FIKIH MUAMALAH AKAD (PERIKATAN ATAU PERJANJIAN) PDF

Title FIKIH MUAMALAH AKAD (PERIKATAN ATAU PERJANJIAN)
Author Sabarudin Ahmad
Pages 15
File Size 850.4 KB
File Type PDF
Total Downloads 500
Total Views 869

Summary

Tugas Kelompok FIKIH MUAMALAH AKAD (PERIKATAN ATAU PERJANJIAN) Mata Kuliah : Fikih Muamalah Pembimbing : Dra. Hj. St. Rahmah, M.Si. Disusun oleh Agus (1102130006) Awal (1102130008) Hambali (1102110356) M. Syahru Ramadhan (1102110363) Sabarudin Ahmad (1102110373) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAL...


Description

Accelerat ing t he world's research.

FIKIH MUAMALAH AKAD (PERIKATAN ATAU PERJANJIAN) Sabarudin Ahmad paper

Cite this paper

Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Akad Syariah (Rukun dan Syarat Akad) garaudi al mujahid

Akad Syariah (Rukun dan Syarat Akad) MAKALAH UIN SUNAN GUNUNG DJAT I BANDUNG garaudi al mujahid Akad dalam Muamalah Rizkit a Prat ama

Tugas Kelompok

FIKIH MUAMALAH AKAD (PERIKATAN ATAU PERJANJIAN) Mata Kuliah : Fikih Muamalah Pembimbing : Dra. Hj. St. Rahmah, M.Si.

Disusun oleh Agus (1102130006) Awal (1102130008) Hambali (1102110356) M. Syahru Ramadhan (1102110363) Sabarudin Ahmad (1102110373)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA JURUSAN SYARI’AH PRODI AL AHWAL AL SYAKHSHIYAH TAHUN AKADEMIK 2012

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim Alhamdulillah segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. Karena dengan Rahmat dan Ridha-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Akad (Perikatan atau Perjanjian)’’. Tidak lupa Shalawat serta salam, kami sampaikan kepada baginda Besar Nabi Muhammmad Saw., beserta keluarga, sahabat dan para pengikut beliau hingga akhir zaman. Kami selaku penulis dalam pembuatan makalah ini, menyadari betul bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan didalamnya. Oleh karena itu, kami memohon dengan ikhlas kepada pembaca makalah ini untuk berkenan memberikan kritik dan saran guna membangun demi kesempurnaan makalah yang lebih baik. Akhir kata, kami ucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak terutama kepada dosen pengampu mata kuliah Fikih Muamalah yakni, Dra. Hj. St. Rahmah,. M.Si., dan juga kepada segenap teman-teman Al Ahwal Al Syakhshiyah yang turut serta memberikan bantuan, dukungan dan semangat kepada kami. Dan kami harapkan semoga makalah yang kami buat ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Palangka Raya, 27 September 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1 C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2 D. Metode Penulisan ................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Akad .................................................................................................. 3 B. Pembentukan Akad ............................................................................................. 3 C. Syarat-Syarat Akad ............................................................................................. 6 D. Dampak Akad ..................................................................................................... 7 E. Macam-Macam Akad.......................................................................................... 7 F. Akhir Akad.......................................................................................................... 8 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................................................... 9 B. Saran ................................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial. Karena itu, manusia tidak mungkin mampu untuk hidup seorang diri tanpa membutuhkan orang lain. Suatu alat agar manusia dapat berinteraksi sosial ialah melalui komunikasi. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia –baik yang primitif maupun yang modern- berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi.1 Dalam pembahasan fiqh, akad merupakan suatu alat untuk berkomunikasi atau bertransaksi. Bentuk-bentuknya sangat beragam, sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi kebutuhan yang ada.2 Pembahasan masalah akad ini sangat penting kiranya bagi mahasiswa, terutama yang ingin memperdalam masalah fiqh muamalah. Karena akad sangat terkait dengan pembahasan selanjutnya mengenai fiqh muamalah. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan makalah dalam makalah ini, yakni: 1. Apa Pengertian akad? 2. Bagaimana pembentukan akad? 3. Apa syarat-syarat akad? 4. Apa dampak akad? 5. Apa saja macam-macam akad? 6. Bagaimana akhir akad itu?

