Exit Price Accounting Theory PDF

Title Exit Price Accounting Theory
Author Raihan Bahy Akbar
Course Teori Akuntansi
Institution Universitas Airlangga
Pages 13
File Size 237.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 266
Total Views 625

Summary

Exit Price Mata Kuliah Teori Akuntansi Oleh: Firstian Aprinia S Mohamad Raihan Bahy A Dendi Dewangga Iqbal Bagas Prakoso Ansori Achmad Amanu Husrizal PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA 2019 EXIT PRICE ACCOUNTING Pendekatan lain yang digunakan untuk menentukan c...


Description

Exit Price Mata Kuliah Teori Akuntansi

Oleh: Firstian Aprinia S

041611333138

Mohamad Raihan Bahy A

041611333164

Dendi Dewangga Iqbal

041611333193

Bagas Prakoso Ansori

041611333199

Achmad Amanu Husrizal

041611333256

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA 2019

EXIT PRICE ACCOUNTING

Pendekatan lain yang digunakan untuk menentukan current value adalah dengan exit value atau selling price. Pendekatan ini mensyaratkan penilaian dari masing-masing aktiva dari sudut pandang pelepasan (disposal), dimana tiap aktiva harus dinilai berdasarkan selling price yang wajar jika perusahaan memilih untuk melepasnya. Dalam menentukan exit price setara kas, diasumsikan bahwa aktiva tersebut akan dijual dengan cara biasa bukan karena tekanan likuidasi.  Definisi Exit Price Accounting Exit Price Accounting merupakan sistem akuntansi yang mengunakan harga jual untuk mengukur posisi keuangan dan kinerja suatu badan usaha/perusahaan. Menurut Edwards and Bell (1961) exit value adalah harga maksimum dari aset yang saat ini ditahan apabila dijual dan dikurangi dengan biaya transaksi. Dengan sebutan lain exit value disebut juga dengan nilai realisasi bersih (net relizable value) dari aset). Memiliki dua hal utama dari biaya historis konvensional:  Nilai aset non moneter disesuaikan dengan harga jual pada saat ini yang merupakan bagian dari laba yang belum terealisasi  Perubahan daya beli diperhitungkan untuk mengukur modal finansial dan hasil operasi

Aset di neraca disajikan kembali sebesar nilai keluar (harga jual) sehingga mereka mewakili 'nilai pasar wajar' kepada perusahaan dalam likuidasi, yaitu tidak dalam situasi 'fire-sale'. Laporan laba rugi merupakan laba (rugi) usaha serta keuntungan disesuaikan dengan inflasi dari aset induk. Oleh karena itu, laba diukur dengan konsep 'komprehensif' yang mengukur perubahan nyata total nilai semua elemen yang diakui dari ekuitas, dan mewakili akuntansi surplus bersih .Akuntansi surplus bersih adalah ketika laporan laba rugi menghubungkan keseimbangan neraca penutupan, dan tidak ada penyesuaian yang dibuat langsung ke cadangan

 Para Pendukung 1. MacNeal  Pendekatan sejarah 1) Era Pertama (abad 12-17) Menurut MacNeal akuntansi pada era ini adalah memberi informasi kepada owner-manager mengenai jumlah biaya pronyek sehingga MacNeal berkesimpulan bahwa akuntansi pada saai ini berbasis pada harga historis. 2) Era Kedua (abad 18-19) Pada abad ini kondisi bisnis berubah, kebutuhan akan barang-barang konsumsi semakin tinggi dan juga menuntut kepuasan yang semakin tinggi pula terhadap penggunaan barang-barang konsumsi. Untuk memenuhi kebutuhan manusia yang semakin meningkat diperlukan alat-alat yang mampu bereproduksi secara besa-berasaran maka: -

Terjadi revolusi industri

-

Perusahaan butuh dana pinjaman

-

Kreditur butuh laporan keuangan

-

Akuntan independen menampilkan dengan harga historis (dengan going concern concept)

3) Era Ketiga (akhir abad ke 19) Pada era ini perusahaan menjadi tumbuh besar dan mejadi korporasi yaitu induk perusahaan (sebagai pemegang saham) dengan banyak anak perusahaan dengan kekhususan jenis produksi. Owner-manager telah terpisah,onwer tetap sebagai owner (pemegang saham) dan menunjuk/mengangkat perusahaan.

