretasi oleh dunia yang beragam tidak beraturan akan tetapi menjadi satu kesatuan. Buku dalam lukisan juga memberikan tanda bahwa

buku memiliki fungsi yang berbeda sebagai memori pengetahuan. Piala yang digambarkan juga diartikan olehnya sebagai penggunaan penghargaan kepada mereka oleh hal-hal yang tidak berguna sedangkan pada jaman dahulu, piala itu sekarang bergeser atau beralih fungsikan sebagai penghargaan hal-hal yang tidak berguna. Simbol ekspresi yang ada di dalam lukisan juga mengkritik pada penggunakan teknologi sekrang yang menyamakan ekspresi manusia jaman sekarang. Singa yang digambarkan juga memberikan pengartian sebagai penasehat atau seseorang yang lebih tua tetapi sekarang hal tersebut sudah tidak memiliki kekuatan atau digampangkan oleh orang yang lebih muda. Maka pada singa tersebut terdapat tulisan “Tiger Puss” yang diartikan oleh keacuhan pada nasehat seseorang. Karena bagi Mikhael jika kritikan seseorang atau nasehat seseorang terabaikan akan membuat seseorang lupa dan tidak memiliki arahan pada hidupnya.

D.

Penilaian

Bagi penulis, jika dilihat lagi pada argumentasi diantara penulis dan dari senimannya sendiri kenyataannya berbeda. Pada lukisan yang dibuat oleh Mikhael memiliki makna yang tidak digambarkan secara gamblang. Dan berbagai objek yang divisualisasikan juga memiliki maknanya tersendiri yang berkorelasi dengan tema besar atau gagasan besar yang diangkat oleh pelukisnya. Dari hal tersebut menunjukan bahwa lukisan karya Mikhael ini memiliki pengartian atau pesan yang cukup sensitif terhadap krisis kehidupan yang dialami olehnya ataupun lingkungannya. Dari segi estetik secara visual, lukisan ini cukup menarik akan tetapi, sangat disayangkan bahwa penulis belum cukup menangkap terlalu dalam tentang bagaimana lukisan ini berdialog dan belum cukup membuat penulis berhasil memahami semua objek yang digambarkan. Dan dari pemilihan judul karya yang sama dengan objek yang dicantumkan pada lukisan yaitu tulisan pada lukisan yang juga menggunakan kalimat “The Dead Of Yesyurun” membuatnya tidak menarik. Dibalik karya dari Mikhael ini lebih banyak dipengaruhi oleh pengalaman pribadinya dan penggunaan warna-warna pada lukisannya diangkat dari awal mula dia mengenal seni rupa dari seni visual jalanan sehingga memunculkan warna-warna yang pop. Repetisi yang ditampilkan

pada karya Mikhael ini walaupun menurutnya adalah sebagai tambahan artistik tetapi juga bisa mengganggu pandangan visual ketika penempatannya terlalu padat dengan penggunaan komposisi warna yang kontras dengan latar yang lainnya.



Daftar Pustaka

Ø Sahman, Humar, 1993. Mengenali Dunia Seni Rupa, Tentang Seni, Karya Seni, Aktivitas Kreatif, Apresiasi, Kritik dan Estetika. Semarang : IKIP Semarang Press. Ø Sony, Kartika, 2007. Kritik Seni. Bandung : Rekayasa Sains Bandung. Ø Mamannoor, 2002. Wacana Kritik Seni Di Indonesia. Bandung : Penerbit Nusantara. Ø Hujatnikajennong, Agung, 2015. Kurasi Dan Kuasa. Jakarta : Dewan Kesenian Jakarta. Ø Slide Materi Power Powint Dari Dosen Pembimbing...


Similar Free PDFs