1

Charles R Wright, Sosiologi Komunikasi Massa, penerj. Liwati Trimo, Bandung: Remadjaya Karya, cet. III, 1988, h. 1. 2 Dimyauddin Djuwaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 47.

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini, yakni: 1. Mengetahui pengertian akad. 2. Mengetahui pembentukan akad. 3. Mengetahui syarat-syarat akad. 4. Mengetahui dampak akad. 5. Mengetahui macam-macam akad. 6. Mengetahui akhir akad. D. Metode penulisan Metode penulisan makalah ini yaitu melalaui kajian pustaka. Dimana sumber-sumber referensi yang cukup agar dapat menghasilkan pemahaman yang lengkap.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad Pengertian akad secara etimologi yaitu: Dalam bahasa Arab disebut

‫ العقذة‬artinya sambungan. Atau ‫العهذ‬yang artinya janji.3

Kata akad dalam bahasa Indonesia memiliki arti perjanjian, janji, kontrak.4 Sedangkan secara terminologi. Menurut ulama Syafi‟iyah, Malikiyah, dan Hanabilah, yaitu “sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang berdasarkan keinginannya sendiri, seperti wakaf, talak pembebasan, atau sesuatu yang pembentukannya membutuhkan keinginan dua orang seperti jual-beli, perwakilan, dan gadai.”5 Sedangkan menurut pendapat yang lebih mempunyai makna khusus. Zuhaili berpendapat yang dikutip oleh Djuwaini, yaitu: “akad adalah hubungan/keterkaitan antara ijab dan qabul atas diskursus yang dibenarkan oleh syara‟ dan memiliki implikasi hukum.”6 Jadi, pengertian akad menurut istilah ialah suatu perjanjian atau kontrak yang dilakukan oleh satu, dua orang atau lebih yang ditetapkan dengan ijab-qabul sesuai dengan ketentuan syara‟. B. Pembentukan Akad Akad adalah suatu sebab dari sebab-sebab yang ditetapkan Syara‟, yang karenanya timbullah beberapa hukum.

Dengan kita memperhatikan ta’rif aqad,

dapatlah kita mengatakan, bahwa akad itu suatu: amal iradi musyatarak yaqumu alattaradi, (suatu perbuatan yang sengaja oleh dua orang, berdasarkan keridlaan masing-masing).7 1. Rukun akad a. Orang yang akad („aqid) b. Sesuatu yang diakadkan (maqud alaih) c. Shigat (ijab dan qabul)

Rachmat Syafe‟i, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, cet. X, 2001, h. 43. Ari Prahasta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tangerang: Scientifiq Press, 2012, h. 12. 5 Racmat, Fiqih, h. 44. 6 Dimyauddin, Pengantar, h. 48. 7 Hasbi Ash Shiddieqy, Fiqh Mu’amalah, Jakarta: Bulan Bintang, 1989, h. 22-23.

3

4

2. Unsur-unsur pembentukan aqad yaitu sebagai berikut: a. Sighat Akad. Sighat akad adalah suatu yang disandarkan dari dua pihak yang berakad yang menunjukkan apa yang ada di hati keduanya tentang terjadinya suatu akad. Hal itu dapat diketahui dengan ucapan perbuatan, isyarat, dan tulisan, sighat tersebut bisa disebut ijab dan qabul. 1) Metode Sighat dengan akad dapat diungkapkan dengan berbagai cara yaitu: a) Akad dengan Lafaz, sighat dengan lafaz adalah shigat akad yang paling banyak digunakan orang sebab paling mudah digunakan dan cepat dipahami. Tentu saja kedua belah pihak harus mengerti ucapan masingmasing serta menunjukkan keridlaanya. b) Akad dengan perbuatan. Dalam akad terkadang tidak digunakan ucapan, tetapi cukup dengan perbuatan yang menunjukkan saling merindai, misalnya penjual memberikan barang dan pembeli memberikan uang. c) Akad dengan Isyarat, bagi orang yang mampu bicara, tidak dibenarkan akad dengan isyarat, melainkan harus menggunakan lisan atau tulisan. Adapun bagi mereka yang tidak dapat berbicara, boleh menggunakan isyarat, tetapi jika tulisanya bagus dianjurkan menggunakan tulisan. Hal itu dibolehkan apabila ia sudah cacat sejak lahir, ia harus berusaha untuk tidak menggunakan isyarat. Atas dasar ini dibuatlah dengan kaidah:

