GHAZWUL FIKRI; POLA BARU MENYERANG ISLAM PDF

Title GHAZWUL FIKRI; POLA BARU MENYERANG ISLAM
Author Havis Aravik
Pages 213
File Size 22 MB
File Type PDF
Total Downloads 40
Total Views 959

Summary

Oleh: Havis Aravik, S.H.I., M.S.I Penerbit dan Percetakan i Dilarang memperbanyak, mencetak atau menerbitkan sebagian maupun seluruh buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit Ketentuan Pidana Kutipan Pasal 72 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa den...


Description

Accelerat ing t he world's research.

GHAZWUL FIKRI; POLA BARU MENYERANG ISLAM Havis Aravik

Related papers

Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Liberalisasi Pemikiran Islam dan dampaknya t erhadap kehidupan sosial Imad Bang

Gerakan Liberalisasi Islam di Indonesia; Dari Hermeneut ika Hingga Penist aan Akidah ASWAJA Muhammad Rif'at BAHAYA ISLAM LIBERAL St udi Kasus di Indonesia Nurul Ashidah Johari

Oleh:

Havis Aravik, S.H.I., M.S.I

Penerbit dan Percetakan

i

Dilarang memperbanyak, mencetak atau menerbitkan sebagian maupun seluruh buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit Ketentuan Pidana Kutipan Pasal 72 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

Penulis Layout Desain Cover

: Havis Aravik, S.H.I., M.S.I : Ria Anggraini : Sigit Dwi S.

Hak Penerbit pada NoerFikri , Palembang

Perpustakaan Nasional Katalog dalam Terbitan (KDT) Anggota IKAPI (No. 012/SMS/13) Dicetak oleh:

NoerFikri Offset Jl. KH. Mayor Mahidin No. 142 Telp/Fax : 366 625 Palembang – Indonesia 30126 E-mail : [email protected] Cetakan I : Juli 2015 Hak Cipta dilindungi undang-undang pada penulis All right reserved

ISBN : 978-602-1307-92-2

ii

KATA PENGANTAR

Salam, Dewasa ini, umat Islam di seluruh dunia sedang dilanda berbagai masalah. Mulai dari kemiskinan, keterbelakangan, keterpurukan, dijadikan Islam sebagai common enemy sampai Ghazwul fikri (Perang Pemikiran). Ghazwul fikri (Perang pemikiran) merupakan strategi terbaru musuh-musuh Islam dimana menyerang Islam tidak lagi menggunakan senjata, berhadap-hadapan (face to face) melainkan menggunakan pemikiran. Sebagaimana dinyatakan Henry Martyn, salah satu arsitek ghazwul fikri, “Aku datang untuk menemui umat Islam, tidak dengan senjata tapi dengan kata-kata, tidak dengan kekuatan, tapi dengan logika, tidak dalam benci tapi dalam cinta.” tujuannya tiada lain, agar terjadi Ifsad al-Akhlak, Tahzhim al-Fikrah, Idzabah al-Syakhsiyyah, Al-Riddah, sampai al-wala lil kafirin. Buku ini hadir di tengah kegelisahan dan kegalauan penulis terhadap semakin intensif dan masifnya gerakan Ghazwul Fikri di tengah-tengah kaum muslimin, khususnya generasi muda serta demikian mudahnya media massa, seperti situs-situs internet, televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain sebagainya menjadi kiblat dan berkiblat kepadanya lewat sarana-sarana yang diciptakan antara lain; fashion, fun, food, foundation, song, sinema, school, sex, maupun sport. Belum lagi, cap dan stigma buruk yang terus menerus ditimpahkan kepada umat Islam lainnya. Tentu saja semakin membuat virus-virus Ghazwul Fikri kian akut menyerang dan menjangkiti umat Islam. Buku ini terdiri atas 9 bab. Pembahasan dimulai dari pemaparan tentang ghazwul fikri dan sarana-sarana yang iii