dalam

manajer kondisi

untuk ini

menjalankan

laporan

keuangan

operasi sebagai

pertanggungjawaban manajer kepada pemegang saham menjadi sangat

penting sehingga diperlukan standar akuntansi keuangan sebagi tolak ukur kewajaran laporan keuangan yang disajikan kepda pemegang saham.  MacNeal berpendapat bahwa laporan keuangan yang berbasis pada biaya historis tidak mampu memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan pemegang saham, sehingga para akuntan ditutntut untuk menyesuaiakan dengan kebutuhan pemegang saham akan inforrmasi, yauitu informasi mengenai kekayaan bersih dan perubahannya dalam periode tertentu. Secara ideal, solusinya adalah para akuntan melaporakan seluruh laba atau rugi karena aktivitas perusahaan dan melaporkan nilai aset secara selektif sesuai dengan harga pasar dalam kondisi persaingan. MacNeal menyarankan sebagai berikut: a. Aset-aset yang mudah dipasarkan dinilai dengan harga pasar b. Aset-aset reproduksi (mesin-mesin) dan tidak mudah dipasarkan dinilai dengan nilai ganti (replacement cost) c. Aset-aset yang tidak untuk reproduksi dan tidak mudah dipasarkan (seperti alat kantor) dinilai dengan historis. Laba atau rugi diakui baik yang telah terialisasi maupun yang belum direalisasi. 2. Chambler Chambler mengusulkan penggunaan Exit Price dengan judul ‘’Continuously Contemporary Accounting (CoCoA)’’. Dia berpendapat bahwa perusahaan adalah organisasi yang selalu harus menyesuaikan diri dengan kondisi terkini, kerena tugas perusahaan adalah melakukan aktivitas pembelian dan penjualan. Manajer harus berperilaku menyesuaikan diri secara terus-menerus dengan kondisi lingkungan ekonomi agar perusahaan tetap bertahan hidup dan mengalami peningkatan aktivitas, sehingga mampu meningkatkan kekayaan pemegang saham. Agar supaya kemapuan perusahaan nampak realistis, maka aset-aset perusahaan ditampilkan dengan exit price. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba ditunjukkan oleh nilai sekarang untuk kas bersih yang dihasilkan mesin-mesin produksi dimasa yang akan datang.

3. Raymond, Sterling (1970) Raymond Chamber dan Robert Sterling berpendapat bahwa exit value memiliki pertalian keputusan.

Karenanya selama periode akuntansi,

manajemen memutuskan untuk mempertahankan, menjual, atau menggantikan aktivanya. Manajemen menyatakan bahwa exit value menyediakan informasi yang lebih baik bagi pengguna untuk mengevaluasi likuiditas dan kemampuan perusahaan untuk membiasakan mengubah rangsangan ekonomi. Karena manajemen memiliki pilihan untuk menjual aktiva, maka exit price memberikan titk tengah taksiran risiko. Sterling (1970) percaya bahwa tidak ada satu metode pun yang tepat untuk menentukan laba, sebab masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Sterling berfikir untuk menemukan metode terbaik apa yang dapat digunakan untuk mengukur laba. Menurut Sterling kandungan informasi akuntansi yang ada di dalam laporan keuangan tetap harus memiliki kualitas reliabel dan relevan. Kualitas informasi yang relevan sangat dibutuhkan ketika keadaan pasar produk dalam kondisi bersaing. Dalam hal ini Sterling berpendapat bahwa pemakai laporan keuangan yang berbeda memiliki masalah yang berbeda, sehingga calon keputusan pun berbeda. Kesimpulannya adalah metode penilaian apa yang akan digunakan, tergantung dari calon keputusan para pemakai laporan keuangan  Alasan Lainnya 1. Additivy Chamber menyatakan bahwa penyajian laporan keuangan yang disesuaikan menjadi exit price mendukung CoCoA. Posisi keuangan pada suatu saat menunjukkan hubungan antara aset dan sumbernya (kewajiban). Kewajiban disajikan dengan setara uang tunai sekarang sebagai tandingannya set juga disajikan juga dengan setara dengan uang tunai beli sekarang (current cash Equivalent). Current cash equivalent menurut Chambler adalah exit price. 2. Alokasi. Menurut Thomas (1974:112-114) laporan keuangan penuh dengan alokasi, tetapi laporan laba rugi bukan perubahan karena alokasi tetapi perubahan aset dan kewajiban menjadi harga jual dalam satu periode tertentu. Laba bersih menunjukkan jumlah perubahan daya beli aset. Laba bersih menunjukkan jumlah