‫االءشارة المعهودة الخرس كالبيان باللسان‬ Artinya: Isyarat bagi orang bisu sama dengan ucapan lidah (sama dengan ucapan lidah). d) Akad dengan tulisan, dibolehkan baik bagi orang yang mampu berbicara ataupun tidak, dengan syarat tulisan tersebut harus jelas, tampak dan dipahami oleh keduanya. Sebab tulisan sebagaimana dalam kaidah fiqhyah (tulisan bagaikan perintah). Atas dasar inilah Fuqaha membentuk qaidah:

‫الكتابت كالخطاب‬ Artinya: Tulisan itu sama dengan ucapan. Namun demikian, dalam akad nikah tidak boleh dengan tulisan jika kedua orang yang akad itu hadir. Hal ini karena akad harus dihadiri oleh

saksi, yang harus mendengar ucapan yang akad, kecuali bagi orang yang tidak dapat berbicara.8 2) Syarat-syarat ijab qabul Terjadinya ijab dan qabul: a) Ijab dan qabul harus jelas maksudnya. b) Antara ijab dan qabul harus sesuai. c) Menggambarkan

kesungguhan

kemauan

dari

pihak-pihak

yang

bersangkutan. Tempat Akad Tempat akad adalah tempat bertransaksi antara dua pihak yang sedang akad dengan kata lain, bersatunya ucapan ditempat yang sama. a) Harus ditempat yang sama b) Tidak boleh tampak adanya penolakan dari salah „aqid dan tidak boleh ada ucapan lain yang memisahkan diantara perkataan mereka. c) Ijab tidak boleh diulangi atau dibatalkan sebelum ada jawaban qabul. Akad yang tidak memerlukan persambungan tempat. a) Wasiat b) Penitipan keturunan keluarga dengan cara berwasiat kepada orang lain untuk memelihara keturunannya setelah ia meninggal. c) Perwakilan Pembatalan ijab. a) Pengucap ijab menarik pernyataan sebelum qabul. b) Adanya penolakan dari salah satu „aqid. c) Berakhirnya tempat akad, yakni kedua pihak „aqid berpisah. d) Pengucap ijab tidak lagi menguasai hidupnya, gila, sebelum adanya qabul. e) Rusaknya sesuatu yang sedang dijadikan akad.9 b. Al-aqid (orang yang berakad) Keberadaanya sangat penting sebab tidak dikatakan akad jika tidak ada aqid. Begitu pula tidak akan ada ijab dan qabul tanpa adanya aqid. Secara umum, aqid disyaratkan harus ahli dan memiliki kemampuan untuk melakukan akad dan mampu menjadi pengganti orang lain bila ia menjadi wakil. 8

Rachmat, Fiqh, h. 46-51. Ibid., h. 53.