digunakan dalam Ghazwul Fikri sampai dengan paham-paham yang menjadi „icon‟ dan „idol’ Ghazwul Fikri seperti orientalisme, sekularisme, pluralisme agama, positivisme hukum, feminisme, liberalisme dan ditutup dengan pembahasan tentang utilitarianisme. Melalui kata pengantar ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam proses penulisan, pengeditan, sampai penerbitan buku ini, antara lain; Dr. Muhammad Nasih, MA, Dr. Ahwan Fanani, M. Ag, Dr. Ahmad Irwan Hamzali, M. Ag, Ir. Hj. Neny Rostiati, M.Si, Dr. Sumi Amariena Hanim, MT, Drs. Idris Halim, Eko Sumartono, S.Pd, Moh. Faizal, S.Sos.I., M.H.I, Nur Alvi Umami, S.H.I., Elly Lestariningrum, S.Si dan Elha Zapatista Lentera Qalbu serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Akhirnya sebagaimana kata pepatah,”tak ada gading yang tak retak” dan ”kesempurnaan hanya milik Allah”, penulis sangat berharap apabila terdapat kekeliruan dan kekhilafan dalam penulisan buku ini, baik dari aspek materi, metodologi, dialektika berfikir dan analisisnya, penulis berharap koreksi yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan buku ini. Penulis berharap semoga buku ini bermanfaat dan dapat menambah literatur Ghazwul Fikri, yang selama ini jarang sekali ditemukan. Wallahu A’lam bi al-Shawab. Palembang, Maret 2015 Havis Aravik, S.H.I., M.S.I

iv

KATA PENGANTAR Dr. Ahwan Fanani, M.Ag (Dosen Pascasarjana UIN Walisongo Semarang) Ada berbagai ideologi, agama, pandangan dunia yang berkembang di dunia saat ini. Perkembangan ideologi dan pandangan dunia tersebut saling berkelindan satu dengan yang lain berkat kemajuan teknologi informasi dan teknologi transportasi. Berbagai ideologi tersebut bertemu ketika masingmasing mendapatkan jalannya ke dalam keyakinan dan nilai yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat. Fenomena semacam itu tidak bisa dihindari dalam era global dan keterbukaan informasi saat ini. Persoalannya adalah apakah pertemuan ideologi dan pandangan dunia itu harus dilihat sebagai perbenturan peradaban (clash of civilization), perbenturan pandangan dunia (world view) perbenturan ideologi, ataukah konflik pemikiran (ghazwul fikri). Jika keyakinan (agama) dipandang sebagai ideologi atau satu set cara pandang yang khas, maka dalam posisi itu agama akan diposisikan sebagai salah satu pihak yang berhadapan dengan pihak-pihak lain. Pada era demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, dan awal orde baru berkembangan pandangan di kalangan intelektual muslim bahwa Islam berhadapan dengan ideologi-ideologi besar lainnya, yaitu komunisme dan kapitalisme. Islam dilihat sebagai satu sistem hidup, ideologi dan satu sistem berpikir yang berbeda dan oposisinal terhadap kapitalisme dan komunisme sehingga di kalangan gerakan revivalisme Islam muncul upaya untuk mendefinisikan secara tegas perbedaan Islam dengan ideologiideologi lainnya. v

Akan tetapi, cara pandang oposisional tersebut bukan satusatunya fenomena respon umat Islam terhadap pengaruh peradaban lain. Setidaknya ada dua respon umat Islam terhadap keanekaragaman pandangan dunia dan ideologi tersebut: oposisionalisme dan sintesisme. Pertama adalah respon yang mencoba memperkaya Islam dengan budaya lain yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Perdebatan al-Sirafi (seorang tokoh linguistik) Syafiiyyah dengan seorang ahli logika Yunani menjadi contoh respon terhadap pertemuan pemikiran tersebut. Bagi alSirafi, logika Aristotelian lahir dari budaya dan bahasa dan budaya Yunani sehingga tidak sesuai untuk dipergunakan dalam pemahaman agama Islam. Sikap oposisionalisme ini juga ditekankan oleh gerakan-gerakan Islam revivalis, yang mencoba untuk menegaskan identitas Islam vis-a-vis Barat dan menekankan bahwa nilai Islam adalah unik, sempurna, dan tidak memerlukan sumber pengayaan lainnya. Di sisi lain, ahli logika Abu Bisyr Matta bin Yunus mempertahankan universalitas logika Aristotelian sebagai sarana berpikir yang benar. Pada perkembangannya, filsafat Islam dan ilmu kalam ternyata juga memanfaatkan logika untuk menguji kesahihan berpikir dan mengembangkan gagasan dalam memahami ajaran agama Islam, meskipun penolakan tetap ada di kalangan umat Islam, seperti dilakukan oleh Ibnu Taimiyah maupun Ibnu Shalah. Abu Hamid al-Ghazali dalam al-Mustashfa bahkan memandang penguasaan logika sebagai jalan penguasaan ilmu-ilmu. Sikap yang sama diambil oleh tokoh Islam Indonesia prakemerdekaan, yaitu H.O.S Tjokroaminoto. Tjokroaminoto menulis buku tentang Islam dan Sosialisme yang mencoba untuk menunjukkan bahwa nilai-nilai sosialisme ada dalam ajaran Islam. Pada era itu mulai perkembang komunisme, yang juga dianut oleh para aktivis Sarekat Islam, yang memisahkan diri