perubahan (tidak termasuk tambahan investasi dan pengurangan investasi oleh pemegang saham). Perubahan-perubahan ini menurut Thomas tidak harus dari hasil operasi, tetapi juga selisih harga historis dengan xit price. 3. Realitas Exit price adalah kenyataan. Pernyataan-pernyataan tidak perlu dibuat karena setiap nilai menunjukkan kondisi yang nyata. Didalam akuntansi konvensional penyusuna aktiva tetap merupakan alokasi biaya harga beli aktova tetap yang dialokasikan secara periodik dan dibebankan pada pendapatan. Perlakuan ini tidak sesuai dengan kenyataan, sebab pada kenyataannya nilai aktiva tetap justru naik. Bila mengalami penurunan, maka seharusnya yang menjadi beban biaya adalah selisih antara historis dengan harga barunya (exit price). 4. Objektif Sering orang mengatakan bahwa harga pasar (exit price) tidak objektif. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa exit price justru lebih objektif. Parker (1975) melakukan penelitian mengenai kualitas daya banding informasi akuntansi dan kualitas informasi akuntansi yang objektif antara penggunaan harga historis (nilai buku) dengan exit price.

 MANFAAT EXIT PRICE ACCOUNTING 1. Menyediakan informasi yang berguna Perusahaan bisnis pada masa lalu dimiliki langsung oleh orang atau mitra kelompok kecil. Sehinggga Akuntan memiliki kewajiban untuk menyiapkan Laporan Keuangan hanya untuk dua pihak, pemilk : yang mengelola bisnis dan tahu semua rinciannya, dan kreditur : yang tertarik terutama dalam kemampuan pemiliknya untuk membayar rekening atau pinjaman saat jatuh tempo. Pada masa sekarang, dengan banyaknya jumlah pemegang saham pada suatu perusahaan menyebabkan Laporan keuangan perusahaan sebagai media informasi utama mengenai perusahaan tersebut, sehingga Laporan keuangan dari akuntan eksternal menjadi sangat penting. Menurut MacNeal, Prinsip-prinsip Akuntansi yang Konvensional yang didasari Historical Cost berpotensi menghasilkan laporan keuangan yang salah dan menyesatkan serta tidak berorientasi pada keputusan pemilik saham.

2. Relevan dan Informasi yang dapat dipercaya Untuk menjadi relevan, informasi harus berguna dalam model keputusan pengguna laporan akuntansi. Model keputusan, pada gilirannya, memungkinkan pengguna untuk menentukan tindakan untuk mengambil dari beberapa alternatif. Jika tidak ada kendala, informasi dapat dikumpulkan yang relevan untuk setiap user untuk atau masalahnya diberikan dan model keputusan. Namun, kendala ada karena informasi sumber daya produksi langka dan mahal. Masalahnya adalah untuk memilih model keputusan yang sesuai dengan menilai kemampuan model untuk memprediksi konsekuensi dari program Alternatif yang tersedia saat tindakan. Sterling

yakin

bahwa

ada

suatu

metode

terbaik

dalam

menentukan

keuntungan.Kriteria dalam menentukan metode penilaian mana yang terbaik adalah metode yang memberikan informasi lebih banyak dimana isi informasi tersebut harus relevan dan dapat dipercaya. Untuk menjadi relevan, informasi harus berguna dalam model keputusan pengguna laporan akuntansi.Model keputusan, pada gilirannya, memungkinkan pengguna untuk menentukan tindakan yang diambil dari beberapa alternatif.Jika tidak ada kendala, informasi yang dikumpulkan dapat relevan untuk setiap user atau untuk setiap masalah yang diberikan dan model keputusan. Namun, karena informasi sumber daya produksi langka dan mahal maka menjadi kendala untuk memilih model keputusan yang sesuai dengan menilai kemampuan model untuk memprediksi konsekuensi dari program alternatif yang tersedia saat tindakan. Contohnya, seorang pedagang gandum pada pasar sempurna dan harga yang stabil.Dia mengartikan keuntungannya sebagai perbedaan antara modal pada dua hal diwaktu yang berbeda antara tambahan investasi atau distribusi ke pemilik. Untuk pedagang tersebut dapat dilihat 3 keputusan dan permasalahan a. Melanjutkan keputusan untuk masuk dan tetap didalam pasar b.

Melanjutkan keputusan untuk menahan cash atau gandum

c. Mengevaluasi keputusan yang lalu Sterling menjelaskan bahwa untuk kasus pedagang gandum metode penilaian yang paling tepat dan relevan adalah Present Selling Prices Kesimpulan Sterling, Present market Method valuation mempunyai unsur:

a. Relevant ke semua b.

