FILSAFAT ILMU : Penjelasan Aksiologi, Etika, Estetika, Semiotika, Internalisasi, Enkulturasi, Sosialisasi Objek Material, Objek Formal dan Pohon Masalah PDF

Title FILSAFAT ILMU : Penjelasan Aksiologi, Etika, Estetika, Semiotika, Internalisasi, Enkulturasi, Sosialisasi Objek Material, Objek Formal dan Pohon Masalah
Author Dwi Endah
Pages 12
File Size 504.5 KB
File Type PDF
Total Downloads 162
Total Views 342

Summary

FILSAFAT ILMU : TUGAS 3 Penjelasan Aksiologi, Etika, Estetika, Semiotika, Internalisasi, Enkulturasi, Sosialisasi Objek Material, Objek Formal dan Pohon Masalah Nama : Dwi Endah Ciswiyati NIM : 0204519013 Prodi : Pendidikan Seni S2 Pengampu : Dr. Wahyu Lestari, M.Pd. Filsafat ilmu adalah cabang dari...


Description

FILSAFAT ILMU : TUGAS 3 Penjelasan Aksiologi, Etika, Estetika, Semiotika, Internalisasi, Enkulturasi, Sosialisasi Objek Material, Objek Formal dan Pohon Masalah

Nama

: Dwi Endah Ciswiyati

NIM

: 0204519013

Prodi

: Pendidikan Seni S2

Pengampu

: Dr. Wahyu Lestari, M.Pd.

Filsafat ilmu adalah cabang dari filsafat yang sangat sering digunakan untuk mengembangkan ilmu yang merupakan bagian dari epistimologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakekat ilmu (pengetahuan ilmiah). Dalam hal ini filsafat ilmu merupakan jaringan cabang ilmu satu dengan lainnya sehingga ilmu pengetahuan dapat ditelusuri sampai ke induk filsafatnya (Abdullah, 2011). Berbagai pengetahuan telah berkembang begitu banyak dari fenomena itu untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dengan pengetahuan lainnya maka pertanyaan yang dapat dikemukakan adalah: 1. Apa yang dikaji oleh pengetahuan tersebut (ontologis)?, 2. Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut (epistemologis)?, 3. Serta untuk apa pengetahuan termaksud dipergunakan (aksiologi)? Dengan mengetahui jawaban dari ketiga pertanyaan ini maka dengan mudah kita membedakan berbagai jenis pengetahuan yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia. (Abdullah, 2011) Ontologi adalah istilah filsafat untuk sifat alamiah dari yang ada , eksistensi, realitas atau bisa juga dipahami sebagai kategori keberadaan suatu keberadaan dan relasinya dengan keberadaan yang lain. . Epistimologi adalah cabang filsafat yang memberi perhatian pada bagaimana lingkup alami dari suatu pengetahuan. Aksiologi adalah studi filosofis mengenai nilai yang berkaitan dengan etika dan estetika pengetahuan (Yasraf, 2018). Bagian aksiologi ini yang akan kita pelajari lebih mendalam dan akan menjadi pokok pembahasan. Aksiologi sendiri nanti terdiri dari etika dan estetika. Selain juga akan Dwi Endah Ciswiyati 0204519013 (2019)

1

dijelaskan mengenai Semiotika, Internalisasi, Enkulturasi, Sosialisasi Objek Material dan Objek Formal. Selain itu juga disertakan contoh pohon masalah untuk membantu merumuskan masalah dan pemecahanan masalahannya yang digambarkan menggunakan visualisasi pohon untuk mempermudah menyelesaikan masalah. PENGERTIAN AKSIOLOGI Dari penjelasan aksiologi diatas kita dimungkinkan untuk menjawab permasalahan menyangkut pertanyaan untuk apa pengetahuan termaksud dipergunakan?. Bagaimana hubungan antara Etika dan Estetika. Inti dari pendekatan aksiologis adalah menjawab apakah manfaat ilmu pengetahuan dalam meningkatkan harkat dan martabat manusia serta pengembangan ilmu itu sendiri. Ilmu pada umumnya dimaksudkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia atau untuk memanusiakan manusia. (Abdullah, 2011) Berdasarkan aksiologi, ilmu terlihat jelas bahwa permasalahan yang utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika (Sumarto, Rizky, Zaida, & Dkk, 2017) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menjawab apakah manfaat ilmu pengetahuan dan memiliki nilai (meningkatkan harkat dan martabat manusia untuk memanusiakan manusia yang permasalahanya) yang mengacu pada permasalahan etika dan estetika. PENGERTIAN ETIKA Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang memiliki arti yaitu watak kesusilaan atau adat. Sedangkan moral berasal dari kata mores yang memiliki arti yaitu cara hidup atau adat. Etika adalah cabang dari filsafat yang membicarakan tentang nilai baik-buruk. Etika disebut juga Filsafat Moral. Etika membicarakan tentang pertimbangan-pertimbangan tentang tindakan-tindakan baik buruk, susila tidak susila dalam hubungan antar manusia. (Rahayu, 2013) Pendapat lain menyebutkan bahwa Etika adalah peraturan tentang perilaku berdasarkan kaida hukum dan norma atau di sebut juga perilaku baik. Sedangkan Moral adalah perilaku secara umum baik maupun tidak baik(Sumarto et al., 2017). Persoalan moralitas menghasilkan cabang filsafat etika (etics). Istilah etika berasal dari kata ethos yang Dwi Endah Ciswiyati 0204519013 (2019)