9

Ulama Malikiyah dan Hanafiyah mensyaratkan aqid harus berakal, yakni sudah mumayyiz, anak yang agak besar yang pembicaraanya dan jawabanya dapat dipahami, serta berumur sekitar 7 tahun. Oleh karena itu, dipandang tidak sah suatu akad yang dilakukan anak kecil yang belum mumayyiz. Adapun ulama Syafi‟iyah dan Hanabillah mensyaratkan aqid harus baligh, (terkena perintah syara‟), berakal, telah mampu memelihara hartanya. Dengan demikian ulama Hanabillah membolehkan seorang anak kecil membeli barang yang sederhana dan tasharruf atas seizin walinya.10 C. Syarat-Syarat Akad Berdasarkan unsur akad yang telah dibahas diatas, ada beberapa macam syarat akad, yaitu terjadinya syarat akad, syarat sah, syarat memberikan, dan syarat keharusan (lujum). 1. Syarat terjadinya akad Syarat terjadinya akad adalah segala sesuatu yang diisyaratkan untuk terjadinya akad secara syara‟. Jika tidak memenuhi syarat tersebut, akad menjadi batal. Syarat ini terbagi atas dua bagian : a) Umum, yakni syarat yang harus ada pada setiap akad. b) Khusus, yakni syarat yang harus ada pada sebagian akad, dan tidak disyaratkan pada bagian lainnya. 2. Syarat sah akad Syarat sah akad adalah segala sesuatu yang disyaratkan syara‟ untuk menjamin dampak keabsahan akad. Jika tidak dipenuhi, akad tersebut rusak. Ada kekhususan syarat sah akad pada setiap akad. Ulama Hanafiyah mensyaratkan terhindarnya seseorang dari enam kecacatan dalam jual beli, yaitu kebodohan, kepaksaan, pembatasan waktu, perkiraan, ada unsur kemudaratan dan syarat-syarat jual beli rusak (fasid). 3. Syarat pelaksanaan akad Dalam pelaksanaan akad, ada dua syarat, yaitu kepemilikan dan kekuasaan. Kepemilikan adalah sesuatu yang dimiliki oleh seseorang sehingga ia bebas beraktifitas dengan apa-apa yang dimilikinya sesuai dengan aturan syara‟. Adapun kekuasaan adalah kemampuan seseorang dalam bertasharuf sesuai dengan

10

Ibid., h.54.

ketetapan syara‟, baik secara asli, yakni dilakukan oleh dirinya, maupun sebagi penggantian(menjadi wakil sesorang). Dalam hal ini, disyaratkan antara lain : a) Barang yang dijadikan akad harus yang kepunyaan akad, jika dijadikan, maka sangat tergantung kepada ijin pemiliknya yang asli. b) Barang yang dijadikan tidak berkaitan dengan kepemilikan orang lain. 4. Syarat kepastian hukum (luzum) Dasar dalam akad adalah kepastian. Diantara syarat luzum dalam jual beli adalah terhindarnya dari beberapa khiyar jual, seperti khiyar syarat, khiyar aid, dan lai-lain. Jika luzum tampak, maka akad batal atau dikembalikan.11\ D. Dampak Akad Setiap akad dipastikan memiliki dua dampak, yaitu dampak khusus dan dampak umum. 1. Dampak Khusus Dampak khusus adalah hukum akad, yakni dampak asli dalam pelaksanaan suatu akad atau maksud utama dilaksanakannya suatu akad, seperti pemindahan kepemilikan dalam jual beli, hibah, wakaf, upah, dan lain-lain. 2. Dampak Umum Segala sesuatu yang mengiringi setiap atau sebagian besar akad, baik dari segi hukum maupun hasil.12 E. Macam-Macam Akad Menurut Rachmat Syafe‟i , macam-macam akad dibagi menjadi empat. Walaupun terdapat perbedaan dengan pendapat lain yang membaginya menjadi sangat banyak. Karena pembagian menurut Rahmat sudah mewakili macam-macam akad yang penting. Macam-macam akad tersebut ialah sebagai berikut: 1. Berdasarkan ketentuan syara‟ a. Akad sahih, yaitu akad yang memenuhi unsur dan syarat yang telah ditetapkan oleh syara‟. b. Akad tidak sahih, yaitu akad yang tidak memenuhi unsur dan syarat. Sehingga tidak menimbulkan hukum dan tidak sah.

11

Rachamat, Fiqih, h.64-66. Ibid., h. 66.