Dapat dipercaya

c.

Bermakna empiris

d.

Additive

e. Konsisten f.

Suatu penilai

g. Lebih informatif

3. Additivity Chambers telah mengajukan pendapat secara komprehensif mengenai Exit Price Accounting

dalam

continuously

contemporary

accounting

(CoCoA)

dan

dikembangkan menjadi Current Cash Equivalents (CCE).Chambers melihat bahwa perusahaan sebagai suatu entitas yang adaptif terlibat dalam pembelian dan penjualan barang dan jasa.Dalam bisnisnya, sebuah perusahaan harus dapat ikut serta dalam transaksi pasar dan hal ini diungkap dalam Laporan Keuangan.Pada Lingkungan pasar, monetary asset dan liabilities dapat ditentukan dengan harga pasar, contohnya harga beli atau current cost tidak menampakkan kemampuan masuk kedalam pasar dengan cash untuk tujuan adaptasi. Sedangkan harga jual atau Current Cash Equivalent mmenunjukkan harga realisasi pada dasar likuidasi Ketika perusahaan membeli aktiva tidak lancar, ia akan mengubah kemampuannya untuk beradaptasi. Jika aset tersebut dibeli untuk kas, penurunan saldo kas perusahaan menyebabkan berkurangnya kebebasan untuk berinvestasi pada yang lain. Jika aset tersebut dibeli secara kredit, hal ini mengurangi kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit lebih lanjut.Tetapi konsep perilaku adaptif melihat perusahaan selalu siap untuk tindakan membuang asset jika hal itu merupakan yang terbaik. Maka, perusahaan akan menjaga aktiva tidak lancar hanya apabila nilai sekarang dari arus kas masa depan bersih dari penggunaan aktiva lebih besar dari nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan bersih dari investasi alternatif exit value aset tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus mempertimbangkan apakah kesempatan alternatif memberi keuntungan yang lebih besar jika aset non-lancar mereka jual atau diinvestasi.Ini adalah konsep opportunity cos, yang menggunakan harga jual dan bukan harga penggantian aset, sebagai basis pengukuran.

Chamber mengakui bahwa setiap aset, pada prinsipnya merupakan sebuah nilai tukar (harga keluar) dan nilai pakai. Nilai pakai (nilai sekarang) pada dasarnya adalah sejumlah nilai yang dihitung dari harapan sekarang dan chambers berpendapat bahwa itu merupakan keyakinan tentang masa depan, bukan fakta sekarang. 4. Alokasi Thomas mengeluhkan kenyataan bahwa sistem akuntansi biaya (historis dan arus) sangat bergantung pada alokasi exit price adalah bahwa laporan keuangan bebas alokasi. Laporan laba-rugi tidak dapat melaporkan perubahan dalam jumlah yang dialokasikan, tapi melaporkan arus masuk aktiva dan perubahan nilai-nilai keluar dari aset perusahaan dan kewajiban dalam suatu periode tertentu. Laba menampilkan jumlah perubahan daya beli riil dari aktiva bersih, tidak termasuk investasi tambahan oleh dan distribusi kepada pemilik.

5. Kenyataan Exit price melibatkan referensi untuk contoh-contoh yang nyata karena, berpendapat bahwa mengacu pada saat ini, harga pasar sebenarnya. Penyusutan tidak didefinisikan dengan cara konvensional, namun dalam arti ekonomi penurunan harga pasar. Penyusutan tidak mungkin terjadi dalam beberapa tahun jika harga naik atau tetap konstan. Jika tidak ada nilai realisasi dapat dikaitkan dengan item, maka item tersebut akan memiliki saldo nol. Selain itu, dipertukarkan adalah bagian dari definisi suatu aset sehingga goodwill tidak dapat dijual secara terpisah, tidak termasuk dari pertimbangan. Dengan dua kendala - dipertukarkan dan adanya harga jual - semua item pada laporan keuangan dapat dikuatkan dengan bukti nyata-dunia.