2

berarti adat kebiasaan. Etika sebagai salah satu cabang filsafat mengandaikan adanya ukuran yang bersifat universal. Dalam hal ini berlaku untuk semua orang dan setiap saat dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu(Ibrahim, 1966) Secara umum etika diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu: Pertama etika deskriptif yang menekan pada pengkajian ajaran moral yang berlaku, membicarakan masalah baikburuk tindakan manusia dalam hidup bersama. Yang ke dua etika normatif, suatu kajian terhadap ajaran norma baik buruk sebagai suatu fakta, tidak perlu perlu mengajukan alasan rasional terhadap ajaran itu, cukup merefleksikan mengapa hal itu sebagai suatu keharusan. (Rahayu, 2013). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Etika membicarakan tentang pertimbangan-pertimbangan tentang tindakan-tindakan baik buruk yang diwujudkan berupa peraturan tentang perilaku berdasarkan kaida hukum dan norma atau di sebut juga perilaku baik. PENGERTIAN ESTETIKA Keindahan menghasilkan cabang filsafat estetika (aestetics). Estetika berasal dari kata aestetikos yang bermakna berhubungan dengan penerapan indra. Etetika merupakan kajian kefilsafatan mengena keindahan dan ketidak indahan. Dalam pengertian yang lebih luas, estetika merupakan cabang filsafat yang menyangkut keindahan atau sesuatu yang indahdalam masalah seni dan rasa, norma-norma nilai dan seni (Ibrahim, 1966) Estetika memililiki arti yaitu perasaan atau sensitivitas yang berasal dari bahasa Yunani yait aesthesis. Ini karena keindahan itu memang erat sekali hubungannya dengan lidah dan selera perasaan atau apa yang disebut Geschhmack (jerman) atau Teste (inggris) (Anwar, 1980). Estetika menurut pendapat Aristoteles dalam Puisi, Ps.XV adalah Keindahan terdiri dari keserasian bentuk yang setinggi-tingginya. Ia tidak mementingkan pandangan manusia seperti apa adanya didalam kenyataan tapi menurut bagaimana seharusnya. “Tragedi ialah peniruan makhluk – makhluk yang lebih mulia dan lebih bagus dari makhluk-makhluk murahan yang ada...” (Anwar, 1980).

Dwi Endah Ciswiyati 0204519013 (2019)