vi

menjadi Sarekat Rakyat dan kemudian bertransformasi menjadi Partai Komunis Indonesia. Sikap Tjokroaminoto tersebut menunjukkan sebuah upaya sintesis antara ajaran Islam dengan semangat kerakyatan yang dibawa oleh sosialisme maupun komunisme, dengan menjadikan Islam sebagai pondasinya. Cara pandang al-Ghazali maupun Tjokroaminoto ini merupakan prototipe sintesisme dalam menyikapi keanekaragaman pandangan dunia dan ideologi. Jadi, sikap terhadap keanekaragaman pandangan dan pemikiran di kalangan masyarakat Islam terbagi menjadi sikap oposisionalme dan sintesisme. Sikap oposisional lahir dari penekanan yang besar terhadap kekhasan Islam, bukan hanya sebagai sumber nilai dan keyakinan, tetapi sebagai sebuah sistem hidup yang khas. Sikap sintesisme lahir dari pemahaman bahwa 1) ada wilayah dalam agama yang tetap (al-tsabat) sehingga tidak bisa dinegosiasikan atau diubah dan 2) ada pula wilayah dalam agama yang bisa berubah (al-mutaghayyir) sehingga disesuaikan dengan perkembangan zaman. Pemikiran Islam modern melahirkan gerakan modernisme dan revivalisme, dimana yang pertama membuka lebih luas penerimaan aspek kemajuan dengan menjadikan keyakinan dan ibadah sebagai wilayah tetapnya. Sementara itu, pemikiran Islam kontemporer berpijak kepada pengembangan nilai Islam dengan menjadikan gagasangagasan besar dunia, seperti hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan pluralisme atau multikulturalisme, sebagai referensi dalam mengembangkan ajaran agama. Sikap oposisionalisme dan sintesisme sekarang terjadi dalam kerangka security (keamanan). Karya Samuel Huntington The Clash of Civilization and Remarking the World Order menandai sebuah era baru dalam melihat dimensi oposisionalisme maupun sintesisme. Huntington melihat bahwa dunia semakin multipolar dan vii

dominasi Barat akan mengalami tantangan. Muncul kecenderungan afiliasi antara warga dunia berdasarkan nilai dan identitas kultural. Nilai kultural atau peradaban dalam tulisan ini istilah peradaban tidak diletakkan sebagai lawan dari budaya inilah yang akan melahirkan hubungan us-them (kita-mereka) dalam tata dunia ini. Kecenderungan kita-mereka inilah yang dipandang Huntington sebagai basis bagi perbenturan peradaban tersebut. Tesis Huntington ini terbukti sangat berpengaruh saat ini sehingga muncul pandangan mengenai perbenturan antara Islam dengan Barat. Pandangan ini sekarang semakin kuat pasca serangan kepada WTC di Amerika pada 9 September 2001. Serangan tersebut menjadi momentum dari penguatan oposisionalisme antara Islam dan Barat. Di Eropa, misalnya, menguat pandangan oposisional antara Islam dengan Barat, yang secara khusus didukung oleh kelompok-kelompok far-right, dimana Islam dipandang mewakili otoritarianisme dan Barat mewakili kebebasan berbicara. Di dunia Islam sendiri muncul pemahaman bahwa perang terhadap terorisme adalah bagian dari upaya untuk mendeskriditkan Islam sehingga Islam kehilangan pengaruhnya sebagai kekuatan ideologi, kekuatan nilai, dan kekuatan sistem. Akan tetapi, tidak bisa ditolak pula bahwa sintesisme juga terjadi di dunia Islam. Ketika muncul wacana mengenai apakah Islam sejalan dengan demokrasi di beberapa tempat di dunia, umat Islam di Indonesia bisa menyatakan bahwa Islam dan demokrasi bukan dua hal yang bertentangan karena Indonesia – dengan mayoritas penduduknya muslim – berhasil menjalankan sistem pemerintahan yang demokratis. Pandangan mengenai ghazwul fikri berakar dari keprihatinan tentang posisi agama (Islam) dalam berbagai ide atau gagasan yang berpotensi untuk mendeligitimasi atau mengaburkan nilai agama.