6. Obyektifitas Hal ini sering dikatakan bahwa harga pasar saat ini tidak objektif. Namun, beberapa studi penelitian menunjukkan bahwa harga pasar relatif lebih objektif daripada kebanyakan orang percaya. Parker melakukan studi penelitian tentang perbandingan relatif dan objektivitas untuk exit price dan jumlah biaya historis tercatat. Objektivitas didefinisikan sebagai konsensus di antara penilai. Komparatif didefinisikan sebagai

sebuah konsensus dalam pengukuran. Menggunakan 148 perusahaan bisnis, Parker menunjukkan bahwa untuk mengukur objektivitas dan komparatif, exit price mengungkapkan dispersi kurang dari jumlah tercatat. Penyebab utama dari kurangnya objektivitas nilai tercatat adalah dispersi estimasi akuntansi di masa manfaat dan nilai sisa. McKeown juga menerapkan model ruang untuk sebuah perusahaan berukuran sedang jalan kontraksi, dan menyimpulkan dengan analisa statistik bahwa metode yang digunakan untuk menentukan exit price adalah objektivitas lebih (diverifikasi) daripada metode berdasarkan Financial Accounting Standard. Dalam studi lain, McKoewn dibandingkan empat model yang diusulkan dengan metode GAAP untuk objektivitas mereka (verifiability) dan menyimpulkan bahwa model CCE adalah yang paling objektivitas. 7. Ukuran Resiko Exit price dan perubahan exit price juga bisa menjadi indikasi risiko keuangan pembelian aset. Misalnya, jika sebuah perusahaan pembelian aset dengan nilai keluar yang berbeda secara signifikan dari harga entri, maka aset tersebut adalah proposisi berisiko. Informasi keuangan menunjukkan bahwa pembelian aset tersebut harus merupakan proposisi jangka panjang dimana nilai ekonomi yang ditemukan oleh nilai pakai, Sebaliknya, jika exit price meningkat secara dratis, biaya peluang meningkat kembali dan harus dioperasikan dengan lebih efisien. Untuk memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi posisi risiko dan kinerja dalam mengelola risiko keuangan yang signifikan dengan rancangan standar akan membutuhkan: a. deskripsi dari setiap risiko keuangan yang signifikan dan tujuan perusahaan serta kebijakan b. informasi tentang dampak risiko tersebut terhadap laporan posisi keuangan (neraca) dan laporan kinerja keuangan. Informasi mengenai metode dan asumsi utama yang digunakan untuk memperkirakan nilai wajar instrumen keuangan  Kritik Terhadap Exit Price 1. Konsep Laba Yang diinginkan oleh pemegang saham dari laporan keuangan adalah menjawab 5 pertanyaan berikut:

a. Bagaminama agar perusahaan dapat tampak lebih baik dari periode sebelumnya b. Bagaimana perusahaan mencapainya,apa yang dikerjakan oleh manajemen,bagaimana manajemen mengerjakannya,apakah terdapat aspekaspek kinerja yang menonjol secara menyakinkan misal bidang produksi,pemasaran dan lain-lain fungsi perusahaan c. Bagaimana kinerja perusahaan bila dibanding dengan perusahaan yang lain yang sama d. Apa yang dikerjakan perusahaan untuk masa yang akan datang e. Bagaimana dapat menghasilkan manfaat bagi pemegang saham Dalam mejawab kelima pertanyaan tersebut, solusi exit price tidak relevan, karena tidak memberi informasi mengenai laba perusahaan. Weston (dalam Sterling) mengatakan bahwa exit price hanya cocok apabila perusahaan direncanakan untuk dilikuidasi. Apabila tidak maka informasi exit price tidak relevan. Namun penggunaan exit price dengan alasan realistis tealh dikemukakan oleh Chambler yang menyampaikan konsep alaba. Bell (1971:27-28) didukung oleh Sterling (1970) dan Mattesaich (1971) mendukung exit price dengan fokus pada perencanaan jangka panjang perusahaan yang disajikan dengan exit prixe dianggap relevan karena mencerminkan pengembalian kas di masa yang akan datang (cash Equivalent). Berdasarka pemikirian tersebut maka jawaban atas pertanyaan diatas adalah: 1. Masih relevan bila laporan keuangan disajikan dengan exit price 2. Tidak akan terjawab dengan solusi exit price karena perubahan nilai persediaan dengan harga historis ke persediaan dengan nilai exit price tidak menunjukkan hasil upaya manajemen. 3. Tidak terjawab dengan solusi exit price karena perbandingan dengan perusahaan lain hanya menunjukkan perubahan harga pada saat tertentu (tanggal neraca), bukan pada harga-harga pembelian faktor produksi dan penjualan hasil produksi perusahaan.dengan demikian penyajian dengan exit price tidak akan membantu investor

dalam

menialai

kinerja

manajemen

atau

perusahaan

dalam

perbandingannya dengan perusahaan lain yang sejenis. 4. Penyajian dengan exit price tidak akan banyak membantu ...


Similar Free PDFs