3

Estetika dalam arti tehnis adalah ilmu keindahan, ilmu mengenai kecantikan secara umum. Estetika bukanlah cara untuk menikmati keindahan akan tetapi usaha-usaha untuk memahaminya. (Anwar, 1980) Estetika itu adalah wawasan keindahan dan keindahan itu terkait dengan cita rasa. (Sumarto et al., 2017). Membicarakan tentang seni tentu saja tidak terlepas dari estetika atau keindahan karena manusia pada dasarnya menyukai keindahan baik berupa keindahan alam maupun keindahan seni. Keindahan alam adalah keharmonian hukum-hukum alam yang menakjubkan yang dibukakan bagi mereka yang mampu menerimanya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa estetika adalah adalah ilmu keindahan yang erat sekali hubungannya dengan perasaan yang terkait mengenai cita rasa dan berhubungan dengan panca indera untuk menikmatinya. PENGERTIAN SEMIOTIKA Secara etimologis, kata semiotika berasal dari kata Yunani semeion yang berarti tanda. Definisi semiotika dapat dipahami melalui pengertian semiotika yang berasal dari kata semeion, bahasa asal Yunani yang berarti tanda. Secara sederhana, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang tanda dan sistem tanda. Aart van Zoest (dalam Sudjiman & Zoest, 1992: 5) menyebut semiotika sebagai studi tentang tanda dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya seperti cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimannya oleh mereka yang mempergunakannya. (Sahid, 2016) Pendapat Luxemburg, dkk, (1984: 44) menyebutkan bahwa semiotika sebagai ilmu yang secara sistematik mempelajari tanda-tanda dan lambang - lambang, dan proses perlambangan. Sementara itu, ahli semiotika teater Keir Elam (1991: 1) mendefinisikan semiotika sebagai ilmu yang dipersembahkan khusus ke studi produksi makna dalam masyarakat. Dengan demikian, semiotika juga bertautan dengan proses-proses ‘signifikansi’ (penandaan) dan dengan proses-proses ‘komunikasi’, yakni sebuah alat atau media tempat makna-makna ditetapkan dan dipertukarkan. (Sahid, 2016) Ilmu tanda, sistem tanda, serta proses dalam penggunaan tanda hingga pada taraf pemahaman melalui makna memerlukan kepekaan yang besar. Makna yang berada dibalik setiap karya sastra atau bahasa, dengan kepekaan tersebut akan dapat diungkap dan dipahami dengan baik.(Ambarini & Maharani, 2012) Dwi Endah Ciswiyati 0204519013 (2019)

4

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu tentang tanda dan sistem tanda yang secara sistematik mempelajari tanda-tanda dan lambang - lambang, dan proses perlambangan dengan tujuan agar makna yang berada dibalik setiap karya sastra atau bahasa, dengan kepekaan tersebut akan dapat diungkap dan dipahami dengan baik. PENGERTIAN INTERNALISASI Internalisasi merupakan sentral perubahan kepribadian yang merupakan dimensi kritis terhadap diri manusia yang di dalamnya memiliki makna kepribadian terhadap respon yang terjadi dalam proses pembentukan watak manusia. Internalisasi merupakan proses yang mendalam untuk menghayati nilai-nilai yang didapatkan oleh peserta didik dipadukan dengan nilai-nilai pendidikan secara utuh yang sasarannya supaya menyatu dalam kepribadian peserta didik itu sendiri, sehingga menjadi satu karakter atau watak bagi peserta didik. Internalisasi juga merupakan sentral perubahan kepribadian yang merupakan dimensi kritis terhadap diri manusia yang di dalamnya memiliki makna kepribadian terhadap respon yang terjadi dalam proses pembentukan watak manusia (Idris, 2017) Internalisasi adalah interaksi yang memberi pengaruh pada penerimaan atau penolakan nilai (values), lebih memberi pengaruh pada kepribadian, fungsi evaluatif menjadi lebih dominan. Proses internalisasi dilakukan melalui lima jenjang, yaitu: (1) menerima, (2) menanggapi, (3) memberi nilai, (4) mengorganisasi nilai, dan, (5) karakterisasi nilai.(Sunarti, Zamroni, & Dkk, 2009) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa internalisasi merupakan proses interaksi yang memberi pengaruh pada penerimaan atau penolakan nilai (values) berupa perubahan kepribadian untuk menghayati nilai-nilai yang didapatkan oleh seseorang untuk membentuk watak yang baik pada dirinya. PENGERTIAN ENKULTURASI Enkulturasi mengacu pada proses dimana suatu budaya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya atau proses pembelajaran kebudayaan (Soekanto, 1982). Budaya ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Budaya tersebut dipelajari, bukan diwarisi. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dalam proses ini Dwi Endah Ciswiyati 0204519013 (2019)

5

Enkulturasi mempengaruhi perkembangan psikologi individu melalui proses belajar dan penyesuaian alam pikiran dan sikap individu dengan sistem norma, adat, dan peraturanperaturan yang hidup dalam kebudayaannya seperti motivasi, sikapnya terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang terdekatnya, proses perolehan keterampilan bertingkah laku, serta proses penyesuain dan penerimaan diri berdasarkan latar belakang budayanya. Contoh: Seorang anak belajar menjadi atlet dengan disiplin waktu dari orangtuanya yang mantan atlet, atau seorang anak yang diajarkan bagaimana caranya bersopan santun oleh orang tuanya (Soekanto, 1982). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Enkulturasi adalah proses dimana suatu budaya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya yang budaya tersebut dipelajari, bukan diwarisi. PENGERTIAN SOSIALISASI Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Dalam sosialisasi terdapat proses belajar dan menginternalisasi aturan-aturan dan pola-pola yang ada di masyarakat dimana kita tinggal. Proses ini terjadi sepanjang waktu meliputi pembelajaran norma-norma sosial, sikap-sikap, nilai-nilai, dan sistem kepercayaan. Proses sosialisasi dimulai lebih awal, kemungkinan dari hari pertama kehidupan manusia (Matsumoto dan Juang, 2008). Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting. Proses tersebut merupakan proses sosialisasi yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Terdapat sedikit perbedaan antara pengertian enkulturasi dan sosialisasi menurut Matsumoto dan Juang. Sosialisasi lebih kepada proses dan mekanisme dimana orang-orang mempelajari aturan-aturan masyarakat. Sedangkan enkulturasi lebih kepada produk/hasil dari proses sosialisasi tersebut, yang bersifat subjektif, pokok yang mendasari, dan aspek-aspek psikologis dari budaya yang kemudian terinternalisasi seiring dengan perkembangan (Matsumoto dan Juang, 2008).

