Framework Model Manajemen Sampah Berbasis Pemberdayaan Lokal DOC

Title Framework Model Manajemen Sampah Berbasis Pemberdayaan Lokal
Author Danang Rivadhonni
Pages 9
File Size 1.1 MB
File Type DOC
Total Views 120

Summary

Framework Model Manajemen Sampah Berbasis Pemberdayaan Lokal Oleh Danang Rivadhonni NIMBY merupakan isu yang penting. Sebuah kota tidak semestinya semena-mena membuang sampahnya di daerah pinggiran. Daerah pinggiran juga akan terus tumbuh pembangunannya dan pasti menolak sebab ketersedian lahan akan...


Description

Framework Model Manajemen Sampah Berbasis Pemberdayaan Lokal Oleh Danang Rivadhonni NIMBY merupakan isu yang penting. Sebuah kota tidak semestinya semena-mena membuang sampahnya di daerah pinggiran. Daerah pinggiran juga akan terus tumbuh pembangunannya dan pasti menolak sebab ketersedian lahan akan overload dan semakin mahal. Pengelolan sampah seharusnya dengan prinsip YIMBY (Yes In My Back Yard) yang menujukkan sikap bertanggungjawab terhadap masalahnya sendiri. Pengelolaan sampah dimulai dari instiitusi kecil dahulu yaitu keluarga. Sistem dan solusi yang selama ini dikenal yaitu 3R (Reduce, Reuse, Recycle), Bank Sampah, metode Takakura maupun PLTS (PEmbangkit Listrik Tenaga Sampah). Tulisan ini mencoba menawarkan model dengan mempertimbangkan model di atas serta volume sampah harian di kota serta hasil penelitian lainnya. Perhitungan analisa di paper ini menunjukkan bahwa kebutuhan ruang tiap lahan pengelolaan sampah tingkat kelurahan hanya sebesar 17,25 m3 jika disiapkan di empat lokasi. Apabila kapasitas bangunan berukuran tinggi 2 meter maka luas yang dibutuhkan sebesar 8,63 m2. Bangunan dapat dibuat bertingkat sehingga mengefisienkan luasan kebutuhan lahan. Kompos dan barang daur ulang yang dihasilkan di lahan pengumpulan dapat dikemas dan dijual kepada konsumen pupuk kompos dan pabrik pengolah sampah daur ulang lokal atau luar daerah. Residu organik dan anorganik yang sudah tidak ekonomis lagi diangkut menggunakan truk ke tempat pembuangan akhir dan dipakai untuk bahan bakar pembangkit listrik. Residu diasumsikan berupa plastik sacret, kresek, steroform dan lainnya yang tidak ekonomis namun bersih dan kering sehingga lebih cepat menghasilkan panas daripada sampah yang tercampur dengan sampah organik dan basah. Keyword: NIMBY, YIMBY, 3R, Bank Sampah, Takakura, Efisiensi I. Latar Belakang Isu NIMBY (Not In My Back Yard) seringkali menjadi topik hangat terkait land use terhadap kebutuhan penyedian lahan untuk pembuangan/pengolahan sampah, pembangkit energi, pemakaman dan sebagainya yang berimplikasi dari ekternalitas negatif. Terkait aspek penyedian lahan untuk pengolahan sampah, seringkali dihadapkan pada permasalah terbatasnya luas area terbuka di perkotaan, jumlah volume sampah yang terus bertambah, pencemaran sumber air dan udara di tempat pembuangan akhir sampah serta konflik kepentingan penempatan lokasi dan tuntutan warga sekitar. Jakarta selama ini memiliki tempat pembuangan akhir sampah di Bantar Gebang, Bekasi, sedangkan Surabaya di daerah Sukolilo dan Benowo. Tempat pembuangan akhir sampah yang terlokalisasi ini menggurita menjadi besar dan makin menimbulkan eksternalitas negatif. Berbagai upaya pengolahan sampah di tempat pembuangan akhir baik berupa sistem sanitary landfill dan open dumping belum menunjukkan hasil yang optimal. Sampah tersebut dapat diolah menjadi energi baik menjadi listrik dari pembakaran ataupun gas metana yang dihasilkan ini belum optimal menyerap stok bahan baku sampah yang uncontrolled. Sistem TPA Benowo, Surabaya yang berteknologi tinggi ini merupakan contoh pengolahan sampah terbaik di Indonesia, diperkirakan mampu menghasilkan energy listrik 7 MW, mengolah sampah menjadi bahan bangunan, memanfaatkan gas metana dan diperkirakan mampu menyerap habis stock sampah. Namun perlu juga dipertimbangkan bahwa penambahan volume sampah cenderung masif sehingga kapasitas produksi pun akan mencapai titik maksimal dan peningkatan investasi mesin produksi akan jauh lebih lebih sulit terealisir. 1 " P a g e...


Similar Free PDFs