viii

Istilah ghazwul fikri bisa diartikan sebagai “perang pemikiran” dengan konotasi adanya dua pihak atau lebih yang berhadapan. Akan tetapi, ghazwul fikri lebih tepat diartikan sebagai “konflik pemikiran”. Konflik pemikiran itu bisa dilihat dalam dua perspektif: 1) perspektif teori konspirasi dan 2) perspektif konflik interest. Perspektif teori konspirasi mengasumsikan adanya usaha sistematis dan terencana dari pihak lain untuk melakukan serangan pemikiran terhadap pemikiran agama (Islam). Teori konspirasi berpegang kepada “upaya sadar dan terencana” sehingga arus pemikiran asing ke dunia Islam dipandang sebagai sebuah rencana dan aksi sistematis. Sementara itu, perspektif konflik interest lebih menekankan sebuah keniscayaan yang lahir dari perbedaan kepentingan. Ketika dua pihak atau lebih memiliki kepentingan atau tujuan berbeda yang membuat mereka dalam posisi bertentangan. Perspektif ini lebih melihat bahwa konflik terjadi akibat perbedaan kepentingan dan tujuan. Ketika satu kelompok bertujuan mengubah masyarakat menurut idealitas tertentu dan idealitas itu berbeda dengan idealitas kelompok lain, maka pada saat itulah terjadi konflik tujuan dan kepentingan. Dalam tataran rasional dan wacana, konflik kepentingan tersebut terejawantah dalam bentuk pemikiran. Oleh karena itu, ghazwul fikri bisa dilihat akibat niscaya ketika ada dua atau lebih pandangan yang memiliki resep berbeda dalam menyikapi hidup dan masing-masing berusaha menggapai jiwa umat manusia. Karya Havis Aravik ini adalah upaya untuk membaca berbagai pemikiran yang muncul pada masa modern dan kontemporer. Tulisan ini berangkat dari kegelisahan mengenai keberadaan berbagai pemikiran yang bisa menjadi faktor kontraproduktif bagi umat Islam, ketika pemikiran tersebut menimbulkan syubhat (kerancuan) berpikir. Berbagai pilihan pemikiran yang lahir dari paradigma yang berbeda, misalnya pluralisme, membawa secara ix

otomatis asumsi-asumsi dasar yang membangun paradigma tersebut. Pluralisme, misalnya, dipandang berangkat dari asumsi dasar bahwa agama sama, berasal dari sumber yang sama, dengan tujuan sama, dengan nilasi esoteris yang sama, dan hanya berbeda perwujudan eksoterisnya. Hal itu dipandang bisa mengakibatkan terjadinya kerancuan bagi umat beragama sehingga Majelis Ulama Indonesia memfatwakan haramnya paham pluralisme pada tahun 2004. Informasi mengenai paradigma pluralisme dan pemikiran lain yang bisa merancukan pandangan agama bisa membantu umat Islam, khususnya kalangan awam, untuk bisa memposisikan diri secara tepat. Bagi kalangan akademisi dan para pemikir, tantangan sebenarnya adalah bagaimana bisa mendudukkan umat Islam agar tetap berpegang kepada ajaran dasarnya, namun mampu mengapresiasi keanekaragaman pemikiran tersebut, baik apresiasi itu membawa kepada penerimaan, seleksi, adaptasi, maupun resistensi terhadap pemikiran-pemikiran lain tersebut. Tugas akademisi dan pemikir muslim adalah mencerahkan umat Islam agar tetap berada dalam garis ajaran Islam, namun tidak terjebak dalam ruang berpikir yang sempit. Oleh karena itu, karya Havis Aravik ini merupakan sebuah pembuka pintu bagi umat Islam agar mengenai keanekaragaman pemikiran dan pandangan dunia yang ada dan mampu melihat tantangan yang lahir dari pemikiran-pemikiran tersebut bagi kejernihan ajaran Islam. Hanya saja, upaya ini masih perlu langkah kedua, yaitu apresiasi lebih luas untuk menimbang apakah tantangan itu benar-benar mengandung ajaran yang harus ditolak ataukah cukup dimodernisasi ketika tidak bertentangan dengan pokok-pokok keyakinan agama Islam. Semarang, 8 Juni 2015

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................. i KATA PENGANTAR ......................................... iii KATA PENGANTAR (Dr. Ahwan Fanani, M. Ag) ...... v DAFTAR ISI ...................................................... xi BAB I Ghazwul Fikri A. Pengertian Ghazwul Fikri ............................. B. Sejarah Ghazwul Fikri ..................................