Dwi Endah Ciswiyati 0204519013 (2019)

6

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi adalah proses penanaman kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya yang terjadi sepanjang waktu meliputi pembelajaran norma-norma sosial, sikap-sikap, nilai-nilai, dan sistem kepercayaan. PENGERTIAN OBJEK MATERIAL DAN OBJEK FORMAL Ilmu pengetahuan adalah sekumpulan pengetahuan yang untuk dapat disebut ilmu pengetahuan haruslah memenuhi syarat - syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksudkan di antaranya berupa adalah objek material (material object) dan objek formal (formal object). Menurut pendapat ansori ada logika formal (dapat juga disebut logika bentuk), dan logika material (Iogika isi). Kebenaran yang dicapai dengan menggunakan metode berfikir demikian scbagaimana diterapkan dalam berbagai bidang pengetahuan ilmiah adalah dua macam kebenaran, yaitu kebenaran formal dan kebenaran material. Kebenaran yang dicapai juga bervariasi dalam tingkatannya, dari sesuatu yang mutlak, kebenaran yang pasti, hingga kebenaran sebagai suatu kemungkinan.(Anshori, 2005). Menurut Palmquist Para logikawan terkadang memahami hal itu dengan mengatakan logika lebih terkait dengan kebenaran formal daripada kebenaran material. Kebenaran material proposisi adalah fakta eksternal khas yang menyebabkan proposisi itu benar atau salah. Sebaliknya, kebenaran formal proposisi adalah ungkapan internal umum. Dengan internal saya bermaksud bahwa, tanpa keluar dari proposisi itu sendiri, kita dapat menentukan nilai kebenaran formalnya (Abdullah, 2011) Menurut (Wilujeng, 2015) objek material sasaran/bahan kajian, objek formal yaitu sudut pandang pendekatan suatu ilme terhadap objeknya yaitu: 1.

Objek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada, yang meliputi : ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan (Lasiyo dan Yuwono, 1994 : 6).

2.

Objek formal filsafat adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada (Lasiyo dan Yuwono, 1994 : 6).

Pendapat lain menjelaskan objek setiap ilmu dibedakan menjadi dua : objek material dan objek formal. Objek material adalah fenomena di dunia ini yang ditelaah ilmu. Sedangkan objek formal adalah pusat perhatian ilmuwan dalam penelaahan objek material. Atau dengan Dwi Endah Ciswiyati 0204519013 (2019)

7

kata lain, objek formal merupakan kajian terhadap objek material atas dasar tinjauan atau sudut pandang tertentu. Selain itu, objek material filsafat ilmu adalah ilmu dan objek formal filsafat ilmu adalah ilmu atas dasar tinjauan filosofis, yaitu secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis. (Kuntjojo, 2009)