12

2. Berdasarkan penamaanya a. Al-‘uqud al-musamma, yaitu akad yang telah dinamai syara‟. Seperti jual-beli (bai‟), hibah, gadai, dll. b. Al-‘uqud ghair al-musamma, yaitu akad yang belum dinamai syara‟. 3. Berdasarkan maksud dan tujuan akad a. Kepemilikan b. Menghilangkan kepemilikan c. Kemutlakan, yaitu seseorang mewakilkan secara mutlak kepada wakilnya. d. Perikatan e. Penjagaan 4. Berdasarkan zatnya a. Al-„ain (benda berwujud) b. Ghair al-„ain (benda tidak berwujud)13 F. Akhir akad Menurut Abdul Rahman Ghazaly dkk, dalam bukunya Fiqh Muamalah menyebutkan ada empat sebab berakhirnya akad. Akad dikatakan berakhir ialah sebagai berikut: 1. Berakhirnya masa berlaku akad, yaitu apabila ada perjanjian sebelumnya. 2. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, yaitu apabila akad itu bersifat tidak mengikat. 3. Apabila akad itu mengikat maka akad itu dapat berakhir jika: a) Jual beli itu fasad b) Berlakunya khiyar c) Akad itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak d) Tercapainya tujuan akad itu sampai sempurna 4. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia14

13

Rachmat, Fiqih, h. 66-67. Abdul Rahman Ghazali, Ghufran Ihsan, Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana, 2010, h.

14

58-59.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Secara etimologi dalam bahasa Arab akad disebut

‫العهذ‬yang

artinya janji. Kata akad

‫ العقذة‬artinya sambungan. Atau

dalam bahasa Indonesia memilik berarti

perjanjian, janji, kontrak. Sedangkan secara terminologi akad ialah suatu perjanjian atau kontrak yang dilakukan oleh satu, dua orang atau lebih yang ditetapkan dengan ijab-qabul sesuai dengan ketentuan syara‟. 2. Pembentukan akad a. Rukun akad, meliputi „aqid, maqud alaih, dan shighat. b. Unsur-unsur akad, meliputi shigat akad dam „aqid. 3. Syarat-syarat akad a. Syarat terjadinya akad, ialah segala sesuatu yang disyaratkan untuk terjadinya akad secara syara‟. b. Syarat sah akad, ialah segala sesuatu yang disyaratkan syara‟ untuk menjamin dampak keabsahan akad. Jika tidak dipenuhi akad tersebut rusak. c. Syarat pelaksanaan akad, meliputi kepemilikan dan kekuasaan. d. Syarat kepastian hukum. 4. Dampak akad a. Dampak khusus, ialah hukum akad. b. Dampak umum, ialah segala sesuatu yang mengiringi setiap atau sebagian besar akad, baik dari segi hukum maupun hasil. 5. Macam-macam akad a. Berdasarkan ketentuan syara, yakni sahih dan tidak sahih. b. Berdasarkan penamaannya. c. Berdasarkan maksud dan tujuan. d. Berdasarkan zatnya, yakni benda berwujud dan tidak berwujud.

6. Akhir akad a. Berakhirnya masa berlaku akad, yaitu apabila ada perjanjian sebelumnya. b. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, yaitu apabila akad itu bersifat tidak mengikat. c. Apabila akad itu mengikat maka akad itu dapat berakhir jika: 1) Jual beli itu fasad 2) Berlakunya khiyar 3) Akad itu tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak 4) Tercapainya tujuan akad itu sampai sempurna d. Salah satu pihak yang berakad meninggal dunia. B. Saran Dalam segala hal sudah menjadi fitrah manusia jika mempunyai kesalahan dan kekurangan, sehingga memerlukan bantuan dari pembaca sekalian untuk menjadi lebih baik. Sebagai pengakuan dari adanya kelemahan dari segala sisi, dengan harapan memperoleh kritik dan saran yang memotifasi serta bersifat membangun. Semoga setiap langkah dengan niat serta tujuan untuk kebaikan mendapat berkah dan ridha dari Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Ghazali, Ghufran Ihsan, Sapiudin Shidiq, Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana, 2010. Ash Shiddieqy, Hasbi, Fiqh Mu’amalah, Jakarta: Bulan Bintang, 1989. Djuwaini, Dimyauddin, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Prahasta, Ari, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tangerang: Scientifiq Press, 2012. Syafe‟i, Rachmat, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, cet. X, 2001. Wright, Charles R, Sosiologi Komunikasi Massa, penerj. Liwati Trimo, Bandung: Remadjaya Karya, cet. III, 1988....


Similar Free PDFs