1 2

BAB II Sarana-Sarana Ghazwul Fikri A. Pengantar ..................................................... 9 B. Sarana-Sarana ............................................... 10 C. Target-Target Ghazwul Fikri............. ............ 31 BAB III Orientalisme A. Pengertian Orientalisme.................................. B. Sejarah Orientalisme ..................................... C. Faktor-faktor Pendorong Orientalisme ........... D. Stigma Orientalis Terhadap Islam.. ................ E. Sifat-Sifat Kritik Orientalisme Terhadap Islam F. Bahaya Orientalis..........................................

39 40 44 48 58 61

BAB IV Sekularisme A. Pengertian Sekularisme ................................ B. Sejarah Sekularisme .................................... C. Sekularisme dalam Dunia Islam .................... D. Bahaya Sekularisme...... ................................

65 67 71 74

xi

BAB V Pluralisme Agama A. Pengertian Pluralisme.................................... 83 B. Pluralisme di dunia Barat dan Islam............... 87 C. Bahaya Pluralisme Agama...............................101 BAB VI Positivisme Hukum A. Pengertian Positivisme Hukum ..................... 111 B. Aliran-Aliran Positivisme Hukum .................. 113 C. Bahaya Positivisme Hukum ........................... 120 BAB VII Feminisme A. Pengertian Feminisme ................................. 127 B. Sejarah Gerakan Feminisme .......................... 133 C. Ragam Aliran Feminisme.............. ................ 139 D. Bahaya Feminisme ........................................ 145 BAB VIII Liberalisme A.Pengertian Liberalisme .................................... 155 B. Liberalisme di Yahudi dan Nasrani .............. 156 C. Sejarah Liberalisme di Indonesia .................. 158 D. Bahaya Liberalisme ....................................... 164 BAB IX Utilitarianisme A. Pengertian Utilitarianisme ............................. 167 B. Perkembangan Utilitarianisme .. .................... 168 C. Pokok-pokok Utilitarianisme ......................... 169 D. Bahaya Utilitarianisme................ .................. 174 DAFTAR PUSTAKA ............................................. 179 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................... 189 BIODATA PENULIS

xii

A. Pengertian Ghazwul Fikri Secara etimologis Ghazwul Fikri berasal dari kata ”Ghazwul” artinya perang, serangan, serbuan, dan invasi. Sedangkan ”Fikr” adalah pemikiran. Jadi ketika kata Ghazwul dan Fikri digabung menjadi satu maka artinya adalah perang pemikiran. Sedangkan secara terminologis Ghazwul Fikri bermakna penyerangan dengan berbagai cara terhadap umat Islam guna mengeluarkan mereka dari agamanya atau meninimal menjauhkan umat Islam dari nilai-nilai ajaran ilahiah. Ghazwul Fikri sering juga disebut dengan perang intelektual, perang kecerdasan, perang otak, perang non konvensional atau perang tak terlihat (proxy war). Di mana senjata yang dipakai bukan pedang, pistol, tombak, keris, ataupun bom. Melainkan pemikiran, tulisan, ide-ide, teori, argumentasi, propaganda, agitasi, dialog, dan perdebatan yang bersifat defensif maupun opensif. Jadi Ghazwul Fikri merupakan perang yang tidak menumpahkan darah, tidak menghancurkan gedung-gedung, sekolah-sekolah, rumah-rumah ibadah, menghancurkan wilayah, dentingan senjata dan desingan peluru. Namun, daya ledak dan daya rusak lebih hebat dari perang-perang konvensional. Karena, obyek serangannya bukanlah tubuh manusia, melainkan otak dan hati manusia itu sendiri. Jika korban Ghazwul Fikri seorang tokoh intelektual atau ulama terkemuka dan berpengaruh, maka daya ledak Ghazwul Fikri akan cepat menjalar kemana-mana Ghazwul Fikri Pola Baru Menyerang Islam │1

melebihi daya ledak bom atom sekalipun, karena tokoh intelektual atau ulama tersebut akan diikuti, ditiru segala gerakgeriknya dan petuah-petuahnya akan dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari oleh pengikut dan penggemarnya. Misalkan tokoh intelektual atau ulama tersebut menjadi manusia sekuler, hedonis, materialistis, pragmatis, liberalis, positivis, utilitarianis dan pluralis. Otomatis para pengikutpengikutnya akan menjadi manusia serupa. Tentu saja, jika diarahkan pada umat Islam maka umat Islam sudah pasti akan tercabut dari akidah Islam, semangat dan kemauannya untuk memperjuangkan agama Islam akan memudar...


Similar Free PDFs