Pada saat manusia berusaha untuk menjawab objek ilmu, objek ilmu meliputi objek material (subject matter) dan objek formal (focus of interest). Jenis-jenis sasaran (obyek sasaran), yang meliputi: 1. Obyek material, terdiri dari: ide abstrak, benda fisis, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa sosial, dan proses tanda; dan 2. Obyek formal, yaitu pusat perhatian. (Abdullah, 2011) Sedangkan menurut Wattimena objek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand), sesuatu yang diselidiki atau sesuatu yang dipelajari. Dari perspektif filsafat Kant, pemikiran Berkeley disebut juga sebagai idealisme material, yakni pandangan bahwa kita tidak dapat mengetahui obyek material yang ada di luar diri kita. Bagi Berkeley obyek material yang bersifat independen terhadap pikiran tidaklah dapat diketahui. Pengalaman inderawi hanya mampu menangkap gambaran‐gambaran mental, dan bukan benda padadirinya sendiri. Ia berpendapat bahwa penilaian kita akan suatu obyek adalah sungguh‐ sungguh hanya merupakan penilaian terhadap gambaran‐gambaran mental (mental images) ini, dan bukan subtansi yang memungkinkan gambaran‐gambaran mental itu untuk ada. (Wattimena, 2010) Objek formal adalah sudut pandangan, cara memandang, cara mengadakan tinjauan yang dilakukan oleh seorang pemikir atau peneliti terhadap objek material serta prinsipprinsip yang digunakannya formal, di mana realitas di luar diri manusia diakui keberadaannya, walaupun intuisi apriori ruang dan waktu serta kategori-kategori apriori yang memungkinkan pengetahuan itu berada di dalam diri manusia.(Wattimena, 2010). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa objek material adalah adalah sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran (Gegenstand) berupa ide abstrak, benda fisis, jasad hidup, gejala rohani, peristiwa sosial, dan proses tanda. Sedangkan, objek formal adalah sudut pandangan, cara memandang, cara mengadakan tinjauan berupa hakikat dari segala sesuatu yang ada sebagai pusat perhatian.

Dwi Endah Ciswiyati 0204519013 (2019)

8

GAMBAR POHON MASALAH Dwi Endah Ciswiyati 0204519013 (2019)

9

PENJELASAN MASALAH Berikut adalah penjelasan gambar Pohon Masalah Batik Grobogan : 1. Batik Grobogan 1.1. Unsur Intraestetis 1.2. Unsur Ekstraestetis 1.2.1. Latar Belakang Perajin 1.2.2. Latar Belakang Masyarakat 1.2.2.1.

Fungsi Batik Grobogan bagi Masyarakat

1.2.2.2.

Makna Batik Grobogan bagi Masyarakat

1.2.2.2.1.

Makna Batik Grobogan menurut Sejarah

1.2.2.2.2.

Makna Batik Grobogan menurut Estetika dan Simbolikny

Dwi Endah Ciswiyati 0204519013 (2019)

10

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, M. (2011). PENGEMBANGAN TEORI AKUNTANSI BERBASIS FILSAFAT ILMU. AKRUL : Jurnal Akutansi, 2, 136–150. Ambarini, & Maharani, N. (2012). Semiotika: Teori dan Aplikasi pada Karya Sastra. Semarang: IKIP SEMARANG PRESS. Anshori, A. G. (2005). Filsafat Hukum, Sejarah, Aliran dan Pemaknaan. Yogyakarta: UGM Press. Anwar, W. (1980). Filsafat Estetika: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: CV. Nur Cahaya. Ibrahim. (1966). Filsafat Islam: Masa Awal. https://doi.org/10.1192/bjp.112.483.211-a Idris, S. (2017). INTERNALISASI NILAI DALAM PENDIDIKAN ( Konsep dan Kerangka Pembelajaran dalam Pendidikan Islam ). Yogyakarta: Darussalam Publishing. Kuntjojo. (2009). Filsafat Ilmu. Kediri: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI. Rahayu, W. (2013). FILSAFAT, ETIKA DAN ILMU: Upaya Memahami Hakikat Ilmu dalam Konteks Keindonesiaan. HUMANIKA, 17(1), 79–90. https://doi.org/10.14710/humanika.17.1 Sahid, N. (2016). Semiotika untuk Teater, Tari, Wayang Purwa, dan Film. Semarang: Gigih Pustaka Mandiri. Soekanto, S. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Retrieved from psikodemia.com, pusat Sumarto, Rizky, N., Zaida, & Dkk. (2017). Filsafat ilmu. Jambi: Pustaka Ma’arif Press. Sunarti, T., Zamroni, & Dkk. (2009). THE INTERNALIZATION AND ACTUALIZATION OF CHARACTER VALUES IN THE STUDENTS OF JUNIOR HIGH SCHOOLS IN PHENOMENOLOGICAL PERSPECTIVE. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikas, 181–195. Wattimena, R. A. . (2010). Filsafat Kritis Immanuel Kant : Mempertimbangkan Kritik Karl Ameriks terhadap Kritik Immanuel Kant atas Metafisika. In The British Journal of Dwi Endah Ciswiyati 0204519013 (2019)

11

Psychiatry (Vol. 111). https://doi.org/10.1192/bjp.111.479.1009-a Wilujeng, S. (2015). ILMU DAL...


Similar Free PDFs